Anda di halaman 1dari 16

BAB III

HASIL DAN DISKUSI


3.1 Definisi
Berdasakan definisi dari Word Heath Organizatiton (WHO) jatuh adalah kejadian yang
menyebabkan seseorang tiba-tiba berada di tanah /lantai atau tempat lain yang lebih rendah.4,C
Definisi berdasarkan National Institute Clinical Excellence (NICE) tahun 2004 adalah kejadian
dimana sesorang berada ditanah atau tempat lain dengan tingkatan yang lebih rendah tanpa
disertai hilangnya keasadaranD
Sebelum tahun 1940 jatuh dianggap sebagai kejadian yang tidak dapat dicegah, namun dalam 20
tahun terakhir bahwa kejadian jatuh dapat dicegah dengan mengobati fakkor penyebab.4
Kejadian jatuh merupakan ancaman yang serius pada lansia yang dapat menyebabkan usila
kehilangan kemandirian yang pada akhirnya meningkatkan risiko mortalitas. 3 Selain itu jatuh
dapat memberikan dampak psikologis berupa kehilangnya kepercayaan diri dan adanya rasa
takut jatuh lagi ,hal ini menyebabkan menurunnya mobilitas dan terjadi frailty disebabkan
berkurangnya aktifitas fisik.
Pada usia lanjut yang mengalami episode jatuh terjadi disfungsi homeostatik dan terdapat
interaksi antara faktor intrinsik dan ekstrinsik. Kejadian jatuh merupakan hal yang dapat
dicegah dengan mengetahui fakor risiko. 5
Jatuh dapat diklasifikasi berdasarkan :mekanisme pelaporan pasien ( dapat dijelaskan / tidak
dapat dijelaskan pasien), mekanisme objektif ( ekstrinsik dan/ intrinsik), dan beratnya (tidak
cedera/ cedera), serta frekuensi ( sekali/ berulang)D

3.2 Patogenesis
3.4.Diagnosis
Pada pengkajian jatuh diperlukan identifikasi faktor risiko yang dapat diklasifikasikan sebagai
factor intrinsic dan ekstrinsik, dimana kedua factor risiko tersebut dapat saling berinteraksi dan
saling sinergistik.

Faktor risiko intrinsik termasuk perubahan fisiologis tergantung usia (gangguan penglihatan,
51%), penyakit patologis (gangguan kaki,69%), toksisitas obat (terapiyang tidak tepat,67%) dn
faktor psikologis. Faktor risiko ekstrinsik adalah faktor lingkungan yang tidak nyaman (59%),
lantai licin dan tangga yang kurang pencahayaan5
Terdapat faktor sosiodemografi, medis, neurofisiologis dan sensorimotorik yang berhubungan
kuat dengan jatuh. Perubahan terkait usia, penyakit dan efek samping obat, serta adanya
gangguan keseimbangan dan sensorimotor merupakan faktor predisposisi jatuh.
3.2.1 Faktor psikososial dan demografis
Dikomunitas jatuh berhubungan dengan bertambahnya usia dan jenis kelamin perempuan, hal ini
disebabkan adanya perbedaan kekuatan otot pada laki-laki dan penggunaan obat psikotropika.
Usila perempuan lebih sering mengalami fraktur akibat jatuh disebabkan tingginya prevalensi
osteoporosis. Dirumah sakit dan pati werda, insiden jatuh antara laki-laki dan perempuan sama
atau cenderung lebih tinggi pada laki-laki.
3.2.2 Faktor medis
Beberapa penyakit yang sering menyebabkan gangguan neuropsikologi dan keseimbangan
misalnya stroke, penyakit parkinson, gangguan kognitif, depresi, pusing, inkontinensia urin, dan
artritis. Kondisi ini meningkatkan risiko jatuh dikomunitas dan rumah sakit. Insufiensi vitamin D
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan neuropsikologis yang membuat lansia rentan jatuh
khususnya dikomunitas, pada laki-laki, dan pasien dengan risiko fraktur panggul.
3.2.3 Obat-obatan
Umumnya polifarmasi dan konsumsi zat psikoaktif (benzodiazepin, antidepresan, dan
antipsikotik). Penggunaan obat psikoaktoif menyebabkan peningkatan risiko jatuh 2-3 kali lipat,
risiko fraktur panggul sebanyak 2 kali lipat. Penggunaan obat anti inflamasi tidak berhubungan
dengan risiko jatuh setelah artritis terkendali., sedangkan penggunaan obat anti hipertensi
didapatkan hasil yang masih kontroversial
3.2.4 Keseimbangan, mobilitas dan faktor gait
Kemampuan bangun dari bangku, berputar balik saat berjalan dan naik turun tangga
membutuhkan keseimbangan yang baik.
Proses menua normal berhubungan dengan gangguan sistem sensori motor yang berperan pada
keseimbangan yang pada akhirnya akan mengganggu kemampuan untuk melakukan kegiatan
fungsional. Terjadinya juga perubahan gait pada proses menua menyebabkan usia lanjut
cenderung berjalan lebih lambat, dengan langkah lebih pendek, penambahan waktu menapak,
dan jarak langka melebar.
3.2.5. Faktor sensoris dan neuromuskuler
Keseimbangan yang baik membutuhkan integrasi kompleks informasi sensoris mengenai posisi
tubuh terhadap lingkungan sekitarnya dan kemampuan menghasilkan respon motorik yang tepat
untuk mengendalikan gerakan tubuh. Penurunan keseimbangan dan mobilitas pada lansia dapat
disebabkan kerusakan sistem sensoris, motoris atau saraf pusat. Gangguan penglihatan seperti
katarak, glaukoma, dan gangguan kontras dan persepsi merupakan faktor risiko jatuh dan
fraktur , karena meningkatkan kemampuan menginterprestasikan halangan di lingkungan. Sistem
sensoris menyediakan informasi mengenai gangguan keseimbangan pada kondisi tertentu.
Penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah juga memiliki respon penting pada keseimbangan
dan jatuh pada lansia.
3.2.6. Faktor neuro psikologis
Fungsi kognitif diperlukan untuk kendali keseimbangan pada lansia. Pada lansia yang jatuh
didapatkan uji fungsi kognitif dan pemusatan yang rendah. Takut akan jatuh dan depresi yang
sering terjadi pada lansia, membatasi aktivitas dan melakukan hobi sehingga pada akhirnya akan
menyebabkan menurunnya aktivitas dan isolasi.
3.2.7.faktor lingkungan
Faktor ekstrinsik berperan sebesar 35-45% terhadap kejadian jatuh yang menyebabkan cedera.
Lansia dengan kemampuan fisik yang baik dapat menerima perubahan lingkungan namun
ketika menghadapi tantangan ekstrem seperti lantai licin, mudah mengalami jatuh. Lansia
dengan kemampuan fisik yang kurang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan , namun
lansia dengan kemampuan fisik yang buruk dapat jatuh dengan lingkungan yang relatif aman.
Kejadian jatuh diluar rumah sering disebabkan oleh tangga atau tergelincir. Faktor lingkungan
dapat berperan dalam keparahan cedera, misalnya jatuh ditangga berhubungan dengan risiko
cedera dua kalil ipat.
Pada bagan dibawah ini dapat di lihat beberapa faktor risiko yang menyebabkan jatuh.4
Gambar 1. Faktor risiko jatuh pada lansia. ADL, activity of daily living.

Instabilitas menduduki peringkat tertinggi dari 4 kondisi utama yang menyebabkan jatuh yakni :
instabilitas ,imobilitas, inkontinensia, gangguan intelektual.
Insiden jatuh lebih rendah pada orang Asia dibandingkan ras/etnis lainnya meskipun
mempunyai faktor risiko jatuh yang sama. AHal ini berdasarkan survei penelitian potong lintang
mengamati adanya perbedaan ras-etnik pada prevalensi jatuh pada 6kulit putih 277 wanita usia
65-90 tahun berdasarkan data kuesioner responden survei KPNC-NHC (Kaiser Permanente
Notrhem California Member) . Pengambilan data secara acak dari tahun 2008-2011 yang
distratifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, geografis dan lokasi, status kesehatan, adanya
diabetes, artritis, stroke , keterbatasan mobilitas, jumlah jatuh pada tahun yang lalu. Dari
penelitian tersebut didapatkan usila berhubungan dengan risiko jatuh pada DM sebesar (OR
1.24, IK; !.03-!.48), riwayat stroke sebesar (OR1.51,CI1.09-2.07), artritis sebesar (OR 1.61, IK;
1.39-1.85), keterbatasan mobilitas sebesar (OR 2.82, IK; 2.34-3.39). Pada penelitian tersebut
didapatkan Asia lebih sedikit mengalami kejadian jatuh ≥1 ( OR 0.64, IK; 0.50-0.81) yang
disesuaikan terhadap usia, komorbid, keterbatasan mobilitas, dan status kesehatan yang buruk.
Selain itu didapatkan juga usila Asia lebih sedikit mengalami ≥2 kejadian jatuh (OR 0.62, IK;
0.43-0.88).
Jumlah kejadian fraktur panggul di California lebih tinggi pada wanita ras kulit putih
sedangkan pada wanita Asia dan ras hitam lebih rendah.
Selain dari faktor risiko yang telah disebutkan diatas, terdapat kondisi yang menyebabkan
usila jatuh di komunitas yaitu frailty. Frailty dianggap suatu sindrom pendahulu terjadinya
degradasi fungsional yang terjadi pada usia lanjut dan merupakan stadium pertengahan antara
mampu untuk mandiri dan kematian. Terdapat penelitian meta analisis dari studi prospektif
menggunakan indikator CHS atau SOF yang terbagi dalam tiga tahap yakni robust, prefrail, dan
frailty. . didapatkan bahwa risiko jatuh pada kelompok frail lebih besar dari pada kelompok
robust (OR 2.50; 95% IK: 1.58-3.96), dan risiko jatuh lebih besar pada kelompok frail
dibandingkan kelompok prefrail ( OR 1.64 ; 95% IK:1.18-2.28), serta kelompok prefrail risiko jtuh
lebih tinggi dari pada kelompok robust (Or 1.47; 95% IK: 1.22-1.79).
Gangguan penglihatan merupaka faktor risiko yang bermakna terjadinya jatuh dan cedera
yang terkait jatuh. Hal ini sesuai dengan penelitian kasus kontrol di rumah sakit Tokyo yang
terdiri dari 36pasien -kasus ,dan 36 pasien kelompok kontrol. Hasil yang didapat setelah
disesuaikan dengan terhadap usia, jenis kelamin, dan riwayat serta penggunaan alat bantu
jalan didpatkan terdapat hubungan yang bermakna antara jatuh dan gangguan penglihatan
(OR: 13,9, 95 %I K: 1.0004- 194.41)C

3.3 Pencegahan Jatuh


Pencegahan jatuh penting untuk kesehatan lansia termasuk pada kelompok yang tidak memiliki
riwayat jatuh sebelumnya. Mereka juga memiliki rasa takut untuk jatuh. Biasanya mereka
memiliki disfungsi gait atau masalah keseimbangan yang dapat menyebabkan batasan aktivitas
serta immobilisasi dan pada akhirnya akan menyebabkan mereka berada di rumah. Jatuh tidak
dapat dicegah kecuali faktor risiko telah diidentifikasi.v
Tabel 1. Penyebab jatuh dan pencegahannyav
Penyebab Pencegahan
Perubahan patologis terkait proses  Melakukan pemeriksaan fisik untuk
penuaan mendapatkan semua faktor risiko
 Mencegah inaktivitas melalui olahraga,
seperti berjalan, berkebun
 Edukasi gaya hidup sehat
Gangguan penglihatan adalah perubahan  Koreksi refraksi
terkait usia yang paling sering menyebabkan  Pencegahan dan terapi semua penyebab
lansia jatuh serta merupakan faktor risiko kebutaan, misal katarak, retinopati
yang dapat dimodifikasi. 
 Edukasi untuk lebih berhati-hati
Waktu rekasi menurun seiring
 Olahraga
bertambahnya usia
Proses patologis penyakit
Hipotensi ortostatik  Jangan berdiri dengan cepat
Lansia bisa menderita hipotensi postural  Meninggikan kepala saat tidur
sebagai bagian proses penuaan atau karena  Pasien yang terbaring latihan untuk duduk
diabetes, Parkinson’s atau kondisi lain. Menggunakan steroid hanya jika diresepkan
Pooling darah di kaki oleh karena vena  Menggunakan stoking elastis seseuai
besar di kaki dengan resep
 Meninggikan kaki saat istirahat
Individu dengan immobilisasi  Rehabilitasi: fisioterapi, terapi okupasi
 Olahraga
 Latihan gerak pasif
Dehidrasi dan perdarahan 
dapat Edukasi lansia untuk konsumsi cairan
menyebabkan perubahan volume darah normal
 Bantu intake cairan jika dibutuhkan
 Terapi intravena jika diperlukan
Aritmia  Pemeriksaan fisik rutin
 Menentukan penyebab jatuh jika terjadi
Jatuh yang tidak diawasi; semua jatuh harus  Pemeriksaan fisik rutin
dianggap sebagai tanda penyakit utama atau  Terapi hormon dan suplemen kalsium untuk
infeksi, terutama pada kandung kemih atau mencegah osteoporosis pada wanita
kantong empedu  Pemeriksaan tempat duduk
Kejang, misal karena stroke  Edukasi pasien untuk hati-hati ketika ada
riwayat epilepsi dan patuhi pengobatan
 Edukasi pasien epilepsi untuk waspada
terhadap aura sebelum kejang dan mencari
posisi aman
Gangguan gait; beragam gangguan Lakukan pengkajian keseimbangan dan gait
patologis neuormuskular dan artirits dapat
 Sediakan alat bantu berjalan
mempengaruhi gait dan meningkatkan  Sediakan railing
risiko jatuh. Perubahan pola gait dengan  Karpet atau lantai yang tidak licin
penuaan, menyebabkan pemendekan  Menggunakan sepatu dengan sol yang tidak
langkah kaki dan penurunan tinggi langkah. slip
Obat, faktor psikologis 
 Ingatkan lansia tidak mengkonsumsi obat
Lansia yang mengkonsumsi obat rutin lebih
sering jauth dibandingkan dengan yang tanpa resep dokter
tidak mengkonsumsi obat. Polifarmasi  Peresepan rasional (kurangi dosis atau
berhubungan dengan berbagai penyakit,
berobat sendiri, toksisitas. hentikan obat jika memungkinkan)
 Bantu lansia disorientasi dalam
mengkonsumsi obat
 Gunakan obat yang bekerja pada sistem
saraf pusat, sedatif, hipotik, ansiolitik,
antidepresan dan agen antiinflamasi secara
hati-hati.
Jatuh juga berhubungan dengan kondisi  Konseling lansia dengan masalah
psikososial seperti pada lansia yang psikososial
sendirian jatuh sering kali dissengaja untuk Melibatkan komunitas, kunjungan kader,
mencari perhatian. pekerja sosial, teman dan kelompok.
Jatuh dapat disebabkan penyangkalan  Konseling dan edukasi mengenai proses
keterbatasan fisik yang disebabkan proses penuaan untuk dapat menerima keterbatasan
menua atau untuk menjaga citra dan perubahan terkait menua
kemandirian
Faktor ekstrinsik  Bahaya pada lingkungan harus dikaji dan
dikoreksi

Pemeriksaan fisik untuk menentukan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.


Tekanan darah (hipotensi postural) Posisi duduk dan berdiri
Visual Visual acuity, pinhole, refleks merah,
lapang pandang perifer, persepsi warna
Kardiovaskular Aritmia, bruit karotis, gangguan
vertebrobasilar
Ekstremitas Penyakit degeneratif sendi, range of motion,
gangguan kaki, kualitas alas kaki
Neurologis Gangguan gerak dan penyakit degeneratif
CNS, position sense: romberg test,
pengkajian gait, skala keseimbangan Berg.
terapi tidak tepat Tipe obat yang dikonsumsi, misal sedatif,
diureti, obat hipertensi; dosis; kebutuhan
obat

Bentuk latihan
Penelitian sistematik review dan meta analisis berpasangan dari 54 RCT (Randomised contol
study) sebagai intervensi mencegah jatuh pada usila ≥65 tahun. Beberapa intervensi berikut
dibandingkan dengan perawatan biasa berhubungan dengan menurunnya bahaya jatuh yaitu :
1.Exercise : OR; 0,51 {95% IK: 0,33-0,79}
2. kombinasi exercise dan pengkajian serta terapi penglihatan : OR; 0,17 {95% IK :0,07-0,38}
3. kombinasi exercise , pengkajian dan terapipenglihatan, pengkajian dan modifikasil
ingkunagan : OR;0,30 {95% IK : 0,13-0,70}
4. Kombinasi strategi perbaikan kualitas hidup (manajemen kasus), penilaian dan tatalaksana
multifaktorial (pengkajian geriatri paripurna), suplementasi kalsium dan vitamin D :OR ;0,12
{95% Ik :0,03-0,05}.
Kesimpulan dari penelitian tersebut ; intervensi yang hanya berupa exercise dan kombinasi
berbagai intervensi berhubungan dengan menurunya kejadian jatuh . Pilihan intervensi yang
digunakan untuk mencegah jatuh berdasarkan nilai dan preferensi pasien dan pelaku rawat

Terdapat beberapa intervensi yang berhubungan dengan berkurangnya luaran jatuh 1

Luaran Intervesi
A. Jumlah kejadian jatuh  Exercise
 Kombinasi :excercise, penilaian dan
pengobatan gangguan penglihatan,
penilaian dan modifikasi lingkungan
 Kombinasi; strategi secara klinis
perbaikan derajat kualitas, penilaian
dan tatalksana secara multifaktorial dan
pengobatan suplemen kalsium dan
vitamin D
B. Jumlah penderita yang jatuh  Excercise
 Kombinasi; exercise , strategi perbaikan
derjat kualitas pasien, penilaian dan
pengobatan multifaktorial
 Kombinasi; exercise, strategi perbaika
derajat kualitas pasien, proteksi
panggul,menilai dan dan memodifikas
lingkungan
 Kombinasi : strategi perbaikan derajat
kualitas pasien, strategi perbaikan
derajat kualitas secara klinis, modifikasi
diet, suplementasi kalsium dan vitamin
D,
 Kombinasi orthostics dan exercise

C. Jumlah fraktur  Kombinasi pengobatan osteoporosis,


suplementasi kalsium dan vitamn D
D. Jumlah fraktur panggul  Kombinasi pengobatan osteoporosis,
suplementasi kalsium dan vitamin D

3.4 Pengkajian dan manajemen risiko jatuh pada layanan primer

Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) US mengeluarkan algoritme
yang menunjukkan dengan detil tiap langkah penapisan dan pengkajian. Algoritme ini
merupakan bagian dari toolkit yang dinamakan STEADI (Stopping Elderly Accidents, Deaths
and Injuries). Berdasarkan panduan American Geriatrics Society and British Geriatric Society
AGS/BGS dengan input dari dokter, STEADI dirancang untuk membantu tenaga kesehatan
mengintegrasikan pengkajian jatuh dan manajemennya pada praktek. Algoritme menyoroti
individu dengan resiko rendah (tidak ada resiko jatuh, tidak ada masalah berjalan dan
keseimbangan) dapat memperoleh keuntungan dari pencegahan primer, seperti edukasi faktor
resiko jatuh, latihan keseimbangan dan kekuatan serta suplementasi vitamin D. Dosis
cholecalciferol untuk pencegahan jatuh adalah 1000 UI per hari.

3.4.1Pengkajian resiko jatuh

Terdiri dari : riwayat jatuh, tinjauan obat yang dikonsumsi, pemeriksaan fisik dan pengkajian
lingkungan serta fungsional.
Riwayat jatuh.
Riwayat jatuh harus menyertakan jumlah jatuh dalam tahun terakhir, kondisi jatuh, gejala
sebelumnya, lokasi jatuh, aktivitas, alas kaki yang digunakan, penggunaan alat bantu,
penggunaan kaca mata, kemampuan bangun setelah jatuh, waktu, cidera yang diakibatkan,
pengobatan medis yang diterima. Kolaborasi dengan saksi dapat membantu pada kasus jatuh
berulang yang mungkin disebabkan oleh sinkop.

Obat dan jatuh. Bagian penting pengkajian risiko adalah peninjauan obat. Beberapa kelompok
obat meningkatkan risiko jatuh. Obat psikoaktif adalah prediktor jatuh. Obat ini cenderung
bersifat sedasi, mengganggu sensoris, keseimbangan dan gait. Obat lain (anthipertensi, NSAID,
diuretik) berhubungan lemah dengan jatuh.
Strategi kuncinya adalah mengurangi dosis obat yang berperan dalam risiko jatuh dan tapering
atau menghentikan obat yang tidak lagi diindikasikan. Pendekatan nonfarmakologis (misal,
higien tidur untuk insomnia) kadang juga bermanfaat.

Hipotensi postural. Didefinisikan sebagai penurunan TDS setidaknya 20 mmHg atau TDD
setidaknya 10 mmHg setelah berdiri 3 menit. Hipotensi postural terjadi sekitar 30% lansia di
komunitas serta merupakan faktor risiko jatuh. Pasien dapat mengalami sempoyongan,
pandangan mata kabur, nyeri kepala, lemas, lemah atau sinkop dalam 1 sampai beberapa menit
berdiri, namun dapat juga asimptomatik. Sebaliknya, pasien dapat merasa sempoyongan tanpa
penurunan tekanan darah dan ini juga harus dianggap sebagai faktor risiko jatuh. Hipotensi
postural dapat diperbaiki dengan menurunkan dosis obat antihipertensi, menurunkan dosis obat
dengan efek samping penurunan tekanan darah atau menghentikan obat dengan efek samping
hipotensi ortostatik.
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang berfokus pada jatuh ditunjukkan pada tabel 1. Timed up and go (TUG)
menguji mobilitas fungsional, melibatkan waktu yang dibutuhkan seseorang berdiri dari kursi
dengan sandaran tangan (dapat menggunakan alat bantu yang biasa digunakan), berjalan 3 m
dengan kecepatan yang biasa dipakai, berbalik, kembali ke kursi dan duduk. TUG sama dengan
atau lebih dari 12 detik menunjukkan risiko tinggi jatuh.
Berdiri di kursi 30 detik mengkaji kekuatan ekstremitas bawah dan keseimbangan.
Ketidakmampuan berdiri dari kursi setinggi lutut tanpa menggunakan tangan mengindikasikan
peningkatan risiko jatuh.

Uji keseimbangan 4 tahap mengkaji keseimbangan statis dengan meminta pasien berdiri pada 4
posisi yang bertambah sulit. Posisi ini termasuk paralel, semi tandem, tandem, berdiri satu kaki.
ketiidakmampuan berdiri tandem (tumit menyentuh jari kaki yang berlawanan) selama 10 detik
memprediksi jatuh, dan ketidakmampuan berdiri satu kaki tanpa bantuan selama 5 detik
memprediksi cidera jatuh.

Uji kognitif juga merupakan bagian penting pemeriksaan fisik terkait jatuh dan terdiri dari
penapisan kogntif singkat seperti Mini-Cog. Individu dengan gangguan kognitif moderat sampai
berat memiliki risiko tinggi jatuh.

Tabel 1. Elemen pemeriksaan fisik berfokus pada jatuh


Pemeriksaan fisik
Vital sign ortostatik
Tajam penglihatan
Pemeriksaan jantung (rate, irama, murmur)
Evaluasi gait dan keseimbangan
Pemeriksaan muskuloskeletal punggung dan ekstremitas bawah
Pemeriksaan neurologis: kognitif, sensasi, propriosepsi, tonus dan kekuatan otot, reflkesk,
fungsi luhur

Evaluasi yang disarankan termasuk: timed up and go, berdiri di kursi 30 detik dan uji
keseimbangan 4 tahap.

Pengkajian status fungsional.


Pengkajian derajat fungsional pasien dilakukan dengan pertanyaan standar mengenai kesulitan
menjalankan aktivitas harian dan instrumental (ADL dan IADL). Risiko jatuh dan kondisi serta
lokasi jatuh bervariasi sesuai kemampuan fungsional. Individu yang lebih sehat lebih sering jatuh
di tangga, jauh dari rumah dan pada aktivitas berpindah (misal membungkuk, meraih) dan lebih
sering menderita cidera serius jika jatuh. Sebaiknya individu dengan ketergantunga lebih sering
jatuh di rumah saat melakukan aktivitas rutin. Penilaian status fungsional dapat membantu
menentukan derajat risiko jatuh dan cidera, mencari faktor risiko dan mendapatkan intervensi.

Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan.


Pemeriksaan komprehensif juga melibatkan pemeriksaan lab dan pencitraan. Pemeriksaan ini
termasuk TSH, kadar vitamin B12, darah lengkap, 25-hidroksi vitamin D dan pemeriksaan
laboratoris lain sesuai indikasi.
Jika tidak terdapat BMD, harus dilakukan dual energi xray absorpsiometri. Tidak ada
pemeriksaan radiologis rutin lain yang penting. Namun, berdasarkan tanda dan gejala, seperti
bukti cidera kepala atau defisit neurologis baru, ada indikasi untuk CT atau MRI kepala.
Pengkajian penyebab sinkop juga dilakukan jika ada kecurigaan kuat, seperti pada kasus jatuh
berulang yang tidak diketahui sebabnya.

Pengkajian lingkungan.
Pengkajian lingkungan yang biasanya dilakukan oleh profesional terlatih (misal terapis
okupasional/TO) dengan rujukan dokter layanan primer ditujukan untuk mengidentifikasi
kondisi berbahaya di rumah seperti rintangan di koridor atau tangga, alas kaki yang tidak
memadai, alat bantu berjalan yang tidak cocok, pencahayaan yang kurang serta permukaan licin.
Pengkajian ini juga mengidentifikasi bahaya di luar rumah seperti jalanan yang buruk atau tanah
yang licin. Identifikasi dan modifikasi faktor lingkungan adalah intervensi efektif sebagai bagian
pendekatan multifaktorial mencegah jatuh dan juga efektif sebagai intervensi tunggal oleh TO.
TO mempertimbangkan faktor perilaku yang mempengaruhi risiko jatuh dan adaptasi sehingga
lansia dapat berfungsi dengan aman di sekitar rumahnya.

Manajemen risiko jatuh


Tujuan:
1. Menurunkan kemungkinan jatuh
2. Menurunkan risiko cidera
3. Menjaga mobilitas tertinggi
4. Menjamin follow up berkelanjutan

Pendekatan klinis untuk mengatur risiko jatuh


Kolaborasi dengan pasien dan caregiver untuk menemukan faktor risiko jatuh
Tenaga kesehatan harus mengeksplor persepsi lansia terhadap penyebab jatuh dan keinginan
untuk berubah sehingga menurunkan risiko jatuh kembali. Pendekatan yang memfasilitasi
perubahan prilaku termasuk memberikan informasi bahwa jatuh dapat dicegah, menyediakan
pilihan, personalisasi pilihan dan memfokus terhadap strategi peningkatan kualitas hidup
(menjaga kemandirian). Toolkit STEADI memasukkan panduan mengenai pencegahan jatuh.

Diskusi mengenai pentingnya latihan kekuatan dan keseimbangan


Intervensi latihan yang berpusat pada peningkatan kekuatan dan keseimbangan adalah intervesni
tunggal yang paling efektif untuk mengurangi jatuh dan cidera terkait jatuh. Lansia biasanya
tidak rutin latihan. bentuk latihan lain seperti berjalan dan peregangan tidak menurunkan jatuh.
Latihan harus berfokus untuk memperbaiki keseimbangan, memiliki peningkatan kesulitan dari
moderat ke tinggi, dilakukan minimal 50 jam, yaitu setara dengan 2 jam perminggu selama 25
minggu. Dokter dapat mengedukasi pasien untuk berlatih dan merujuk jika diperlukan (terapis
fisik (PT), program pencegahan jatuh komunitas).

Skala priortias untuk faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Mayoritas pasien risiko tinggi dapat
diintervensi dengan penyesuaian dosis ataupun jumlah obat. Lansia juga mau
mempertimbangkan latihan keseimbangan terutama jika latihan tidak rumit dan dapat dilakukan
di rumah.
Mencari faktor risiko cidera jatuh. Untuk mengurangi risiko cidera, optimumkan kesehatan
tulang dengan pemberian kalsium dan vitamin D serta evaluasi dan pengobatan osteoporosis.
Penguatan otot ekstremitas bawah dan melatih lansia untuk bangun dari lantai tiap jatuh juga
dapat mencegah berbaring lama karena tidak mampu berdiri tanpa bantuan di mana kondisi ini
berhubungan dengan komplikasi medis. Pasien risiko tinggi harus membawa telpon seluler atau
memakai alat alarm medis untuk mengurangi risiko berbaring lama setelah jatuh.

Melibatkan profesional lain


Terapis fisik (PT) menilai dan menerapi keseimbangan, kekuatan serta gangguan gait. Lamanya
durasi terapi adalah 3 bulan.

Terapis okupasional (OT) menilai lingkungan rumah dan mengevaluasi kapasitas lansia (visus
dan kognitif) serta defisit yang berhubungan dengan berfungsi aman di rumah.
Cek list jatuh (CDC, 2015)

Pilih “Ya” atau “Tidak” untuk setiap pernyataan di bawah ini Keterangan
Ya (2) Tidak (0) Saya pernah jatuh setahun terakhir ini Individu yang pernah jatuh me
Saya menggunakan atau disarankan menggunakan alat Individu yang disarankan untu
Ya (2) Tidak (0)
bantu berjalan cenderung jatuh
Ketidakseimbangan atau perlu
Ya (1) Tidak (0) Saya kadang merasa tidak stabil saat berjalan
menunjukkan tanda gangguan
Saya berpegangan ke furnitur untuk berjalan di dalam
Ya (1) Tidak (0) Ini juga merupakan tanda gang
rumah
Ya (1) Tidak (0) Saya takut jatuh Individu yang takut jatuh cend
Saya perlu mendorong dengan tangan untuk bangkit dari
Ya (1) Tidak (0) ini tanda kelemahan otot kaki,
kursi
Ya (1) Tidak (0) Saya sulit naik tangga Ini adalah tanda kelemahan oto
Buru-buru ke kamar mandi, kh
Ya (1) Tidak (0) Saya kadang harus terburu-buru ke toilet
meningkatkan risiko jatuh
Ya (1) Tidak (0) Kaki saya kadang mati rasa Mati rasa di kaki dapat menye
Saya mengkonsumsi obat yang kadang membuat saya
Ya (1) Tidak (0) Efek samping obat kadang dap
merasa sempoyongan dan letih
Saya mengkonsumsi obat untuk membantu tidur atau
Ya (1) Tidak (0) Obat ini meningkatkan risiko j
memperbaiki suasana hati
Gejala depresi, seperti rasa tid
Ya (1) Tidak (0) Saya kadang merasa sedih atau depresi
lambat berhubungan dengan ja
_______
Total Jumlahkan semua poin. Jika skor 4 atau lebih, Anda mungkin berisiko jatuh.
_
Algoritme jatuh
TANYAKAN PENCEGAHAN JATUH

Ruang tunggu: Pasien/keluarga/caregiver membaca poster Pertimbangkan promosi kesehatan termasuk


dan mengisi brosur menjaga atau meningkatkan aktivitas fisik pasien

Pertimbangkan rujukan untuk fokus pada


TIDAK keseimbangan:
Konsultasi: Dokter/perawat mengidentifikasi individu untuk Program pencegahan jatuh
beresiko dengan: semua Latihan berdiri dari kursi
TELAAH: brosur jatuh pertanyaan

TANYAKAN:
Apakah ada terpeleset, terjatuh dalam setahun terakhir?
Apakah bisa berdiri dari kursi tanpa bertumpu dengan
tangan?
Apakah kamu menghindari aktivitas karena takut hilang
keseimbangan?

Jika YA
Cari kondisi saat jatuh atau hampir jatuh
Tanyakan riwayat jatuh
Edukasi pasien mengenai resiko jatuh bertambah seiring
pertambahan usia

Anda mungkin juga menyukai