Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu sama lain,
tidak hanya faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi juga antara biotik maupun abiotik itu
sendiri. Dengan demikian secara operasional sulit untuk memisahkan antara satu faktor
terhadap faktor-faktor lain yang tidak mempengaruhi kondisi keseluruhan. Meskipun
demikian untuk memahami struktur dan fungsi dari faktor lingkungan ini, secara abstrak
kita bisa membagi faktor-faktor lingkungan ke dalam komponen-komponen tersebut,
seperti tanah.

Negara Indonesia memiliki tahan yang sangat subur untuk digunakan sebagai lahan
pertanian dan perkebunan. Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari
empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan
penyusun tanah tersebut masing-masing berbeda komposisi, untuk setiap jenis tanah,
kadar air dan perlakuan terhadap tanah.

Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka
bumi. Diketahui bahwa rantai makanan bermula dari tumbuhan sebagai produsen
makanan yang menjadi sumber energi awal bagi makhluk lain. Namun sering terjadi
pencemaran tanah disebabkan oleh kegiatan manusia sendiri, seperti baku mutu limbah
yang di luar ambang batas akan menyebabkan ketidakseimbangan unsur dan senyawa
esensial yang dibutuhkan organisme. Kerusakan pada satu elemen seperti tanah akan
mengakibatkan efek domino yang berdampak pada aspek-aspek penting lain di suatu
ekosistem. Apabila tidak dilakukan pencegahan, maka akan terjadi degradasi
produktivitas yang signifikan pada rantai makanan bahkan kematian organisme.
Oleh karena itu, dalam praktikum pengambilan sampel kualitas tanah ini untuk dapat
mengetahui karakteristik pada tanah, mengetahui metode sampling tanah, dan
mengetahui proses pengambilan sampling tanah.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum sampling tanah ini adalah :


a. Mengetahui nilai tekstur pada tanah luar pada titik 1, 2, 3 dan 4.
b. Mengetahui densitas tanah utuh menggunakan ring gamma.
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi densitas tanah.
d. Mengetahui kelebihan metode sampling acak.

1.3 Prinsip Praktikum

Praktikm pengambilan sampel kualitas tanah dilakukan dengan menetukan titik-titik


pengambilan contoh tanah secara acak tetapi menyebar rata di seluruh bidang tanah
yang diwakili. Hasil sampling tanah akan diukur mengenai karakteristik fisika maupun
kimia yang meliputi pH, kelembaban, suhu, kandungan kimia seperti logam berat serta
densitas dari tanah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah

Tanah mempunyai sifat yang sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalau beubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu
udara angin dan sinar matahari. Tanah dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting
yang dibutuhkan oleh tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman harus dapat
diperbaharui sehingga kandungan unsur hara di dalam tanah tetap seimbang.
Pengambilan unsur hara oleh ribuan jenis tumbuhan diimbangi dengan pelapukan bahan
organik yang menyuplai hara bagi tanah (Sutedjo, 1991).

Menurut Sutedjo (1991), tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu
keseimbangan dinamis dengan lingkungan (lingkungan hidup atau lingkungan lain).
Tanah tersusun atas 5 komponen, yaitu:
a. Partikel mineral, berupa fraksi anorganik, hasil perombakan bahan-bahan bantuan
dan anorganik yang terdapat di permukaan bumi.
b. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang dan berbagai hasil
kotoran binatang.
c. Air.
d. Udara tanah.
e. Kehidupan jasad renik.

Tanah merupakan suatu tubuh alam atau gabungan tubuh alam yang dapat dianggap
sebagai hasil alam bermata tiga yang merupakan paduan antara gaya pengrusakan dan
pembangunan, dalam hal ini pelapukan dan pembusukan bahan-bahan organik adalah
contoh-contoh proses perusakan, sedangkan pembentukan mineral baru seperti lempung
tertentu seperti lapisan-lapisan yang khusus merupakan proses-proses pembangunan.
Bahan tanah tersusun dari empat komponen, yaitu bahan padat mineral dan mineral
primer, lapukan batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat organik terdiri
dari atas sisa dan rombakan jasad, terutama tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup
penghuni tanah termasuk tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai zat terlarut
sehingga disebut juga dengan tanah (Sutedjo, 1991).

2.2 Jenis Jenis Tanah

Menurut Ray (2010), tanah dibagi menjadi 8 macam yaitu sebagai berikut:
a. Tanah gambut (organosol) adalah tanah yang terbentuk dari pelakukan makhluk
hidup yang terletak di rawa. Tanah ini kuran subur karena memiliki kadar keasaman
yang rendah serta jumlah unsur hara yang terkandung. Selain itu, tingkat drainase
dari tanah ini sangat rendah sehingga tanah ini kurang cocok digunakan untuk
pertanian.
b. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang berwarna merah yang terdapat di lapisan
dalam. Jenis tanah ini sangat baik dalam penyerapan air.
c. Tanah regosol merupakan jenis tanah yang berasal dari erosi gunung berapi. Tanah
ini memiliki butiran yang agak kasar, berwarna keabuan dan bersifat subur karena
karakteristik yang dimiliki, tanah ini cocok digunakan untuk pertanian.
d. Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang terdapat disepanjang aliran sungai. Sifat
tanah ini sangat dipengaruhi oleh material yang dikandung oleh sungai yang dilalui.
Jenis tanah ini cocok digunakan untuk pertanian.
e. Tanah litosol merupakan jenis tanah yang berwarna kelabu hingga hitam yang
mempunyai sifat liat. Kadar keasaman yang dimiliki. Jenis tanah ini berbentuk
seperti batuan padat.
f. Tanah grumosol jenis tanah yang berwarna kelabu hingga hitam yang mempunyai
sifat liat. Kadar keasaman yang dimiliki termasuk basa sampai netral. Pada musim
kemarau, tanah ini akan tampak seperti tanah pecah akibat sinar matahari.
g. Tanah andosol merupakan hasil pelapukan abu vulkanik. Jenis tanah ini termasuk
jenis tanah subur yang cocok digunakan untuk pertanian.
h. Tanah posolik merupakan jenis tanah yang berwarna merah kekuningan. Jenis tanah
ini banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia.
Tekstur dapat didefinisikan sebagai perbandingan relatif jumlah fraksi pasir, debu dan
liat dalam massa tanah. Dalam tanah terdapat perbandingan ketiga fraksi tersebut
dikenal 12 macam tekstur dari kasar sampai halus yaitu pasir, berlempung, lempung
berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu,
liat berpasir, liat berdebu dan liat. Tekstur merupakan salah satu sifat morfologi
geogenesis dan pedogenesis. Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang
perlu diketahui, karena dapat dijadikan petunjuk ada sifat-sifat khusus dari tanah
tersebut. Tanah berwarna gelap mencirikan kandungan bahan organik yang tinggi,
warna kelabu menunjukkan pengaruh air yang dominan, warnah merah meninjukkan
bahwa tanah sudah mengalami pelapukan yang berlanjut. Warna tanah ditentukan
dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada munsell soil color chart.
Warna dinyatakan dalam tiga satuan yaitu kilap, nilai dan kroma (Ray, 2010).

Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah
pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerja dengan
gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerja gaya kohesi (gaya tsrik-
menarik antar partikel sejenis) dan adhesi (gaya tarik-menarik antar partikel yang tidak
sejenis) dengan berbagai kelembaban tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilihat
dari 3 hal yaitu konsistensi dalam keadaan basah, kelekatan yang menunjukkan derajat
alkohol tanah yang ditentukan dengan memijit tanah antara ibu jari dan telunjuk.
Konsistensi dan plastisitas dalam keadaan lembab, dimana kandungan air tanah yang
berada diantara keadaan kering (titik layu) dan kapasitas lapang. Konsistensi ditentukan
dengan meremas massa tanah pada telapak tangan. Konsistensi dalam keadaan kering
dimana kadar air kurang dari titik layu permanen. Konsistensi tanah ditentukan dengan
meremas atau menekan massa tanah pada telapak tangan (Ray, 2010).

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh
tanah secara utuh atau tak terusik dan pengambilan tanah tak utuh atau terusik. Contoh
tanah tak terusik diperlukan untuk analisis penetapan berat jenis atau berat volume,
ukuran pori dan permeabilitas. Contoh tanah yang terusik diperlukan untuk penetapan
kadar lengas, tekstur, tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar logam
kritik, indeks patahan. Konduktifitas hidrolik tak jenuh luas permukaan, erodibilitas
tanah menggunakan hujan tiruan. Selain itu, contoh tanah terusik juga dapat diamati
dengan melihat warna tanah (Ray, 2010).

2.3 Metode Pencuplikan Tanah

Menurut Darmawijaya (1990), pada dasarnya metode pencuplikan tanah dibagi menjadi
empat menurut pola sebaran titik yang diambil, yaitu diagonal, acak, dan zig-zag.
Adapun penjelasan dari empat metode pencuplikan tanah yaitu adalah sebagai berikut:
a. Diagonal
Dilakukan dengan cara menetapkan 1 titik sebagai titik pusat pada lahan yang akan
diambil contoh tanah. Kemudian menentukan titik-titik di sekeliling sebanyak 4
titik. Jarak antara setiap titik kurang lebih 50 m diukur dari titik pusat.
b. Zig-zag
Cara pengambilan contoh tanah ini dilaksanakan dengan menetukan titik-titik yang
akan digunakan sebagai tempat pengambilan contoh tanah. Metode ini memiliki
kelebihan dapat mencakup atau mewakili keseluruhan lahan yang dijadikan sampel
uji.
c. Sistematik
Merupakan gabungan dari sistem baik zig-zag ataupun diagonal. Sebaran titik yang
dibuat diatur berdampingan dengan pola titik lain secara simetris.
d. Acak
Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik
pengambilan contoh tanah secara acak, tetepi menyebar rata di seluruh bidang tanah
yang diwakili. Setiap titik yang diambil mewakili daerah di sekitarnya. Persyaratan
dan cara pengambilan contoh tanahnya sama seperti metode lainnya.

Gambar 2.1 Pola sebaran titik pengambilan


contoh tanah:
(a) diagonal, (b) zigzag, (c) sistematik, dan (d) acak.
Struktur makin bundar atau granular makin banyak air yang akan diikat. Yang bundar
lebih besar mengikat air daripada yang lempeng. Yang lempeng misalnya: latasol.
Sedangkan untuk yang bundar misalnya, andosol. Pada keadaan lembab tanah
mempunyai tekanan air pada pipa kapiler PF = 2,7, pada keadaan basah PF = 0, pada
keadaan kering PF ≥ 4. Keadaan tanah PF, basah higroskopis 0, lembab kapasitas
lapang 2,7 kering titik kayu ≥ 4 (Rachman, 2005).

2.4 Kelembaban Tanah

Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori–pori tanah
yang berada di atas water table. Definisi yang lain menyebutkan bahwa kelembaban
tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori–pori tanah.
Kelembaban tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui
permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi. Kelembaban tanah memiliki peranan
yang penting bagi pemerintah untuk mengetahui informasi seperti potensi
aliran permukaan dan pengendali banjir, kegagalan erosi tanah dan kemiringan
lereng, manajemen sumber daya air, geoteknik, dan kualitas air. Kelembaban
tanah merupakan salah satu variabel kunci pada perubahan dari air dan energi panas di
antarapermukaan dan atmosfer melalui evaporasi dan transpirasi (Rachman, 2005).

Menurut Poerwidodo (1983), tentang kelembaban di atas telah dikemukakan secara


ringkas, dibawah ini akan dikemukakan pula secara ringkas dalam hubungan dengan
menjelaskan tentang iklim. Kelembaban adalah banyak kadar uap air yang ada di udara.
Dalam hal ini kita mengenal beberapa istilah, antara lain:
a. Kelembaban mutlak, adalah masa uap air yang berada pada satu satuan udara yang
dinyatakan dalam gram/m3.
b. Kelembaban spesifik, adalah merupakan perbandingan masa uap air di udara dengan
satuan masa udara yang dinyatakan dengan gram/kg.
c. Kelembaban relatif, merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah
maksimum uap air yang dikandung secara tertentu yang dinyatakan dalam %. Angka
kelembaban relatif 0 - 100%, 0% artinya udara kering, dan jika 100%, artinya udara
jenuh dengan uap air yang artinya akan terjadi titik-titik air hujan.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

3.1.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Pemantauan dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan mata acara Pengambilan


Sampel Kualitas Tanah dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Maret 2020 pukul 09.00 -
16.00 WITA, pengamatan tesktur tanah pada hari Rabu, 11 Maret 2020 dan Kamis, 12
Maret 2020 pukul 09.00 - 13.00 WITA.

3.1.2 Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Pemantauan dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan, mata acara Pengambilan


Sampel Kualitas Tanah dilaksanakan di Kawasan Laboratorium Reboisasi Universitas
Mulawarman, Laboratorium Teknologi Lingkungan dan pengamatan tekstur tanah di
Laboratorium Rekayasa Sipil Fakultas Teknik.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:


1. Cetok
2. Soil tester
3. Alat tulis
4. Kayu sebagai patok
5. Meteran
6. Kamera
7. Ring gamma
8. GPS
9. Timbangan
10. Penggaris
11. Mortar dan alu
12. Oven
13. Saringan tanah 1 mm; 0,36 mm; 0,1 mm

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:


1. Sampel tanah (sesuai pembagian kelompok)
2. Tali rafia
3. Tisu
4. Plastik sampel
5. Kertas label

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara Kerja Pengambilan Sampel

Cara kerja Praktikum Pengambilan Sampel Kualitas Tanah adalah:


1. Disiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Diambil titik koordinat dengan menggunakan GPS dan dicatat titik koordinat.
3. Dipasang patok kayu yang telah disiapkan pada lahan dan dihubungkan dengan tali
rafia.
4. Dibagi lahan menjadi 3 bagian dengan ukuran 5 x 5 meter.
5. Dipilih tempat untuk digali 3 titik di dalam plot dan 4 titik di luar plot lalu catat
koordinat tempat pengambilan sampel.
6. Digali tanah sedalam ± 10 cm dengan menggunakan cetok.
7. Ditancapkan soil tester yang telah dibersihkan dengan tisu kedalam galian tanah.
8. Dicatat kembali nilai pH dan kelembaban tanah.
9. Diambil sampel tanah terganggu dari galian tanah.
10. Digali tanah sedalam ± 20 cm pada tiap titik galian tanah ± 10 cm dengan
menggunakan cetok.
11. Ditancapkan soil tester yang telah dibersihkan dengan tisu kedalam galian.
12. Dicatat nilai pH dan kelembaban tanah.
13. Diambil sampel tanah terganggu dari galian tersebut.
14. Diambil sampel tanah tidak terganggu pada salah satu tanah yang sudah digali
dengan menggunakan ring gamma.
15. Digali tanah pada 4 titik di luar plot sedalam ± 20 cm dengan menggunakan cetok.
16. Ditancapkan soil tester yang telah dibersihkan dengan tisu kedalam galian.
17. Dicatat nilai pH dan kelembaban tanah.
18. Dianalisis kadar air dan densitas sampel tanah.

3.3.2 Cara Kerja Tekstur Tanah

Cara kerja pada praktikum ini adalah:


1. Disiapkan semua sampel tanah yang telah di ambil.
2. Dikeringkan sampel tanah dengan suhu 105oC di dalam oven.
3. Dihaluskan tanah yang telah di oven dengan menggunakan mortar dan alu.
4. Diayak tanah dengan menggunakan saringan dengan ukuran 1 mm, 0,6 dan 0,001
mm.
5. Dikelompokkan tekstur menjadi 4 kelompok yaitu, pasir kasar, pasir halus, debu
dan liat.

3.3.3 Cara Kerja Analisis Kualitas Tanah di Laboratorium

Cara kerja pada praktikum ini adalah:


1. Diambil sampel tanah terganggu dari galian tersebut.
2. Diulangi langkah yang sama pada titik dalam yang kedua dan ketiga.
3. Dimbil sampel tanah tidak terganggu pada salah satu tanah yang sudah digali
dengan menggunakan ring gamma.
4. Dianalisis densitas sampel tanah tersebut.
3.4 Bagan Alir

METODE
BERSTRATA

Dipilih lahan yang digunakan sebagai


sampel dengan ukuran 5 x 5 m

Ditandai dengan patok yang dihubungkan


dengan tali rafia

Dibagi lahan mejadi 3 bagian dan bagian


tersebut ditandai dengan tali rafia

Ditentukan titik pengambilan sampel serta


titik pengambilan koordinat dengan GPS

Digali dengan cetok dengan kedalaman ± 10


cm

Ditancapkan soil tester lalu dicatat hasil


yaitu pH dan Kelembaban

Digali
Diambil sampel dan dilakukan analisis lagi di titik yang dengan kedalaman
di lab
20 cm

Dilakukan pengukuran pH dan Kelembaban

Ditentukan 4 titik pengukuran diluar area


plot

Gambar 3.1 Bagan Alir Prosedur Praktikum


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Hasil Pengamatan Tanah Dalam

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tanah Dalam


No Titik X Longitude Y Latitude pH Kelembapan (%)
10 cm 3,6
1 516894 9948051 8
20 cm 4,3
10 cm 1,5
2 516987 9948192 8
20 cm 1
10 cm 1
3 516850 9948045 8
20 cm 1,16
(Data Primer, 2020).

4.1.2 Hasil Pengamatan Tanah Luar


Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Tanah Luar

Kelembapan
No Titik X Longitude Y Latitude pH
(%)
1 10 cm 516877 9948051 8 1
2 10 cm 516907 9948204 8 1
3 10 cm 516906 9948039 8 0,5
4 10 cm 516902 9948065 8 1
(Data Primer, 2020).

4.1.3 Pengamatan Berat Jenis

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Berat Jenis


Nama Berat (gr)
W1 80,1
W2 94
W3 163,9
W4 150
(Data Primer, 2020).
4.1.4 Pengamatan Tekstur Tanah

Tabel 4.4 Pengamatan Tekstur Tanah


Pasir Pasir Halus Lempung
Titik Debu (%) Tekstur Tanah
Kasar (%) (%) (%)
4,2 17,4 50,9 27,4 Lempung dan
Dalam 1
5,1 23,3 45,8 45,5 berdebu
2,4 16,2 51,4 29,9 Lempung dan
Dalam 2
5 19,9 47,1 27,8 berdebu
0,5 16,2 53,8 29,2 Lempung dan
Dalam 3
3,5 20,2 52,6 23,6 berdebu
Lempung dan
Luar 1 4,4 21,9 53,8 20,1 berdebu

Lempung dan
Luar 2 3,4 17,6 50,9 27,9 berdebu

Lempung dan
Luar 3 6,2 22,3 49,2 22,1 berdebu

Lempung dan
Luar 4 6,6 21,3 48,7 23,2 berdebu
(Data Primer, 2020).

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Tekstur Tanah


1. Dalam 1 (10 cm)
Diketahui : Berat sampel = 94,8 gr
Pasir Kasar = 4 gr
Pasir Halus = 16,5 gr
Debu = 48,3 gr
Lempung = 26 gr
Penyelesaian :
4
1. Pasir Kasar = x 100% = 4,2%
94,8
16,5
2. Pasir Halus = x 100% = 17,4%
94,8
48,3
3. Debu = x 100% = 50,9%
94,8
26
4. Lempung = x 100% = 27,4%
94,8

2. Dalam 1 (20 cm)


Diketahui : Berat sampel = 63,7 gr
Pasir Kasar = 3,3 gr
Pasir Halus = 14,9 gr
Debu = 29,2 gr
Lempung = 16,3 gr
Penyelesaian :
3,3
1. Pasir Kasar = x 100% = 5,1 %
63,7
14,9
2. Pasir Halus = x 100% = 23,3 %
63,7
29,2
3. Debu = x 100% = 45,8 %
63,7
16,3
4. Lempung = x 100% = 25,5 %
63,7

3. Dalam 2 (10 cm)


Diketahui : Berat sampel = 83,2 gr
Pasir Kasar = 2 gr
Pasir Halus = 13,5 gr
Debu = 42,8 gr
Lempung = 24,9 gr
Penyelesaian :
2
1. Pasir Kasar = x 100% = 2,4 %
83,2
13,5
2. Pasir Halus = x 100% = 16,2 %
83,2
42,8
3. Debu = x 100% = 51,4 %
83,2
24,9
4. Lempung = x 100% = 29,9 %
83,2

4. Dalam 2 (20 cm)


Diketahui : Berat sampel = 115,8 gr
Pasir Kasar = 5,8 gr
Pasir Halus = 23,1 gr
Debu = 54,6 gr
Lempung = 32,3 gr
Penyelesaian :
5,8
1. Pasir Kasar = x 100% =5%
115,8
23,1
2. Pasir Halus = x 100% = 19,9 %
115,8
54,6
3. Debu = x 100% = 47,1 %
115,8
32,3
4. Lempung = x 100% = 27,8 %
115,8

5. Dalam 3 (10 cm)


Diketahui : Berat sampel = 66,9 gr
Pasir Kasar = 0,4 gr
Pasir Halus = 10,9 gr
Debu = 36 gr
Lempung = 19,6 gr
Penyelesaian :
0,4
1. Pasir Kasar = x 100% = 0,5 %
66,9
10,9
2. Pasir Halus = x 100% = 16,2 %
66,9
36
3. Debu = x 100% = 53,8 %
66,9
19,6
4. Lempung = x 100% = 29,2 %
66,9
6. Dalam 3 (20 cm)
Diketahui : Berat sampel = 91,4 gr
Pasir Kasar = 3,2 gr
Pasir Halus = 18,5 gr
Debu = 48,1 gr
Lempung = 21,6 gr
Penyelesaian :
3,2
1. Pasir Kasar = x 100% = 3,5 %
91,4
18,5
2. Pasir Halus = x 100% = 20,2 %
91,4
48,1
3. Debu = x 100% = 52,6 %
91,4
21,6
4. Lempung = x 100% = 23,6 %
91,4

7. Luar 1 (10 cm)


Diketahui : Berat sampel = 112,3 gr
Pasir Kasar = 5 gr
Pasir Halus = 24,7 gr
Debu = 60 gr
Lempung = 22,6 gr
Penyelesaian :
5
1. Pasir Kasar = x 100% = 4,4 %
112,3
24,7
2. Pasir Halus = x 100% = 21,9 %
112,3
60
3. Debu = x 100% = 53,8 %
112,3
22,6
4. Lempung = x 100% = 20,1 %
112,3
8. Luar 2 (10 cm)
Diketahui : Berat sampel = 95,6 gr
Pasir Kasar = 3,3 gr
Pasir Halus = 16,9 gr
Debu = 48,7 gr
Lempung = 26,7 gr
Penyelesaian :
3,3
1. Pasir Kasar = x 100% = 3,4 %
95,6
16,9
2. Pasir Halus = x 100% = 17,6 %
95,6
48,7
3. Debu = x 100% = 50,9 %
95,6
26,7
4. Lempung = x 100% = 27,9 %
95,6

9. Luar 3 (10 cm)


Diketahui : Berat sampel = 73,7 gr
Pasir Kasar = 4,6 gr
Pasir Halus = 16,5 gr
Debu = 36,3 gr
Lempung = 16,3 gr
Penyelesaian :
4,6
1. Pasir Kasar = x 100% = 6,2 %
73,7
16,5
2. Pasir Halus = x 100% = 22,3 %
73,7
36,3
3. Debu = x 100% = 49,2 %
73,7
16,3
4. Lempung = x 100% = 22,1 %
73,7
10. Luar 4 (10 cm)
Diketahui : Berat sampel = 76,7 gr
Pasir Kasar = 5,1 gr
Pasir Halus = 16,4 gr
Debu = 37,4 gr
Lempung = 17,8 gr
Penyelesaian :
5,1
1. Pasir Kasar = x 100% = 6,6 %
76,7
16,4
2. Pasir Halus = x 100% = 21,3 %
76,7
37,4
3. Debu = x 100% = 48,7 %
76,7
17,8
4. Lempung = x 100% = 23,2 %
76,7

4.2.2 Perhitungan Densitas Tanah

Diketahui:
W1 = 80,1 gr
W2 = 94 gr
W3 = 163,9 gr
W4 = 150 gr
Penyelesaian:
Wt = W2 – W1
= 94 gr – 80,1 gr
= 13,9 gr
K30 = 0,9974 gr
Berat jenis Tx Wt
=
30° Wt + ( W 3 - W 4 )
13,9 gr
=
13,9 gr + (163,9 gr - 150 gr)
13,9 gr
= = 0,5 gr
27,8 gr
Berat jenis Tx 0,9974 x 0,5 gr
= = 0,017 gr/cm³
30° 30

4.2.3 Perhitungan Kadar Air Tanah

Diketahui : Berat Awal = 163,9 gr


Berat Akhir = 80,1 gr
Ditanya : % Kadar Air?
Penyelesaian :
(Berat Awal - Berat Akhir) x 100%
% Kadar Air =
Berat Awal
(163,9 - 80,1) x 100%
=
163,9
= 51,13%

4.3 Pembahasan

Pada praktikum sampling tanah ini, metode yang digunakan adalah metode acak. tanah
yang sudah diukur dengan ukuran 5 x 5 meter dibagi menjadi tiga bagian. Titik 1
dengan kedalaman 10 cm didapatkan nilai pH 8 dan kedalaman 20 cm didapatkan pH 8,
titik 2 dengan kedalaman 10 cm didapatkan nilai pH 8 dan kedalaman 20 cm didapatkan
pH 8, titik 3 dengan kedalaman 10 cm didapatkan nilai pH 8 dan kedalaman 20 cm
didapatkan pH 8. Sedangkan untuk pengukuran pH diluar plot terbagi empat bagian,
yaitu titik 1, 2, 3, dan 4 dengan kedalaman 10 cm. Semua nilai yang didapatkan diluar
plot pada titik 1,2,3 dan 4 yaitu pH 8. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
kondisi tanah tersebut dapat dikatakan baik.

Nilai kelembaban tanah pada titik Dalam ke-1, ke-2 dan ke-3 secara berturut-turut
memiliki kelembaban pada kedalaman 10% cm yaitu 3,6%; 1,5% dan 1% pada
kedalaman 20 cm secara berturut-turut memiliki kelembaban sebesar 4,3%, 1% dan
1,16%. Pada titik luar 1 memiliki kelembaban 1%, pada titik luar 2 memiliki
kelembaban 1%, pada titik luar 3 memiliki kelembaban 0,5%, pada titik luar 4 memiliki
kelembaban 1%. Berdasarkan data yang diperoleh maka sampel tanah tersebut dapat
digolongkan sebagai tanah yang lembab.

Densitas pada wilayah pengamatan dan pengambilan sampel tanah adalah W1 sebesar
80,1 gr, W2 sebesar 94 gr, W3 sebesar 163,9 gr, dan W4 sebesar 150 gr dengan memakai
ketentuan K30 0,9974. Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas tanah adalah tekstur
tanah, bahan organik tanah dan juga porositas, semakain tinggi densitas tanah maka
porositas tanah semakin rendah, hal ini terjadi karena tidak ada lagi ruang kosong untuk
air dan udara yang masuk ke pori-pori tanah. Jadi, berat jenis tanah yang di peroleh
pada lokasi pengamatan sekitar Laboratorium Reboisasi Universitas Mulawarman
adalah 0,017 gr/cm3. Hasil tekstur rata-rata pada titik pengamatan tekstur tanah pada
lokasi pengamatan adalah lempung berdebu, karena hasil rata-rata persentase tekstur
tanah dapat dikatakan demikian karena hasil perhitungan hampir mencapai 55% debu
yang terkandung dalam tanah.

Laboratorium Reboisasi

  Titik 1 luar

Titik 3
Titik 2 luar
 
Titik 1  Titik 2
Titik 3 luar
N
A

A
L

Titik 4 luar

Gambar 4.1 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Tanah


Pemetaan kualitas tanah pada praktikum ini terdapat 3 titik yang berada di bagian dalam
dan 4 titik berada di bagian luar. Lokasi plot berada di dekat Laboratorium Reboisasi
Universitas Mulawarman dengan 3 titik memiliki kedalaman 10 cm dan 20 cm,
sedangkan yang berada di luar plot memiliki 4 titik dengan kedalaman 10 cm.
Gambaran kondisi lingkungan pada plot yaitu titik 1, 2 dan 3 (titik dalam) banyak
terdapat tumbuhan semai dengan tinggi kurang dari 150 cm dan terdapat rumput yanng
tumbuh. Titik luar yaitu pada titik 1 di daerah yang cukup tinggi dan terdapat tanaman
yang tinggi sehingga akar tanaman mempengaruhi pengambilan tanah pada titik
tersebut serta berumput, untuk titik 2 berada di daerah yang cukup datar dekat dengan
tanaman dan banyak tedapat rumput gajah. Titik luar 3 berada di lokasi yang datar dekat
dengan tanaman tinggi sehingga kesulitan pada saat pengambilan tanah karena akar
tumbuhan tersebut, untuk titik luar 4 merupakan titik yang berada pada lokasi yang
paling rendah dibandingkan dengan 3 titik sebelumnya dan banyak ditumbuhi oleh
rumput.

Potensi pencemaran tanah di wilayah pengamatan yaitu , kandungan zat zat kimia yang
berbahaya, karena telah tercemar secara berlebihan. Hal yang disebabkan oleh daerah
tersebut dekat dengan area yang menggunakan pupuk atau pestisida secara berlebihan
yang mengakibatkan turunnya pH tanah sehingga tanah menjadi asam dan
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.

Faktor kesalahan pada praktikum kali ini yaitu kurang tepat dalam membaca nilai pH
dan kelembaban pada soil tester dan pada saat pengukuran kedalaman tanah tidak
menggunakan penggaris sehingga kedalaman galian kurang akurat.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


a. Nilai tekstur tanah luar di sampel titik 1, 2, 3 dan 4 tergolong lempung berdebu
karena rata-rata kandungan debu dalam tanah adalah 50,6%. Sedangkan lempung
berasal dari ciri-cirinya yang dapat dibentuk bola agar teguh dan agak melekat.
b. Berat tanah dengan ring gamma sebelum dioven sebesar 163,9 gr, berat tanah
dengan ring gamma setelah dioven sebesar 150 gr, berat tanah sebelum dioven
tanpa ring gamma sebesar 94 gr, berat tanah sesudah dioven tanpa ring gamma
sebesar 80,1 gr. Dari hasil pengukuran tersebut, didapat densitas tanah bernilai
0,017 gr/cm3.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas tanah adalah tekstur tanah, bahan
organik tanah dan juga porositas, semakain tinggi densitas tanah maka porositas
tanah semakin rendah, hal ini terjadi karena tidak ada lagi ruang kosong untuk air
dan udara yang masuk ke pori-pori tanah.
d. Metode sampling yang digunakan pada pengukuran sampel tanah yaitu metode
acak. Sedangkan metode acak yang dilaksanakan dengan cara sampel diambil
secara acak tanpa memperhatikan strata (jenjang). Elemen populasi berpeluang
sama untuk menjadi elemen sampel dan cocok untuk populasi yang homogen.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya dapat menggunakan metode sampling tanah


yang lain seperti menggunakan metode sampling acak atau zigzag, serta pada praktikum
selanjutnya dapat menggunakan luasan daerah pengambilan sampel yang lebih besar
agar data yang dihasilkan akan mewakili kondisi tanah secara lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmawijaya., 1990, Klasifikasi Tanah, UGM Press, Yogyakarta

2. Rachman, Sutanto, 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah, UII, Jakarta.

3. Ray, R, Weil, 2010. The Nature and Properties of Seil, Jakarta.

4. Poerwidodo, Suswono., 1983, Telaah Kesuburan Tanah, Penerbit Angkasa,


Bandung

5. Sutedjo, dkk, 1991. Mikrobiologi Tanah, Rineka Cipta, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai