Anda di halaman 1dari 9

Perbandingan Konstitusi Indonesia Tentang Pertahanan dan Keamanan dengan 8

Negara di Dunia.

1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.** )

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem


pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung.** )

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.** )

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.**)

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara


Republik Indonesia, hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang.

Azerbaijan
Azerbaijan mengatur mengenai pertahanan dan keamanan negaranya dalam
Konstitusi mereka pada Pasal 9 dan Pasal 76 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9:
I. The Republic of Azerbaijan establishes the Armed Forces to ensure its
security and protection. The Armed Forces are composed of the Azerbaijani
army and other armed formations.
Berdasarkan Pasal tersebut, kita dapat memahami bahwa angkatan bersenjata
Republik Azerbaijan bertugas tidak hanya untuk pertahanan negaranya saja namun
juga bertugas melindungi keamanan negara. Angkatan bersenjata Azerbaijan tidak
hanya terdiri dari tentara Azerbaijan namun juga beberapa formasi bersenjata lainnya.
Pasal 76:
I. Defence of Motherland is the duty of every citizen. The citizens shall serve in
the Armed Forces as prescribed by law.
II. If military service is contrary to a person’s convictions, then, in cases
prescribed by law, it may be permissible to replace regular military service
with alternative service.
Pasal tersebut menyatakan bahwa seluruh warga negara Azerbaijan diwajibkan
bertugas dalam angkatan bersenjata negaranya. Namun apabila bertugas di militer
bertentangan dengan keyakinan mereka, dalam keadaan tertentu yang ditentukan oleh
hukum, warga negara diperbolehkan mengganti dinas militer dengan dinas alternatif.
Pasal 9 Konstitusi Azerbaijan menyatakan bahwa pimpinan tertinggi dari angkatan
bersenjata mereka adalah Presiden. Pasal tersebut juga menyatakan sikap Republik
Azerbaijan terhadap Perang yakni Republik Azerbaijan menolak perang sebagai cara
untuk melanggar kemerdekaan negara-negara lain dan mendamaikan dalam konflik
internasional dunia.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaturan terkait pertahanan


dan kemaanan negara antara Azerbaijan dan Indonesia sangatlah berbeda. Indonesia
tidak menganut sistem wajib militer bagi warga negaranya. Lembaga negara
pelaksana fungsi pertahanan dan keamanan di Indonesia dipisahkan yakni Tentara
untuk menjalankan fungsi pertahanan dan polisi untuk menjalankan fungsi
keamanan.

Bahrain
Bahrain mengatur mengenai pertahanan dan kemanan negaranya dalam
Konstitusi Bahrain Pasal 30 yang berbunyi sebagai berikut:
I. Peace is the objective of the State. The safety of the nation is part of the safety
of the Arab homeland as a whole, and its defense is a sacred duty of every
citizen. Performance of military service is an honor for citizens and is
regulated by law.
II. Only the State may establish the Defense Force, National Guard, and Public
Security services. Non-citizens are assigned such tasks only in case of
maximum necessity and in the manner prescribed by law.
III. General or partial mobilization shall be regulated by law.
Bahrain merupakan negara kerajaan dimana populasi dan wilayahnya
merupakan kesatuan dari bangsa Arab sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
Konstitusi Bahrain. Oleh karenanya Pasal 30 Konstitusi Bahrain menyatakan bahwa
keamanan negara merupakan bagian dari keamanan tanah air Arab, dan
pertahanannya adalah tugas suci bagi setiap warga negaranya. Berdasarkan Pasal
tersebut, dapat kita pahami bahwa Bahrain tidak mewajibkan warga negaranya untuk
melaksanakan fungsi militer yakni pertahanan negara. Lebih lanjut, Pasal 30 juga
menerangkan bahwa hanya Negara yang dapat mendirikan Satuan Pertahanan,
keamanan dan pelayanan publik. Ketiga lembaga negara tersebut dipimpin oleh
seorang Raja.
Berbeda dengan Indonesia yang memisahkan secara jelas fungsi pertahanan
dan kemanan, Bahrain dalam konstitusinya sebagaimana telah diuraikan di atas tidak
secara jelas memisahkan kedua fungsi tersebut. Namun dikarenakan Pasal 30 ayat 2
memisahkan antara Defense Force dengan National Guard, kami berkesimpulan
bahwa fungsi pertahanan dan keamanan dilakukan oleh lembaga negara yang berbeda.

Rusia
Rusia mengatur pertahanan dan keamanan negara dalam konstitusinya pada
Pasal 114 ayat (1) butir e, Pasal 59 dan Pasal 21 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 114 ayat (1) butir e: The Government of the Russian Federation: shall carry out
measures to secure the defense of the country, State security, and implementation of
the foreign policy of the Russian Federation;
Pasal 59:
I. Defense of the Fatherland shall be the duty and obligation of a citizen of the
Russian Federation.
II. Citizens of the Russian Federation shall perform military service in
accordance with federal law.
III. In the event that their convictions or religious beliefs run counter to military
service and in other cases established by federal law, citizens of the Russian
Federation shall have the right to replace it with alternative civilian service.
Pasal 21:
I. Human dignity shall be protected by the State. Nothing may serve as a basis
for its derogation.
II. Nobody should be subjected to torture, violence, or other severe or humiliating
treatment or punishment. Nobody may be subjected to medical, scientific or
other experiments without voluntary consent.
Mengacu pada pasal-pasal sebagaimana telah diuraikan di atas, berbeda
dengan Indonesia, Rusia tidak memisahkan dengan tegas pengimplementasian fungsi
pertahanan dan keamanan dalam konstitusinya. Berdasarkan Pasal 59, Rusia
mewajibkan seluruh warga negaranya untuk melaksanakan wajib militer. Dalam hal
wajib militer tersebut bertentangan dengan keyakinan warga negaranya, warga negara
tersebut dapat menggantinya dengan bentuk pengabdian lain kepada negara
sebagaimana diatur berdasarkan hukum. Sementara pengaturan terkait keamanan
negara diatur dalam pasal 21, dimana negara diwajibkan menjaga martabat manusia.
Martabat manusia disini dapat diartikan sebagai hak asasi manusia yang diantaranya
terdiri dari hak untuk hidup, hak akan kebebasan, hak diperlakukan sama dihadapan
hukum, hak keamanan dan sebagainya. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam
pasal 21 dan pasal 114 merupakan tanggung jawab negara untuk melindugninya.

Turkey
Turkey mengatur pertahanan dan keamanan negara dalam konstitusinya pada
Pasal 117 dan Pasal 118 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 117
The Office of Commander-in-Chief is inseparable from the spiritual existence of the
Grand National Assembly of Turkey and is represented by the President of the
Republic.
(As amended on April 16, 2017; Act No. 6771) The President of the Republic shall be
responsible to the Grand National Assembly of Turkey for national security and for
the preparation of the armed forces for the defence of the country.
(As amended on April 16, 2017; Act No. 6771) Appointed by the President of the
Republic, The Chief of the General Staff is the commander of the armed forces and in
time of war, exercises the duties of Commander-in-Chief on behalf of the President of
the Republic.
Pasal 118
(As amended on October 3, 2001; Act No.4709, April 16, 2017; Act No.6771) The
National Security Council shall be composed of the deputies of the President of the
Republic, ministers of Justice, National Defence, Internal Affairs, and Foreign
Affairs, the Chief of the General Staff, the commanders of the Land, Naval and Air
Forces under the chairpersonship of the President of the Republic.
Depending on the particulars of the agenda, the ministers and other persons concerned
may be invited to and heard at the meetings of the Council.
(As amended on October 3, 2001; Act No. 4709, April 16, 2017; Act No.6771) The
National Security Council shall submit to the President of the Republic the advisory
decisions taken with regard to the formulation, determination, and implementation of
the national security policy of the State and its views on ensuring the necessary
coordination. The President of the Republic shall evaluate decisions of the National
Security Council concerning the measures that it deems necessary for the preservation
of the existence and independence of the State, the integrity and indivisibility of the
country, and the peace and security of society.
(As amended on April 16, 2017; Act No. 6771) The agenda of the National Security
Council shall be drawn up by the President of the Republic taking into account the
proposals of the deputies of the President of the Republic and the Chief of the General
Staff.
(As amended on April 16, 2017; Act No. 6771) In the absence of the President of the
Republic, the National Security Council shall convene under the chairpersonship of
the deputy of the President of the Republic.
(As amended on April 16, 2017; Act No. 6771) The organization and duties of the
General Secretariat of the National Security Council shall be regulated by presidential
decree.
Berdasarkan pasal 117 sebagaimana telah diuraikan di atas, pertahanan dan
keamanan negara Turkey merupakan tanggung jawab penuh Presiden Republik
Turkey. Sementara terkait keamanan, berdasarkan pasal 118, Turkey memiliki BKN
(Badan Keamanan Nasional) yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi kemanan.
Badan tersebut bertanggung jawab langsung kepada Presiden dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Para anggota dari badan tersebut terdiri dari deputi-deputi
Presiden yang antara lain sebagai berikut: Menteri Keadilan, Menteri Pertahanan,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Kepala Staff Umum, Panglima
Angkatan Darat, Laut, Udara yang seluruhnya berada dibawah komando Presiden.
Agenda dari Badan Keamanan Nasional tersebut ditentukan oleh Presiden
berdasarkan pertimbangan deputi-deputinya.
Berbeda dengan Indonesia, dimana fungsi kemanan dilaksanakan oleh
Kepolisian Republik Indonesia dan bertanggung jawab kepada Presiden. Indonesia
memisahkan secara jelas bahwa tugas tentara adalah untuk melaksanakan fungsi
keamanan, oleh karenanya tidak dibenarkan tentara melaksanakan fungsi keamanan
negara. Sementara di Turkey, panglima angkatan darat, udara dan laut menjadi
anggota dari badan keamanan nasional yang menjalankan tugas dan fungsi keamanan
negara.

Bolivia
Bolivia mengatur pertahanan dan keamanan negara dalam konstitusinya pada
Pasal 244 dan Pasal 251 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 244: The fundamental mission of the Armed Forces is the following: the
defense and preservation of the independence, security and stability of the State, and
the honor and sovereignty of the country; to assure the supremacy of the Constitution;
to guarantee the stability of the legitimately constituted Government; and to
participate in the development of the country.
Pasal 251:
I. The Bolivian Police, as a public force, has the specific mission to defend the
society and conserve public order, and to assure compliance with the law in
the entire territory of Bolivia. It shall carry out the police function in a
comprehensive, indivisible manner and under a single command, pursuant to
the Organic Law of the Bolivian Police and the other laws of the State.
II. As an institution, it does not deliberate nor participate in party political
activities, but individually its members enjoy and exercise their rights as
citizens, in accordance with the law.
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa Bolivia mengatur pertahanan
dan keamanan negaranya mirip dengan Indonesia. Bolivia memisahkan fungsi
pertahanan dan keamanan secara jelas, dan juga memisahkan pelaksana masing-
masing fungsi tersebut. Berdasarkan pasal 244, pertahanan negara merupakan
tanggung jawab tentara Bolivia, sementara fungsi kemanan menjadi tanggung jawab
kepolisian Bolivia berdasarkan pasal 251. Diantara beberapa konstitusi negara yang
dibandingkan dalam makalah ini, konstitusi Bolivia adalah konstitusi yang mengatur
tentang pertahanan dan keamanan yang paling mirip dengan Indonesia.

Belarus
Belarus mengatur pertahanan dan keamanan negara dalam konstitusinya pada
Pasal 57, Pasal 79 dan Pasal 107 butir 5 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 57: it shall be the responsibility and sacred duty of every citizen of the Republic
of Belarus to defend the Republic of Belarus.
Berdasarkan pasal tersebut, Belarus mewajibkan seluruh warga negaranya untuk
berpartisipasi dalam dinas militer.
Pasal 79: The President shall personify the unity of the nation, the implementation of
the main guidelines of the domestic and foreign policy, shall represent the State in the
relations with other states and international organizations. The President shall provide
the protection of the sovereignty of the Republic of Belarus, its national security and
territorial integrity, shall ensure its political and economic stability, continuity and
interaction of bodies of state power, shall maintain the intermediation among the
bodies of state power.
Pasal 107 butir 5: The Government of the Republic of Belarus shall take measures to
secure the rights and liberties of citizens, safeguard the interests of the state, national
security and defence, protection of property, maintain public order and eliminate
crime;
Berdasarkan pasal 79, pertahanan dan keamanan negara merupakan tanggung jawab
Presiden.

Belgium
Belgium mengatur pertahanan dan keamanan negara dalam konstitusinya pada
Pasal 182 sampai dengan 184 yang berbunyi sebagai berikut:
Article 182
Army recruitment methods are determined by the law. The law also regu- lates the
promotion, the rights and the duties of military personnel.
Article 183
Military quotas are subject to an annual vote. The law that determines them is valid
only for one year if it is not renewed.
Article 184
The organisation and competence of the integrated police service, struc- tured at two
levels, are regulated by the law. The essential features of the status of the members of
the personnel of the integrated police service, structured at two levels, are regulated
by the law.
Konstitusi Belgium tidak mengatur secara jelas tentang badan atau pihak mana
yang melaksanakan fungsi pertahanan dan keamanan. Dalam konstitusi tersebut
sebagaimana diuraikan dalam pasal-pasal di atas, Raja memimpin organisasi tentara
dan polisi Belgium. Dapat kita simpulkan bahwa tentara dan polisi melaksanakan
fungsi pertahanan dan keamanan dibawah pimpinan Raja Belgium.

United Arab Emirates


UAE mengatur pertahanan dan keamanan negara dalam konstitusinya pada
Pasal 43, dan Pasal 138 sampai dengan 140 yang berbunyi sebagai berikut:
Article 43
The defence of the Union shall be a sacred duty obligatory upon every citizen. The
discharge of military service shall be an honour for citizens and shall be regulated by
law.
Dari pasal tersebut dapat diketahui bahwa United Arab Emirates mewajibkan warga
negaranya untuk melaksanakan kedinasan militer.
Article 138
The Union shall have armed land, sea and air forces with unified training and
command. The Commander in Chief of these forces and the Chief of the General Staff
shall be appointed and dismissed by means of a Union decree. The Union may have a
Union Security Force. The Union Council of Ministers shall be responsible directly to
the President of the Union and the Supreme Council of the Union for the affairs of all
forces.
Dari pasal tersebut dapat dilihat bahwa UAE memiliki tentara untuk menjaga hal-hal
yang bersifat kedaulatan negara (pertahanan) dan memiliki union security forces
dalam hal menjalankan fungsi keamanan.
Article 139
The law shall organize military service, general or selective conscription, the rights
and duties of individual members of the Armed Forces, their disciplinary procedures,
and similarly the special provisions of the Union Security Forces.
Article 140
The declaration of a state of defensive war shall be made by means of a Union decree
issued by the President of the Union after its approval by the Supreme Council.
Offensive war shall be prohibited in accordance with the provisions of international
charters.

Anda mungkin juga menyukai