Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MIKROMETER SEKRUP

Diajukan untuk Memenuhi Laporan Praktikum Fisika Dasar

Disusun Oleh:
Kelompok II (A2)
Fajar Maulana Siregar NIM. 170140051
Deifa Nurfiqih NIM. 170140003
Eka Sri Astuti NIM. 170140038
Dewi Lestari NIM. 170140122
Muhammad Rifky Fathur Rahman NIM.170140143

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2018
ABSTRAK

Pengukuran besaran panjang yang kurang dari 0,1mm dapat dilakukan dengan
menggunkan mikrometer sekerup .mikrometer sekerup dapat mengukur dengan
ketelitian hingga 0,05 mm .Secara umum mikrometer sekerup memiliki dua jenis
skala . Skala pertama tertera pada gagang mikrometer yang merupakan skala
tetap. Skala jenis kedua adalah skala jenis putar yang terletak pada silinder yang
dapat diputar. Berdasarkan dari praktikum yang telah di lakukan triplek memiliki
ketebalan rata-rata yaitu 1.238 mm, untuk kelereng di dapatkan diameter rata-rata
15.908 mm, pada bahan uji kaleng di peroleh rata-rata ketebalannya 1.376, dan
yang terakhir pada asbes di peroleh ketebalan rata-ratanya yaitu 6.47 mm.
Perbedaan hasil yang di peroleh pada setiap kali ulangan pengukuran di sebabkan
perbedaan titik permukaan yang di ambil saat pengukuran.

Kata Kunci : mikrometer, skala


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Mikrometer Sekrup


1.2 Tanggal Praktikum : 6 November 2018
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok 2
1. Fajar Maulana Siregar NIM.170140051
2. Deifa Nurfiqih NIM.170140003
3. Eka Sri Astuti NIM.170140038
4. Dewi Lestari NIM.170140122
5. M. Rifky Fathur Rahman NIM.170140143
1.4 Tujuan Praktikum : Dapat dan mahir menggunakan mikrometer
untuk mengukur diameter atau ketebalan pelet/lempengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrometer Sekerup


Pengukuran besaran panjang yang kurang dari 0,1mm dapat dilakukan
dengan menggunakan mikrometer sekerup . Mikrometer sekerup dapat mengukur
dengan ketelitian hingga 0,05 mm . Secara umum mikrometer sekerup memiliki
dua jenis skala . Skala pertama tertera pada gagang mikrometer yang merupakan
skala tetap. Skala jenis kedua adalah skala jenis putar yang terletak pada silinder
yang dapat diputar.
Mikrometer Sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda.
Mikrometer sekrup mempunyai 2 skala , yaitu:  skala utama dan skala nonius
(skala putar). Mikrometer sekrup memiliki ketelitian hingga 0,01 mm= 0,001 cm.
Dalam membaca Skala utama lihatlah angka terakhir yang tidak ditutupi
oleh pemutar. Misal angka terakhirnya 4 maka nilai skala utamanya 4 mm. Dalam
membaca Skala nonius lihat angka yang ditunjuk oleh skala utama (yang berada
pada tengah-tengah). satu garisnya bernilai 0,01 mm. dimana x-nya angka yang
ditunjukknya. misal angka yang ditunjuknya 35 maka nilainya 35×0,01 mm.

2.2 Pengukuran Besaran Panjang Dengan Mikrometer Sekrup


Mikrometer Sekrup merupakan alat ukur panjang yang memiliki ketelitian
0,01 mm. Mikrometer terdiri atas tiga jenis yaitu:
1. Mikrometer luar (Outside micrometer /aka micrometer caliper) digunakan
untuk mengukur diameter kawat, tebal plat, dan tebal batang.
2. Mikrometer dalam (Inside micrometer) digunakan untuk mengukur
diamter dari suatu lubang.
3. Mikrometer kedalaman (Depth micrometer) digunakan untuk mengukur
kedalaman dari suatu lubang (Bambang Puwanto, 2006).
Pada kesempatan kali ini yang akan dibahas adalah mikrometer luar karena
memang sering digunakan dan pada prinsipnya cara menggunakan mikrometer
dalam dan mikrometer kedalaman pun sama. Sebelum menggunakan, kita harus
mengenal terlebih dahulu bagian - bagian dari mikrometer skrup. Mikrometer
memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya
sampai 0,01 mm.

2.3 Bagian-Bagian dari Mikrometer Sekrup


1. Bingkai (Frame)
Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas
serta dibuat agak tebal dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan
peregangan dan pengerutan yang mengganggu pengukuran. Selain itu, bingkai
dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan ketika pengukuran
karena jika Anda memegang bingkai agak lama sehingga bingkai memanas
sampai 10 derajat celcius, maka setiap 10 cm baja akan memanjang sebesar 1/100
mm.
2. Landasan (Anvil)
Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakan dan
diantara anvil dan spindle.
3. Spindle (gelendong)
Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakan menuju landasan.
4. Pengunci (lock)
Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak bergerak ketika
mengukur benda
5. Sleeve
Tempat skala utama
6. Thimble
Tempat skala nonius berada
7. Ratchet Knob
Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi benda yang akan
diukur tepat berada diantara spindle dan anvil.
2.4 Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup
1. Membuka pengunci mikrometer skrup kemudian membuka celah antara
spindle dan anvil sedikit lebih besar dari benda yang akan diukur dengan
cara memutar Ratchet Knob Masukan benda yang akan diukur diantara
spindle dan anvil.
2. Geserkan spindle ke arah benda dengan cara memutar ratchet knob sampai
terdengar bunyi klik. Jangan sampai terlalu kuat, cukup sampai benda
tidak jatuh saja.
3. Kunci mikrometer skrup agar spindle tidak bergerak.
4. Keluarkan benda dari mikrometer skrup dan baca skalanya

2.5 Cara Membaca Mikrometer Sekrup


1. Posisikan mikrometer skrup tegak lurus terhadap arah pandangan.
2. Bacalah skala utama pada mikrometer skrup. Garis bagian atas
menunjukan angka bulat dalam mm contohnya 1 mm, 2 mm, 3 mm, dst.
Sedangan garis skala bagian bawah menunjukan bilangan 0,5.
3. Bacalah skala nonius yaitu garis yang tepat segaris dengan garis pembagi
pada skala utama . Setiap satu garis pada skala nonius menunjukan 0,01
mm.
4. Jumlahkan hasil pengukuran dari skala utama dengan hasil pengukuran
dari skala nonius.

2.6 Fungsi Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu
benda. Misalnya tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer
sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat yang kecil. Skala mikrometer
skrup dibagi dua jenis:
1. Skala Utama, terdiri dari skala : 1, 2, 3, 4, 5 mm, dan seterusnya. Dan nilai
tengah : 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm, dan seterusnya.
2. Skala Putar Terdiri dari skala 1 sampai 50
Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah
0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm (Stephanus Legiyo,
2006).
Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan
pada aplikasi berikut :
1. Mikrometer Luar
Alat ukur yang dapat diukur dimensi luar dengan cara membaca jarak
antara dua muka ukur sejajar yang berhadapan yaitu sebuah muka ukur tetap yang
berpasang pada satu sisi angka berbentuk U dan sebuah muka ukur lainnya yang
terletak pada ujung spind yang bergerak tegak lurus terhadap muka ukur yang
dilengkapi dengan sleeve dan timble yang mempunyai graduasi yang sesuai
dengan pergerakan spindle. Micrometer luar digunakan untuk pengukuran ukuran
memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam
Alat ukur yang dapat mengukur dimensi dalam dengan cara membaca
jarak antara dua muka ukur sferis yang saling membelakangi, yaitu sebuah muka
ukur tetap yang terpasang pada batang utama dan sebuah muka ukur tetap yang
terpasang pada batang utama dan sebuah muka ukur lainnya yang teretak pada
ujung spindle yang dapat bergerak searah dengan sumbunya dengan dilengkapi
slevee dan timble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan
spandle. Micrometer sekrup dalam digunakan garis tengah dari lubang suatu
benda.
3. Mikrometer kedalaman
Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari
langkah-langkah dan slot-slot (Fooster, 2007).
Bagian micrometer sekrup adalah sebuah proses berulir yang terpasang
pada sebuah slinder pemutar yang disebut bidal. Poros masuk mengulir pada
slinder berskala 0,01 mm dan 0,005 mm. Silinder berskala ini tetap dilingkup
silinder putar terbagi oleh garis-garis skala menjadi 50 bagian yang sama. Ulir
pada batang silinder pemutar mempunyai ketepatan 0,5 mm, ini artinya, kalau ulir
silinder diputar satu putaran, ia maju atau mundur 0,5 mm. Karena silinder
pemutar 50 skala disekelilingnya kalau silinder pemutar berputar sebesar satu
skala, batang silinder maju/ mundur 0,5/ 50 mm = 0,01 mm atau 0,001 cm.
Dengan demikian dengan skala pada silinder menunjukkan ukuran persatuan
millimeter. Micrometer sekrup memiliki batas ukur maximal 25 mm. Tanpa skala
nonius, skala utama alat ini adalah 5 mm karena pada jarak 25 mm skala utama
terbagi dalam 50 skala. Sehingga kedua skala terdekat = 0,5 mm. Mikrometer
sekrup memiliki skala nonius putar yang terdiri atas 50 skala (untuk satu kali
putar) yang sama harganya dengan jarak satu skala utama. Maka nonius = 0,01
mm. 0,01 mm merupakan skala nonius sekaligus merupakan ketelian micrometer
sekrup. Benda yang ukurannya sangat tipis seperti kertas atau kawat yang
ukurannya sangat kecil tidak dapat diukur dengan jangka sorong, untuk mengukur
dimensi luar dari benda yang sangat tipis digunakan micrometer sekrup. Seperti
halnya jangka sorong, micrometer sekrup juga memiliki dua skala yaitu utama dan
nonius. Secara garis besar micrometer sekrup terdiri atas :
1. Rahang tetap yang berisi skala utama yang dinyatakan dalam satuan mm.
panjang skala utama umunya mencapai 25 mm
2. Poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar
3. Rahang besar yang dihubungkan dengan bidal yang digunakan untuk
memegang benda yang akan diukur bersama dengan rahang tetap.
(Steven, 1988)
Beberapa hal yang diperlukan sewaktu menggunakan mikrometer sekrup:
1. Permukaan benda ukur, mulut ukur dari mikrometer sekrup harus
dibersihkan dahulu adanya kotoran, terutama bekas proses pengukuran
dapat menyebabkan kesalahan ukur maupun merusak permukaan mulut
ukur.
2. Sebelum dipakai kedudukan nol mikrometer sekrup harus diperiksa.
Kedudukan nol disetel dengan cara merapatkan mulut ukur dengan
ketelitian silindet tetap diputar dengan memakai kunci penyetel sampai
garis referensi dari skala tetap bertemu dengan garis nol dari skala putar.
3. Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur. Apabila
dimensi tersebut cukup satu bar maka poros ukur dapat digerakkan dengan
cepat dengan cara menyelindingkan silinder putat pada telapak tangan.
Jangan sekali-kali memutar rangkanya dengan memegang silinder putar
seolah-olah memegang mainan kanak-kanak.
4. Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer sekrup di telapak
tangan kanan, dan ditahan oleh kelingking, jari manis, serta jari tengah.
Telunjuk dan ibu jari dugunakan untuk memutar silinder pusat.

Setelah digunakan dalam jangka waktu yang lama, mikrometer perlu


dikalibrasi untuk mendapatkan tingkat kecermatan sesui dengan standarnya. Hal -
hal yang perlu diperhatikan dalam mengkalibrasi mikrometer adalah.
1. Gerakan silinder putar/poros ukur harus dapat berputar dengan baik dan
tidak terjadi goyangan karena ausnya ulir utama.
2. Kedudukan nol. Apabila mulut ukur dirapatkan maka garis referensi harus
menunjukan nol.
3. Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor).
4. Kebenaran dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
standar yang benar.
5. Bagian-bagian seperti gigi gelincir dan pengunci poros ukur harus
berfungsi dengan baik.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat
Alat-alat yang di gunakan dalam percobaan ini antara lain sebagai berikut.
1. Mikrometer Sekrup 1 buah
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam percobaan ini sebagai berikut
1. Kelereng 1 buah
2. Triplek 1 buah
3. Asbes 1 buah

3.2 Cara Kerja


1. Sebelum dipakai untuk pengukuran dilakukan pengukuran terlebih dahulu
dilihat apakah micrometer berada dalam posisi nol atau tidak. Caranya
yaitu memutar sekrup S sehingga ujung A dan B bertemu dan terdengar
bunyi krik lalu diligat apakah lingkaran nonius telah berimpit dengan garis
nol atau tidak. Caranya yaitu memutar sekrup sehingga ujung A dan B
bertemu dan berbunyi krik-krik lalu dilihat apakah lingkaran nonius telah
berimpit dengan garis nol skala utama dan garis nol nol nonius telah 1
garis dengan garis tengah skala utama.
2. Setelah posisi nol dicapai maka benda diletakkan yang akan diukur
diantara ujung A dan B dengan memutar sekrup S sehingga unjung A dan
B tepat menyentuh kedua sisi benda itu.
3. Kemudian dilakukan percobaan pengukura, dengan cara : angka skala
utama yang kelihatan dicatat dari angka nol sampai lingkaran nonius.
Kemudian ditambahkan dengan angka skala nonius yang segaris Atau
mendekati garis tengah utama skala utama setekah dikalikan dengan
ketelitian micrometer (0,01 mm).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil Praktikum yang telah kami lakukan maka di dapatkan hasil dalam
bentuk tabe berikut, yang mana skala nonius telah di kalikan dengan ketelitian
(0.01)
Tabel 4.1 Hasil
Ke Tebal Triplek Diameter Kelereng Tebal Kaleng Tebal Asbes
(mm) (mm) (mm)
(mm)
SU SN T SU SN T SU SN T SU SN T
1. 1 0.25 1.25 15.5 0.44 15.94 1 0.35 1.35 6 0.48 6.48
2. 1 0.23 1.23 15.5 0.43 15.93 1 0.38 1.38 6 0.45 6.45
3. 1 0.25 1.25 15.5 0.49 15.93 1 0.39 1.39 6 0.46 6.46
4. 1 0.23 1.23 15.5 0.37 15.87 1 0.37 1.37 6 0.48 6.48
5. 1 0.23 1.23 15.5 0,37 15.87 1 0.38 1.38 6 0.48 6.48
Rata-rata 1.238 Rata-rata 15.908 Rata-rata 1.371 Rata-rata 6.47
Keterangan:
SU = Skala Utama, SN = Skala Nonius, T = Tebal

4.2 Pembahasan
Mikrometer merupakan alat dengan ketelitian yang lebih akurat
dibandingkan jangka sorong, yaitu 0.01 mm. Berdasarkan hasil yang di dapati
pada percobaan pertama dengan menggunakan triplek, yang di ukur ialah
ketebalannya. Pada percobaan pertama mendapatkan hasil 1.25 mm dengan Skala
utama nya 1 mm dan nonius nya 0.25 mm , pada percobaan kedua 1.23 mm
percobaan ketiga 1.25 mm percobaan ke empat 1.23 mm, percobaan ke lima
mendapatkan hasil 1.23 mm. Pada percobaan pertama dan kedua didapat kan
selisih yaitu 0.02 mm. dari percobaan pertama dan ketiga mendapatkan hasil yang
sama yaitu 1.25 mm, di karenakan pada titik yang berbeda ternyata memiliki
ketebalan yang sama.
Pada percobaan ke dua yaitu pengukuran diameter dari kelereng pada
ulangan pertama skala utama yang di dapatkan yaitu 15.5 mm dan skala nonius
0.44 mm dan kemudian di tambahkan sehingga memiliki ketebalan 15.94 mm
pengulangan kedua di dapatkan skala utamanya 15.5 mm dan skala nonius 0.43
mm maka jumlahnya 15.93 mm, untuk diameter pengulangan kedua dan ketiga
memiliki diameter yang sama, pada pengulangan ke empat dan ke lima di
dapatkan skala utama 15.5 dan skala nonius 0.37 mm sehingga di dapatkan hasil
yaitu 15.87 mm.
Pada percobaan ketiga yaitu mengukur ketebalan kaleng, pada pengukuran
pertama skala utama 1 mm dan skala nonius 0.35 mm sehingga di dapatkan
ketebalan kaleng yaitu 1.35 mm. Pada pengulangan 2, 3, 4 dan 5 di dapatkan skala
utama satu akan tetapi pada skala nonius yang berbeda pada pengulangan ke dua
di dapatkan skala noniusnya 0.39 mm sehingga ketebalannya 1.39 mm. Pada
pengulangan ke tiga skala noniusnya 0.39 mm sehingga ketebalannya 1.39 mm.
Pada pengulangan ke empat skala noniusnya 0.37 mm dan ketebalan yang di dapat
1.37 mm. Pada pengulanga yang terakhir skala noniusnya 0.38 mm yang mana di
dapatkan hasil 1.38 mm
Pada percobaan ke empat yaitu pada pengukuran ketebalan asbes. Pada
pengulangan pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima memiliki skala yang sama
yaitu 6 mm, pada skala utama dan skala nonius pada pengulangan pertama,
keempat, dan kelima mimiliki skala nonius yang sama yaitu 0.48 mm sehingga
memiliki ketibalan yang sama pula yaitu 6.48 mm. Pada pengulangan ketiga
memiliki ketebalan 6.46 mm dimana skala noniusnya 0.46 mm, pada pengulangan
ke dua memiliki skala nonius 0.45 mm dan pada skala utamanya 6 mm sehingga
ketebalannya 6.45 mm.
Tujuan di lakukan pengulangan 5 kali, karena ketebalan antara satu titik
dengan titik lain berbeda, karena di pengaruhi oleh skala nonius, yang mana skala
nonius yang kami gunakan saat praktikum di laksanakan mengalami ketidak
selarasan alat, yang mana pada saat di kalibrasi alat tersebut tidak bisa menuju
angka 0 pada skala utama maupun skala nonius sehingga harus di lakukan secara
manual.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut
1. Untuk triplek di peroleh rata-rata ketebalannya 1.238 mm
2. Untuk kelereng di peroleh rata-rata diameternya 15.908 mm
3. Untuk kaleng di peroleh rata-rata ketebalannya 1.3716 mm
4. Untuk asbes di peroleh rata-rata ketebalannya 6.47 mm
5. Perbedaan hasil yang di peroleh pada setiap kali ulangan pengukuran
disebabkan perbedaan titik permukaan yang di ambil saat pengukuran.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum kedepan alangkah baiknya bahan-bahan di
ganti seperti asbes di ganti dengan kaca agar mendapatkan hasi dan pembahasan
yang lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, Steven. 1989. Pemantapan Fisika. Jakarta : Erlangga.


Bambang, Puwanto. 2006. Asas-Asas Fisika. Bandung : Yudhistira.
Foster, Bob. 2007. Ringkasan Cepat Memahami Fisika. Jakarta : Erlangga.
Legiyo, Stephanus. 2006. Fisika Untuk SMA. Bandung : Grasindo.
Silaban, Pantur. 1985. Fisika Jilid I. Jakarta : PT. Gelora Pratama.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Tebal Triplek
 Triplek 1
SU = 1 mm
SN = 25 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 25(0.01)
= 1.25 mm
 Triplek 2
SU = 1 mm
SN = 23 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 23(0.01)
= 1.23 mm
 Triplek 3
SU = 1 mm
SN = 25 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 25(0.01)
= 1.25 mm
 Triplek 4
SU = 1 mm
SN = 23 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 23(0.01)
= 1.23 mm
 Triplek 5
SU = 1 mm
SN = 23 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 23(0.01)
= 1.23 mm

2. Diameter kelereng
 Kelereng I
SU = 15.5 mm
SN = 44 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 44(0.01)
= 15.94 mm
 Kelereng II
SU = 15.5 mm
SN = 43 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 43(0.01)
= 15.43 mm
 Kelereng III
SU = 15.5 mm
SN = 43 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 43(0.01)
= 15.93 mm
 Kelereng IV
SU = 15.5 mm
SN = 37 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 37(0.01)
= 15.19 mm
 Kelereng V
SU = 15.5 mm
SN = 37 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 37(0.01)
= 15.87 mm

3. Kaleng
 Kaleng I
SU = 1 mm
SN = 35 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 35(0.01)
= 1.35 mm
 Kaleng II
SU = 1 mm
SN = 38 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 38(0.01)
= 1.38 mm
 Kaleng III
SU = 1 mm
SN = 39 mm
D = SU + SN(0,01)
= 1 + 39(0,01)
= 1.39 mm
 Kaleng IV
SU = 1 mm
SN = 37 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 37(0.01)
= 1.37 mm
 Kaleng V
SU = 1 mm
SN = 38 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 38(0.01)
= 1.38 mm

4. Tebal Asbes
 Asbes I
SU = 6 mm
SN = 48 mm
D = SU + SN(0.01)
= 6 + 48(0.01)
= 6,48 mm
 Asbes II
SU = 6 mm
SN = 45 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 45(0,01)
= 6,45 mm
 Asbes III
SU = 6 mm
SN = 46 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 46(0,01)
= 6,46 mm
 Asbes IV
SU = 6 mm
SN = 48 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 48(0,01)
= 6,48 mm
 Asbes V
SU = 6 mm
SN = 25 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 48(0,01)
= 6,48 mm
LAMPIRAN C
TUGAS

1. Apakah mungkin ketelitian micrometer sekrup ini dapat diperkecil lagi


dari 0,01 mm? jelaskan pendapat saudara!
Jawab :
1. Tidak, karena micrometer itu merupakan alat ukur panjang yang memang
sudah memiliki ketetapan bahwa ketelitiannya itu merupakan tingkat
tertinggi dank arena sudah menjadi yang terendah dalam tingkat
ketelitiannya dia tidak dapat diturunkan. Sehingga dengan ketelitian yang
sangat tinggi, micrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur
dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas
maupun kawat. Dari pembuktian dapat diketahui bahwa ketelitian
micrometer sekrup adalah : 1/ 50 x 0,5 = 0,01 mm.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

N Gambar Alat Fungsi


O
1. Untuk mengukur ketebalan/
diameter dari suatu benda/
sample.

Anda mungkin juga menyukai