MIKROMETER SEKRUP
Disusun Oleh:
Kelompok II (A2)
Fajar Maulana Siregar NIM. 170140051
Deifa Nurfiqih NIM. 170140003
Eka Sri Astuti NIM. 170140038
Dewi Lestari NIM. 170140122
Muhammad Rifky Fathur Rahman NIM.170140143
Pengukuran besaran panjang yang kurang dari 0,1mm dapat dilakukan dengan
menggunkan mikrometer sekerup .mikrometer sekerup dapat mengukur dengan
ketelitian hingga 0,05 mm .Secara umum mikrometer sekerup memiliki dua jenis
skala . Skala pertama tertera pada gagang mikrometer yang merupakan skala
tetap. Skala jenis kedua adalah skala jenis putar yang terletak pada silinder yang
dapat diputar. Berdasarkan dari praktikum yang telah di lakukan triplek memiliki
ketebalan rata-rata yaitu 1.238 mm, untuk kelereng di dapatkan diameter rata-rata
15.908 mm, pada bahan uji kaleng di peroleh rata-rata ketebalannya 1.376, dan
yang terakhir pada asbes di peroleh ketebalan rata-ratanya yaitu 6.47 mm.
Perbedaan hasil yang di peroleh pada setiap kali ulangan pengukuran di sebabkan
perbedaan titik permukaan yang di ambil saat pengukuran.
4.1 Hasil
Hasil Praktikum yang telah kami lakukan maka di dapatkan hasil dalam
bentuk tabe berikut, yang mana skala nonius telah di kalikan dengan ketelitian
(0.01)
Tabel 4.1 Hasil
Ke Tebal Triplek Diameter Kelereng Tebal Kaleng Tebal Asbes
(mm) (mm) (mm)
(mm)
SU SN T SU SN T SU SN T SU SN T
1. 1 0.25 1.25 15.5 0.44 15.94 1 0.35 1.35 6 0.48 6.48
2. 1 0.23 1.23 15.5 0.43 15.93 1 0.38 1.38 6 0.45 6.45
3. 1 0.25 1.25 15.5 0.49 15.93 1 0.39 1.39 6 0.46 6.46
4. 1 0.23 1.23 15.5 0.37 15.87 1 0.37 1.37 6 0.48 6.48
5. 1 0.23 1.23 15.5 0,37 15.87 1 0.38 1.38 6 0.48 6.48
Rata-rata 1.238 Rata-rata 15.908 Rata-rata 1.371 Rata-rata 6.47
Keterangan:
SU = Skala Utama, SN = Skala Nonius, T = Tebal
4.2 Pembahasan
Mikrometer merupakan alat dengan ketelitian yang lebih akurat
dibandingkan jangka sorong, yaitu 0.01 mm. Berdasarkan hasil yang di dapati
pada percobaan pertama dengan menggunakan triplek, yang di ukur ialah
ketebalannya. Pada percobaan pertama mendapatkan hasil 1.25 mm dengan Skala
utama nya 1 mm dan nonius nya 0.25 mm , pada percobaan kedua 1.23 mm
percobaan ketiga 1.25 mm percobaan ke empat 1.23 mm, percobaan ke lima
mendapatkan hasil 1.23 mm. Pada percobaan pertama dan kedua didapat kan
selisih yaitu 0.02 mm. dari percobaan pertama dan ketiga mendapatkan hasil yang
sama yaitu 1.25 mm, di karenakan pada titik yang berbeda ternyata memiliki
ketebalan yang sama.
Pada percobaan ke dua yaitu pengukuran diameter dari kelereng pada
ulangan pertama skala utama yang di dapatkan yaitu 15.5 mm dan skala nonius
0.44 mm dan kemudian di tambahkan sehingga memiliki ketebalan 15.94 mm
pengulangan kedua di dapatkan skala utamanya 15.5 mm dan skala nonius 0.43
mm maka jumlahnya 15.93 mm, untuk diameter pengulangan kedua dan ketiga
memiliki diameter yang sama, pada pengulangan ke empat dan ke lima di
dapatkan skala utama 15.5 dan skala nonius 0.37 mm sehingga di dapatkan hasil
yaitu 15.87 mm.
Pada percobaan ketiga yaitu mengukur ketebalan kaleng, pada pengukuran
pertama skala utama 1 mm dan skala nonius 0.35 mm sehingga di dapatkan
ketebalan kaleng yaitu 1.35 mm. Pada pengulangan 2, 3, 4 dan 5 di dapatkan skala
utama satu akan tetapi pada skala nonius yang berbeda pada pengulangan ke dua
di dapatkan skala noniusnya 0.39 mm sehingga ketebalannya 1.39 mm. Pada
pengulangan ke tiga skala noniusnya 0.39 mm sehingga ketebalannya 1.39 mm.
Pada pengulangan ke empat skala noniusnya 0.37 mm dan ketebalan yang di dapat
1.37 mm. Pada pengulanga yang terakhir skala noniusnya 0.38 mm yang mana di
dapatkan hasil 1.38 mm
Pada percobaan ke empat yaitu pada pengukuran ketebalan asbes. Pada
pengulangan pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima memiliki skala yang sama
yaitu 6 mm, pada skala utama dan skala nonius pada pengulangan pertama,
keempat, dan kelima mimiliki skala nonius yang sama yaitu 0.48 mm sehingga
memiliki ketibalan yang sama pula yaitu 6.48 mm. Pada pengulangan ketiga
memiliki ketebalan 6.46 mm dimana skala noniusnya 0.46 mm, pada pengulangan
ke dua memiliki skala nonius 0.45 mm dan pada skala utamanya 6 mm sehingga
ketebalannya 6.45 mm.
Tujuan di lakukan pengulangan 5 kali, karena ketebalan antara satu titik
dengan titik lain berbeda, karena di pengaruhi oleh skala nonius, yang mana skala
nonius yang kami gunakan saat praktikum di laksanakan mengalami ketidak
selarasan alat, yang mana pada saat di kalibrasi alat tersebut tidak bisa menuju
angka 0 pada skala utama maupun skala nonius sehingga harus di lakukan secara
manual.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut
1. Untuk triplek di peroleh rata-rata ketebalannya 1.238 mm
2. Untuk kelereng di peroleh rata-rata diameternya 15.908 mm
3. Untuk kaleng di peroleh rata-rata ketebalannya 1.3716 mm
4. Untuk asbes di peroleh rata-rata ketebalannya 6.47 mm
5. Perbedaan hasil yang di peroleh pada setiap kali ulangan pengukuran
disebabkan perbedaan titik permukaan yang di ambil saat pengukuran.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum kedepan alangkah baiknya bahan-bahan di
ganti seperti asbes di ganti dengan kaca agar mendapatkan hasi dan pembahasan
yang lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tebal Triplek
Triplek 1
SU = 1 mm
SN = 25 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 25(0.01)
= 1.25 mm
Triplek 2
SU = 1 mm
SN = 23 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 23(0.01)
= 1.23 mm
Triplek 3
SU = 1 mm
SN = 25 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 25(0.01)
= 1.25 mm
Triplek 4
SU = 1 mm
SN = 23 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 23(0.01)
= 1.23 mm
Triplek 5
SU = 1 mm
SN = 23 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 23(0.01)
= 1.23 mm
2. Diameter kelereng
Kelereng I
SU = 15.5 mm
SN = 44 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 44(0.01)
= 15.94 mm
Kelereng II
SU = 15.5 mm
SN = 43 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 43(0.01)
= 15.43 mm
Kelereng III
SU = 15.5 mm
SN = 43 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 43(0.01)
= 15.93 mm
Kelereng IV
SU = 15.5 mm
SN = 37 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 37(0.01)
= 15.19 mm
Kelereng V
SU = 15.5 mm
SN = 37 mm
D = SU + SN(0.01)
= 15.5 + 37(0.01)
= 15.87 mm
3. Kaleng
Kaleng I
SU = 1 mm
SN = 35 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 35(0.01)
= 1.35 mm
Kaleng II
SU = 1 mm
SN = 38 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 38(0.01)
= 1.38 mm
Kaleng III
SU = 1 mm
SN = 39 mm
D = SU + SN(0,01)
= 1 + 39(0,01)
= 1.39 mm
Kaleng IV
SU = 1 mm
SN = 37 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 37(0.01)
= 1.37 mm
Kaleng V
SU = 1 mm
SN = 38 mm
D = SU + SN(0.01)
= 1 + 38(0.01)
= 1.38 mm
4. Tebal Asbes
Asbes I
SU = 6 mm
SN = 48 mm
D = SU + SN(0.01)
= 6 + 48(0.01)
= 6,48 mm
Asbes II
SU = 6 mm
SN = 45 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 45(0,01)
= 6,45 mm
Asbes III
SU = 6 mm
SN = 46 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 46(0,01)
= 6,46 mm
Asbes IV
SU = 6 mm
SN = 48 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 48(0,01)
= 6,48 mm
Asbes V
SU = 6 mm
SN = 25 mm
D = SU + SN(0,01)
= 6 + 48(0,01)
= 6,48 mm
LAMPIRAN C
TUGAS