Aisyah Xi Ips 2 Agama
Aisyah Xi Ips 2 Agama
No : 03
Kelas : XI IPS 2
Mapel : Agama Khutbah
KHUTBAH PERTAMA
إِ َّن ْال َح ْم َد هلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا
ي@َ ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد ِ ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ َو ِم ْن َسيِّئَا
ُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُده،ُك لَه َ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي،ُلَه
انٍ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم ِبإِحْ َس َ َُو َرس ُْولُه
أَ َّما بَ ْع ُد، َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا:
ب هللاُ َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َحقِّ ِهَ اتَّقُ ْوا هللاَ تَ َعالَى َوقُ ْو ُم ْوا بِ َما أَ ْو َج، ُأَيُّهَا النَّاس
ق ِعبَا ِد ِه ِ َو ُحقُ ْو
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang
hamba setelah kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-
Nya adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana
dalam firman-Nya,
َوا ْعبُ ُدوا هللاَ َوالَتُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا
“Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.”
(An-Nisa’: 36)
َ ان بِ َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسانًا َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو
ض َع ْتهُ ُكرْ هًا َ ص ْينَا ْا ِإلن َس
َّ َو َو
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua
orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah-payah (pula).” (Al-Ahqaf: 15)
Hadirin rahimakumullah,
: أَيُّ ْال َع َم ِل أَ َحبُّ إِلَى هللاِ؟ قَا َل:صلَّى هللاُ َعلّ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ي ُ َسأ َ ْل
َّ ِت النَّب
ثُ َّم أَيٌّ؟: قَا َل. ثُ َّم بِرُّ ْال َوالِ َدي ِْن: ثُ َّم أَيٌّ ؟ قَا َل: قَا َل.صالَةُ َعلَى َو ْقتِهَا َّ ال
ِ ِ ْال ِجهَا ُد فِي َسب:قَا َل
ِيل هللا
Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah
yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata,
“Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti
kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan
Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami
dengan jelas betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.
Hadirin rahimakumullah,
Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat
kepada siapa dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan, Allah Subhanahu wa
Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada
orangtuanya meskipun seandainya keduanya dalam keadaan kafir sekalipun.
Sebagaimana dalam berfirman-Nya,
ك ِب ِه ِع ْل ٌم فَالَ تُ ِط ْعهُ َما
َ َْس ل
َ ك ِبي َمالَي َ ك َعلَى أَن تُ ْش ِر َ َوإِن َجاهَ َدا
اح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا
ِ صَ َو
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15)
Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua
tidaklah gugur, karena keduanya dalam keadaan kafir, serta memerintahkan
untuk berbuat syirik atau melakukan kekafiran, meskipun perintah keduanya
yang berupa kemungkaran tetap tidak boleh ditaati.
Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya dan sangat luas
cakupannya. Bisa dilakukan dengan ucapan, perbuatan, maupun dengan harta.
Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan dengan menjaga tutur kata
yang baik dan tidak menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika
berbicara kepadanya. Sedangkan berbuat baik dengan perbuatan, bisa dilakukan
dengan membantu menyiapkan keperluan-keperluannya atau melakukan
pekerjaan-pekerjaan lainnya untuk meringankan bebannya serta memenuhi
perintah-perintah-Nya, selama bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan berbuat baik dengan harta, bisa
dilakukan dengan menginfakkan sebagian dari hartanya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
Hadirin rahimakumullah,
Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih
hidup. Bahkan, di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik
kepadanya masih bisa dilakukan. Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz ibnu Abdullah ibnu
Baz rahimahullah, salah seorang ulama terkemuka di Saudi Arabia
mengatakan, “Disyariatkan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
yang telah meninggal dunia, begitu pula bersedekah atas namanya dengan
berbuat baik berupa memberikan bantuan kepada fakir miskin, (yaitu) seseorang
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan perbuatan
tersebut dan kemudian berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar
menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah dan ibunya atau selain
keduanya, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup. Hal ini
karena Nabi bersabda (yang artinya), ‘Apabila seorang manusia meninggal
dunia, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa untuknya.’ Disebutkan dalam
hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ada seseorang bertanya
kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ْ َص َّدق
،ت ْ ص َوأَظُنُّهَا لَ ْو تَ َكلَّ َم
َ َت لَت ِ ت َولَ ْم تُ ْو ْ َ إِ َّن أُ ِّمي َمات،ِيَا َرس ُْو َل هللا
َ َأَفَلَهَا أَجْ ٌر إِ ْن ت
ُ ص َّد ْق
نَ َع ْم:ت َع ْنهَا؟ قَا َل
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau
belum sempat berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu
beliau ingin bersedekah, apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika
aku bersedekah atas namanya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Benar.” (Muttafaqun ‘alaih)
Begitu pula (akan bermanfaat untuk orang yang telah meninggal dunia) amalan
ibadah haji atas nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta
membayarkan utang-utangnya. Semua itu akan bermanfaat untuk yang
meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil yang syar’i menunjukkan hal
tersebut.” (Majmu’ Fatawa wa Maqalat, 4/342)
Hadirin rahimakumullah,
Seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya maka dia akan mendapatkan
balasan yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya di
akhirat kelak, namun juga di dunia. Di antaranya adalah bahwa orang-orang
yang berbuat baik kepada orang tuanya, maka akan berbuat baik pula anak-
anaknya kepadanya. Karena sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil yang
syar’i bahwa balasan seseorang adalah sesuai dengan perbuatan yang
dilakukannya. Di samping itu, seseorang yang berbuat baik kepada orang tua
juga akan diberi jalan keluar dari kesulitan yang menimpanya. Hal ini
sebagaimana ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-
Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya yang menceritakan tentang kisah
tiga orang yang ketika masuk untuk beristirahat di dalam gua. Tiba-tiba ada
batu besar yang jatuh menutup pintu gua. Maka dalam kesulitan tersebut, ketiga
orang tadi bertawassul memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan menyebutkan amalan shalih yang pernah mereka lakukan. Pada
akhirnya batu yang menutup pintu goa pun terbuka sehingga mereka bisa keluar
dari gua tersebut. Di antara amal shalih yang disebutkan oleh salah satu dari
mereka adalah perbuatan baiknya kepada orangtuanya.
Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam keumuman hadits ini karena
termasuk penunaian silaturahim, dan bahkan silaturahim yang paling tinggi
adalah menghubungi orang tua. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu
wa Ta’ala selalu memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk bisa berbakti
kepada orangtua. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
KHUTBAH KEDUA
ان إِالَّ َعلَى َ ب ْال َعالَ ِمي َْن َو ْال َعاقِبَةُ لِ ْل ُمتَّقِي َْن َوالَ ُع ْد َو
ِ ْال َح ْم ُد هلِل ِ َر
ًك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدا
َ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي،الظَّالِ ِمي َْن
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َ ،ق اأْل َ ِمي ُْن ُ َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ الصَّا ِد
َّ َ أ،ان إِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن
ُما بَعْد ٍ والتَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم ِبإِحْ َس
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Setelah kita mengetahui betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada
orang tua, maka tentu saja tidak semestinya bagi kita untuk menganggap remeh
amalan ini. Apalagi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk menjalankan kewajiban ini di saat yang sangat sulit
untuk dijalankan. Yaitu di saat orang tua telah berusia lanjut, yang dalam usia
tersebut tentunya orang tua dalam keadaan semakin lemah badan dan cara
berpikirnya, sehingga bisa membuat seorang anak akan merasa capai dalam
mengurusinya. Dalam keadaan demikian, seorang anak bisa terkena rasa bosan
dan bahkan jengkel dengan perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh
orangtua. Namun, dalam keadaan yang demikian pun seorang anak harus
bersabar dan tidak menyakiti orangtuanya dalam bentuk apapun. Hal ini tentu
menunjukkan betapa ditekankannya kewajiban ini. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
ف ٍّ ُك ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَ ْو ِكالَهُ َما فَالَ تَقُل لَّهُ َما أ
َ إِ َّما يَ ْبلُ َغ َّن ِعن َد
ُّ اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح
ِّالذل ْ } َو23{ َوالَتَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما قَ ْوالً َك ِري ًما
ص ِغيرًاَ ِم َن الرَّحْ َم ِة َوقُل رَّبِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي
Jika salah seorang di antara kedua orang tua atau kedua-duanya telah
berumur lanjut (dan mereka) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah memelihara aku sewaktu kecil.” (Al-Isra’:
23-24)
Hadirin rahimakumullah,
ْت َعلَى إِ ْب َرا ِهي َم َ صلَّي َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اللَّهُ َّم
ِ ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
آل ِ َ َوب،ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد َ َّآل إِ ْب َرا ِهي َم إِن
ِ َو َعلَى
كَ َّين إِن َ آل إِ ْب َرا ِهي َم فِي ْال َعالَ ِمِ ت َعلَى إِ ْب َرا ِهي َم َو َعلَى َ ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك
ح ِمي ٌد َم ِجي ٌد.َ
ْ اللَّهُ َّم أَصْ لِح.ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َ ْاللَّهُ َّم أَ ِع َّز اإْل ِ ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشر
ط َمئِنًّاْ اللَّهُ َّم اجْ َعلْ هَ َذا ْالبَلَ َد آ ِمنًا ُم.انٍ مين فِي ُك ِّل َم َك َ ِأَحْ َوا َل ْال ُم ْسل
، اللَّهُ َّم آ ِمنَّا فِ ْي أَ ْوطَانِنَا. يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن،ًَو َسائِ َر بِالَ ِد ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َّمة
َ ك َواتَّقَا
ك َ َ َواجْ َعلْ ِوالَيَتَنَا فِ ْي َم ْن َخاف،َوأَصْ لِحْ أَئِ َّمتَنَا َو ُوالَةَ أُ ُم ْو ِرنَا
َ ُ صف
ون ِ َك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما ي َ ِّان َربَ ُس ْب َح.ك يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن َ ضا َ َواتَّبَ َع ِر
َ ين َو ْال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم
ين َ َِو َساَل ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسل