Anda di halaman 1dari 6

4.2 Hambatan-hambatan yang Dihadapi dalam Kinerja Karyawan di CV.

X Bandung (Studi pada Divisi Produksi)

Setiap perusahaan tentunya memiliki suatu hambatan dalam

menerapkan suatu hal yang berkaitan dengan kemajuan perusahaan. Kendala

yang ditemui dalam kinerja karyawan CV. X Bandung yaitu:

1. Kinerja karyawan yang masih belum optimal

Karyawan di CV. X secara keseluruhan sudah dapat mencapai kinerja

yang baik namun masih ada beberapa hal yang perlu dioptimalkan. Hasil rata-

rata skor perhitungan kuesioner pada tiap indikator memiliki nilai kriteria yang

baik namun ada beberapa pernyataan yang perlu mandapatkan perhatian.

Seperti pada indikator kualitas, pada pernyaatan yang berkaitan dengan

kebersihan mesin mendapatkan kriteria Cukup baik dengan rata-rata skor “…:”

hal tersebut menunjukan saat proses produksi setiap karyawan belum menjaga

kebersihan mesin yang dapat menurunkan kualitas kain yang dihasilkan. Pada

Indikator efektivitas pernyataan cek order perlu dilakukan sebelum proses

produksi dimulai mendapatkan kriteria cukup baik dengan rata-rat skor “…”.

Pengecekan order yang dilakukan berkaitan dengan Ketelitian dalam pemilihan

bahan kain yang dipesan jika kurang teliti penggunaan bahan baku menjadi tidak

efektif. Kemudian pada indikator ketepatan waktu pernyataan “saya selalu

mendapatkan sanksi tegas jika bekerja tidak tepat pada waktunya” mendapat

kritera cukup baik dengan rata-rata skor “…..” menunjukan karyawan yang

kurang disiplin tidak mendapatkan sanksi yang tegas dari pimpinan menunjukan

kurang nya pengawasan pimpinan, seluruh hal tersebut bila tidak ditindaklanjuti

akan menjadi masalah yang serius menjadi hambatan perusahaan untuk

mencapai kinerja optimal


.

2. Kurangnya perhatian karyawan terhadap kebersihan mesin produksi

yang dihandle-nya

Secara keseluruhan indikator kualitas mendapatkan kriteria yang baik

dengan rata-rata skor “..” namun belum mencapai nilai yang maksimal. Salah

satu pernyataan “saya selalu menjaga kebersihan mesin yang saya handle”

mendapat kriteria cukup hal tersebut menunjukan karyawan kurang menjaga

kebersihan mesin yang dapat berakibat kepada kualitas kain yang menurun

dikarenakan debu yang menempel

3. Karyawan masih kurang teliti terhadap orderan yang ditugaskan

Secara keseluruhan indikator efektivitas mendapatkan kriteria yang baik

dengan rata-rata skor “…” namun belum mencapai nilai yang maksimal. Hal

tersebut dapat diketahui dari pernyataan “cek order perlu dilakukan sebelum

proses produksi dimulai” mendapat kriteria cukup.

Pengecekan setiap order sebelum proses produksi merupakan tahapan

yang paling penting, kesesuaian bahan yang diminta konsumen dengan bahan

yang diproses membutuhkan ketelitian dalam pemilihan bahan kain yang dipesan

jika kurang teliti penggunaan bahan baku menjadi tidak efektif

4. Kedisiplinan karyawan kurang mendapatkan perhatian dari

pimpinan.

Hasil rata-rata skor perhitungan kuesioner pada indikator ketepatan waktu

adalah 3,52. Hasil tersebut menunjukan kriteria “baik” namun belum mencapi

nilai yang maksimal. Hal tersebut diketahui dari masih terdapat karyawan yang

tidak tepat waktu tetapi tidak mendapatkan sanksi.

Pada pernyataan “saya selalu mendapatkan sanksi tegas jika bekerja


tidak tepat pada waktunya” mendapatkan nilai rata-rata yang paling rendah 2,80

dengan kriteria cukup. Persepsi karyawan terhadap pimpinan yang kurang tegas,

baik terhadap kedisiplinan maupun terhadap orderan hal ini yang dapat

mengancam tingkat kinerja karyawan tersebut karena merasa kurang

diperhatikan dan kurang diberi pengarahan sehingga adanya peluang untuk

melanggar peraturan perusahaan. Disamping itu pula dapat membuat karyawan

menganggap hal ini biasa dan dilakukan berulang kali.

4.3 Solusi untuk Mengatasi Hambatan pada Kinerja Karyawan di CV. X

Bandung (Studi pada Divisi Produksi)

Berdasarkan hambatan-hambatan yang sudah dijelaskan diatas maka

solusi untuk mengatasi hambatan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kinerja karyawan yang masih belum optimal

Dalam upaya untuk mengurangi masalah kinerja yang belum optimal,

secara umum, kinerja yang belum optimal didefinisikan sebagai tidak

optimumnya melakukan tugas-tugas yang diberikan dalam pekerjaan

sebgaimana diminta oleh pimpinan perusahaan/ organisasi. Hal ini dapat juga

diartikan sebgai ketidakpatuhan terhadap kebijakan kerja yang ditentukan,

perilaku kerja yang tidak menyenangkan atau perilaku mengganggu yang

mempengaruhi karyawan lainnya.

Pada CV X sendiri kinerja yang belum optimal disebabkan beberapa

hal, kebersihan mesin, ketelitian dan kedisiplinan dalam waktu pengerjaan.

Upaya yang dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan pengawasan

pimpinan, pimpinan sebagai kontrol dalam setiap tahapan produksi. Dimulai awal

waktu jam karyawan bekerja dapat tepat waktu atau tidak, ketelitian dalam cek
order sesuai pesanan, dan selalu menjaga kebersihan mesin. Setiap hasil

pengawasan dapat menjadi bahan pertimbangan penilaian kinerja sebagai

evaluasi. Pemberian reward kepada karyawan yang dapat melaksanakan tugas

dan tanggung jawab yang baik dan memberikan punishment kepada karyawan

yang bekerja tidak memenuhi standar.

2. Kurangnya perhatian karyawan terhadap kebersihan mesin produksi

yang dihandle-nya

Dalam upaya perusahaan untuk menjaga selalu kerbersihan mesin

produksi, maka yang dilakukan yaitu pimpinan membuat regulasi baru atau

memberikan peraturan tertulis agar setiap karyawan unit produksi melakukan

pengecekan dan pembersihan berkala baik setiap pergantian shift, perhari atau

perminggu.

Pengecekan dan pembersihan berkala ini bertujuan agar kebersihan

mesin selalu terjaga. Mesin yang terjaga kebersihannya meminimalisir kain yang

kotor karena debu yang menempel, sehingga penggunaan bahan baku menjadi

efektif.

3. Karyawan masih kurang teliti terhadap orderan yang ditugaskan

Dalam upaya mengurangi ketidak telitian terhadap orderan perusahaan /

pimpinan menyusun standar operasional prosedur yang menerapkan standar

ganda sebelum proses produksi dimulai agar setiap menjalankan suatu

perkerjaan dengan tepat dan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya.

Pengecekan tidak hanya dilakukan oleh karyawan tetapi harus dilakukan oleh

atasan sebagai bentuk pengawasan dan kontrol.

Atasan sebaiknya menerangkan Job Description dengan baik karena

tidak semua tugas b isa langsung dicerna oleh staf pelaksana. Perlu penjelasan
yang baik untuk mengarahkan agar tugas yang akan dikerjakan mampu

dipahami dengan baik. kemudian melakukan briefieng setiap pagi dan pergantian

jam shift, ini dilaksanakan agar tidak terjadi miskomunikasi antara keinginan

pimpinan dan staf.

4. Kedisiplinan karyawan kurang mendapatkan perhatian dari

pimpinan.

Sehubungan dengan karyawan yang kurang disiplin maka atasan harus

lebih memberikan perhatian, pimpinan harus mengkategorikan ketidak disiplinan

dengan tingakatan ringan, sedang, berat untuk dapat membedakan tindakan

atau sanksi yang setimpal. Pelanggaran ringan dapat berupa teguran sebagai

bentuk pengingat, pelanggaran sedang dapat berupa surat peringatan agar

karyawan menjadi lebih awas terhadap ketidak dispilinan yang dilakukan,

kemudian pelanggaran berat yang dapat berupa pemberhentian hubunga kerja.

Ketidak disiplinan harus menjadi perhatian lebih pimpinan karena dapat berakibat

kinerja yang diharapkan tidak tercapai.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kinerja karyawan di CV. X

Secara keseluruhan kinerja yang terlaksana di CV. X sudah berjalan

dengan baik. namun dalam beberapa indikator

2. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi

3. Upaya-upaya mengatasi hambatan

Anda mungkin juga menyukai