Jurnal Reading Fix Ya MHNMFF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Mencari Anak-Anak yang Buta

Anak-anak yang mengalami kebutaan harus ditemukan sedini mungkin supaya mereka dapat
diperiksa, diobati, dirujuk, dan direhabilitasi. Hal ini krusial karena dengan begitu anak-anak
memiliki kesempatan untuk berkembang, mendapatkan edukasi, dan dapat berpartisipasi di
lingkungan sosial yang luas.
Metode Key informant adalah metode yang efektif, berbasis komunitas, dan menggunakan
pendekatan partisipatif. Metode ini sangat cocok untuk mengidentifikasi anak-anak yang
mengalami kebutaan di negara-negara yang kurang dan berkembang, dimana banyak
komunitas di pedalaman dan akses kesehatan, edukasi, dan pelayanan rehabilitasi yang buruk
membuat sebagian besar metode penelitian menjadi kurang efektif. Metode Key Informant
dikembangkan dan dicoba untuk memperluas area penelitian di Bangladesh dan sudah
berhasil dicoba di Ghana dan Malawi.
Metode ini dapat memenuhi dua peran yang sangat penting yaitu menyediakan data mengenai
frekuensi dan penyebab dari kebutaan pada anak-anak di komunitas dan menemukan
sejumlah besar anak-anak yang memerlukan pelayanan baik dalam klinis, edukasi dan
rehabilitasi.
Metode ini melibatkan sukarelawan yang mengerti dengan baik akan komunitasnya, baik
melalui pekerjaan atau peran sosialnya, demi mengidentifikasi anak-anak yang mengalami
kebutaan. Para sukarelawan ini disebut key informants, meliputi petugas kesehatan, guru-
guru sekolah, pegawai organisasi swasta, pegawai negeri, pemimpin agama (imam, guru
agama, dan yang lainnya), pengobat tradisional, jurnalis lokal, atau orang lain yang aktif
terlibat dalam jaringan sosial di komunitas.
Key informants yang ideal harus yang dapat dipercaya dan bersedia untuk berkontribusi dan
meluangkan waktunya dengan sukarela. Mereka juga harus memiliki peluang melalui peran
mereka di komunitas untuk menyebarkan informasi ke sejumlah besar anggota komunitas
secara langsung maupun tidak langsung.
Walaupun key informants bersifat sukarela, mereka perlu diberi motivasi dan mobilisasi
dengan tujuan yang spesifik: pada kasus ini yaitu untuk menemukan anak-anak yang buta.
Hal ini merupakan tanggung jawab dari anggota dari kelompok projek yang disebut
penggerak komunitas. Penggerak komunitas menetap dan bekerja di komunitas tertentu
dengan lama waktu sesuai dengan projek (kurang lebih 6 minggu) untuk mengidentifikasi,
melatih, memotivasi, dan menggerakan key informants. Kesuksesan dari metode key
informant sangat bergantung pada jaringan, sosial, dan kemampuan komunikasi, motivasi,
dan komitmen dari penggerak komunitas.
Metode ini sangat baik bekerja saat dilakukan pada daerah yang relatif kecil, geografis yang
jelas atau area administratif, secara ideal yaitu daerah kecamatan dengan total populasi
sekitar 100.000 sampai 250.000. Area yang lebih besar dapat dikover melalui pendekatan
yang bertahap atau menggunakan sejumlah besar penggerak komunitas. Ukuran dari
kecamatan, dan transportasi lokal dan komunikasi infrastruktur juga harus diperhitungkan:
seorang penggerak komunitas idealnya dapat mengunjungi setiap daerah dari kecamatan
beberapa kali dalam 6 minggu dia tinggal di sana.
Dalam periode berdurasi 6 minggu, satu penggerak komunitas, bekerja sama dengan 40 key
informants yang dia latih, dan mereka harus dapat mengidentifikasi 60-80 anak-anak buta.
Seorang penggerak komunitas dapat mengkover 8 kecamatan dalam 1 tahun dan
mengidentifikasi 500 sampai 600 anak yang mengalami kebutaan dari total populasi 1 juta
sampai 1,5 juta orang.

SEPULUH LANGKAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN METODE JURU


INFORMAN

Berikut adalah langkah-langkah yang telah diimplementasikan, satu per satu, dalam periode 6
bulan, yang tertera pada garis waktu dalam Tabel 1.

1. Pemetaan jaringan sosial


Pelaksana komunitas mengidentifikasi grup mana yang dapat menjadi sarana dalam
rangka perekrutan juru informan, contohnya organisasi lokal, perkembangan,
pendidikan atau program kesehatan pemerintah, pemerintah sendiri, sekolah, proyek
yang bergelut dalam bidang penyandang cacat, organisasi wanita dan organisasi lain
yang relevan. Hal ini dapat dimulai sebelum mengunjungi komunitas itu.
2. Menjaring sosial dan sensitisasi
Pelaksana komunitas memegang satu atau lebih program setengah hari pertemuan
sensitisasi dengan wakil agensi, organisasi atau grup yang telah teridentifikasi dalam
rangka untuk menjelaskan alasan kenapa harus mencari anak-anak yang buta. Grup
tersebut ditanya mengenai siapa saja yang dapat menjadi juru informan.
3. Mengelompokkan grup lokal sebagai juru informan
Setelah sensitisasi, juru informan dapat memutuskan pembagian distrik atau area ke
dalam 4 atau 5 segmen yang lebih kecil (masing-masing terdiri dari 50.000 populasi),
tergantung dari lokasi mereka tinggal, juga tergantung dari transportasi yang
memadai. Setiap segmen dapat dipandu oleh 1 juru informan, yang idealnya berasal
dari grup yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mencegah dupliaksi dan memastikan
perlindungan yang intensif pada populasi tersebut.
4. Pelatihan juru informan
Setelah pembagian segmen disetujui, pelaksana komunitas melatih juru informan
dalam grup.

Aktivitas Minggu
1 2 3 4 5 6
Pemetaan jaringan sosial v
Penjaringan sosial dan sensitisasi v
Organisasi lokal grup dari juru informan v
Pelatihan juru informan v
Komunikasi kesehatan dan penemuan kasus v v v v
Pendukungan aktivitas juru informan v v v v
Perencanaan dan organisasi hari pemeriksaan mata v v
Hari pemeriksaan mata v
Dokumentasi dan monitor v
Rujukan dan evaluasi v

Sesi ini berlangsung setengah hari dan para informan diajarkan cara menemukan anak-anak
tuna netra di komunitas lokal mereka. Pelatihan mencakup penjelasan tentang kebutaan dan
penyebabnya pada anak-anak; menekankan fakta bahwa banyak anak tuna netra dapat
memperoleh manfaat dari perawatan, pendidikan, dan layanan lainnya; dan penilaian
penglihatan. 'Menghitung jari' pada jarak tiga meter digunakan untuk anak-anak berusia 6
sampai 15 tahun. Untuk memastikan agar anak-anak pra sekolah tidak terlewatkan, informan
kunci dilatih untuk merujuk anak untuk diperiksa jika ibu dari anak berpikir ada masalah
pada mata atau penglihatan. Informan kunci juga didorong bekerja sama selama tiga sampai
empat minggu berikutnya untuk mengidentifikasi anak-anak yang dianggap buta atau
memiliki 'masalah penglihatan yang serius'. Mereka dapat bekerja berpasangan atau dalam
kelompok kecil untuk saling mendorong dan saling mendukung.
5. Komunikasi kesehatan dan penemuan kasus: Informan kunci bertanggung jawab atas
dua tugas selama tiga sampai empat minggu berikutnya. Tugas utamanya adalah
menyebarkan pesan (seringkali melalui peran sosial dan / atau pekerjaan mereka) bahwa
deteksi kasus anak-anak yang buta sedang dilakukan pada tingkat kecamatan, dan untuk
mendorong anggota masyarakat dan orang tua untuk melaporkan kepada mereka nama dari
anak yang buta tersebut. Tugas kedua adalah mengidentifikasi anak-anak yang mereka
anggap buta dan membuat daftar nama, usia, dan alamat mereka sehingga mereka dapat
diperiksa oleh tim mata yang berkunjung pada hari pemeriksaan mata.
6. Mendukung kegiatan informan kunci: Meskipun informan kunci bekerja dalam jaringan
di masyarakat, tugas utama penggerak masyarakat adalah memberikan dukungan dan
dorongan terus menerus, misalnya dengan mengunjungi setiap informan kunci untuk
mendiskusikan kemajuan, mengunjungi rumah tangga dengan anak-anak tuna netra bersama
dengan informan kunci, melakukan Pertemuan tingkat masyarakat tentang masalah kebutaan
pada masa anak, membagikan poster dan selebaran pada acara pertemuan masyarakat, dan
menghadiri berbagai acara pertemuan masyarakat.
7. Merencanakan dan mengatur hari pemeriksaan mata : Penggerak masyarakat
bertanggung jawab dalam mengatur tanggal dan lokasi untuk pemeriksaan mata, lalu
informan utama akan memberitahu semua orang tua dan wali dari anak yang
teridentifikasi, dimana dan kapan anak harus datang untuk dilakukan pemeriksaan
mata. Pada kasus kemiskinan yang parah dan jarak yang jauh dari tempat
pemeriksaan, harus dipersiapkan transportasi untuk pasien dan keluarga, atau diberi
dana untuk transportasi ke tempat pemeriksaan.
8. Hari pemeriksaan mata : di hari tersebut, tim pemeriksa mata (termasuk satu atau dua
dokter spesialis mata) memeriksa semua anak yang teridentifikasi oleh para informan
utama, untuk dikonfirmasi apakah anak-anak ini buta, dan untuk menentukan serta
mendokumentasikan penyebab dari kebutaan yang terjadi, juga merujuk anak ke
tempat berobat yang sesuai dengan kebutuhan. Tim pemerksa mata juga memberi
timbal balik kepada para informan.
9. Dokumentasi dan memonitor : blanko standart WHO dapat digunakan untuk
mencatat hasil pemeriksaan. Semua data dapat dimasukkan ke database dan temuan
dilaporkan kembali kepada informan utama.
10. Rujukan dan follow up : Rujukan yang spesifik harus diberikan untuk anak yang
membutuhkan tindakan medis, optis, ataupun intervensi operasi. Anak juga harus
dirujuk untuk mendapatkan edukasi, intervensi awal, perbaikan gangguan
penglihatan, dan juga pelayanan sosial. Daftar dari semua rujukan harus disusun oleh
penggerak komunitas dengan berkonsultasi dengan dokter spesialis mata; agar
penggerak komunitas dapat memfollow up kehadiran baik dari keluarga dan juga para
pemberi jasa. Penggerak komunitas harus memastikan bahwa semua jasa tersedia dan
dapat diakses untuk semua anak yang dirujuk.

Metode pelatihan dan materi komunikasi untuk informan utama


Materi komunikasi yang sederhana tetapi dengan pelatihan yang tepat dapat berkontribusi
dalam kesuksesan dari metode yang diberikan informan utama. Di Bangladesh, manual
pelatihan yang standart untuk penggerak komunitas dan flipchart untuk informan utama
sudah dikembangkan menggunakan bahasa lokal, Bangla. Poster yang sederhana tetapi
berwarna dapat didistribusikan oleh informan utama di level komunitas untuk meningkatkan
kewaspadaan komunitas akan kebutaan pada anak, dan untuk meningkatkan pelaporan anak
yang buta. Radio lokal dan televise dapat digunakan untuk mengumumkan kegiatan yang
berlangsung. Selebaran kecil dapat dibagikan dalam jumlah yang banyak saat perkumpulan
masyarakat: ini merupakan komunikasi masa yang murah tetapi efektif.

Gambar 1. Poster dengan bahasa lokal (Bangla) menyoroti penyebab utama dari kebutaan
pada anak di area tersebut (katarak)
Referensi
1 Muhit MA, Shah SP, Gilbert CE, Hartley SD, and Foster A. The key informant method: a
novel means of ascertaining blind children in Bangladesh. Br J Ophthalmol. First published
online on 12 April 2007, http://bjo.bmj.com/cgi/content/abstract/bjo.2006.108027v1
2 Boye J. Validating key informant method in detecting blind children in Ghana. J Comm
Eye Health 2005;18(56): 131.
3 Kalua K. Use of key informants in determining the magnitude and causes of childhood
blindness in Chikwawa district, southern Malawi. J Comm Eye Health 2007;20(61): 8.
4 Gilbert CE, Foster A, Negrel AD et. al. Childhood blindness: a new form of recording
causes of vision loss in children. Bull World Health Org 1993;71: 485–489.

CRITICAL APPRAISAL

Deskripsi jurnal
a. Tujuan utama
- Cara mendapatkan data tentang jumlah dan penyebab kebutaan pada anak serta
jumlah anak yang membutuhkan pelayanan medis ( pemeriksaan, edukasi,
rehabilitasi)
b. Simpulan

Pada jurnal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat metode pelatihan dan materi
komunikasi untuk informan utama yang murah namun efektif dilakukan untuk
mencari data pelaporan anak yang buta di Bangladesh, yaitu dapat berupa manual
pelatihan standart untuk para penggerak komunitas, flipchart yang menggunakan
bahasa lokal (Bangla) untuk informan utama, poster sederhana berwarna yang dapat
didistribukan kepada komunitas untuk meningkatkan kewaspadaan kebutaan pada
anak, radio lokal dan televise dapat membantu untuk menyiarkan kegiatan yang
berlangsung dan selebaran kecil pada saat perkumpulan masyarakat.

Telaah Jurnal
a. Judul Artikel Ilmiah
- Judul telah dibuat singkat, tidak lebih dari 12 kata
- Judul telah informatif dan jelas sehingga dapat mengetahui kandungan dari
jurnal tersebut, menunjukkan masalah yang hendak diteliti dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda
- Tidak ada penyingkatan kata

b. b. Abstrak
Pada jurnal ini tidak ada abstrak. Seharusnya pada jurnal yang baik terdapat abstrak.
Abstrak sendiri harus terdiri dari latar belakang, tujuan, metode, hasil, kesimpulan, dan
kata kunci yang ditulis secara berurutan. Selain itu jumlah kata dalam abstrak penelitian
hanya dapat memuat maksimal 250 kata saja.

c. c. Latar Belakang
Pada latar belakang telah dikemukakan adanya kesenjangan antara kenyataan dengan
harapan dan juga landasan pemikiran untuk penelitian dilakukan. Latar belakang telah
mengandung 3 aspek utama yakni besar masalah, apa yang telah dan belum diketahui,
dan pembenaran mengapa memilih penelitian yang diusulkan.

d. Metode
- Jurnal ini memaparkan cara mengimplementasikan metode juru informan.
- Jurnal ini menyarankan waktu pemerolehan data yaitu enam bulan.
- Jurnal ini menyarankan satu community mobiliser untuk empat puluh juru
informan yang sudah terlatih, dan satu juru informan mampu mengidentifikasi 40-
60 anak dengan kebutaan. Satu community mobiliser mencakup delapan wilayah.
- Jurnal ini tidak disebutkan desain penelitian.
- Pada metode ini tidak menyebutkan kriteria inklusi dan eksklusi subjek maupun
juru informan.
- Jurnal ini tidak disebutkan perkiraan jumlah sampel dan juru informan.
- Jurnal ini tidak menyebutkan pemeriksaan yang hendak dilakukan.
e. Hasil
- Jurnal ini tidak memaparkan hasil penelitian
f. Pembahasan
 Semua hal yang relevan dan terkait dengan pelaporan kebutaan pada anak sesuai
dengan metode pelatihan dan materi komunikasi yang digunakan oleh informan utama
telah dicantumkan pada pembahasan
 Dalam pembahasan sudah dipaparkan mengenai berbagai macam metode dan alat
komunikasi yang dapat digunakan sebagai sarana yang efektif untuk mengetahui
pelaporan anak yang buta.
 Pada pembahasan, telah dipaparkan bahwa penggunaan media komunikasi berupa
poster berwarna dan media komunikasi lainnya sudah diterjemahkan kedalam bahasa
lokal (Bangla) sehingga dapat membantu dan mempermudah dalam berkegiatan.
 Pada pembahasan telah dicantumkan contoh dari media komunikasi yang digunakan
yaitu berupa poster berwarna yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa lokal
(Bangla).
 Pembahasan pada jurnal ini telah menyertakan daftar pustaka yang ditandai dengan
adanya sitasi.
 Pada jurnal ini bagian mengenai judul pembahasan belum dicantumkan secara
terpisah.
 Pada jurnal ini belum dibahas mengenai kekurangan metode yang digunakan dan
saran untuk penelitian selanjutnya.
 Pada jurnal ini belum disertakan ucapan terimakasih kepada pihak yang tepat dan
secara wajar.

Anda mungkin juga menyukai