Anda di halaman 1dari 3

Standardisasi Industri Hijau dalam Teknologi Otomasi bagi Produk

Unggulan Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, standar adalah ukuran tertentu yang dipakai
sebagai patokan. Standardisasi adalah penyesuaian bentuk seperti ukuran, kualitas, dan
sebagainya dengan pedoman atau standar yang ditetapkan. Standardisasi dijadikan patokan dalam
penyeleksian produk.

Standardisasi Indonesia dikatakan tertinggal dibandingkan negara-negara lain di dunia.


Mengapa demikian? Indonesia baru memiliki sebanyak 105 produk dengan SNI (Standar
Nasional Indonesia), sementara negara seperti Thailand telah memiliki lebih kurang 1.000 produk
yang terstandardisasi. Sedikitnya produk Indonesia yang distandardisasi menurut BSN (Badan
Standardisasi Nasional) disebabkan kualitas pengujian produk masih rendah, masyarakat
Indonesia kurang peduli dengan produk SNI, serta minimnya laboratorium uji produk dalam
negeri.1

Saat ini dunia tengah menghadapi era revolusi industri 4.0. Tenaga manusia mulai
digantikan oleh mesin digital. Walaupun baru ditahap awal tahun 2018, industri 4.0
menghadirkan cara baru bagi industri untuk beroperasi melalui integrasi terhadap tren dan
teknologi. Siapkah Indonesia menghadapi perkembangan ini, perkembangan yang menuntut
seluruh negeri untuk bersaing?

Indonesia memiliki berbagai komoditas pertanian ekspor unggulan di dunia, seperti karet,
baik alami maupun sintetis beserta produk olahannya. Saat ini, industri karet tidak lagi
menggunakan tenaga manusia seutuhnya dalam pengolahan karet. Teknologi otomasi dinilai
lebih efisien dibandingkan tenaga manusia. Sebagai contohnya PT. Synthetic Rubber Indonesia
yang merupakan perusahaan pengolah karet sintetis gabungan dari perusahaan karet Chandra Asri
dan perusahaan teknologi Michelin. PT. SRI menggunakan teknologi otomasi dalam pengolahan
karet sintetis menjadi ban mobil. Investasi yang diterima oleh PT. SRI ini berkisar di 435 juta
1
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/30/101839426/soal-sertifikasi-dan-standardisasi-produk-indonesia-
masih-tertinggal
US$ atau sama dengan 6,17 triliun dalam Rupiah. Dengan adanya PT. SRI, Indonesia dapat
memasok kebutuhan dalam negeri dan dapat mengurangi impor hingga US$ 250 juta atau sekitar
3,5 triliun Rupiah. 2

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Dewan Karet
Indonesia berencana melakukan revitalisasi industri karet dengan memasukan nilai teknologi.
Deputi Bidang Teknologi Informasi dan Energi BPPT, Djumain Appe mengatakan bahwa
rekayasa genetika akan diimplementasikan pada perawatan dan penanaman pohon karet sehinga
akan menambah potensi produksi yang lebih banyak,. Produksi karet yang lebih banyak akan
menimbulkan potensi untuk merebut pasar yang lebih besar. Ketua Dewan Karet Indonesia, Aziz
Pane, berharah teknologi yang dimiliki BPPT akan berperan penting dalam pergerakan industri
karet di Indonesia. Menurutnya, dengan penerapan inovasi dari BPPT, dapat memberikan nilai
tambahan pada karet asal Indonesia untuk mengincar pasar vulkanisir ban pesawat. BPPT saat ini
tengah melakukan kerja sama dengan beberapa pihak yang melakukan penelitian dan
pengembangan pada pohon karet di Indonesia. Dengan proyek yang dinamakan “hilirisasi karet”
ini diharapkan industri karet dapat memanfaatkan teknologi otomasi.3

Akan tetapi, kita masih dapat menemukan pengolahan karet secara tradisional, seperti di
daerah Kalimantan Selatan. Getah karet dari para petani karet akan menjadi pasokan bagi pabrik-
pabrik pengolahan karet di sekitarnya. Sayangnya proses pengambilan getah karet secara
tradisional ini sangat dipengaruhi oleh musim. Seperti saat datangnya siklus daun gugur, karet
hasil torehan akan berkurang. Lalu saat musim hujan, gangguan produksi karet lebih disebabkan
oleh faktor teknis, dimana alat dan perlengkapan sadap karet para petani di Kalimantan Selatan
masih banyak yang sangat tradisional. Wadah sadapan karet yang menggunakan batok kelapa
sangat mudah terkontaminasi oleh air hujan dan menyebabkan karet hasil sadapan tercampur air
dan kotoran yang dibawanya sehingga merusak atau menurunkan kualitas karet. 4

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan teknologi otomasi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan jika menggunakan tenaga manusia seutuhnya. Teknologi otomasi
2
Https://otomotif.tempo.co/read/1150821/michelin-chandra-asri-resmikan-pabrik-karet-sintetis-di-
cilegon/full&view=ok
3
Https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141001103709-199-4906/bppt-kaji-teknologi-di-
industri-karet
4
Http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/10/24/produksi-karet-pabrik-pabrik-di-kalsel-menurun-
ini-penyebabnya
memiliki pengaruh yang besar dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Hanya saja, apakah
teknologi otomasi baik untuk lingkungan dalam jangka panjang? Faktanya teknologi otomasi
yang sekarang ini digunakan membutuhkan energi yang sangat besar, dan seperti yang kita tahu
Indonesia masih menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan sebagai ppt embangkit listrik.
Jika semakin banyak teknologi otomasi yang digunakan, maka akan semakin banyak pula energi
yang dibutuhkan. Hal ini berarti Indonesia harus lebih banyak melakukan eksploitasi sumber
daya alam tidak terbarukan yang lama kelamaan akan habis.

Saat ini Indonesia memiliki standardisasi ramah lingkungan yang disebut Standar Industri
Hijau, hanya saja Standar Industri Hijau baru diterapkan pada 17 jenis industri yang kebanyakan
produk domestik, sementara mesin-mesin teknologi otomasi belum termasuk di dalamnya.
Padahal, di revolusi industri 4.0 ini, teknologi otomasi sangat mendominasi dalam proses
produksi produk domestik. 5Jika teknologi otomasi ini hanya memperhatikan efisiensi produksi
dan tidak memperhatikan efek jangka panjang penggunaannya, maka lama kelamaan penggunaan
teknologi otomasi tersebut dapat menimbulkan dua dampak, yaitu tercemarnya lingkungan akibat
limbah industri dan penurunan yang signifikan dari cadangan sumber daya alam tidak terbarukan
yang digunakan sebagai sumber energi mesin-mesin teknologi otomasi.

Sudah saatnya, Indonesia menerapkan Standar Industri Hijau untuk mesin-mesin


teknologi otomasi yang digunakan dalam berbagai macam industri. Tidak hanya menerapkan
standardisasi produk, BSN juga harus menggalakkan sosialisasi mengenai pentingnya SNI
kepada masyarakat, karena SNI membantu masyarakat untuk menyeleksi produk yang aman
digunakan. BSN juga harus mensosialisasikan pentingnya standardisasi bagi jalannya kegiatan
ekspor-impor yang akan mempengaruhi devisa negara. Selain itu, penggunaan teknologi otomasi
sebaiknya difokuskan pada produk-produk unggulan Indonesia agar keuntungan yang didapat
lebih maksimal. Sudah saatnya pemerintah mendorong diversifikasi dan konservasi energi secara
dini guna menjaga keamanan sumber daya Indonesia di masa depan.

5
Http://bppi.kemenperin.go.id/blog/standar-industri-hijau-sih-untuk-17-jenis-industri/

Anda mungkin juga menyukai