Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

P
DI RUANG ICU RSUD DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
STASE KEPERAWATAN KRITIS

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Profesi Ners


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Oleh :
MITHA LESTARI
2019.NS.A.07.055

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mitha
: Lestari
Nim 2019.NS.A.07.055
:
Program Profesi
: Ners
Judul Asuhan
: Keperawatan pada Tn.P dengan Diagnosa Medis Post Op
Hemicraniotomy di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktek Keperawatan Kritis pada Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Akademk, Pembimbing Lahan,

Suryagustina, Ners., M.Kep Rosaniah,S.Kep., Ners

ii
DAFTAR ISI
SAMUL DEPAN ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................. 2
1.4.1 Rumah Sakit ............................................................................................. 2
1.4.2 Mahasiswa ................................................................................................ 2
1.4.3 Institusi Pendidikan ................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Konsep Dasar ....................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi ..................................................................................................... 3
2.1.2 Etiologi ..................................................................................................... 3
2.1.3 Manifestasi Klinis .................................................................................... 4
2.1.4 Patofisiologi ............................................................................................. 4
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 7
2.1.6 Penatalaksanaan ....................................................................................... 7
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS .................................................... 9
3.1 Manajemen keperawatan ..................................................................................... 9
3.1.1 Pengkajian ................................................................................................ 9
3.1.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 11
3.1.3 Intervensi .................................................................................................. 12
BAB 4 TINJAUAN KASUS ..................................................................................... 15
ELEMINASI & CAIRAN .......................................................................................... 16
STATUS NEUROLOGI ............................................................................................. 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 19
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 19
5.1.1 Proses Keperawatan ................................................................................. 19
5.1.2 Faktor pendukung dan penghambat ........................................................ 19
5.2 Saran ..................................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan intracerebral (ICH) merupakan pecahnya pembuluh darah
intracerebral sehinga darah keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
jaringan otak. (Iskandar Junaidi. 2015). Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan
bahwa 15 juta pasien di seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya, perdarahan
intraserebral menyumbang 10% dari semua stroke dan berhubungan dengan 50%
kasus kematian di Amerika sedangkan 7% dari seluruh kematian di Canada
(Magistris et al. 2013).
Berdasarkan data dari WHO pada penderita stroke PIS di RS dr.Saiful Anwar,
Malang mulai Februari hingga April 2014. Diagnosis stroke perdarahan intracerebral
(PIS) ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan neurologis dan CT scan
kepala. Sebanyak 41 subyek penelitian yang rawat inap dalam kurun waktu 24 jam
awitan stroke PIS. Berdasarkan data dari ruangan 6 Bedah RSPAD Gatot Subroto
Jakarta Pusat selama 3 bulan terakhir penderita perdarahan intraserebral sebanyak 11
orang. Pada perdarahan intracerebral akan terjadi peningkatan tekanan intracranial
(TIK) atau intracerebral sehingga terjadi penekanan pada struktur otak dan pembuluh
darah otak secara menyeluruh. Hal ini akan menyebabkan penurunan aliran darah
otak timbul hipoksia, iskemia yang kemudian diikuti dengan influx ion kalsium yang
berlebihan dalam sel saraf (neuron).
Akibat lebih lanjutnya adalah terjadinya disfungsi membrane sel dan akhirnya
terjadi kematian sel saraf sehingga timbul gejala klinis deficit neurologis. (Iskandar
Junaidi. 2012) Gejala yang timbul akibat deficit neurologis dapat berupa hemiparesis,
hemiplagia hemihipestesi, gangguan berbicara (afasia), bicara pelo, hemianopsia,
gangguan fungsi intelektual dan lain-lain (Misbach, 2015). Salah satu gejalanya
adalah hemiplagia dan hemiparesis yang dapat menyebabkan kerusakan mobilitas
fisik. Kelumpuhan ini sering kali masih dialami pasien sewaktu keluar dari rumah
sakit dan biasanya kelemahan tangan lebih berat dibandingkan kaki (Mulyatsih,
2018).
Dampak yang sering muncul dari stroke adalah terjadi gangguan mobilisasi
fisiknya terutama terjadi hemiplegi dan hemiparese. Gejala lain yang mungkin

1
muncul adalah hilangnya sebagian penglihatan, pusing, penglihatan ganda, bicara
tidak jelas, gangguan keseimbangan dan yang paling parah terjadi lumpuh permanen
(Wiwit, 2010).

1.2 Tujuan Penulisan


Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan kritis.

1.3 Rumusan Masalah


Untuk mempelajari dan memahami keperawatan kritis.

1.4 Manfaat
1.4.1 Rumah Sakit
Sebagai masukan untuk bahan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan kritis.
1.4.2 Mahasiswa
Sebagai tambahan ilmu dalam peningkatan pengetahuan khususnya tentang
asuhan keperawatan kritis.
1.4.3 Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi pendidikan dan penelitian serta
informasi tentang asuhan keperawatan kritis.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Definisi
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis
ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai
lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang
indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya
pergeseran garis tengah, Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan
gangguan neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi
hematom disertai dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan
prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang menentukan prognose
perdarahan subdural. (Paula, 2019)
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak. Hemorragi
ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat
terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul. (Suharyanto, 2019)
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri.
Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka
.intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat
melebarnya pembuluh nadi. (Corwin, 2019)
2.1.2 Etiologi
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2014) adalah :
1) Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2) Fraktur depresi tulang tengkorak
3) Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4) Cedera penetrasi peluru
5) Jatuh
6) Kecelakaan kendaraan bermotor
7) Hipertensi
8) Malformasi Arteri Venosa
9) Aneurisma

3
10) Distrasia darah
11) Obat
12) Merokok
2.1.3 Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang,
hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun
begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan
gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan
pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak
bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang.
Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi
tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran
adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin
(2019) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
1) Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
2) Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
3) Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
4) Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
5) Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6) Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
tekanan intra cranium.
2.1.4 Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri
yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh
darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari
pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada
arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan

4
lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan
berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama
aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam
keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58
ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18
ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada
neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen
sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri hampir
tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran
darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi
otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi
(ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan
intrakranial dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga
dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal.
Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit,
jam bahkan beberapa hari. (Corwin, 2019)

5
WOC ICH ( Intracranial Hemorrhage)

Trauma kepala, fraktur depresi tulang


tengkorak, cedera penetrasi peluru, jatuh
kecelakaan kendaraan bermotor,
hipertensi, malformasi artery venosa,
aneurisma, distrasia darah, obat,
merokok.

ICH ( Intracranial Hemorrhage)

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breath Blood Brain Bladder Bowel Bone

Perdarahan pada Pons dan Gangguan aliran darah dan Gangguan aliran darah dan
Pecahnya pembuluh L.Occipitalis Penyebaran
MO oksigen ke otak oksigen ke otak
darah otak

Fungsi otak menurun


Gangguann memori Kerusakan Fungsi otak menurun
Penekana syaraf system Darah masuk ke jaringan jaringan
penglihatan
pernapasan otak dan membentuk
masa atau hematoma Refleks menelan
menurun Kerusakan
Penurunan kemampuan Penurunan
RR , hiperpneu, neuromotorik
penglihatan kemampuan
hiperventilasi Penekanan pada jaringan ginjal
otak Anoreksia
Kelemahan otot
progresif
MK : MK : MK Gangguan
Peningkatan tekanan eliminasi urine
Pola napas tidak efektif Resiko cidera MK :
intracranial
Ketidakseimbangan nutrisi MK:
kurang dari kebutuhan tubuh Kerusakan mobilitas
fisik
Gangguan aliran darah
dan oksigen ke otak

MK : 6
Resiko perfusi serebral
tidak efektif Sumber : Corwin 2019, Nurarif,
A.H 2015, Sylvia 2012
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2016)
adalah sebagai berikut :
1) Angiografi
2) Ct scanning
3) Lumbal pungsi
4) MRI
5) Thorax photo
6) Laboratorium
7) EKG
2.1.6 Penatalaksanaan
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke
ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang
yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang
mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-
obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan
makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang
mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu
penggumpalan darah seperti :
1) Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
2) Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
3) Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah
yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di
dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan
karena operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah
bisa memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan

7
yang parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada
kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik
adalah mungkin.
Menurut Corwin (2019) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral
Hematom adalah sebagai berikut :
1) Observasi dan tirah baring terlalu lama.
2) Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah.
3) Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
4) Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
5) Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi.
6) Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium
lainnya yang menunjang.

8
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Manajemen keperawatan


3.1.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang dirasakan sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah Kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
4. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
5. Pola pemenuhan KDM menurut
1) Pola oksigenasi : pola nafas,bersihkan jalan nafas,keluhan sesak
2) Pola nutrisi : Asupan nutrisi,pola makan,kecukupan gizi
3) Pola eliminasi : Pola BAK dan BAB,konsistensi feses,warna urine,volume
output
4) Pola aktivitas : Meliputi gerakan ( mobilitas ) pasien,aktivitas/ pekerjaan
pasien yang dapat mengendorkan otot.
5) Pola aktivitas : Meliputi kebiasaan tidur / istirahat pasien kebiasaan dalam
istirahat,waktu istirahat.
6) Pola pakaian : Meliputi memilih baju yang sesuai,berpakaian dan melepas
pakaian
7) Pola lingkungan dan mempertahankan temperatur tubuh : Meliputi suhu
tubuh,kaji akral ( dingin / hangat ),warna ( kaji adanya sianosis,kemerahan )
8) Pola personal hygiene : Meliputi kebiasaan menjaga kebersihan tubuh dari
penampilan yang baik serta melindungi kulit,kebiasaan mandi,gosok
9) gigi,membersihkan genetalia.dll untuk menjaga kesehatan.
10) Pola menghindari bahaya lingkungan dan kebutuhan rasa nyaman
11) Pola komunikasi : Bagaimana berinteraksi dengan orang lain
6. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum

9
2) Kesadaran
3) Tekanan Darah
4) Nadi
5) Suhu
6) RR
7. Pemerikasaan Fisik
1) Rambut
a. Keadaan kesuburan rambut
b. Keadaan rambut yang mudah rontok
c. Keadaan rambut yang kusam
d. Keadaan tekstur
2) Kepala
Botak atau alopesia,ketombe,berkutu,adakah eritemia,kebersihan
3) Mata
a. Apakah sklera ikterik
b. Apakah konjungtiva pucat
c. Kebersihan mata
d. Apakah gatal atau mata merah
4) Hidung
a. Adakah pilek
b. Adakah alergi
c. Adakah perubahan penciuman
d. Kebersihan hidung
e. Keadaan membrana mukosa
f. Adakah septum deviasi
5) Mulut
Keadaan mukosa mulut, kelembapan, adanya lesi, kebersihan
6) Gigi
Adakah kurang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi, pertumbuhan,
kebersihan.
7) Telinga
Adakah kotoran,adakah lesi,bentuk telinga,adakah infeksi

10
8) Kulit
Kebersihan, adakah lesi, keadaan turgor, warna kulit, suhu, tekstur,
pertumbuhan bulu
9) Kuku
Bentuk,warna,adanya lesi,pertumbuhan
10) Genetalia
Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis,keadaan kulit, keadaan lubang
urethra,keadaan skrotum.
11) Tubuh secara umum
Kebersihan,normal dan keadaan postur
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d Tahanan pembuluh darah
;infark
2) Nyeri kepala akut b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK)
3) Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia
4) Kerusakan mobilitas fisik b.d Kelemahan neutronsmiter
5) Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL b.d kelemahan fisik
6) Kerusakan kamunikasi verbal.
7) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi

11
3.1.3 Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Kep
1 Ketidakefe Perfusi jaringan 1. Monitor Vital Sign. 1. Identifikasi hipertensi.
ktifan cerebral efektif 2. Monitor tingkat 2. Mengetahui
perfusi setelah dilakukan kesadaran. perkembangan
jaringan tindakan 3. Monitor GCS. 3. Mengetahui
cerebral keperawatan 4. Tentukan faktor perkembangan
b.d selama 3x24 jam penyebab penurunan 4. Acuan intervensi yang
Tahanan dengan KH: perfusi cerebral. tepat.
pembuluh - Vital Sign 5. Pertahankan posisi tirah 5. Meningkatakan tekanan
darah normal. baring atau head up to arteri dan sirkulasi atau
;infark - Tidak ada tanda- 30°. perfusi cerebral.
tanda 6. Pertahankan lingkungan 6. Membuat klien lebih
peningkatan TIK yang nyaman. tenang.
(takikardi, 7. Kolaborasi dengan tim
Tekanan darah kesehatan. Pemberian
turun pelan2) terapi oksigen
- GCS E4M5V6
2 Nyeri - Setelah 1. Observasi keadaan 1. Mengetahui respon
kepala dilakukan asuhan umum dan tanda-tanda autonom tubuh
akut b.d keperawatan vital
peningkata selama 3x24 jam 2. Lakukan pengkajian 2. Menentukan penanganan
n tekanan diharapkan nyeri nyeri secara nyeri secara tepat
intracrania terkontrol atau komprehensif 3. Mengetahui tingkah laku
l (TIK) berkurang 3. Observasi reaksi ekspresi dalam
dengan kriteria abnormal dan merespon nyeri
hasil : ketidaknyamanan 4. Meminimalkan factor
- Ekspresi wajah 4. Control lingkungan yang eksternal yang dapat
rileks dapat mempengaruhi mempengaruhi nyeri
- Skala nyeri nyeri 5. Meningkatkan kualitas
berkurang 5. Pertahankan tirah baring tidur dan istirahat
- Tanda-tanda vital 6. Ajarkan tindakan non 6. Terapi dalam
dalam batas farmakologi dalam penanganan nyeri tanpa
normal penanganan nyeri obat
7. Kolaborasi pemberian 7. Terapi penanganan nyeri
analgesic sesuai program secara farmakologi
3 Ketidaksei Kebutuhan nutrisi 1. Kaji kebiasaan makan- 1. Menentukan intervensi
mbangan terpenuhi setelah makanan yang disukai yang tepat.
kebutuhan dilakukan tindakan dan tidak disukai. 2. Mengurangi rasa bosan
nutrisi keperawatan 2. Anjurkan klien makan sehingga makanan
kurang selama 3x24 jam sedikit tapi sering. habis.
dari dengan KH: 3. Berikan makanan sesuai 3. Agar kebutuhan nutrisi
kebutuhan - Asupan nutrisi diet RS. terpenuhi.
tubuh b.d adekuat. 4. Pertahankan kebersihan 4. Mulut bersih
anoreksia - BB meningkat. oral. meningkatkan nafsu
- Porsi makan yang 5. Kolaborasi dengan ahli makan.
disediakan habis. gizi. 5. Menentukan diet yang

12
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Kep
- Konjungtiva sesuai.
tidak ananemis.
4 Kerusakan Mobilitas 1. Kaji tingkat mobilisasi 1. Menentukan intervensi.
mobilitas meningkat setelah fisik klien. 2. Meningkatkan
fisik b.d dilakukan tindakan 2. Ubah posisi secara kanyamanan, cegah
Kelemaha keperawatan periodik. dikobitas.
n selama 3 x 24 jam 3. Lakukan ROM 3. Melancarkan sirkulasi.
neutronsm dengan KH: aktif/pasif. 4. Mencegah kontaktur.
iter - Klien mampu 4. Dukung ekstremitas 5. Menentukan program
melakukan pada posisi fungsional. yang tepat.
aktifitas dbn. 5. Kolaborasi dengan ahli
- Kekuatan otot fisio terapi.
meningkat.
- Tidak terjadi
kontraktur.
5 Gangguan Pemenuhan 1. Kaji kemampuan ADL. 1. Mengetahui
pemenuha kebutuhan ADL 2. Dekatkan barang-barang kemampuan ADL.
n terpenuhi setelah yang dibutuhkan klien. 2. Mempermudah
kebutuhan dilakukan tindakan 3. Motivasi klien untuk pemenuhan ADL.
ADL b.d keperawatan melakukan aktivitasa 3. Meningkatkan
kelemahan selama 3 x 24 jam secara bertahap. kemandirian klien.
fisik. dengan KH: 4. Dorong dan dukung 4. Meningkatkan
- Mampu aktivitas perawatan diri. kemandirian klien dan
memenuhi 5. Menganjurkan keluarga meningkatkan
kebutuhan secara untuk membantu klien menyamanan.
mandiri. memenuhi kebutuhan 5. Pemenuhan kebutuhan
- Klien dapat klien. klien dapat terpenuhi.
beraktivitas
secara bertahap.
- Nadi normal.
6 Kerusakan Setelah di lakukan 1. Jelaskan pada klien 1. Memotivasi klien dalam
komunikas perawatan 3x24 tentang pen-tingnya berlatih
i verbal jam di harapkan untuk selalu melatih 2. Membantu klien dalam
klien menunjuk kan bicara/ vokalisasi berlatih berbicara
peningkatan 2. Ajak klien untuk 3. Mengajarkan bicara non
kemam- puan berbicara dengan singkat verbal
komunikasi verbal dan jelas. 4. Memperhatikan klien
dengan kriteria: 3. Ajarkan pada klien untuk untuk mendapatkan apa
- Keluarga mempergunakan tangan yang mampu dibicarakan
mengungkap kan untuk lebih memperjelas 5. Untuk mengetahui
pelo yang di alami maksud pembicaraan. kemampuan yang dapat
Ny. T berkurang. 4. Dengarkan klien dengan klien lakukan
- Klien penuh perhatian.
berkomunikasi 5. Observasi kemampuan
dengan jelas. klien dalam
- Klien tidak berkomunikasi

13
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Kep
berbicara berulang-
ulang untuk
mengulang maksud
yang sama.

7 Resiko Mempertahankan 1. Berikan perawatan 1. Cara pertama untuk


tinggi nonmotermia, aseptik dan antiseptic. menghidari infeksi
terhadap bebas tanda-tanda nosokomial.
infeksi infeksi 2. pertahankan teknik cuci 2. Deteksi dini
berhubung o Mencapai tangan yang baik. perkembangan infeksi
an dengan penyembuhan luka 3. catat karakteristik dari 3. memungkinkan untuk
invasi MO (craniotomi) tepat drainase dan adanya melakukan tindakan
pada waktunya. inflamasi. dengan segera dan
4. Pantau suhu tubuh secara pencegahan terhadap
teratur. Catat adanya komplikasi selanjutnya
demam, menggigil, 4. Dapat mengindikasikan
diaforesis dan perubahan perkembangan sepsis
fungsi mental (penurunan yang selanjutnya
kesadaran). memerlukan evaluasi
5. Batasi pengunjung yang atau tindakan dengan
dapat menularkan infeksi segera.
atau cegah pengunjung 5. Menurunkan pemajanan
yang mengalami infeksi terhadap “pembawa
saluran napas bagian kuman penyebab
atas. infeksi”.
6. Terapi profilaktik dapat
6. Berikan antibiotik sesuai digunakan pada pasien
indikasi. yang mengalami trauma
(luka, kebocoran CSS
7. Ambil bahan atau setelah dilakukan
pemeriksaan (spesimen) pembedahan untuk
sesuai indikasi menurunkan risiko
terjasdinya infeksi
nasokomial).
7. Kultur/sensivitas.
Pewarnaan Gram dapat
dilakukan untuk
memastikan adanya
infeksi dan
mengidentifikasi
organisme penyebab dan
untuk menentukan obat
pilihan yang sesuai.

14
BAB 4
TINJAUAN KASUS

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Nama Klien : Tn.P Tgl MRS: 23/08/2020
Umur : 56 Tahun No. RM: 21.54.64
Jenis kelamin: Laki-laki Diagnosa Medis: ICH

DIAGNOSA TINDAKAN
No PENGKAJIAN JAM EVALUASI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 JALAN NAFAS (AIR WAYS)  Aktual
Sumbatan :  Resiko
 Benda asing  Lendir Bersihkan jalan nafas
 Darah  Bronkospasma tidak efektif
 Sputum  ……………….. b/d………………………
Tidak ada masalah
keperawatan

2. PERNAFASAN (BREATHING) √ Aktual 12.00 1. Memonitoring 1. Takipnea 23x/mnt


a. Sesak dengan :  Resiko pola nafas 2. tidak ada
 Aktivitas  Tanpa aktivitas Gangguan pertukaran (takipnea) sumbatan jalan
2. Memonitor adanya nafas
 Menggunaklan otot nafas tambahan gas
sumbatan jalan 3. SPO2 98%
b. Frekuensi nafas : 24x/menit b/d ketidakseimbangan nafas 4. Bunyi nafas
c. Irama :  Teratur ventilasi-perfusi 3. Memonitor ronchi
 Tdk teratur ditandai dengan : saturasi oksigen Memberikan
d. Kedalaman :  Dalam - Penggunaan alat bantu 4. Mengatur interval posisi senyaman
 Dangkal pernafasan O2 NRM 10- pemantauan mungkin.
e. Batuk :  Produktif 15 lpm respirasi sesuai 5. Hasil AGD
kondisi pasien - pH 7,501H
 Non produktif - peningkatan CO2
5. Memberikan - pCO2 38,0
f Sputum :  Warna - Penurunan O2 posisi senyaman - pO2 92,5
 Konsistensi - Takikardia mungkin - BE acf 6,6 H
g. Bunyi nafas :  Ronchi - Bunyi nafas tambahan - BE b 7,1 H
 Wheezing - HCO3 30,3 H
 Creakles - TCO2 31,2 H
…………………. - SO2 97,5
- NA 127, OL
h. Nyeri bernafas :  Ya
- K 3,73
 Tidak - CL 98,2
- ADO2 179,0 H
- Total Protein
5,72
- Albumin 3,05 L
- Globulin 2,67
3. SIRKULASI (CIRCULATION)  Aktual 12.00 1. Mengdentifikasi 1. Tidak ada gejala
a. Nadi : 105 x/mt  Resiko tanda/gejala penurunan curah
b. TD : 140/80 mm/Hg Penurunan curah penurunan curah jantung
jantung 2. TTV klien
c. Irama :  Teratur jantung
2. Memonitoring TD; 140/80
 Tidak teratur b/d Ketidakadekuatan tekanan darah mmhg
d. Denyut :  Lemah jantung memompa 3. Memonitoring N: 105x/mnt
 Kuat darah ditandai dengan : aritma RR;24x/mnt

15
DIAGNOSA TINDAKAN
No PENGKAJIAN JAM EVALUASI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
e. Ekstrimitas :  Hangat - Perubahan irama 4. Memposisikan 3. Aritma jantung
 Dingin jantung pasien semi fowler masih terjadi
f. Ekstrimitas : √ Hangat - warna kulit pucat atau fowler. 102x/mnt
 Dingin - capillary refill > 3d/t 5. Berkolaborasi 4. memberikan
pemberian obat posisi senyaman
Warna kulit :  Kemerahan - takikardia antiaritmia mungkin kepada
g. √ Pucat klien
h.  Cyanosis
Pengisian Kapiler : < 3 d/t
Edema :
 Tidak
 Ya, di :  Wajah
 Tangan
 Tungkai
 Anasarka
4. ELEMINASI & CAIRAN  Aktual
a. BAK : …………….…….x/hr  Resiko
Jumlah  Sedikit,………..cc Gangguan keseimbangan
 cairan & elektrolit
Sedang,………30cc b/d……………………….
 Banyak,……….cc
Warna :  Aktual
Nyeri BAK  Ya  Resiko
√ Tidak Hypertermi
Sakit pinggang  Ya b/d……………………..
b. √ Tidak  Aktual
BAB : 1 x/hr  Resiko
Diare : Hyportermi
√ Tidak b/d……………………..
 Ya ( ) Berdarah
( ) Berlendir
( ) Cair  Aktual
Abdomen :  Resiko
 Elastis  Kembung Gangguan rasa nyaman
 Lembek  Asites (nyeri)
b/d……………………..
Turgor √ Baik
 Sedang  Aktual
 Buruk  Resiko
Mukosa  Basah  Kering
Kulit :………………… Tidak ada masalah
Suhu :………………..0C keperawatan
Nyeri :
√ Tidak
 Ya : ( ) Ulu hati
( ) Menyebar
( ) ……………

5. INTEGUMEN (KULIT)  Aktual


a. Luka : √ Tidak  Resiko

16
DIAGNOSA TINDAKAN
No PENGKAJIAN JAM EVALUASI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
 Ya Gangguan integritas
b. Keadaan Luka : ………………………… kulit/jaringan
……………………………………………. b/d……………………..
c. Kedalaman :…………………….. Tidak ada masalah
Perdarahan  Ya keperawatan
√ Tidak
( gambarkan dermatom luka)

6. STATUS NEUROLOGI
a. GSC E: 1. Mengidentifikasi 1. Klien dapat
M : Tersedasi  Aktual 14.00 toleransi fisik mentoleransi fisik
V:  Resiko melakukan melakukan
ambulasi ambulasi
b. Tingkat kesadaran : Gangguan Mobilitas 2. Memonitoring 2. Frekuensi
 CM  Apatis fisik frekuensi jantung tekanan darah
 Somnolen  Soporus b/d penurunan dan tekanan darah 140/80 mmmhg
 Delirium  Coma kekuataan otot ditandai sebelum 3. Keluarga ikut
dengan : melakukan terlibat dalam
c. Pupil : - kekuatan otot sebelah ambulasi mobilisasi dan
3. Melibatkan keluarga paham
 Isokar  Unisokar kiri menurun
keluarga untuk tujuan dan
 Miosis  Midriasis Eks Atas kiri : 2 I 2 membantu pasien prosedur
Eks bawah kiri : 2 I 2 dalam ambulasi.
d. Reaksi terhadap cahaya - rentang gerak (ROM ) meningkatkan
Ka  Positif  Negatif menurun ambulasi
Ki  Positif  Negatif 4. Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi ( Miring
e. Kejang :  Ya
kiri/ Miring kanan)
5. Menganjurkan
f. Pelo  Ya  Tidak melakukan
g. Kelumpuhan/kelemahan ambulasi dini
 Ya, di anggota gerak sebelah kiri
 Tidak
h. Afasia : Y a √ Tidak
i. Disanthria :  Ya  Tidak
Nilai kekuatan otot :
Extrimitas atas kanan : 5 I 5
Extrimitas atas kiri : 2 I 2
Extrimitas bawah kanan : 5 I 5
Extrimitas bawah kiri : 2 I 2
j. Reflek
- Patela :+ 14.00 1. TD: 140/80
- Babinsky :+ √ Aktual wib mmHg
- Bisep/trisep :+  Resiko 1) Monitor tanda- Nadi :105 x/menit
K Reflek lain :…………………… Resiko Perfusi serebral tanda vital klien RR : 20 x/menit
tidak efektif 2) Monitor ukuran, 2. GCS : Tersedasi
b/d peningkatan TIK di kesimetrisan dan 3. Terapi obat
reaksi pupil Amlodipine
tandai dengan :
3) Monitor tingkat 10mg melalui iv
- Kesadaran klien kesadaran Phonytoin 2x200mg
tersedasi 4) Kolaborasi dalam Ketocid 3x2 tab

17
DIAGNOSA TINDAKAN
No PENGKAJIAN JAM EVALUASI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
- Terpasang Alat bantu pemberian obat
pernafasan NRM 10-15
lpm

 Aktual
√ Resiko
1) Mengenali 1) Tempat tidur
lingkungan dalam posisi
Resiko jatuh
sekitar pasien rendah dan roda
b/d penurunan 2) Pastikan tempat tempat tidur
kesadaran di tandai tidur dalam posisi dalam posisi
dengan : rendah dan roda terkunci
-Kondisi klien yang tempat tidur 2) Penghalang atau
melemah dalam posisi pengaman sisi
terkunci tempat tidur
3) Pastikan terpasang
penghalang atau
pengaman sisi
tempat tidur
terpasang
4) Melonggarkan
pakaian klien

Pengkajian Focus lainnya :


- Menggunakan Alat bantu pernafasan
NRM 10-15 lpm
- Klien mengalami asidosis metabolik

Palangka Raya, …Agustus 2020

Mahasiswa,

( Mitha Lestari )

18
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yag diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa kesimpulan yaitu :
5.1.1 Proses Keperawatan
1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus Tn.P terdapat tanda dan gejala yang
mengarah ICH.
2) Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus Tn. P semuanya berjumlah 5(lima)
diagnosa yaitu : Gangguan pertukaran gas , Penurunan curah jantung, Gangguan mobilitas
fisik, Resiko perfusi serebral tidak efektif, dan Resiko jatuh.
3) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual dengan rasional
tindakan yang mendasarinya, semua disusun bedasarkan perbandingan teori dengan
kondisi yang di alami klien dengan masalah ICH. Fokus utama dalam kasus ini adalah
penanganan Gangguan pertukaran gas, dan diagnosa yang lainnya di urutkan berdasarkan
prioritas.
4) Tindakan keperawatan pada Tn. P mengikuti perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Di laksanakan dengan dukungan peralatan dari pendidikan.
5) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan pada Tn. P terlihat
adanya perbaikan yang positif selama perawatan yang dilaksanakan.
5.1.2 Faktor pendukung dan penghambat
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. P terdapat faktor pendukung berupa :
alat – alat keperawatan dari pihak rumah sakit yang sangat membantu dalam pelaksanaan
kasus dan adanya kerjasama serta respon yang baik yang ditunjukkan oleh klien dan keluarga
terhadap tindakan yang teah dilakukan, literatur yang cukup memadai di Perpustakaan Stikes
Eka Harap Palangka Raya, kerjasama yang baik dalam penatalaksanaan keperawatan pada
klien, baik dengan klien maupun keluarga sendiri maupun dengan petugas kesehatan lainnya
dan bimbingan akademik.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah :
1) Bagi tenaga keperawatan :

19
Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan pengetahuan secara
individu oleh perawat.
2) Bagi institusi Rumah Sakit
Pengembangan sarana dan pra sarana kesehatan dan standart acuan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan kritis ICH.
3) Bagi institusi Pendidikan
Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon kritis mahasiswa dalam
menetapkan masalah keperawatan yang sering ditemui dilahan praktek, sehingga
kemampuan analisa mahasiswa lebih baik.
4) Bagi perkembangan IPTEK
Kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan – pengembangan lebih lanjut terutama
penelitian yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dengan nyeri akut.

20
E-ISSN - 2477-6521
Vol 4(3) Oktober 2019 (601-607)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Avalilable Online http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien dengan


Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus
*
Filya Kharti Gempitasari, Feni Betriana Program Studi Pendidikan Ners, STIKes Fort de
Kock Bukittinggi *Email Korespondensi : fenibetriana@gmail.com

Submitted :13-09-2019, Reviewed:29-09-2019, Accepted:06-10-2019


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v4i3.4421

ABSTRACT
Background: Stroke is a clinical syndrome which is characterized by loss of brain function acutely and it
can lead to death. Patients with stroke often experience declining of consciousness which might decrease
the quality of life. To reach the good outcome of nursing care, it is necessary to implement evidence -based
nursing. Aim: This case study aims to present the implementation of evidence-based nursing by providing
murrotal therapy and head-up positioning 30 degree to increase patient’s level of consciousness and
oxygen saturation. Method: The murrotal therapy was implemented for seven days and head-up positioning
30 degree was implemented for three days. After each implementation, the patient was evaluated by
assessing the Glasgow Coma Scale (GCS) and oxygen saturation. Results: The results showed an
increasing level of consciousness after murrotal therapy was given from GCS 7 in the first day of
implementation to GCS 11 in the 7th day. Oxygen saturation increased for 1.5% in average. Conclusion:
The head-up positioning 30 degree and murrotal therapy show good outcome for patients with stroke. Thus,
implementation of those two evidences-based nursing in providing nursing care is recommended.
Keywords: Evidence based nursing; head-up position; murrotal, non-hemorrhagic stroke

ABSTRAK
Latar belakang: Stroke merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian. Pasien dengan stroke seringkali mengalami
penurunan kesadaran yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Untuk mencapai hasil
perawatan yang baik, diperlukan implementasi evidence-based nursing. Tujuan: Studi kasus ini
bertujuan untuk mempresentasikan implementasi evidence-based nursing dengan pemberian terapi
murrotal dan pengaturan posisi kepala head-up 30 derajat untuk meningkatkan tingkat kesadaran
pasien dan saturasi oksigen. Metodologi: Terapi murrotal diaplikasikan selama tujuh hari dan
pengaturan posisi kepala head-up 30 derajat diaplikasikan selama tiga hari. Setelah setiap intervensi
yang dilakukan, pasien dievaluasi dengan penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) dan saturasi
oksigen. Hasil: Hasil menunjukkan peningkatan kesadaran pasien setiap hari setelah dilakukan
terapi murotal dari GCS 7 pada hari ke-1 menjadi GCS 11 pada hari ke-7. Saturasi oksigen
mengalami peningkatan rata-rata 1,5%. Kesimpulan: Pengaturan posisi kepala head-up 30 derajat
dan terapi murrotal memperlihatkan hasil yang baik terhadap pasien stroke. Karena itu, penerapan
kedua evidence-based nursing ini dalam memberikan asuhan keperawatan direkomendasikan.

Kata kunci: Evidence based nursing; posisi head-up; murrotal, stroke non-hemorrhagic

21
LLDIKTI Wilayah X601

Gempitasari et. all | Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien dengan
Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus
(601-607)
PENDAHULUAN kepada pasien berdasarkan teori dan hasil
American Heart Association penelitian (Ingersoll, 2000).
mendefinisikan stroke sebagai suatu sindrom Terapi murrotal Al Quran dan pengaturan
klinik yang ditandai dengan hilangnya fungsi posisi kepala head-up 30 derajat merupakan
otak secara akut dan dapat menimbulkan dua intervensi EBN yang sudah diteliti dan
kematian (National Collaborating Centre for direkomendasikan pada pasien stroke.
Chronic Condition, 2008). Secara umum, Murrotal Al Quran telah banyak digunakan
stroke dibedakan atas dua kategori yaitu stroke sebagai terapi untuk mengatasi berbagai
iskemik atau non-hemoragik dan stroke masalah kesehatan pada pasien di banyak
hemoragik. Stroke non-hemoragik disebabkan negara. Penelitian yang dilakukan oleh Upoyo,
karena penyumbatan pembuluh darah di otak Ropi, dan Sitorus (2011) di Indonesia dengan
sedangkan stroke hemoragik disebabkan memberikan stimulasi murrotal Al Quran pada
karena pecahnya pembuluh darah dan pasien stroke menunjukkan hasil adanya
mengakibatkan perdarahan di otak (National peningkatan kesadaran pasien. Penelitian lain
Collaborating Centre for Chronic Condition, yang dilakukan oleh Babaii, Abbasinia,
2008). Hejazi, Reza, & Tabaei, (2015) di sebuah
Menurut Kementrian Kesehatan rumah sakit di Iran menunjukkan bahwa
Republik Indonesia (2014), stroke pasien yang diberikan terapi murrotal Al
merupakan penyebab kecacatan nomor satu Quran sebelum menjalani kateterisasi jantung
dan penyebab kematian nomor tiga di dunia mengalami penurunan kecemasan yang
setelah penyakit jantung dan kanker. Di signifikan dibandingkan dengan pasien yang
Indonesia, prevalensi stroke sebesar 830 per tidak diberikan terapi murrotal Al Quran.
100.000 penduduk dan yang telah Selain itu, terapi murrotal Al Quran juga
didiagnosis adalah sebesar 600 per 100.000 terbukti efektif untuk pasien dengan gangguan
penduduk. Beban akibat stroke yang psikologis (Saged et al., 2018) dan juga
disebabkan oleh kecacatan menimbulkan direkomendasikan sebagai terapi untuk
biaya yang tinggi, baik oleh penderita, mengatasi gangguan tidur pada anak autis
keluarga, masyarakat, dan negara. Pasien (Tumiran, Mohamad, & Saat, 2013). Terapi
dengan stroke umumnya mengalami murrotal Al Quran merupakan intervensi yang
penurunan tingkat kesadaran dan gangguan direkomendasikan karena tidak hanya
hemodinamik yang menyebabkan terjadinya memberikan efek terapeutik untuk fisik saja
penurunan kualitas hidup penderita. tetapi juga psikologis dan spiritual (Saged et
Untuk mengatasi stroke, diperlukan al., 2018).
penanganan yang komprehensif demi Seperti halnya dengan terapi murrotal Al
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih Quran, pengaturan posisi kepala untuk
serius. Penerapan evidence-based nursing memperbaiki saturasi oksigen juga telah
(EBN) merupakan salah satu strategi untuk diteliti dan banyak dilakukan untuk
memberikan outcome yang lebih baik untuk mendapatkan outcome yang lebih baik dari
kesembuhan pasien. tindakan keperawatan. Pengaturan posisi
Ditilik dari sejarah EBN dan evidence- head up 30 derajat tidak hanya dilakukan
based practice (EBP) dalam dunia pada pasien stroke, tapi juga pada pasien
keperawatan, EBN dan EBP diadopsi dari dengan masalah kesehatan lainnya. Studi
evidence-based medicine (EBM) yang kasus yang dilakukan oleh Hasan (2018)
berfokus pada percobaan klinis (Ingersoll, menunjukkan bahwa pengaturan posisi
2000). EBN dalam praktik keperawatan kepala head-up 30 derajat dapat
merupakan pemberian asuhan keperawatan meningkatkan saturasi oksigen pada pasien

22
LLDIKTI Wilayah
Gempitasari et. all | Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien dengan
Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus
(601-607)
stroke. Penelitian lain oleh Hsu, Ho, Lin, & Untuk tahap selanjutnya, penerapan EBN
Chiu (2014) pada pasien dengan asites dilakukan terhadap seorang pasien stroke di
karena sirosis menunjukkan saturasi oksigen ruang rawat neurologi sebuah rumah sakit
yang lebih baik saat pasien diposisikan pada umum di Propinsi Sumatera Barat. Sebelum
posisi head up 30 derajat. Selain itu, intervensi dilaksanakan, prosedur dijelaskan
penelitian yang dilakukan di Brazil kepada keluarga pasien. Kesediaan keluarga
menunjukkan bahwa pengaturan posisi 30 diberikan melalui persetujuan verbal. Sebelum
derajat memberikan outcome positif EBN diimplementasikan, dilakukan
terhadap kompliansi dinamik pasien dengan pengkajian secara komprehensif terhadap
ventilasi mekanik (Martinez et al., 2015). pasien. Dua intervensi tersebut dilaksanakan
Pada pasien stroke yang mengalami masing-masing selama tujuh hari untuk terapi
penurunan kesadaran dan saturasi oksigen, murotal Al Quran dan tiga hari untuk
maka penggabungan dua terapi murrotal Al pengaturan posisi kepala head-up 30 derajat.
Quran dan pengaturan posisi head up 30 Terapi murrotal dilakukan dari tanggal 27
derajat diharapkan dapat memberikan hasil Desember 2018 sampai dengan 2 Januari
keperawatan yang lebih baik. Artikel ini 2019. Terapi murotal Al Quran dilakukan
merupakan studi kasus yang bertujuan untuk dengan menggunakan media handphone
memaparkan hasil implementasi kedua EBN selama 30 menit untuk setiap sesi. Pada hari
tersebut pada pasien stroke. pertama dan kedua, pasien diperdengarkan
surah Ar Rahman. Pada hari ketiga dan
METODE PENELITIAN keempat, diputarkan surah Yasin, dan hari ke-
Studi kasus ini mengikuti tahapan 5 sampai ke-7 diputarkan surah An Nisa.
berdasarkan Polit dan Beck (2012) tentang Pemilihan surah dilakukan berdasarkan
implementasi EBN pada praktik keperawatan. keinginan keluarga.
Tahapan tersebut terdiri atas lima tahap, yaitu: Pengaturan posisi kepala head up 30
(1) memunculkan pertanyaan (PICO), (2) derajat dilakukan dari tanggal 27 sampai
mencari evidence terkait, (3) penilaian dengan 29 Desember 2018. Pengaturan
terhadap evidence yang ditemukan, (4) posisi head up dilakukan pada saat pasien
implementasi evidence yang didapatkan, dan berada di kamar HCU ruangan neurologi
(5) evaluasi penerapan EBN. Untuk tahap yang dilengkapi fasilitas monitor, pulse
pertama, pertanyaan yang oksimetri, dan saturasi oksigen yang
dimunculkan berdasarkan PICO memungkinkan untuk memantau perubahan
(Problem/population, intervention, saturasi pasien. Pengaturan posisi head up
comparison, dan outcome), yaitu “Pada 30 derajat dilakukan dengan cara menaikkan
pasien stroke, apakah intervensi yang dapat tempat tidur kemudian mengganjal kepala
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pasien sampai ke bahu menggunakan bantal
dan saturasi oksigen?”. selama 30 menit.
Setelah pertanyaan dirumuskan, tahap Tahap terakhir adalah evaluasi terhadap
kedua dilaksanakan dengan pencarian EBN implementasi EBN. Penilaian GCS dilakukan
menggunakan data base elektronik yaitu setiap hari selama tujuh hari rawatan setelah
google scholar. Hasil penilaian terhadap terapi murotal Al Quran dilakukan. Penilaian
artikel yang ditemukan pada tahap ketiga saturasi oksigen dilakukan selama tiga hari
merekomendasikan aplikasi terapi murrotal Al rawatan untuk pengaturan posisi kepala head-
Quran dan pengaturan posisi kepala head-up up 30 derajat sebelum dan setelah intervensi
30 derajat untuk meningkatkan kesadaran dan dilakukan. Evaluasi tidak dilaksanakan pada
saturasi oksigen pada pasien stroke. saat intervensi diberikan,

23
LLDIKTI Wilayah X 603
Gempitasari et. all | Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien dengan
Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus
(601-607)
melainkan setelah setiap intervensi 183/100 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
dilakukan untuk menghindari distraksi 37.50C, pernafasan 22x/menit, dan SpO2
selama tindakan berlangsung. 91%.
Riwayat kesehatan menunjukkan pasien
HASIL DAN PEMBAHASAN menderita hipertensi, stroke, diabetes
melitus, dan jantung. Pasien sudah
Hasil pengkajian terhadap pasien
mengalami hipertensi sejak 10 tahun yang
adalah sebagai berikut: pasien adalah
lalu. Informasi dari keluarga didapatkan
seorang wanita berusia 63 tahun, dibawa ke
bahwa sebelumnya pasien juga pernah
rumah sakit dengan kondisi tidak bisa bicara
dirawat karena mengalami penurunan
saat dipanggil, anggota gerak bagian kanan
lemah, dan tidak sadarkan diri. Hal tersebut kesadaran dan kelemahan pada anggota
terjadi tiba-tiba pada saat pasien sedang gerak sebelah kanan. Pada kasus ini, pasien
duduk menonton TV di rumahnya. dirawat selama tiga hari di kamar HCU
ruangan neurologi, kemudian dipindahkan
Pengkajian dilakukan pada hari yang
ke ruang rawat ruangan neurologi.
sama pasien masuk rumah sakit (Kamis, 27
Desember 2018). Pada saat dilakukan Penerapan evidence-based nursing yaitu
pengkajian, pasien mengalami penurunan terapi murrotal dan pengaturan posisi kepala
kesadaran dengan GCS 7 (E2V2M3) dengan head-up 30 derajat pada pasien bertujuan
tingkat kesadaran somnolen. Pasien untuk meningkatkan kesadaran dan saturasi
ditempatkan di HCU ruang rawat inap oksigen. Hasil evaluasi penilaian GCS dan
neurologi dengan hasil pengkajian tanda- saturasi oksigen disajikan dalam tabel
tanda vital didapatkan: tekanan darah berikut.

Tabel 1. Hasil Penilaian Evaluasi GCS dan Saturasi Oksigen

Waktu pelaksanaan GCS Saturasi Oksigen


Kamis, 27-12-2018 7 Pre: 91%, Post: 91%
Jumat, 28-12-2018 7 Pre: 92%, Post: 94%
Sabtu, 29-12-2018 8 Pre: 95%, Post: 96%
Minggu, 30-12-2018 9 -
Senin, 31-12-2018 10 -
Selasa, 01-01-2019 11 -
Rabu, 02-01-2019 11 -

24
LLDIKTI Wilayah X 604

Gempitasari et. all | Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien dengan
Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus
(601-607)
Tabel 1 menunjukkan peningkatan Rashvand, 2018).
kesadaran dari GCS 7 pada hari pertama ke Mendengarkan murrotal Al Quran
GCS 11 pada hari ke-7. Hasil implementasi merupakan terapi yang tidak hanya
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya memberikan efek terhadap fisik, tetapi juga
yang dilakukan oleh Upoyo et al. (2011). berefek terhadap psikologis dan spiritual
Penelitian mereka dilakukan dengan pendengarnya (Saged et al., 2018). Hal ini
memberikan stimulasi Al Quran selama 30 menjadikan terapi murrotal Al Quran cocok
menit selama 3 hari pada pasien stroke untuk diaplikasikan pada daerah mayoritas
iskemik dan didapatkan peningkatan nilai Muslim dimana banyak perawat dan
GCS yang bermakna antara kelompok pasiennya Muslim seperti di Indonesia.
intervensi dan kelompok kontrol. Hasil Selain itu, sebagai perawat professional,
penelitian lain oleh Nasiri, Shahdadi, asuhan keperawatan diharapkan dapat
Mansouri, dan Bandani (2017) yang diberikan secara holistik. Perawat tidak
dilakukan terhadap 30 pasien di sebuah ICU hanya merawat pasien dari sisi fisik saja,
di Irak juga memperlihatkan perubahan tetapi juga secara psikologis dan spiritual.
signifikan terhadap penurunan tanda-tanda Pasien yang tidak sadar memiliki
vital dan peningkatan kesadaran setelah kemampuan pendengaran masih dapat
diperdengarkan Al Quran selama 15 menit berfungsi (Laureys & Schiff, 2012). Karena
dalam waktu 10 hari. itu, pada studi kasus ini, pasien stroke yang
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh mengalami penurunan kesadaran,
Naseri-Salahshour et al. (2018) untuk kemampuan mendengar masih berfungsi
mengetahui efek mendengarkan Al Quran sehingga terapi murrotal Al Quran dapat
terhadap pasien koma di Iran juga menjadi pilihan intervensi untuk
memperlihatkan hasil serupa. Hasil penelitian meningkatkan kesadaran pasien.
tersebut menunjukkan peningkatan tingkat Implementasi kedua adalah pengaturan
kesadaran secara signifikan pada kelompok posisi kepala di tempat tidur dengan head up
intervensi setelah diperdengarkan Al Quran 30 derajat untuk meningkatkan saturasi
selama 10 hari, sedangkan pada kelompok oksigen. Untuk implementasi ini dilakukan
kontrol tidak terjadi peningkatan kesadaran selama 3 hari rawatan saat pasien berada di
pasien secara signifikan. Hasil penelitian ruangan HCU karena ruangan HCU
tersebut merekomendasikan terapi Al Quran difasilitasi monitor dan pulse oksimetri
sebagai salah satu intervensi spiritual pada sehingga bisa dipantau untuk dilihat
pasien yang mengalami gangguan kesadaran. perubahannya. Hasil memperlihatkan bahwa
Al Quran merupakan terapi yang efektif saturasi oksigen mengalami peningkatan 2%
untuk pasien dengan berbagai gangguan fisik pada hari kedua dan 1% pada hari ketiga.
dan mental. Al Quran memiliki frekuensi dan Posisi mempengaruhi aliran udara di
panjang gelombang spesifik yang otak (Anderson et al., 2017). Pasien stroke
menstimulasi sel otak untuk mengembalikan yang mengalami penurunan kesadaran juga
keseimbangan, harmonisasi, dan kooordinasi akan mengalami penurunan mobilisasi.
(Nasiri et al., 2017). Mendengarkan Al Posisi pasien yang imobilitas di tempat tidur
Quran menstimulasi penurunan aktivitas dapat mempengaruhi fungsi respirasi
sistem simpatik yang memberikan efek (Martinez et al., 2015). Hal ini menstimulasi
relaksasi (Qolizadeh, Myaneh, & Rashvand, banyak penelitian untuk menentukan posisi
2018). Selain itu, mendengarkan Al Quran yang dapat mempertahankan fungsi respirasi
sebagai intervensi spiritual memberikan efek dengan baik. Penelitian sebelumnya
kesembuhan sebagaimana tertulis dalam menunjukkan bahwa posisi head up 30
ayat-ayatnya (Qolizadeh, Myaneh, & derajat memberikan akses yang lebih baik
25
LLDIKTI Wilayah X 605

Gempitasari et. all | Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien dengan
Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus
Hasil implemetasi EBN terapi murotal
Al Quran dan pengaturan posisi kepala head
terhadap saturasi oksigen (Hsu et al., 2014).
Selain itu, studi kasus sebelumnya oleh
Hasan (2018) yang melakukan pengaturan
posisi elevasi kepala 30 derajat pada pasien
stroke hemoragik menunjukkan peningkatan
saturasi oksigen sebesar 2 % dari 96%
menjadi 98%. Penelitian lain dilakukan oleh
Martinez et al. (2015) tentang efek dari
pemberian posisi elevasi kepala pada derajat
yang berbeda terhadap 35 orang pasien ICU
di Salvador, Brazil. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa posisi 30 derajat
memberikan efek yang terbaik terhadap
kompliansi dinamik dibandingkan dengan
posisi elevasi kepala dengan derajat yang
lain. Derajat posisi kepala mempengaruhi
respirasi mekanik yang dapat diobservasi
melalui saturasi oksigen. Rekomendasi dari
studi terbaru menunjukkan bahwa pasien
dengan ventilasi mekanik sebaiknya
diposisikan dengan elevasi kepala antara 30-
450 untuk mencegah resiko pneumonia
(Martinez et al., 2015).
Studi kasus ini menampilkan aplikasi
dari gabungan dua EBN tersebut terhadap
pasien yang sama untuk mendapatkan hasil
perawatan yang lebih baik. Namun, studi
kasus ini memiliki keterbatasan karena
hanya dilakukan terhadap satu pasien. Selain
itu, pengaturan posisi dengan evaluasi nilai
saturasi oksigen hanya dilakukan selama 3
hari, sehingga hasil dari studi kasus ini tidak
dapat digeneralisasi. Walaupun demikian,
studi kasus ini memberikan gambaran
kepada perawat di tatanan klinik, mahasiswa
keperawatan, dan perawat pendidik di instusi
tentang proses aplikasi EBN pada praktik
keperawatan, mulai dari tahap pertama
menentukan PICO sampai pada tahap
pelaksanaan dan evaluasi di lapangan.
Kepada peneliti selanjutnya disarankan
untuk dapat melakukan aplikasi EBN pada
jumlah pasien yang lebih besar.

SIMPULAN

26
(601-607)
up 30 derajat menunjukkan hasil yang
diharapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien dengan stroke.
Pemberian terapi murotal Al Quran selama
7 hari menunjukkan peningkatan GCS
pasien dari GCS 7 menjadi GCS 11.
Pengaturan posisi kepala head up 30 derajat
selama 3 hari menunjukkan terjadinya
peningkatan saturasi oksigen setelah
intervensi dilaksanakan. Kedua EBN ini
direkomendasikan untuk dilakukan kepada
pasien stroke agar mendapatkan hasil
perawatan maksimal.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada perawat dan manajemen RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi, Sumatera
Barat yang telah memfasilitasi
pengimplementasian evidence-based nursing
terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, C. ., Arima, H., Lavados, P., Billot,
L., Hackett, M. ., Olavarria, V. ., …
Watkins, C. (2017). Cluster-Randomized,
Crossover Trial of Head Positioning in
Acute Stroke. The New England Journal of
Medicine, 376(25): 2437–2447.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa1615715
Babaii, A., Abbasinia, M., Hejazi, S. F., Reza,
S., & Tabaei, S. (2015). The Effect of
Listening to the Voice of Quran on
Anxiety before Cardiac Catheterization :
A Randomized Controlled Trial. Health,
Spiritually and Medical Ethics, 2(2), 8–
14.
Hasan, A. K. (2018). Studi kasus gangguan
perfusi jaringan serebral dengan
penurunan kesadaran pada psien stroke
hemoragik setelah diberikan posisi
kepala elevasi 30 derajat. Babul Ilmi:
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan,
9(2), 229–241.
Hsu, W., Ho, L., Lin, M., & Chiu, H. (2014).

27
LLDIKTI Wilayah X 606
Gempitasari et. all | Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien dengan
Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus
(601-607)
Effects of head posture on oxygenation National Collaborating Centre for Chronic
saturation, comfort, and dyspnea in Condition. (2008). Stroke: national
patients with liver cirrhosis-related clinical guideline for diagnosis and
ascites. Hu Li Za Zhi, 61(5), 66–74. initial management of acute stroke and
https://doi.org/10.6224/JN.61.5.66 transients ichemic attack (TIA). London:
Royal College of Physicians.
Ingersoll, G. L. (2000). Evidence-Based
Nursing: What it is and what it isn't. Nurs
Outlook, 48: 151–152.
https://doi.org/10.1067/mno.2000.10769 Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing
0 Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice (Ninth).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Philadelphia: J. B. Lippincott Company.
(2014). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2013. Jakarta. Qolizadeh, A., Tayebi, Z. T., & Rashvand, F.
(2019). Investigating the effect of
Laureys, S., & Schiff, N. D. (2012). Coma and listening to the holy Quran on the
consiousness: paradigms (re)framed by physiological responses of neonates
neuroimaging. Neuroimage, 61: 478-491. admitted to neonatal intensive care units:
a pilot study. Advances in Integrative
Martinez, B. P., Marques, T. I., Santos, D. R., Medicine (article in press). doi:
Salgado, V. S., Junior, B. R. N., Alves, 10.1016/j.aimed.2018.08.004
G. A. de A., … Junior, L. A. F. (2015).
Influence of different degrees of head Saged, A. A. G., Yusof, M. Y. Z. M., Latif, F.
elevation on respiratory mechanics in A., Hilmi, S. M., Al-Rahmi, W. M., Al-
mechanically ventilated patients. Rev Samman, A., … Zeki, A. M. (2018).
Bras Ter Intensiva, 27(7), 347–352. Impact of Quran in Treatment of the
https://doi.org/10.5935/0103- Psychological Disorder and Spiritual
507X.20150059 Illness. Journal of Religion and Health.
https://doi.org/10.1007/s10943-018-
Naseri-Salahshour, V., Varaei, S., Sajadi, M., 0572-8
Tajdari, S., Sabzaligol, M., & Fayazi, N.
(2018). The effect of religious Tumiran, M. A., Mohamad, S. P., & Saat, R.
intervention on the level of consiousness M. (2013). Addressing sleep disorder of
of comatose patients hospitalized in an autistic children with Qur ’ anic sound
intensive care unit: a randomized clinical therapy. Health, 5: 73-79.
trial. European Journal of Integrative https://doi.org/10.4236/health.2013.58A
Medicine, 21, 53-57. 2011
Nasiri, A. A., Shahdadi, H., Mansouri, A., & Upoyo, S. S., Ropi, H., & Sitorus, R. (2011).
Bandani, E. (2017). An Investigation Stimulasi Murotal Al Quran terhadap
into the Effect of Listening to the Voice nilai Glasgow coma scale pada pasien
of the Holy Quran on Vital Signs and stroke iskemik. Indonesian Journal of
Consciousness Level of Patients Applied Sciences, 1(3).
Admitted to the ICU Wards of Zabol
University of Medical Sciences
Hospitals. World Family Medicine,
15(10), 75–79.
https://doi.org/10.5742/MEWFM.2017.9
3142
28
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Mitha Lestari, S.Kep
NIM : 2019.NS.A.07.055
Tanda Tangan
No Hari/Tgl/ Waktu Catatan Pembimbing
Mahasiswa Pembimbing
1. Rabu, 1. Tambahkan data
26 Agustus 2020 pengakajian sesuai saran.
2. Sesuaikan diagnosa sesuai
dengan keadaan pasien.
3. Lengkapi evaluasi
keperawatannya.
Mitha
Lestari,
S.Kep

Rosaniah, S.Kep.,
Ners

2. Kamis, Mitha
27 Agustus 2020 1. ACC LP ASKEP Lestari,
S.Kep Rosaniah, S.Kep.,
Ners

29
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Mitha Lestari, S.Kep
NIM : 2019.NS.A.07.055

1. Senin, 1. Masukan semua


31 Agustus diagnosis di WOC
2020 2. Sumber nya
dimasukkan

Mitha Lestari, S.Kep

Suryagustina, Ners.,
M.Kep

2. Selasa, 1. Lengkapi data


1 September pengkajian untuk
2020 menunjang diagnosa
keperawatan Mitha Lestari, S.Kep
2. Masukkan jurnal
terkait
3. pelajari tentang Suryagustina, Ners.,
Penilaian GCS M.Kep

3. Rabu,
2 September
2020 ACC LP dan Askep Mitha Lestari, S.Kep
Suryagustina, Ners.,
M.Kep

30
LAMPIRAN DOKUMENTASI KONSULTASI BERSAMA CI LAHAN

Rabu 26 Agustus 2020 Kegiatan Precont


https://us04web.zoom.us/j/7168480157?pwd=T
GgwR25NNmtSN1ZIUnIydWpnWHRLQT09

Kamis, 2
7 Agustus 2020 Kegiatan Konsul Askep dan Postconference
https://us04web.zoom.us/j/7168480157?pwd=T
GgwR25NNmtSN1ZIUnIydWpnWHRLQT09

31
LAMPIRAN DOKUMENTASI KONSULTASI BERSAMA CI AKADEMIK

Senin, 31 Agustus 2020 Kegiatan Preconference


https://us04web.zoom.us/j/7168480157?pwd=TGgwR25NNmtSN1ZIUnIydWpnWH
RLQT09

Rabu, 2 September 2020 Kegiatan Konsul askep dan postconference


https://us04web.zoom.us/j/7168480157?pwd=TGgwR25NNmtSN1ZIUnIydWpnWH
RLQT09

32
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ICH DI RUANG ICU RSUD DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :

Mitha Lestari

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020

33
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Neurologi


Sub Bahasan : ICH
Waktu : 1 x 30 Menit
Hari/ tanggal : Jumat, 28 Agustus 2020
Tempat : ICU
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Penyuluh : Mitha Lestari

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga memahami dan
dapat melaksanakan perawatan di rumah.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapatkan penyuluhan, selama 20 menit diharapkan sasaran mampu :
1. Mengulang pengertian ICH tanpa melihat materi dengan benar.
2. Menyebutkan kembali penyebab ICH tanpa melihat materi dengan benar.
3. Menyebutkan tanda dan gejala ICH tanpa melihat materi dengan benar.
4. Mengetahui terapi pada ICH tanpa melihat materi dengan benar.
C. MATERI
(Terlampir dengan daftar pustaka).
D. MetodePenyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media
1. Leaflet
F. KEGIATANPENYULUHAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 2 Pembukaan:
menit 1. Memberi salam. 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri. 2. Mendengarkan dan
memperhatikan
2 10 Isi: - Mendengarkan dan
menit 1. Menjelaskan Pengertian ICH menyimak pembicara.
- Bertanya
2. Menjelaskan penyebab ICH
3. Menjelaskan Tanda dan gejala
ICH

34
3 3 Penutup: 1. Mendengarkan.
menit 1. Menyimpulkan. 2. Membaca salam.
2. Evaluasi.
3. Membaca salam.
-
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan SAP.
2) Kesiapan media.
3) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang ICU.
2. Proses
1) Ny.M antusias dalam mengikuti penyuluhan.
2) Keefektifan bertanya dari Ny. M dan timbal balik antara Ny. M dengan
penyampaian materi.
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan Ny. M dapat mengerti dan memahami tentang materi
penyuluhan.
1) Keluarga dan klien mampu menjelaskan pengertian ICH
2) Keluarga dan klien mampu menjelaskan penyebab ICH
3) Keluarga dan klien mampu menjelaskan tanda dan gejala ICH

35
MATERI

A. Pengertian
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara
klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai
lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang
indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya
pergeseran garis tengah, Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan
gangguan neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya adalah
evakuasi hematom disertai dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor yang
menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang menentukan
prognose perdarahan subdural. (Paula, 2019).
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak
Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah
kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul. (Suharyanto, 2019).
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri.
Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala
terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik
akibat melebarnya pembuluh nadi. (Corwin, 2019)
B. Etiologi
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2011) adalah :
1. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2. Fraktur depresi tulang tengkorak
3. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4. Cedera penetrasi peluru
5. Jatuh
6. Kecelakaan kendaraan bermotor
7. Hipertensi
8. Malformasi Arteri Venosa
9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok

36
C. Tanda dan gejala
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah
orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas.
Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak
ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk
sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan
tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu
atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh.
Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan
kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik
sampai menit. Menurut Corwin (2019) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral
Hematom yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
2. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
tekanan intra cranium.

37
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2010, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2012, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC, Jakarta.
Harsono, 2014, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Rochani, Siti, 2015, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah
Saraf Indonesia, Surabaya.

38
APA ITU  Hipertensi
ICH?  Malformasi Arteri Venosa
INTRA
 Aneurisma
CEREBRAL Intra secerebral hematom adalah
pendarahan dalam jaringan otak itu  Distrasia darah
HEMORAGE sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera
 Obat
kepala tertutup yang berat atau cidera
kepala terbuka .intraserebral hematom
dapat timbul pada penderita stroke
hemorgik akibat melebarnya pembuluh
nadi .

Oleh :
PENYEBAB ICH
Mitha Lestari
 Kecelakaan yang menyebabkan
trauma kepala TANDA DAN GEJALA
 Fraktur depresi tulang tengkorak  Kesadaran mungkin akan segera hilang,
atau bertahap seiring dengan
YAYASAN EKA HARAP  Gerak akselerasi dan deselerasi
PALANGKA RAYA membesarnya hematom.
SEKOLAH TINGGI ILMU tiba-tiba
KESEHATAN  Pola pernapasaan dapat secara progresif
PROGRAM STUDI NERS  Cedera penetrasi peluru menjadi abnormal.
KEPERAWATAN
TAHUN 2020  Jatuh  Respon pupil mungkin lenyap atau
 Kecelakaan kendaraan bermotor menjadi abnormal.
39
 Dapat timbul muntah-muntah akibat diperlukan antibiotiok.
peningkatan tekanan intra cranium.  Metode-metode untuk
 Perubahan perilaku kognitif dan
menurunkan tekanan intra
perubahan fisik pada berbicara dan
kranium termasuk pemberian
gerakan motorik dapat timbul segera
atau secara lambat.
diuretik dan obat anti

 Nyeri kepala dapat muncul segera atau inflamasi.


bertahap seiring dengan peningkatan  Pemeriksaan Laboratorium
tekanan intra cranium. seperti : CT-Scan, Thorax foto,
PENATALAKSANAAN dan laboratorium lainnya yang

 Observasi dan tirah baring menunjang.

terlalu lama.
 Mungkin diperlukan ligasi
pembuluh yang pecah dan
evakuasi hematom secara
bedah.
 Mungkin diperlukan ventilasi
mekanis.
 Untuk cedera terbuka
40

Anda mungkin juga menyukai