1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul: “HERPES ZOSTER
OFTALMIKUS” sebagai salah satu syarat dalam salah satu kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Mata RSPAD Gatot Soebroto. Dalam kesempatan ini pula
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Karena itu,
penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan di dalamnya. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk memperbaiki
kekurangan referat ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga referat ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian yang diberikan penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan.............................................................................4
A. Tujuan.............................................................................................................4
A. Definisi ..........................................................................................................8
C. Etiologi/Penyebab ........................................................................................11
D. Patofisiologi .................................................................................................12
E. Frekuensi .....................................................................................................13
F. Mortalitas/Morbiditas ...................................................................................13
K. Terapi ..........................................................................................................17
Bab 3 Penutup..................................................................................19
Kesimpulan.......................................................................................................19
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Herpes zoster oftalmikus melibatkan jaringan yang diinervasi oleh divisi oftalmik
dari saraf trigeminal dan menyumbang 10-25% dari semua kasus herpes zoster.
Gejala sisa dari Herpes zoster oftalmikus dapat menyebabkan kerusakan, seperti
radang mata kronis, kehilangan penglihatan, dan rasa sakit yang berat.
Berkenaan dengan infeksi primer, lebih dari 90% dari populasi yang terinfeksi
adalah remaja, dan sekitar 100% populasi terinfeksi pada umur 60 tahun.
Di Amerika Serikat, sebanyak 10.000 rawat inap dan sekitar 100 kematian terjadi
per tahun sebagai akibat komplikasi dari infeksi VZV. afek Morbiditas dan
mortalitas kebanyakan mempengaruhi individu yang mengalami imunosupresi,
termasuk orang-orang usia lanjut, individu yang sistem imunnya tertekan
(misalnya, mereka dengan infeksi HIV atau AIDS), seseorang yang yang sedang
melakukan terapi imunosupresif, dan orang-orang yang mendapat infeksi primer
di dalam rahim atau pada masa lnfansi.
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang herpes zoster oftalmikus yang
meliputi definisi, epidemiologi, penyebab, klasifikasi, gejala, pemeriksaan yang
dilakukan, penatalaksanaan, dan komplikasinya. Agar dapat dilakukan
penanganan yang tepat dan diagnosis yang cepat untuk mencegah komplikasi
dan memburuknya herpes zoster oftalmikus. demikianlah refrat ini dibuat
mudah-mudahan bermanfaat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cabang ini menghantarkan impuls protopatik dari bola mata serta ruang orbita,
kulit dahi sampai verteks. Impuls sekretomotorik dihantarkannya ke glandula
lakrimalis. Jika dibagi secara sistematik, cabang pertama dibagi menjadi 3
kelompok serabut:
- Serabut-serabut dari bola mata (kornea, iris dan corpus siliaris) dan rongga
hidung bergabung menjadi seberkas saraf yang dikenal dengan nervus
nasosiliaris.
5
- Berkas syaraf yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus
lakrimaris.
Serabut-serabut yang berasal dari kulit wajah, mukosa, rongga hidung, dan lebih
jauh ke belakang serabut-serabut yang menghantarkan impuls dari selaput
lendir dan gigi geligi rahang atas tergabung dalam nervus infraorbitalis. Setelah
itu, ia dikenal sebagai cabang maksilar nervus V. Setelah keluar dari dinding
tersebut ia berakhir di dalam ganglion gasseri. Selain serabut-serabut tersebut di
atas, cabang N.V. menerima juga serabut-serabut sensorik yang berasal dari
dura fosa kranii media dan fosa pterigopalatinum.
Jika cabang mandibula dilukis menurut komponen eferennya, maka ia keluar dari
ruang intrakranial melalui foramen ovale, dan tiba di fosa infra temperalis (disitu
nervus meningiamedia menggabungkan diri pada pangkal cabang mandibular,
dia mempersarafi meningien) kemudian keluar dari ruang intrakranial melalui
foramen spinosum dan tergabung dalam cabang mandibular ekstrakranial.
2. Cabang anterior: terdiri dari serabut aferen, yang menghantarkan impuls dari
kulit dan mukosa pipi bagian bawah, dan serabut eferen yang mempersarafi
otot-otot temporalis, maseter, pterigoideus, dan tensor timpani.
6
Melalui juluran aferen sel-sel ganglion gasseri impuls perasaan raba dan pesan
disampaikan kepada nukleus sensibilis prinsipalis dan impuls perasaan nyeri dan
suhu kepada nukleus spinalis nervus trigemini. Serabut-serabut tersebut terakhir
besinap sepanjang wilayah inti tersebut dan dikenal sebagai traktus spinalis
nervi trigemini. Cara serabut-serabut tersebut bersinap ialah menuruti penataan
sigmentasi. Yang menghantarkan impuls dari kawasan cabang mandibular
terkumpul di bagian dosal dari kawasan maksilar ditengah-tengah dan dari
kawasan oftalmik berkonvergen dibagian ventral nukleus spinalis nervi trigemini.
Nukleus sensibilis prinsipalis dan nukleus spinalis N.V.sebenarnya bukan dua inti
yang tersendiri, melainkan satu kontinuitas dari sel-sel yang menerima impuls
dari ganglion gasseri. Lain halnya dengan inti mesensefalik N.V. yang khusus
menerima impuls proprioseptif, ia berdiri sendiri pada tingkat menensefalon.
7
B. Manifestasi Gangguan Nervus Trigeminus
Perasaan nyeri atau raba pada wajah dapat diperiksa secara objektif
dengan melakukan pada reflek s kornea . pada perangsangan terhadap kornea,
kelopak mata langsung menutupi mata. Busur nervus kornea tersebut terdiri dari
serabut sensorik yang menghubungkan nukleus nervus fasialis. Jika serabut
sensorik N.V. terputus maka refleks kornea terputus. Perasaan dapat juga tidak
bisa disadarkan , kendatipun serabut korneanya utuh yaitu apabila kesadaran
menurun sekali seperti pada keadaan koma. Tindakan pemeriksaan refleks
kornea sering juga digunakan untuk menentukan derajat kesadaran selain dari
suatu tindakan untuk melengkapi pemeriksaan sensibilitas wajah.
Fungsi motorik dari nervus V dapat diselidiki dengan memeriksa kegiatan otot-
otot yang dipersarafinya. Otot maseter dan temporalis bekerja untuk
mengangkat rahang bawah. Dengan menyuruh menggitgit sekeras-kerasnya
dengan gigi geligi sendiri, maka konsistensi dan bentuk otot-otot tersebut dapat
dipalpasi. Konsistensi yang lembik dan atrofi dapat dikorelasikan dengan
paralisis cabang mandibular N.V. oto pterigoideus internus dan eksternus dapat
diperiksa pada waktu rahang bawah digerakkan ke samping. Dengan menahan
gerakan ke samping itu, kekuatan otot pterigoideus kontralateralis dapat dinilai.
Jika salah satu otot-otot tersebut lumpuh secara unilateral, rahang bawah akan
menyimpang ke arah oto pterogoideus yang lumpuh pada waktu mulut dibuka.
8
Kelumpuhan otot-otot yang dipersarafi N.V. dapat diungkapkan dengan
cara membangkitkan refleks maseter. Refleks tersebut dapat dibangkitkan
dengan cara sebagai berikut, ketokan wajah pada waktu mulut setengah
terbuka, akan langsung dijawab dengan gerakan ke atas dari rahang bawah.
B. Latar belakang
Varicella-zoster virus (VZV) adalah anggota dari keluarga Herpesviridae.
Ini adalah agen etiologi dari varicella (cacar air) yang merupakan infeksi
primernya dan herpes zoster yang merupaka reaktivasinya.
Herpes zoster oftalmikus melibatkan jaringan yang diinervasi oleh divisi oftalmik
dari saraf trigeminal dan menyumbang 10-25% dari semua kasus herpes zoster.
9
Gejala sisa dari Herpes zoster oftalmikus dapat menyebabkan kerusakan, seperti
radang mata kronis, kehilangan penglihatan, dan rasa sakit yang berat.
Herpes zoster ophthalmicus. Note the brow tape and sutures on the left
lower lid. This patient has neurotrophic lids, for which corneal care is
required. Image courtesy of C. Stephen Foster, MD, Massachusetts Eye
Research and Surgery Institute, Harvard Medical School.
10
Herpes zoster, day 4. Image courtesy of Manolette Roque, MD,
Ophthalmic Consultants Philippines Co, EYE REPUBLIC Ophthalmology
Clinic.
C. Etiologi / Penyebab
faktor risiko untuk yang menyebabkan teraktivasinya atau reaktivasi herpes
zoster berhubungan dengan status imunitas yang diperantarai sel ( cell
mediated immunity ) untuk VZV.
11
• VZV-specifik immunitas dan sel-mediasi immunitas, yang umumnya
menurun dengan bertambahnya umur khususnya dekade 5 keatas
• Terapi imunosupresif.
• Infeksi primer pada saat di rahim atau pada masa infansi, ketika respon
imun normal menurun
VZV virologi
D. Patofisiologi
Setelah infeksi primer, VZV memasuki ganglia akar dorsal
(trigeminal = herpes zoster oftalmicus, geniculate = herpes zoster oticus),
dimana ia menetap secara laten untuk seumur hidup dari individual
tersebut. ketika teraktifasi dan keluar dari ganglion trigeminal, VZV yang
teraktifasi tersebut berjalan menuju cabang pertama dari nervus
trigeminal yakni cabang oktalmikus yang Kemudian menuju ke nervus
nasosiliari. Di cabang ini terbagi serabut-serabut saraf yang menginervasi
permukaan dari bola mata dan kulit yang ada di sekitar hidung sampai ke
kelopak mata. Proses ini biasanya membutuhkan waktu 3-4 hari agar
12
parikel dari virus mencapai ujung dari saraf (nerve ending). Bersamaan
dengan proses perjalanan virus, terjadi inflamasi di dalam dan sekitar
saraf yang dilalui sehingga menyebabkan kerusakan pada mata itu sendiri
dan/atau struktur disekitarnya.
2. Ini juga dapat memberikan kesan bahwa ganglia juga dapat terinfeksi
secara hematogen selama fase viremia dari varicella dan frekuensi
keterlibatan dermatom di herpes zoster mencerminkan ganglia yang
paling sering terekspose oleh stimulus reaktivasi. Pada pasien
imunokompeten, antibodi spesifik (imunoglobulin G, M, dan A) tampil lebih
cepat dan mencapai titer yang lebih tinggi selama reaktivasi (herpes
zoster) dari pada saat infeksi primer.
E. Frekuensi
United States Amerika Serikat
Berkenaan dengan infeksi primer, lebih dari 90% dari populasi yang terinfeksi
adalah remaja, dan sekitar 100% populasi terinfeksi pada umur 60 tahun.
Herpes zoster mempengaruhi sekitar 10-20% dari populasi. Angka ini sekitar 131
per 100.000 orang-tahun pada orang putih.
Sindrom Ramsay Hunt adalah penyebab 12% dari semua kasus kelumpuhan
wajah.
F. Mortalitas / Morbiditas
13
Di Amerika Serikat, sebanyak 10.000 rawat inap dan sekitar 100 kematian terjadi
per tahun sebagai akibat komplikasi dari infeksi VZV. afek Morbiditas dan
mortalitas kebanyakan mempengaruhi individu yang mengalami imunosupresi,
termasuk orang-orang usia lanjut, individu yang sistem imunnya tertekan
(misalnya, mereka dengan infeksi HIV atau AIDS), seseorang yang yang sedang
melakukan terapi imunosupresif, dan orang-orang yang mendapat infeksi primer
di dalam rahim atau pada masa lnfansi.
• Camera occuli anterior: Uveitis (inflamasi and jaringan parut di dalam iris
yang mengarah kepada glaukoma and cataract, 2 minggu – tahun )
Ras
Pada tahun 1995, Schmader dkk melaporkan bahwa masa kejadian herpes
zoster pada orang kulit putih dua kali lipat dari orang kulih hitam Afrika dan
Amerika.
Seks
Umur
Reaktivasi VZV atau herpes zoster pada dasarnya merupakan suatu penyakit
yang mempengaruhi orang dewasa yang sehat.
G. Diagnosis Klinis
Riwayat penyakit
Herpes Zoster
Gejala Prodormal dari Herpes zoster yakni, demam, malaise, sakit kepala,
dysesthesia yang terjadi 1-4 hari sebelum perkembangan lesi kulit (ruam). Sakit
prodromal biasanya terbatas pada distribusi dermatomal yang sama. Ruam,
yang pada awalnya vesikuler, secara bertahap menjadi pustular dan kemudian
15
krusta kira-kira selama periode 7-10 hari. Serupa dengan cacar air, ketika sudah
terbentuk krusta lesi tidak lagi bersifat infeksius.
• lesi akut pada bola mata berkembang dalam 3 minggu ruam. Lesi ini
dapat sembuh dengan cepat dan sempurna, atau akan dapat berkembang
menjadi kronis selama bertahun-tahun.
• Gejala herpes zoster oftalmikus dapat termasuk rasa sakit pada mata,
mata merah (biasanya unilateral), penurunan penglihatan, ruam kulit atau
kelopak mata disertai rasa sakit, demam, malaise, dan robek.
H. Pemeriksaan Fisik
• Exanthem
Ruam vesikuler melibatkan divisi oftalmik dari saraf trigeminal. krusta dimulai
pada hari kelima - keenam.
16
A B
I. Pemeriksaan Penunjang
17
1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi
dengan
mikroskop elektron
2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen
3. Tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.
J. Diagnosis Banding
• Herpes simpleks
• Varisela
Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear
drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi
krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal dari badan ke muka dan
ekstremitas.
• Impetigo vesiko-bulosa
Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi
krusta. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung dan sering
bersamaan dengan miliaria. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-
anak.
K. Terapi
18
Perawatan Medik
Strategi terapeutik untuk akut herpes zoster oftalmikus terditi dari agen
antiviral, sistemik kortikosteroid, antidepresan, dan pengontrol rasa sakit
yang adekuat.
5. Pada penelitian kecil oleh Kanai dkk lidocaine 4% ophthalmic drops telah
diberikan kepada 24 pasien PHN. Terdapat pengurangan rasa sakit yang
cukup signifian 15 menit setelah pemberian dan dan bertahan rata-rata
selama 36 jam ( dengan range 8-96 jam ).
Perawatan bedah
Pada pasien yang lain luka luas pada kornea memerlukan keratoplasti
penetrasi.
19
Corneal ulcer stained with fluorescein. Image courtesy of C. Stephen
Foster, MD, Massachusetts Eye Research and Surgery Institute, Harvard
Medical School.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
1. Herpes zoster Oftalmikus merupakan bentuk herpes zoster di mana virus
menyerang atau teraktifasi dari ganglion gasseri, menyebabkan rasa sakit
dan erupsi pada kulit sepanjang divisi oftalmik dari syaraf kranial kelima
( saraf trigeminal )
2. Etiologi dari HZO adalah virus Golongan herpes virus disebut juga
herpesviridae merupakan virus DNA intranukleus besar yang mempunyai
kecenderungan kuat untuk menimbulkan infeksi laten dan rekuren pada
hal ini berasal dari genus alphaviridae,dimana jika terdapat faktor risiko
seperti immukompromise maka akan menyebabkan teraktivasinya atau
reaktivasi herpes zoster dari ganglion gasseri.
DAFTAR PUSTAKA
Syahrurrahchman, Agus, Chatim, Aidilfiet, Karuniawati, Anis et al. Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Keenam. Jakarta : Bina Rupa Aksara. 1994.
Mardjono, Mahar, Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
2008.
Straus SE, Ostrove JM, Inchauspé G, Felser JM, Freifeld A, Croen KD, et al. Herpes
Zoster Oftalmikus. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/783223-overview Diakses tanggal 16
Januari 2011.
21
22