KAJIAN PUSTAKA
5
6
5. Geologi
Batuan berlapis-lapis dengan kohesi terbatas dapat bergeser
sehingga menyebabkan patahnya bahan peledak. Sedangkan batuan besar
yang banyak retakannya dapat mengalirkan gas bahan peledak ke semua
arah sehingga meningkatkan potensi terjadinya cutoff.
Batuan yang lunak memerlukan waktu yang lebih lama untuk
melakukan perpindahan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama
antara baris-baris untuk mengendalikan pecah yang berlebihan.
6. Kondisi Air
Batuan jenuh (lubang peledakan yang terisi air) dapat meneruskan
tekanan air dari titik peledakan ke daerah-daerah disekitarnya. Tekanan
ini dapat menyebabkan decounting isi bahan peledak atau meningkatkan
densitasnya sampai ke titik yang tidak memungkinkan peledakan
(deadpressed).
7. Bahan peledak yang digunakan
Produk bahan peledak dengan densitas yang lebih besar (>1.25
g/cc) yang menggunakan udara tersikulasi untuk mengatur kepekaan,
mudah terkena dead pressing dari peledakan lubang peledakan yang
berdekatan.
8. Sederhana
Rsncangan yang rumit akan memerlukan waktu tambahan untuk
menghubungkan dan mengevaluasi rangkaian (dengan memeriksa
penyambungan pada konfigurasi delay).
Tabel 2.1
Moh’s Hardness dan Compressive Strength
Soft 2–3 10 – 30
b) Geometri Pemboran
Dalam geometri pemboran mencakup beberapa hal yaitu diameter
lubang ledak, kedalaman lubang ledak dan arah lubang ledak,
1) Diameter Lubang Ledak
Diameter lubang ledak merupakan parameter yang penting
dalam merancang suatu peledakan karena akan mempengaruhi
geometri peledakan. Pemilihan ukuran lubang ledak secara tepat
pada suatu rancangan peledakan akan memberikan dua bagian
penilaian. Bagian pertama yaitu mempertimbangkan efek dari
ukuran lubang ledak terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu
16
a) Pola Peledakan
Secara umum pola peledakan menunjukkan urutan atau
sekuensial ledakan dari sejumlah lubgang ledak. Pola peledakan pada
tambang terbuka dan bukaan di bawah tanah berbeda. Banyak faktor
yang menentukan perbedaan tersebut yaitu faktor yang mempengaruhi
pola pengeboran. Adanya urutan peledaakan berarti terdapat jeda
waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut dengan
waktu tunda atau delay time.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu
tunda pada sistem peledakan antara lain adalah:
1. Mengurangi getaran.
2. Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock).
3. Mengurangi getran akibat airblast dan suara (noise).
4. Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan.
5. Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan.
1). Bila orientasi antar retakan hampir tegak lurus, sebaiknya S = 1,41
B seperti pada gambar 2.7.
Gambar 2.7. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem inisiasi
Gambar 2.8. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem inisiasi
echelon serta orientasi antar retakan 600
( Sumber : http//www.Peledakan pojok dengan pola staggered.com )
3). Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka ratio dan
burden (S/B dirancang seperti pada gambar 2.9. dan 2,10, dengan
pola bujursangkar (square pattern).
Gambar 2.11. Peledakan pada bidang Bebas memanjang dengan pola V-Cut
Bujursangkar dan Waktu Tunda Close Interval (Chevron)
( Sumber : http//www. Peledakan pada bidang Bebas memanjang dengan pola V-
Cut Bujursangkar.com )
24
Gambar 2.12. Peledakan Pada bidang Bebas memanjang dengan Pola V-Cut
Persegi panjang dan Waktu Tunda Bebas
( Sumber : http//www.Peledakan Pada bidang Bebas memanjang dengan Pola V-
Cut Persegi panjang,com )
Ga mbar
2.13. Box Cut
( Sumber : http//www.pola peledakan box cut.com )
25
d. “V” cut
27
b) Geometri Peledakan
Richard L. Ash membuat suatu pedoman perhitungan geometri
peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empiric yang diperoleh di
28
a. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan
bidang bebas yang panjangnya tergantung pada karakteristik
batuan. Menentukan ukuran burden merupakan langkah awal agar
fragmentasi batuan hasil peledakan, vibrasi, airblast dapat
memuaskan.
Tabel 2.2.
Hubungan Burden dan Ketinggian Jenjang (Stiffnes Ratio)
Tabel 2.3
Burden Standar (Kbstd) menurut R.L Ash
Rock Group
Hard
Type of explosive Soft Medium
(>2,5t/m3
(<2t/m3) (2-2,5t/m3)
)
Low density (0,5-0,9 g/cc)
and low strength 30 25 20
Jika:
B = burden
Kb = burden ratio
Kb× De
B = ft
12
Atau,
Kb× De
B = m
39,3
Maka :
Kb Terkoreksi = 30 × Af1 × Af2
Keterangan :
Dengan :
32
1
Dsdt
Af1 = ( D ) 3
Dan
1
SG. Ve 2
Af2 = (
SGstd . Ve std 2 ) 3
Keterangan:
Kbstd = 30
Jadi,
Kbterkoreksi × De
B = 39,3
meter
33
b. Spacing (s)
Spacing adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis
yang sejajar dengan bidang bebas. Jarak spacing yang terlalu besar
akan menghasilkan fragmentasi yang tidak baik dan dinding akhir
yang ditinggalkan relatif tidak rata, sebabnya bila spacing terlalu
kecil dari jarak burden maka akan mengakibatkan tekanan sekitar
stemming yang lebih dan mengakibatkan gas hasil ledakan
dihamburkan ke atmosfer diikuti suara bising (noise).
S = Ks × B
Keterangan:
S = spacing (m)
B = burden (m)
Tabel 2.4
Persamaan untuk Menentukan Jarak Spacing
Serentak S = (H + 2B) /3 S = 2B
Keterangan:
S = Spacing(Ft)
H = Tinggi Jenjang (H)
B = Buden (ft)
c. Stemming (T)
Stemming adalah lubang ledak bagian atas yang tidak diisi
bahan peledak, tetapi biasanya diisi oleh abu hasil pemboran atau
material berukuran kerikil dan dipadatkan di atas bahan peledak.
Panjang stemming juga dapat mempengaruhi fragmentasi batuan
hasil peledakan, di mana stemming yang terlalu panjang dapat
mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak
mampu untuk menghancurkan batuan di sekitar stemming tersebut,
dan stemming yang terlalu pendek bisa mengakibatkan terjadinya
batuan terbang dan pecahnya batuan menjadi lebih kecil. Kriteria
stemming yang baik yaitu:
Dapat menyeimbangkan tekanan di daerah stemming.
Dapat mengurangi gas hasil proses kimia bahan peledak.
35
T = Kt . B
Keterangan:
T = stemming (m)
B = burden (m)
H= Kh . B
Keterangan:
B = burden (m)
e. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi
batas lantai jenjang bagian bawah supaya batuan dapat meledak
secara fullpace dan untuk menghindari kemungkinan adanya
tonjolan-tonjolan (toe) pada lantai jenjang bagian bawah tambahan
kedalaman dari lubang tembak di bawah rencana lantai jenjang.
Pemboran lubang ledak tembak sampai batas bawah dari lantai
bertujuan agar seluruh permukaan jenjang bisa terbongkar secara full
face setelah dilakukan peledakan, jadi untuk menghindari agar pada
lantai jenjang tidak terbentuk tonjolan-tonjolan (toe). Tonjolan yang
terjadi akan menyulitkan peledakan berikutnya dan pada waktu
pemuatan dan pengangkutan. Rumus yang dipaki untuk mencari
subdrilling adalah
J = Kj . B
Keterangan:
J = subdrilling (m)
37
B = burden (m)
Keterangan :
Tabel 2.5
Powder Factor Peledakan untuk beberapa jenis Batuan
38
PC × de
PF =
(B × S × L)
Keterangan:
B = burden (m)
S = spacing (m)
h. Stiffnes Ratio
Penentuan diameter lubang dan tinggi jenjang
mempertimbangkan 2 aspek, yaitu:
Aspek ukuran lubang ledak terhadap fragmentasi, airblast,
flyrock dan getaran tanah.
Biaya Pengeboran
Tabel 2.6.
Hubungan Burden dan Ketinggian Jenjang (Stiffnes Ratio)
3. Ground Vibration
a) Pengertian Ground Vibration
Getaran tanah (ground vibration) adalah gerakan bumi yang
terjadi akibat perambatan gelombang seismik di bawah tanah.
Kegiatan peledakan selalu menghasilkan gelombang seismik. Tujuan
Peledakan umunya untuk memecahkan batuan. Kegiatan ini
membutuhkan sejumlah energi yang cukup sehingga melebihi atau
melampaui kekuatan batuan atau melampui batas elastis batuan.
Apabila hal tersebut terjadi maka batuan akan menjadi pecah. Proses
pemecahan batuan akan terus berlangsung sampai energi yang
dihasilkan bahan peledak makin lama makin berkurang dan menjadi
lebih kecil dari kekuatan batuan. Sehingga proses pemecahan batuan
terhenti dan energi yang tersisa akan menjalar melalui batuan, karena
masih dalam batas elastisitasnya. Hal ini akan menghasilkan
gelombang sismik.
Menurut Blasting Guideline Manual (Rosenthal & Marlock,
1987) yang dikeluarkan oleh US Office of Surface Mining
Reciamation & Enforcement (OSMRE), dinyatakan bahwa setiap
kegiatan peledakan menghasilkan getaran dengan 3 (tiga) kriteria,
yaitu : Peak Particel Velocity (PPV), Peak Particle Acceleration
(PPA) dan Peak Particle Displecement (PPD). Dari beberapa
penelitian: Peak Particle Velocity (PPV) merupakan kriteria yang
paling berpengaruh dalam Analisis tingkat getaran.
Beberapa peneletian yang menggunakan PPV sebagai kriteria
yang paling berpengaruh antara lain:
1. USBM (Duvall & Fogeison, 1962)
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
−β
R
PPV = K (
√ Qmax ) ..................................... (2.1)
43
2. Ambraseys-Hendron (1968)
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
−β
R
PPV = K ( Qmax 1/3 ) ..................................... (2.2)
3. Langefors_kihistrom (1978)
Persamaan yang digunakan sebagai berikut :
−β
R 3/ 4
PPV = (
Q max 1/ 2 ) ..................................... (2.3)
Keterangan :
Tabel 2.7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Getaran Tanah
Primacord
12 Kecocokan Isian ×
Pengaruh terhadap tingkat
Variabel yang tak dapat
No getaran tanah
dikontrol operator
. Tidak
tambang Signifikan Sedang
Signifikan
Keadaan umum daerah
1 permukaan ×
Tipe dan kedalaman
2 Overburden ×
3 Kondisi angin dan hujan ×
b) Scaled Distance
1. Analisis Scaled Distance
Cara yang praktis dan efektif untuk mnegontrol getaran
adalah dengan menggunakan scaled distance. Sehingga
memungkinkan pelaksanaan lapangan menentukan jumlah bahan
peledak yang diperlukan atau jarak aman untuk muatan bahan
peledak yang jumlahnya telah ditentukan. Harga SD yang besar
akan lebih aman, karena semakin jauh jaraknya akan lebih aman
dibandingkan dengan jarak yang lebih dekat. Batas scaled distance
dapat dirumuskan sebagai berikut :
D
Scaled Distance (SD) =
√W
........................... (2.4)
Dimana :
D = jarak maksimum terhadap lokasi pengamatan (m)
W = muatan bahan peledak maksimum per periode tunda, (kg)
−n
D
PPV = k ( )
√W
.................................................. (2.5.)
Dimana:
PPV = Ground Vibration as Peak Particle Velocity (mm/s)
D = Jarak muatan maksimum terhadap lokasi pengamatan (m)
W = Muatan bahan peledak maksimum per periode tunda (Kg)
K, n = Konstanta yang harganya tergantung dan kondisi lokasi dan
kondisi peledakan
3. Standar Vibrasi
Standar Vibrasi adalah besar/kuat getaran yang diijinkan
akibat dan kegiatan peledakan dimana tidak melewati batas aman.
Adapun acuan kriteria baku tingkat getaran peledakan terhadap
bagunan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat
dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8
Baku Tingkat Getaran Peledakan terhadap Bagunan (SNI)
sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500-7500 meter per detik (m/detik).
Oleh sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja
yang lambat laun berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan
batuan.
2. Kecepatan detonasi
Kecepatan detonasi (velocity of detonation = VOD) merupakan
kecepatan gelombang detonasi yang menerobos sepanjang kolom isian
bahan peledak, dinyatakan dalam meter/detik. kecapatannya tergantung
dari : jenis bahan peledak (ukuran butir, bobot isi), diameter dinamit ,
diameter lubang ledak, derajat pengurungan (degree of confinement),
penyalaan awal (initiating).
3. Kepekaan (sensivity)
Kepekaan (Sensivity) adalah ukuran besarnya impuls yang
diperlukan oleh bahan peledak untuk mulai bereaksi dan menyebarkan
reaksi peledakan keseluruh isian. Kepekaan ini tergantung pada :
komposisi kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air, dan
temperatur.
4. Bobot isi bahan peledak (density)
Bobot Isi Bahan Peledak (density) adalah perbandingan antara berat
dan volume bahan peledak, dinyatakan dalam gr/cm3. Bobot isi ini
biasanya dinyatakan dalam specific gravity (SG). stick count (SC) atau
loading density (d).
5. Tekanan detonasi (Detonation Pressure)
Tekanan Detonasi (Detonation Pressure) merupakan penyebaran
tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan peledak,
dinyatakan dalam kilobar (kb).
6. Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance)
Ketahanan terhadap air (Water Resistance) merupakan kemampuan
bahan peledak itu sendiri dalam menahan air dalam waktu tertentu tanpa
merusak, merubah atau mengurangi kepekaannya, dinyatakan dalam jam.
7. Sifat Gas Beracun (Fumes)
Bahan peledak yang meledak menghasilkan dua kemungkinan jenis
gas yaitu smoke dan fumes. Smoke tidak berbahaya karena hanya terdiri
dari uap atau asap yang berwarna putih. Sedangkan fumes berwarna
kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun, yaitu terdiri dari Karbon
53
Monoksida (CO) dan Oksida Nitrogen (NOx). Fumes dapat terjadi jika
bahan peledak yang diledakkan tidak memiliki keseimbangan oksigen,
dapat juga jika bahan peledak itu rusak atau sudah kadaluarsa selama
penyimpanan dan oleh sebab lain.
8. Mudah terbakar (Flammability)
Kemudahan bahan peledak terhadap initasi dari bunga api atau
nyala api. Beberapa kandungan bahan peledak dapat diledakkan dengan
api. Flammability merupakan pertimbangan yang sangat penting untuk
penyimpanan, transportasi, dan pemakaiannya.
9. Tahan beku (Resistance to Freezing)
Pada negara-negara yang terjadi musim dingin dengan temperatur
di bawah 0o C, dibutuhkan bahan peledak yang tahan beku. Dinamit
menjadi lebih keras pada temperatur rendah dan akan merugikan dalam
pengisian lubang tembak.
5 atau 6 produsen tetap aktif di pasar ini. Setiap merek dapat diprogram
hanya dengan dirancang khusus mesin peledakan sendiri . Terutama karena
protokol komunikasi yang berbeda, tak satu pun dari mesin ini dapat
digunakan untuk memulai beberapa merek detonator. Akibatnya, tak satu
pun dari merek ini dapat dicampur dalam satu tembakan. Pertama mesin
peledakan nirkabel muncul di pasar pada tahun 2000, yang memungkinkan
inisiasi tembakan lebih besar dari jarak aman. Inisiasi Wireless telah
menjadi standar sejak di pasar. Detonator elektronik masih didasarkan pada
kabel listrik untuk melakukan sumber energi sinyal inisiasi.
ORICA Mining Services, penemu detonator elektronik nirkabel
diresmikan pada awal tahun 2011, berpura-pura sekarang untuk mengakhiri
dengan kelemahan operasional ini (potensi kebocoran, celana pendek, cut-
off , sensitivitas elektromagnetik ) dan akibatnya meningkatkan keselamatan
dan profitabilitas tambang. Perusahaan ORICA membuat detonator dengan
merk I-kon TM Digital Energy system. I-kon TM Digital Energy system atau
yang lebih dikenal dengan sebuan elektronik detonator merupakan detonator
generasi terbaru yang dibuat dan dirancang sedemikian khusus sebagai
penyempurnaan dari detonator generasi sebelumya untuk lebih
memaksimalkan proses kinerja peledakan
Kelas Detonator
a. Milli-second detonator
Milli-second Di dalamnya terdapat milli second delay element,
berfungsi untuk menunda detonasi sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Waktu tunda (delay interval) antara setiap inter-val seri
tidak boleh melibihi 100 ms (0.1 detik).
b. Half-second detonator
Half yaitu Di dalamnya terdapat half second delay element.
Waktu tunda (delay interval) adalah 500 ms (0.5 detik).
Karena detonator ini bersifat khusus tentunya ada beberapa alat yang
digunakan untuk menunjang kinerja dan pemakaian detonator ini,
diantaranya ada perangkat lunak dan perangkat kerasnya, seperti: logger,
Blaster dan hotplus-i
58
1. Dapat membaca file gambar dengan format : TIFF, JPEG atau Windows
BMP.
2. Mengambil gambar dari video (video capture) dengan Scion
Framegrabber.
3. Digital Video Capture dengan IEEE 1394 (fireware).
4. Kelebihan prosesing gambar standar (Scaling, filtering, dan sebagainya).
5. Peralatan edit gambar (image editing tools).
6. Digitasi automatik partikel batuan.
7. Identifikasi automatik partikel halus.
8. Menggunakan ukuran ayakan yang bisa disesuaikan (standar ISO, US,
UK).
9. Hasil berupa grafik distribusi ukuran butir yang bisa disesuaikan.
10. Basis pelaporan dalam HTML dan Text.
11. Menggunakan perhitungan algoritma untuk menggabung dua gambar
yang berbeda skala.
60