Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
mesin yang penting khususnya yang mendapatkan beban berat (seperti roda gigi, cam
shaft, pegas).
Dalam melakukan penelitian ini, bahan yang digunakan adalah baja S45C. Baja
S45C merupakan baja karbon sedang dengan kadar karbon 0,44%. Baja JIS S45C
Steel dengan arti JIS : Japanese Industrial Standard / Standar Industry Negara
Jepang baja ini memiliki standar kekerasan dipasaran BHN 160-220 (BHN : Brinell
Hardness) atau 3-20 HRC dan dapat dikeraskan lagi. Baja ini banyak digunakan
karena harganya lebih murah dibandingkan dengan baja karbon sedang lainnya.
Dengan kadar karbon sedang yang dimiliki Baja S45C menjadikan baja ini memiliki
sifat-sifat pengerjaan dan kekuatan yang sangat baik. Baja ini memiliki kekerasan
yang tertinggi sehingga cocok untuk komponen yang membutuhkan kekerasan,
keuletan maupun ketahanan terhadap gesekan. Apabila baja ini diberi perlakuan yang
tepat maka akan didapatkan kekerasan dan keuletan sesuai dengan yang diinginkan.
Contoh aplikasi baja S45C ini adalah : roll gilingan tebu pada pabrik gula, poros
engkol (crank shaft), rell kereta api dan poros-poros penghantar roda gigi. Seperti
contoh kekerasan poros engkol yang menggunakan baja karbon menengah pada
produk tossa sebesar 278,9 VHN atau 29 HRC dan pada produk Honda grend 293,4
VHN atau 31 HRC dan pada pin (knuckle joint) untuk kereta api memiliki kekerasan
berkisar 18-20 HRC yang masih diperkirakan terjadinya kegagalan dalam menahan
beban, dalam penelitian [ CITATION Rif14 \l 1033 ].
Berdasarkan uraian diatas, Penelitian ini menggunakan pengaruh variasi quancing
(celup cepat) dengan tempratur 930⁰ untuk meningkatkan kekerasan baja S45C.
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan
nilai kekerasan baja karbon S45C dengan temperatur Hardening 930⁰C dan variasi
media pendingin oli SAE 30, air garam dapur, air kelapa dan untuk mengetahui media
pendingin yang optimal terhadap kekerasan baja S45C dengan temperatur Hardening
930⁰C.
3
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pilihan solusi dalam
pemilihan bahan untuk pembuatan komponen mesin ataupun peralatan produksi.
Pengetahuan baru untuk pengembangan ilmu bahan, khususnya tentang
HeatTreatment. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan dalam pemilihan karakteristik
bahan dan memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang ilmu bahan.
Berdasarkan identifikasi tersebut perlu diadakan penelitian “ANALISA
PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP KEKERASAN BAJA S45C
DENGAN PROSES HARDENING”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa besar nilai kekerasan spesimen baja S45C setelah hardening
(pengerasan) dengan tempratur 930⁰C dengan media pendingin oli SAE 30, air
garam dapur, air kelapa?
2. Seberapa besar pengaruh media pendingin oli SAE 30, air garam dapur, air
kelapa dalam proses hardening dengan tempratur 930⁰ terhadap perubahan
struktur permukaan baja S45C?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui nilai kekerasan pada baja S45C setelah hardening dengan
media pendingin oli SAE 30, air garam dapur, air kelapa.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh media pendingin oli SAE 30, air garam,
air kelapa pada baja S45C terhadap perubahan struktur.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai referensi pengembangan ilmu bahan didunia industri.
2. Sebagai referensi dalam mengembangkan suatu produk yang menggunakan
material baja.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Baja memiliki sifat yang solid yaitu mempunyai ketahanan terhadap tarikan,
tekanan atau lentur sehingga baja dapat dibentuk atau dicetak dengan berbagai
macam bentuk namun tidak hancur dan tetap kokoh.
2. Elastis
Merupakan sifat baja berupa kemampuan untuk berubah bentuk sesuai
pembebanan yang diberikan namun mampu mempertahankan susunan partikelnya
dalam pembebanan tertentu. Ketika pembebanan tersebut ditiadakan maka baja akan
kembali kebentuk semulanya.
3. Kekenyalan / Keliatan
Merupakan sifat baja yang mana baja memiliki kemampuan untuk menerima
perubahan atau gangguan struktur yang signifikan tanpa mengalami perubahan yang
merugikan berupa kerusakan atau kecacatan yang tampak dari luar dan dalam kurun
waktu yang singkat.
4. Dapat ditempa
Sifat baja ketika baja tersebut dalam proses merah pijar akan menjadi lunak
sehingga dapat destruksi bentuknya atau ditempa sesuai yang diinginkan.
5. Kekerasan
Baja memiliki struktur yang kuat sehingga kekuatan tersebut dapat melawan
masuknya pengotor atau komponen atau benda lainnya.
yang sama, dan mengalami proses laku panas yang sama, mungkin akan
menghasilkan struktur mikro dan sifat yang berbeda bila struktur awal materialnya
berbeda. Struktur awal ini banyak ditentukan oleh pengerjaan dan laku panas yang
dialami sebelumnya. Disamping itu dasar-dasar semua proses laku panas melibatkan
transformasi dan dekomposisi austenit. Langkah pertama dalam proses laku panas
baja adalah memanaskan material sampai temperatur tertentu atau di atas temperatur
daerah kritis untuk membentuk fasa austenit. Kemudian diberi waktu penahanan agar
austenit dapat lebih homogen baru setelah itu dilakukan proses pendinginan. Proses
pendinginan dilakukan dengan cermat agar benda kerja tidak mengalami cacat retak
setelah mangalami proses ini. Variasi tipe proses perlakuan panas di atas adalah sama
karena seluruh proses perlakuan panas hanya melibatkan proses pemanasan yang
membedakannya adalah temperatur pemanasan dan laju pendinginannya. Proses
pemanasan dan kecepatan laju pendinginan ini sangat mempengaruhi hasil akhir dari
proses perlakuan panas. Di dalam proses perlakuan panas ada tiga tahapan yang
paling utama di antaranya tahap pemanasan, tahap penahanan, dan tahap pendinginan.
[ CITATION Pra11 \l 1033 ].
2.2.4 Hardening
Hardening merupakan proses pemanasan logam sampai suhu di atas daerah
kritis. Pada proses hardening ini pendinginan dilakukan secara cepat dengan media
pendingin seperti oli, dan air garam. Tujuan perlakuan panas ini untuk mendapatkan
struktur baja martensit yang memiliki sifat keras. Proses pada perlakuan panas ini
adalah dengan cara memanaskan baja sampai suhu martensit. Penentuan suhu tersebut
dipengaruhi oleh komposisi penyusun paduan. Selanjutnya, proses penahan suhu
beberapa saat sesuai dengan standar. Setelah proses pemanasan dan penahanan suhu,
kemudian didinginkan secara cepat dengan mencelupkan dalam media pendingin
berupa air garam, air, oli atau media pendingin yang lain. Pendinginan cepat tersebut
mengakibatkan struktur austenit tidak memiliki cukup waktu untuk berubah menjadi
8
perlit dan ferit atau perlit dan sementit. Pendinginan cepat ini mengakibatkan austenit
langsung berubah menjadi martensit.
presipitat maupun ukuran butir. Perubahan struktur suatu sistem pencampuran logam
hanya akan terjadi apabila suatu campuran didinginkan secara perlahan lahan.
Dalam diagram fasa Fe-C terjadi beberapa perubahan fasa yaitu perubahan
fasa ferit (α-Fe), austenite (γ-Fe), sementit, perlit, dan maretnsit.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
MULAI
STUDI LITERATUR
MEDIA PENDINGIN
OLI SAE 30, AIR GARAM DAPUR, AIR
KELAPA DENGAN PENCELUPAN CEPAT
TIDAK
LANJUT
ANALISA DATA
KESIMPULAN
11
SELESAI
- Oli SAE 30
- Majun (kain bekas)
- Ampelas
- Isolasi
- Alkohol 95%
- Asam Nitrat 5%
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu pada kekerasan dan foto struktur mikro
pada baja S45C.
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode hipotesis
komparatif. Data yang sudah dikumpulkan akan digambarkan secara grafis dalam
bentuk diagram batang dan diagram garis kemudian dihitung untuk mengetahui
seberapa besar tingkat pengaruh dari setiap variabel. Khusus untuk pengujian struktur
mikro, data langsung disajikan dalam bentuk foto mikro dengan menganalisa bagian
struktur mikro yang berubah.