Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Latar Belakang

Stress dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi,
sehingga membuat tekanan yang berakibat stress pada klient. Ketika individu tidak dapat
menyelesaikan atau mengatasi stress dengan efektif maka stress tersebut berpotensi untuk
menyebabkan gangguan fisiologis lainnya, seperti post traumatic stress disorder (Kendall dan
hammen,1998 dalam safarina & saputra,2010). Pada abad ke 18 istilah stress digunakan dengan
lebih menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras yang berpusat pada
benda dan manusus “terutama kekuatan mental manusia” (yoseph,2011). Kemoterapi merupakan
salah satu pengobatan untuk membunuh sel kanker dengan menggunakan bahan kimia yang
diberikan baik oral maupun melalui intravena tersebut memasuki aliran darah kemudian
mengalir ke seluruh tubuh untuk membunuh sel kanker (savitri, 2015), yang direkomendaasikan
untuk wanita dengan kanker lanjutan atau berulang yang telah menyebar.

Efek samping pada pasien kemoterapi salah satunya adalah perubahan fisik yang dialami
oleh penderita kanker misalnya, kehilangan rambut, mual,muntah dan diare ini mengakibatkan
penderita kanker yang menjalani kemoterapi menjadi stress (cleese,2010). Pada tahun 2017
hampir 9 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat kanker dan akan terus meningkat.
Diperkirakan 2030 insiden kanker mencapai 26jura orang dan 17 juta dinyatakan meninggal. Di
Indonesia prevalensi kanker adalah 1,4 per 100 penderita sekitar 347.000 orang. Dampak stress
pada pasien yang menjalani kemoterapi dapat ditangan dengan cara memberikan tekhnik
relaksasi seperti pelatihan otogenik, latihan fisik, meditasi, serta terapi music (national safety
council, 2004). Music dipilih karena lebih sederhana di banding dengan tekhnik yang lain .
mudah dimengerti serta dianggap sebagai bahasa universal dan hamper semua orang mengalami
(Chlan,1998). Selama ini, terapi music telah diterapkan untuk menurunkan kecemasan,
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah (Standly,200 dalam Halim, 2005). Music
menjadikan suasana lebih tenang dan menyenangkan sehingga dapat mengendalikan suatu
emosional dalam tubuh (Utomo &Natalia, 1999. Dalam sebuah penelitian Kedokteran di
Amerika Utara 1984, music mampu mendatangkn ketenangan dan meminimalkan kecemasan
sampai 97% bagi mereka yang emndengarkan. Darai penelitian yang di lakukan oleh universitas
Boston responden yang mengalami ketenangan sebanyak 65% dari mendengarkan music
(sundana. 2004). Music memiliki tiga bagian yaitu beat, ritme dan harmoni, dan yang terdapat
pada music yang dimaikan dengan sexophone biasanya yaitu harmoni, seperti halnya aliran
music jazz harmoni.

1.2 Rumusan masalah :

Adakah pengaruh music saxophone terhadap penurunan stress pada pasien kemotherapy ?

Tujuan penelitian

Tujuan umum :

Mempelajari pengaruh music instrumental saxophone terhadap penurunan stress pada pasien
kemotherapy

1.3 Tujuan Khusus :

1. mengidentifikasi penurunan stress sebelum di lakukan pemberian terapi pendengaran music


sexophone

2. mengidentifikasi penurunan stress setelah di lakukan pemberian terapi pendengaran music


sexophone

3. membandingkan pengaruh penurunan stress setelah di berikan tterapi pendengaran music


sexophone dan setelah di berikan terapi pendengaran music sexophone
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pembahasan

Music bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu alasannya karena
music menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian di tangkap melalui organ pendengaran
dan diolah di dalam system saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi
interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal ini mempengaruhi
metabolism tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Dengan
metabolism yang lebih baik tubuh akan mampu membangun system kekebalan yang lebih baik,
dan dengan system kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebh tangguh terhadap
kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma, 2002). Sebagian besar perubahan fisiologis
tersebut terjadi akbat aktvitas dua system neuroendokrin yang dikendalikan oleh hpotalamus
yaitu system simpatis dan system korteks adrenal (Prabowo & Regina, 2007).

Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungs gandanya dalam keadaan
darurat. Fungsi pertamanya adalah mengaktifkan cabang simpatis dan system saraf otonom.
Hipotalamus nebghabtarkan impuls saraf ke nucleus-nukleus di batang otak yang mengendalikan
fungsi sitem saraf otonom. Cabang simpatis dari sitem saraf otonom bereaksi langsung pada otot
polos dan organ internal untuk menghasilkan beberapa perubahan tubuh seperti peningkatan
denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. System simpatis juga menstimulasi medulla
adrenal untuk melepaskan hormone epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke dalam pembuluh
darah, sehingga berdampak meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan norepinetrin
secara tidak langsung melalui aksinya pada kelenjar hipofisis melepaskan gula dari hati. Adrenal
Corticotropin Hormon (ACTH) menstimulalsi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks adrenal)
yang menyebakan pelepasan hormone (salah satu yang utama adalah kortisol) yang meregulasi
kadar glukosa dari mineral tertentu (Primadita,2011)
BAB III

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian
(Hidayat, 2007), sesuatu yang sangat penting dalam penelitian yang
memungkinkanpermaksimalan control beberapa factor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu
hasil. Berdasarkan tujuan di atas jenis penelitian yang digunakan adalah desai penelitian pre
eksperimental dengan menggunakan pendekatan “one shot case study”.

Pre eksperimen

Rancangan ini digunakan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat hanya dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek, sehingga tidak ada control yang ketat terhadap variable

One shot case study

Yaitu sebuah eksperimen yang di laksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan juga
tanpa adanya tes awal. Jenis pre eksperimental ini di lakukan dengan cara sebelum diberikan
treatmen perlauan. Variable dobservasi diukur terlebih dahulu (pre test) setelah itu dilakukan
treatmen atau perlakukan dan setelah treatmen dilakukan pengukuran atau observasi (post test)

3.2 populasi

Populasi : pasien kemotherapy

Sample

Sample : pasien kanker stadium akhir yang sedang menjalankan kemotherapy

Sampling

Pada penelitian ini menggunakan cara “non probability” yaitu tidak mencari peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample
Sampling : tidak mengambil seluruh pasien kemotherapy tetapi hanya mengambil pasien
kanker stadium akhir yang sedang menjalankan kemotherapy

Besar Sample

N
n= 2
1+ n(d )❑

3.4 Variable penelitian

Variable independen : music saxophone

Variable dependen :penurunan stress pasien kemotherapy

Definisi operasional :

Begini, lantunan musik yang kita dengar merupakan getaran gelombang suara. Gelombang suara
ini masuk menuju telinga bagian tengah tempat bermukimnya gendang telinga, untuk selanjutnya
diteruskan ke telinga dalam. Di area telinga dalam, gelombang suara ditangkap oleh sel-sel
rambut yang terdapat di dalam koklea untuk diubah menjadi sinyal listrik. Barulah kemudian
sinyal suara ini dikirim ke otak melalui serabut saraf telinga. Di otak, sinyal listrik ini menyebar
ke berbagai bagian dalam waktu bersamaan. Pertama, sinyal listrik ini mampir ke bagian otak
temporal yang bekerja untuk memproses input indra (mengubah sinyal tersebut menjadi lagu
yang kita dengar), memahami bahasa, dan mengatur emosi. Sinyal listrik ini juga mengalir ke
hipotalamus otak, tempat produksi hormon sekaligus pengatur tekanan darah, denyut jantung,
suhu tubuh. Saat merespon sinyal listrik tersebut, hipotalamus langsung bekerja meningkatkan
mood bahagia dopamin sambil menurunkan hormon kortisol. Itu sebabnya segala macam gejala
yang menyertai stres dapat lambat laun mereda selama anda mendengarkan musik.
3.5Indikator

No Kompetensi Aspek Indikator Sumber data


1 Pedagogik Memahami  Mengenal respon pasien kanker
karateristik pasien ketika di beri stadium akhir
stress pasien music yang sedang
 b.   Mengenal menjalankan
kemampuan kognitif kemotherapy
dalam menangani
stressnya
c.    

Anda mungkin juga menyukai