Anda di halaman 1dari 11

MENELAAH JURNAL UJI KLINIS (CRITICAL APPRAISAL)

Judul A high whey protein–, leucine-, and vitamin D–enriched


supplement preserves muscle mass during intentional weight
loss in obese older adults: a double-blind randomized
controlled tria
Penulis Amely M Verreijen, Sjors Verlaan, Marielle F Engberink,
Sophie Swinkels, Johan de Vogel-van den Bosch, and Peter
JM Weijs
Publikasi Am J Clin Nutr 2015;101:279–86.
Penelaah
Tanggal Telaah

TELAAH JURNAL UJI KLINIS (CRITICAL APPRAISAL)

JUDUL : A high whey protein–, leucine-, and vitamin D–enriched


supplement preserves muscle mass during intentional
weight loss in obese older adults: a double-blind
randomized controlled tria

PENULIS : Amely M Verreijen, Sjors Verlaan, Marielle F Engberink,


Sophie Swinkels, Johan de Vogel-van den Bosch, and Peter
JM Weijs.

PUBLIKASI : The American Journal of Clinical Nutrition, Volume 101,


Issue 2, February 2015, Pages 279–286.

PENELAAH :

PEMBIMBING :

TGL TELAAH :

1
I. Deskripsi Jurnal
1. Tujuan utama penelitian

Tujuan utama penelitian adalah membandingkan efek suplemen whey


protein, leusin, vitamin D, dan kontrol isokalorik dalam regimen diet
hipokalorik dan latihan beban selama 13 minggu terhadap massa otot
tungkai (appendicular muscle mass) pada orang dewasa dengan obesitas.

2. Tujuan tambahan penelitian


Membandingkan perbedaan suplemen dengan diet seperti disebut di atas
terhadap:
- Berat badan
- Indeks massa tubuh
- Lingkar pinggang
- Massa lemak
- Persentase lemak

3. Hasil utama penelitian


Ditemukan perbedaan signifikan perubahan massa otot selama periode diet
antara kelompok perlakuan (diet + suplemen) dan kontrol (diet tanpa
suplemen) di mana kelompok perlakuan mengalami penambahan massa otot
dengan rerata sebesar 0,4 kg + 1,2 kg dan kelompok kontrol mengalami
pengurangan massa otot dengan rerata sebesar 0,5 kg + 2,1 kg (p = 0,03).

4. Hasil tambahan penelitian


Tidak terdapat parameter berbeda dalam luaran diet lain seperti berat badan,
indeks massa tubuh, lingkar pinggang, massa lemak, dan persentase lemak.

5. Kesimpulan penelitian
Suplemen whey tinggi protein, leusin, dan vitamin D sebagai bagian dari
program penurunan berat badan yang disengaja, termasuk diet hipokaloris

2
dan latihan resistensi, mempertahankan massa otot rangka pada orang
dewasa yang gemuk dibandingkan dengan suplemen kontrol isocalorik.

II. TELAAH JURNAL


Validitas seleksi dan uraiannya
a. Kriteria seleksi
Laki-laki dan perempuan gemuk (berusia lebih atau sama dengan 55
tahun) direkrut dari penduduk Belanda melalui selebaran dan iklan lokal.
Obesitas didefinisikan sebagai IMT (dalam kg/m2) > 30 atau sebagai IMT
> 28 dengan lingkar pinggang > 88 cm (wanita) atau > 102 cm (pria).
Kriteria eksklusi meliputi memiliki penyakit keganasan selama 5 tahun
terakhir, jika mereka telah berpartisipasi dalam program penurunan berat
badan 3 bulan sebelum direkrut, jika partisipasi dalam program pelatihan
resistensi dianggap tidak aman menurut ahli fisioterapi, atau ketika mereka
tidak dapat mematuhi protokol studi lengkap.
b. Metode alokasi subyek
Subjek yang memenuhi syarat dialokasikan secara acak (1: 1) untuk
mengonsumsi suplemen whey protein tinggi, leusin, dan vitamin D
(kelompok intervensi) atau produk kontrol isocaloric (kelompok kontrol)
dengan cara amplop pengacakan dengan 4 kode pengacakan berbeda.
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin..
c. Concealment
Concealment adalah teknik yang digunakan untuk mencegah selection
bias dengan cara menyamarkan alur alokasi subyek dari peneliti yang
melakukan randomisasi sehingga peneliti tersebut tidak mengetahui
subyek selanjutnya mendapat alokasi pengobatan apa. Randomisasi
dilakukan secara single blind. Kode pengacakan dihasilkan oleh ahli
statistik independen yang tidak terlibat dalam pelaksanaan penelitian tetapi
artikel tidak menyebutkan mengenai blinding pada pelaksana dan
pengumpul data penelitian.
d. Angka drop out
Dari total 103 orang yang berpotensi dimasukkan kedalam penelitian, 23
dieksklusi sebelum randomisasi (21 tidak memeuhi kriteria
inklusi/eksklusi, 2 mengundurkan diri). Setelah dilakukan randomisasi, 8

3
orang dari kelompok perlakuan mengundurkan diri dan 7 orang dari
kelompok kontrol mengundurkan diri. Pada akhir penelitian kelompok
perlakuan terdiri atas 32 orang dan kelompok kontrol terdiri atas 33 orang.
Dari jumlah tersebut, analisa hanya dilakukan pada 60 orang (30
perlakuan, 30 kontrol) dengan seleksi menggunakan kriteria DXA.
e. Jenis analisis
Entri data ganda dilakukan dan perbedaan diselesaikan. Kode pengobatan
rusak setelah mengunci basis data. Perbedaan antara kelompok pada
variabel hasil yang diukur pada awal dan setelah 13 minggu dianalisis
dengan ANCOVA dengan menggunakan jenis kelamin dan nilai awal
sebagai kovariat.
Perbedaan antara kelompok pada variabel hasil yang diukur pada awal dan
setelah 7 minggu dan 13 minggu dianalisis dengan menggunakan model
linier campuran, termasuk waktu (membedakan minggu 7 dari minggu
13), intervensi (membedakan kelompok intervensi dari kelompok
kontrol) , dan interaksi waktu 3 sebagai faktor tetap; subjek sebagai faktor
acak; dan jenis kelamin dan nilai dasar sebagai kovariat. Efek intervensi b
adalah perkiraan untuk perbedaan antara intervensi dan kelompok kontrol
pada 13 minggu setelah koreksi untuk baseline dan jenis kelamin.
Perbedaan dalam kelompok diperkirakan dengan menggunakan uji t
berpasangan (untuk variabel yang diukur pada awal dan setelah 13
minggu) atau model linier campuran (untuk variabel yang diukur pada
awal dan setelah 7 minggu dan 13 minggu).
Analisa dilakukan dengan program SAS Enterprise Guide 4.3.

Kesimpulan validitas seleksi


Penelitian ini memiliki validitas seleksi yang baik dari aspek alokasi random,
drop out, concealment dan jenis analisis.

Validitas pengontrol perancu dan uraiannya


a. Pengontrolan perancu pada tahap desain dengan cara restriksi dan
randomisasi

4
Pada penelitian ini, untuk mengontrol perancu, selain digunakan teknik
randomisasi, juga digunakan teknik restriksi control by analysis. Beberapa
perancu yang dikontrol dengan cara restriksi yaitu mengeksklusi calon sampel
yang memiliki karakteristik yang diketahui dapat berperan sebagai perancu
dalam hubungan variabel bebas dan terikat baik secara langsung secara
biomedis ataupun tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap ketaatan
terhadap perlakuan. Variabel lain dikontrol dengan menggunakan analisa
multivariate dalam menganalisa pengaruh perlakuan terhadap luaran.
b. Komparabilitas baseline data
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada parameter demografi, parameter
klinis obesitas, dan massa otot pada baseline.

c. Pengontrolan perancu pada saat analisis


Pengontrolan perancu dilakukan dengan memilih teknik analisis multivariate
yaitu analisa variance dengan analisa ANCOVA multivariat. Model analisa
ini mengontrol pengaruh perlakuan terhadap luaran dengan pengaruh
variabel baseline dan jenis kelamin.

Validitas informasi
a. Blinding (Penyamaran)
Blinding adalah penyamaran alokasi grup dari satu atau lebih individu yang
terlibat dalam penelitian klinis. Pada penelitian ini dilakukan blinding. Para
peneliti yang mengalokasikan peserta untuk intervensi tidak mengetahui kode
intervensi.

b. Komponen pengukuran variabel penelitian


Pada penelitian ini, komponen pengukuran variabel penelitian telah
dijelaskan.

Kesimpulan validitas informasi


Penelitian ini memiliki validitas informasi yang baik.

Validitas analisis
a. Analisis terhadap data baseline

5
Karena semua variable baseline merupakan variable numeric dengan sebaran
normal pada analisa plot interkuartil, maka T-test independen digunakan
untuk perbandingan demografis dan variable baseline lainnya.
b. Analisis dan interpretasi terhadap hasil utama dan hasil tambahan
Hasil utama adalah perubahan massa otot. Hasil tambahan adalah parameter
keberhasilan diet seperti berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar
pinggang.

Kesimpulan validitas analisis


Validitas analisis pada penelitian ini cukup baik. Penjelasan mengenai jenis
analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini dijabarkan dengan baik.

Validitas internal kausa


a. Temporality
Pada penelitian ini, prinsip temporality telah terpenuhi.
b. Spesifikasi
Pada penelitian ini spesifikasi terpenuhi apabila baseline data antara
kelompok penelitian setara, sehingga perbedaan hasil penelitian bisa
dijelaskan oleh karena perbedaan tindakan.
c. Kekuatan hubungan (asosiasi)
Kekuatan hubungan (asosiasi) pada penelitian ini dijelaskan dengan baik.
Terlihat terdapat asosiasi antara variabel-variabel bebas dan terikat yang
ditandai dengan nilai p yang kurang dari 0.05.
d. Dosis respon
Pada penelitian ini dosis respon tidak dijelaskan. Tidak terdapat
pengelompokkan berdasarkan besaran dosis perlakuan.
e. Konsistensi internal
Konsistensi internal dari penelitian ini terpenuhi dimana uji pengukuran yang
digunakan sudah sesuai menilai dengan apa yang diharapkan diukur.
f. Konsistensi eksternal
Penelitian ini tidak memenuhi kriteria konsistensi eksternal karena sesuai
dengan beberapa temuan sebelumnya. Breen dan Phillips menunjukkan
bahwa konsumsi setidaknya 20 g protein sekaligus meningkatkan sintesis
protein otot secara signifikan pada orang dewasa yang lebih tua. Selain itu,

6
kualitas protein memiliki efek besar pada kemanjuran untuk merangsang
sintesis protein otot. Telah ditunjukkan bahwa protein whey 20 g lebih efektif
dalam merangsang pertumbuhan protein otot postprandial daripada kasein,
kasein hidrolisat, atau protein kedelai pada pria yang lebih tua,

g. Biological plausibility
Efek whey-stimulating pada sintesis protein otot telah dianggap berasal dari
pencernaannya yang cepat, memberikan asam amino dalam sirkulasi yang
tersedia untuk sintesis protein dan kandungan leusin yang tinggi, yang
dianggap sebagai asam amino paling poten untuk merangsang sintesis protein
otot.

Validitas external
Validitas eksternal meliputi validitas eksternal satu dan dua. Dimana pada
penelitian ini mempunyai validitas eksternal yang baik. Peneliti mempunyai
keyakinan bahwa hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan kepada populasi
karena hasil penelitiannya sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Peneliti
menyarankan penelitian lanjutan dengan periode perlakuan yang lebih panjang
untuk mengkonfirmasi temuan ini.

Importance
Komponen importancy meliputi perbandingan effect size yang diperoleh dengan
effect size yang diharapkan oleh pembaca, dimana peneliti menetapkan effect size
yaitu penurunan kadar glukosa post-prandial sebesar 2 kg. Dengan demikian,
penelaah setuju sebagian dengan semua interpretasi dari tujuan utama yang
disampaikan oleh peneliti. Akan tetapi, walaupun menemukan perbedaan
bermakna dalam preservasi massa otot, perbedaan ini tidak lebih dari, atau sama
dengan, 2 kg yang ditetapkan peneliti.

Applicability
Komponen pada applicability adalah meliputi transportability dimana
menentukan apakah hasil dari penelitian tersebut dapat diaplikasi di Indonesia.
Serta kemampuan pelayanan, ekonomi dan sosial budaya di Indonesia terhadap

7
hasil penelitian maupun penelitian lanjutan yang mungkin akan dilaksanakan.
Suplemen protein whey yang digunakan dalam penelitian telah tersedia secara
umum di Indonesia, sehingga penelitian dapat digeneralisasi pada masyarakat
Indonesia.

Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Dalam hal validitas internal non kausa, penelitian ini memiliki validitas
seleksi yang baik, validitas pengontrolan perancu yang baik, validitas
informasi yang baik, dan validitas analisis yang baik. Penelitian ini memiliki
validitas internal kausa yang baik. Penelitian ini memenuhi aspek importancy
dan applicability yang baik.
b. Saran
Saran untuk klinisi
Untuk dapat menerapkan hasil penelitian ini pada pasien, diperlukan
pertimbangan dan observasi lebih lanjut dan kesesuaian pasien dengan
kondisi inklusi dan eksklusi penelitian.
Saran untuk penelitian
Dilakukan penelitian sejenis di Indonesia dengan jenis subtitusi camilan yang
lebih umum ditemukan di Indonesia dan sampel yang lebih besar, untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian tersebut dengan keadaan di Indonesia.

8
Rumusan Masalah: Bagaimanakah efek suplemen protein whey dengan diet
hipokalorik dan olah raga resistensi terhadap massa otot tungkai dibandingkan
dengan kontrol suplemen isokalorik pada orang dewasa dengan obesitas?
PICO
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan PICO sebagai
berikut:
Population/problem : obesitas
Intervention : suplemen whey, diet, olah raga resistensi
Comparison : suplemen isokalorik, diet, olah raga resistensi
Outcome : perubahan massa otot tungkai
Pertanyaan Klinis
Bagaimanakah dampak suplemen whey, diet, dan olah raga resistensi terhadap
massa otot?
Strategi Pencarian
Keywords: whey protein supplement AND diet AND muscle mass
Hasil Pencarian
“A high whey protein–, leucine-, and vitamin D–enriched supplement preserves
muscle mass during intentional weight loss in obese older adults: a double-blind
randomized controlled trial”
Amely M Verreijen, Sjors Verlaan, Marielle F Engberink, Sophie Swinkels, Johan
de Vogel-van den Bosch, and Peter JM Weijs
Am J Clin Nutr 2015;101:279–86. doi: 10.1186/1471-2474-12-225
Ringkasan Jurnal
Latar Belakang: Setelah menopause, kehilangan massa tulang yang cepat terjadi
sebagai respons terhadap hipoestrogenisme. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa massa otot dan kepadatan mineral tulang (BMD) secara positif terkait pada
wanita pascamenopause. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa massa otot
appendicular rendah (aMM) postmenopause yang rendah dapat meningkatkan
kehilangan BMD dalam waktu singkat.
Objektif: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan aMM dengan
BMD leher femur pada wanita pascamenopause.
Metode: Uji klinis prospektif dan terkontrol termasuk 64 wanita berusia 45-70
tahun, yang belum mengalami menstruasi terakhir setidaknya selama satu tahun.
Subjek dibagi menjadi dua kelompok: aMM rendah (n = 32), dan aMM normal (n-
32). BMD leher femoralis dan massa otot diukur dengan DXA pada awal dan
setelah dua belas bulan. Uji t berpasangan dan independen digunakan untuk
analisis data.

9
Hasil: Berat awal, BMI dan massa otot (total dan appendicular) berbeda secara
signifikan antara kelompok (p <0,05). Setelah dua belas bulan, BMD leher
femoral secara signifikan lebih rendah pada kelompok dengan aMM rendah,
sedangkan tidak ada perbedaan signifikan yang diamati pada kelompok dengan
aMM normal (p <0,05).
Kesimpulan: Pada wanita pascamenopause, massa otot appendicular rendah
dikaitkan secara negatif dengan BMD leher femoral dalam waktu singkat.

Telaah Kritis Randomized Clinical Trial


“A high whey protein–, leucine-, and vitamin D–enriched supplement preserves
muscle mass during intentional weight loss in obese older adults: a double-blind
randomized controlled trial”
Amely M Verreijen, Sjors Verlaan, Marielle F Engberink, Sophie Swinkels, Johan
de Vogel-van den Bosch, and Peter JM Weijs
Am J Clin Nutr 2015;101:279–86. doi: 10.1186/1471-2474-12-225
I. Is this evidence about prognosis valid?
1. Apakah RCT ini mempelajari topik yang Ya, RCT ini memiliki
spesifik? mempelajari topik yang spesifik
mengenai dampak suplemen
protein whey, diet, dan olah raga
resistensi terhadap massa otot
orang dewasa dengan obesitas
2. Apakah penempatan sampel dalam Ya, penempatan sampel dalam
kelompok perlakuan dan kontrol kelompok dilakukan dengan
dilakukan secara acak? pengacakan
3. Apakah semua pasien yang menjadi Ya, perlakuan dilakukan dengan
sampel berada pada kelompok yang sama intent to treat.
di akhir penelitian dengan kelompoknya di
awal penelitian?
4. Apakah dilakukan blinding terhadap Ya, petugas yang mengacak
tenaga medis yang terlibat? sampel, yang memberi perlakuan,
yang mengumpulkan data, dan
yang menganalisa saling tidak
mengetahui kode perlakuan yang
ditentukan secara acak
5. Apakah kelompok serupa pada awal Ya, tidak ada perbedaan
perlakuan? bermakna pada baseline
6. Selain dari intervensi eksperimental, Ya, tidak ada perlakuan berbeda
apakah kelompok diperlakukan sama? antara kelompok perlakuan dan
kontrol

10
Conclusion: valid

II. Is this valid evidence about prognosis important?


7. Apakah efek perlakuan cukup Tidak, perbedaan bermakna yang
besar? ditemukan lebih kecil dari effect size
yang ditetapkan
8. Apakah pengukuran efek perlakuan Ya, pengukuran cukup akurat.
cukup akurat?
Conclusion : Important

III. Can we apply this valid, important evidence about prognosis to our
patient?
9. Apakah hasil penelitian bisa diaplikasikan pada Ya, suplemen protein whey
konteks populasi lokal? tersedia di Indonesia.
Conclusion: Applicable
Level of evidence IV, grade of recommendation B

11

Anda mungkin juga menyukai