Anda di halaman 1dari 11

Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

BAGAIMANA KEDUDUKAN INTUISI DALAM SEBUAH


PERENCANAAN?*) 1

Oleh :
Raditya Pamungkas AS **)

Abstrak

Sebagaimana kita ketahui, manusia perlu berpengetahuan, karena manusia


lahir dan diciptakan membawa sifat ingin tahu. Untuk mengetahui banyak hal, manusia
mempunyai tiga alat: indera, akal dan hati (intuisi). Untuk mampu mengetahui hal-hal
yang empiris manusia memfungsikan inderawinya, akal sendiri dapat mengetahui
objek yang abstrak. Hati dapat mengetahui hal-hal yang ghaib yang disebut sebagai
supralogis (abstrak tapi masih logis). Sama halnya dengan sebuah perencanaan pada
umumnya disusun berdasarkan hal-hal yang bersifat empiris (lebih kepada
pengetahuan inderawi), akan tetapi, penggunaan intuisi atau rahsa (illative

I. PENDAHULUAN
fakta-fakta intern dan ekstern untuk

A
papun definisi perencanaan, ia
mencapai misi.
bermuara pada hakekat
Penjelasan diatas dapat kita
penciptaan “kondisi” yang lebih
jelaskan yaitu, pada sesuatu yang
baik dimasa yang akan datang. Untuk
diharapkan, biasanya dikonkritkan dalam
mencapai “kondisi atau keadaan” yang
bentuk “bangunan objek” yang
lebih baik tersebut, perencanaan
merupakan interprestasi dari kehendak
dilengkapi oleh dua instrumen
dan tujuan. Inilah konsep dasar yang
substansial yaitu Visi dan Misi, yang
penulis maksudkan ketika dihadapkan
merangkum lima pertanyaan pokok
pertanyaan pokok mengenai
yang sangat mendasar yaitu; apa,
perencanaan, rencana dan merencana
siapa, kapan dan bagaimana serta
serta beberapa varian lainnya.
dengan apa tujuan perencanaan
Perencanaan pada umumnya
tersebut dapat tercapai.
disusun berdasarkan hal-hal yang
Secara umum, Visi dapat kita
mengedepankan pengetahuan yang
artikan sebagai sebuah pandangan
bersifat inderawi sehingga lebih condong
jauh kedepan yang menggambarkan
memandang kepada sesuatu yang
apa yang dicita-citakan serta memberi
sifatnya materi, akan tetapi, penggunaan
petunjuk kearah mana kita bergerak,
intuisi atau rahsa (illative sense) dalam
sedangkan Misi adalah suatu pola
sebuah kajian ilmu perencanaan
rumusan atau paradigma secara
sangatlah penting, seperti yang kita
menyeluruh dengan memperhatikan
ketahui bahwa intuisi ialah bagian dari

Jurnal PS PWK Unisba 1


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

diri kita yang berfungsi untuk yang disebut sebagai supralogis (abstrak
mengetahui pengetahuan tersebut tapi masih logis). Dan peran hati disini
dengan apa adanya pengetahuan itu selau dikaitkan dengan sebuah sebuah
sendiri. (bagian intelektual manusia pengtahuan berdasarkan illative sense
yang dapat mengandaikan adanya atau yang sekarang kita sebut sebagai
kompleksitas suatu objek, dan adanya intuisi. Untuk itu dalam makalah ini akan
pelbagai kemungkinan manusia dijabarkan kedudukan intuisi dalam
mengambil sikap terhadap objek sebuah konteks perencanaan.
tersebut) Dimulai dengan mengartikan apa
Dengan intuisi atau rahsa itu intuisi baik secara bahasa dan
tersebut kita dapat menyelami dan pendekatan pengetahuan lainnya,
merasakan kembali (rekontruksi) atas termasuk pendapat dari beberapa filosof.
sebuah kejadian atau problematika Intuisi dalam bahasa inggris diartikan
lainnya agar mengetahui jalan sebagai Intuition dan bahasa latinnya
keluarnya yang dituangkan dalam ialah Intueriyang secara harfiah diartikan
sebuah perencanaan yang disesuaikan sebagai memandang, melihat atau
dengan kondisi wilayah yang menonton dan gerak hati.
direncanakan tersebut apa adanya Dalam kamus filsafat intuisi
wilayah itu (sepantasnya) tidak sendiri diartikan sebagai pemahaman
berusaha menjadikan wilayah tersebut atau pengenalan terhadap sesuatu
dengan sebuah perencanaan yang secara langsung dan bukan melalui
tidak memungkinkan wilayah tersebut inferensi (penyimpulan) 1 . Ataupun
melakukannya. sebagai sebuah daya kemampuan
seseorang untuk memeiliki pengetahuan
II. ARTI INTUSI
segera dan langsung tentang sesuatu
Sebagaimana kita ketahui,
tanpa menggunakan rasio yang bisa
manusia perlu berpengetahuan, karena
diartikan secara singkatnya sebagai ide-
manusia lahir dan diciptakan membawa
bawaan dalam islam sendiri sikenal
sifat ingin tahu. Untuk mengetahui
dengan nama ilham. Dan kesempurnaan
banyak hal, manusia mempunyai tiga
sebuah intuisi dimiliki oleh para nabi dan
alat: indera, akal dan hati. Untuk
wali juga orang-orang terpilih yang
mampu mengetahui hal-hal yang
mendapatkan wahyu dari Tuhan.
empiris manusia memfungsikan
inderawinya, akal sendiri dapat
mengetahui objek yang abstrak. Hati
dapat mengetahui hal-hal yang ghaib 1
Kamus Filasafat, Gramedia

Jurnal PS PWK Unisba 2


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

III. PANDANGAN BEBERAPA menyusun hasil penyerapan intuisi


FILOSOF empiris kedalm pencerapan (sensasi)
Aristoteles berpendapat bahwa yang mempunyai kualitas berada dalam
intuisi ialah bagian intelektual manusia ruang dan waktu (sesuatu yang secara
yang dapat mengandaikan adanya langsung dan seketika disediakan dan
kompleksitas suatu objek, dan adanya disusun oleh fikiran).
pelbagai kemungkinan manusia Seorang Ibn ‘Arabi melihat intuisi
mengambil sikap terhadap objek sebagai ‘ilm al-asrar (pengetahuan
tersebut. Yang pada akhirnya mengajari rahasia) yang berada diluar jangkauan
kita tentang menghadapi kompleksitas akal dan lebih tinggi dari pengetahuan
atas segala permasalahan yang terjadi, faktual yang hanya diperoleh memalui
mengajar kita untuk tak pernah merasa perasaan dan pengalaman 2 . Sekaligus
benar sendiri dan bersifat cepat puas. Ibn ‘Arabi menyatakan bahwa
Sama halnya dengan kesempurnaan suatu intuisi atau ilham
Aristoteles, Leibniz berpendapat bahwa hanya didapatkan oleh para Nabi yang
intuisi sendiri terbagi menjadi dua yaitu diartikan sebagai wahyu dan juga
intusi sensibel (inderawi) dan intuisi didapatkan oleh para awliya’ (wali).
intelijibel (dapat masuk akal atau Lain halnya dengan Sigmund
3
reasonable) yang membenarkan Freud yang mengartikan intuisi sebagai
tentang intuitif akal dan kebenaran suatu keputusan yang diambil dari alam
intuitif fakta (mengintuisikan yang kita bawah sadar seseorang dalam
persepsi atau prinsip umum yang menentukan suatu pilihan hidup.
mengatur penalaran kita). Berbeda dengan pengetahuan
Spinoza mengartikan intuisi konseptual yang lebih tertuju pada
sebagai sebuah cara berfikir orang sesuatu yang universal, berabstraksi dan
yang telah sampai pada tahap mengangkat hanya ciri partikular dari
kehidupan yang ketiga setelah intuisi keseluruhan konkret. Sedangkan intuisi
empiris dan intuisi rasional dan sifat sendiri lebih memandang sesuatu
dari intuisinya sendiri yaitu hidup dalam pandangan yang hakiki (essential view)
sisi keabadian. yang berusaha menangkap objeknya
Agak sedikit berbeda, Kant secara langsung tanpa proses pemikiran
membedakan intuisi kedalam dua ataupun suatu kesimpulan. Kenapa
golongan yaitu intuisi empiris mengenai disebut sebagai ilham ?, hal ini karena
hal-hal yang ditangkap oleh dengan 2
Konsep Wali Dalam Islam, Prof. Dr. Syafiq A. Mughni,
MA.
panca indera dan intuisi murni yaitu 3
Berlatih mendengarkan intuisi, Majalah intisari bulan
Januari 2001

Jurnal PS PWK Unisba 3


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

intuisi muncul secara serentak, seakan- dan objektivitas proposional nalar atau
akan suatu rahmat dari Allah SWT yang bisa dikatakan sebagai hasil dari
dialami oleh manusia itu sendiri. Lebih keselarasan hati dan fikiran seseorang
jauhnya dapat diartikan sebagai untuk mengetahui sebuah pengetahuan
partisipasi minimal dalam visi intelektual apa adanya pengtahuan itu.
roh murni.
Dapat disimpulkan bahwa IV. PENGGUNAAN INTUISI DALAM
pengertian dasar dari intuisi itu sendiri PROSES PENGENALAN “JIWA”
ialah suatu kemampuan khusus SEBUAH RUANG
manusia atau seseorang, yang tidak Pada hakekatnya definisi
dapat dijabarkan pada pengalaman mengenai kota 5 secara makro kota
inderawi dan fikiran logis. merupakan bagian dari sistem kota
Pengertahuan intuitif bukanlah hasil global, dengan semua resiko dan
pemikiran sadar atau bukan berasal manfaat yang terkandung, serta
dari pengamatan melalui panca indera sebagai akibat globalisasi dari
secara langsung akan tetapi hasil dari kehidupan masyarakat yang semakin
suatu penangkapan irasional atau mantap.
emosional secara langsung terhadap Faham ini perlu dilengkapi dengan
realitas suprainderawi. Intuitif dalam kejelasan mikro, yaitu :
metode ilmiah selalu dikaitkan dengan • Kota merupakan sistem dari
hati (qalb), karena intuisi menangkap beragam sarana fisik dan non fisik
objeknya secara langsung dan sifat yang diadakan oleh dan untuk warga
4
objeknya lebih abstrak . Pengetahuan masyarakat, serta untuk
intuisi diperoleh dengan pengalaman merangsang dan memfasilitasi
yaitu dengan mengalami atau aktivitas, serta kreativitas warga,
merasakan sendiri objeknya dan dalam mewujudkan cita-cita politik,
terkadang intuisi ini juga disebut sosial, ekonomi, kebudayaan dan
sebagai rasa yang dilakukan bukan lingkungan hidupnya.
melalui penalaran seperti yang • Kota membuka dan memberi
dilakukan oleh akal. Pengetahuan peluang yang sama bagi semua
intuitif didapatkan dengan lapisan masyarakat dalam mencapai
menghadirkan objeknya ke dalam
subjek itu sendiri. Jadi intuisi itu ialah 5
Eddy Ihut Siahaan, Makalah Falsafah Sains, (PPs
hasil dari subjektivitas emosional hati 702)Program Pasca Sarjana / S3,Institut Pertanian Bogor
Agustus 2002, Filosofi Perencanaan Pembangunan Kota
Sesuai Paradigma Baru Di Indonesia: Hakikat Ilmu Untuk
4
Pemberdayaan Dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat
pengantar epistemologi islam hal: 59

Jurnal PS PWK Unisba 4


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

kehidupan yang sesuai dengan akan tetapi dengan intuisi kita akan lebih
cita-citanya secara adil dan bisa mengatahui yang tersembunyi tadi.
demokratis. Seperti melihat sebuah kota dari atas
• Kota-kota di Indonesia bukit yang terlihat hanyalah sederetan
berkembang pesat, dan bangunan-bangunan, dengan intuisi kita
direncanakan sesuai dengan lebih bisa mengetahui apa yang terjadi
standar-kota-kota lain di dunia, didalam bangunan tersebut (aktivitas
namun di sisi lain kota harus individunya), problematika apa yang
mampu mengedepankan kekhasan terdapat dalam hubungan inter
lokal, baik yang fisik maupun non- personalnya, itu yang sebenarnya ingin
fisik dalam dimensi kemanusiaan dibuka dari tirai-tirai sebuah kota. Ketika
yang alami. memasuki sebuah kota dengan intuisi,
Dari kejelasan mikro diatas kita dapat merasakan apa yang ada pada
dapat kita lihat bahwa sebuah kota kota tersebut bukan hanya terbatas pada
pada umumnya harus memperhatikan pandangan metriil saja dan pandangan-
nilai-nilai kehidupan masyarakatnya pandangann yang sifatnya konseptual
baik yang bersifat fisik maupun yang akan tetapi kita dapat merasakan
bersifat non-fisik dan yang paling atmosfer apa yang ada disana yang saya
penting dari penjelasan diatas bahwa sebut sebagai “jiwa” dalam sebuah kota.
kita harus mampu mengedepankan Dengan mengetahui jiwa yang terdapat
kekhasan lokal dalam dimensi dalam sebuah kota kita akan lebih bisa
kemanusiaan yang alami. Dalam merencanakan kota tersebut dengan apa
memandang atau mengetahui sisi-sisi adanya kota tersebut.
kehidupan bermasyarakat terkadang Dengan intuisi tersebut kita dapat
kita harus menggunakan hati (intuisi) menyelami dan merasakan kembali
kita. (rekontruksi) atas sebuah tulisan,
Intuisi penting karena dengan kejadian atau problematika lainnya agar
intuisi kita dapat memahami objek mengetahui makna dibalik itu semua.
secara langsung dan lebih mendalam Semua orang bisa dengan mudah
sehingga mengetahui objek itu sampai menyentuh simbol fisik permukaan tetapi
ke”jantung”nya dari objek tersebut tadi hanya sedikit yang dapat menembus
(essential view). Terkadang esensi karena tersembunyi. Ibarat buah,
pengetahuan-pengetahuan yang ada tanpa ada usaha mengupas kulit, maka
didalam realita kehidupan ini tak esensi tidak kita dapatkan. Dengan
terjangkau oleh akal atau rasio kita analogi ini maka klop jika intuisi

Jurnal PS PWK Unisba 5


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

merupakan alat menemukan peluang sebagai lingkungan fisik sebuah kota dan
paling pertama untuk mengenal “jiwa” jiwanya sendiri dianalogikan sebagai
sebuah kota. Dari pernyataan tersebut, tatanan sosial kehidupan
tanpa kita sadari muncullah sebuah bermasayarakat dan sistem kebudayaan
pertanyaan baru “Apakah ‘jiwa’ sebuah masyarakat itu sendiri.
kota tersebut?”. Ketika kita bertemu dengan
Di mulai dengan mengartikan seseorang dengan pakaian yang terlihat
jiwa itu sendiri, bahwa sebenarnya jiwa elegan dan mewah secara inderawi kita
ialah suatu refleksi diri dari sebuah menilai orang tersebut sebagai orang
subjek yang terpancarkan dan yang baik, sopan dan berpendidikan
terserapkan oleh alam inderawi dan tinggi dan nilai-nilai baik lain yang
akal yang juga dijadikan sebagai alat diberikan kepadanya. Karena secara
penghubung antara alam inderawi dan skematis data inderawi kita tadi
alam rasa. Emanasi jiwa yang menghasilkan sebuah daya citra yang
direfleksikan dalam bentuk kehendak nantinya akan membuahkan daya cipta.
dan keinginan yang pada akhirnya Padahal semua daya citra dan daya cipta
dikonkritkan dalam bentuk “bangunan tadi belum tentu merefleksikan nilai-nilai
objek” oleh akal dan inderawi kita. yang terkandung di orang tersebut.
Sedangkan jiwa sebuah kota Mungkin saja dibalik penampilan elegan
sendiri diartikan sebagai elemen yang dan mewah tadi dia mempunyai
menciptakan suatu kesan tertentu yang kepribadian dan berperilaku yang tidak
terefleksikan dari kota tersebut. Elemen baik. Begitupun halnya apabila kita
tersebut bisa kita artikan sebagai berbicara tentang sebuah kota,
sebuah tatanan sosial kehidupan lingkungan fisik kota yang terbilang
bermasayarakat dan sistem cukup lengkap dan mapan secara
kebudayaan masyarakat itu sendiri, materiil belum tentu memiliki nilai-nilai
yang mana didalamnya terdapat faktor- sosial kehidupan bermasayarakat dan
faktor penentu seperti sistem sistem kebudayaan masyarakat yang
pendidikan, kesejahteraan dan spirit baik pula. Kota yang secara fisik dan
religius. kelengkapan sarana prasarananya dapat
Untuk lebih jelasnya kita dikategorikan sebagai kota mapan dan
analogikan sebuah kota dengan mandiri, padahal didalamnya sendiri
seorang manusia, dimana bagian tubuh terjadi degradasi sosial-budaya dan spirit
atau bagian yang tervisualisasikan dari religius dengan terjadinya vandalisme,
diri manusia tersebut dianologikan

Jurnal PS PWK Unisba 6


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

anarkis dan tindak kriminal yang tidak mengenal jiwa sebuah kota kita akan
sedikit. lebih mngetahui apa yang sebenarnya
Dengan mengadopsi dari tulisan dibutuhkan kota tersebut yang tentunya
Guba, The Paradigm Dialog, 1990 dalam skala prioritas tertentu.
tentang metodologi penelitian kualitatif
V. TRANSFORMASI SPIRIT RELIGI
secara konstruktif terdapat tiga cara
TERHADAP POLA KERUANGAN
pendakatan yang menurut penulis
Perencanaan suatu ruang yang
dapat digunakan sebagai bahan
pada umumnya bersifat keruangan atau
masukan untuk meneliti atau melihat
fisik dapat dipandang sebagai suatu hasil
“jiwa” sebuah kota tersebut, yaitu :
dari dampak atau pengaruh sistem sosial
1. Relativist : ralitas tampil sebagai
budaya dan spirit religius masyarakatnya
konstruksi mental, dipahami secara
itu sendiri. Kita melihat tak sedikit kota-
beragam berdasarkan pengalaman
kota di indonesia yang awal mulanya
serta konteks lokal dan spesifik
pembangunan kota tersebut berdasarkan
para individu yang bersangkutan
corak sosial budaya dan spirit religius
2. Subjektivist : peneliti dan
yang berkembang di kota tersebut pada
realitas/fenomena yang diteliti
zaman dahulunya. Salah satu contoh
menyatu sebagai suatu entitas.
kasus yang bisa kita ambil disini ialah
Temuan penelitian merupakan hasil
kota Cirebon dengan corak budaya islam
interaksi antara peneliti dengan
yang terasimilasi dengan budaya hindu,
yang diteliti.
ataupun Bali dengan corak budaya
3. Dialectic/Hermeneutic : kontruksi
Hindunya yang terlihat kental sekali.
mental individu digali dan dibentuk
Dalam hal ini kita dapat melhat contoh-
dalm setting ilmiah, secara
contoh tersebut sebagai suatu bukti
hermeneutik, serta diperbandingkan
bahwa pola keruangan dipengaruhi oleh
secara dialektik yang menekankan
sistem sosial budaya dan spirit religius
empati, interaksi dialektis antara
masyarakatnya.
peneliti-responden untuk
Maksud dari sistem sosial diatas
merekontruksi realitas yang diteliti,
ialah suatu hubungan-hubungan manusia
melalui metode-metode kualitatif
didalam suatu kelompok yang terdiri dari
seperti participant observation.
berbagai struktur sosial, tingkatan norma
Jadi mengenal jiwa sebuah kota
dan kedudukan individunya. Sedangkan
sangatlah penting untuk membuat
arti dari budaya sendirir ialah segala
sebuah perencanaan yang tepat
cipta, karya dan rasa masyarakat yang
sasaran (efektif dan efesien). Dengan

Jurnal PS PWK Unisba 7


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

menjdai kebiasaan dan perilaku dalam merubah sistem sosial budaya


suatu ingkunan tertentu. masyarakatnya ke arah modernisasi
Spirit religius yang disebutkan barat yang didominasi oleh hal-hal yang
diatas diartikan sebagai sebuah bersifat meterialisme dan dapat
semangat religius yang berakar pada melepaskan diri kita dari nilai-nilai religius
pandangan teosentris, artinya tujuan yang kita yakini.
kehidupan manusia tak lain kecuali Dengan mencoba untuk
menyembah kepada Tuhan. Dan mentransformasikan spirit religi yang
doktrin seperti itu merupakan kunci dari normatif menjadi suatu sistem yang
seluruh ajaran agama. Dan secara tidak teoritis dan dengan mentransformasikan
langsung hal tersebut bisa dikaitkan spirit religius tadi yang bersifat subjektif
dengan amal manusia itu sendiri yang kedalam suatu kategori objektif (dalam
teraktualisasikan menjadi aksi hal ini-pola keruangan) maka kita akan
kemanusiaan. Penjelasan tadi bisa siap menghadapi pelbagai bentuk
diartikan bahwa sesungguhnya fisik tantanbgan struktural dari perkembangan
atau pola keruangan suatu ruang dapat masyarakat modernisasi yang mulai
dipengaruhi oleh spirit religius yang meruntuhkan nilai-nilai budaya dan spirit
terdapat atau berkembang di wilayah religius.
tersebut. Untuk itu dalam perencanaan
Sementara itu tak sedikit daerah suatu ruang perlulah kita membuat suatu
yang mengalami degradasi nilai budaya gebrakan yang cukup berarti demi
dan spirit religiusnya yang mempertahankan nilai-nilai budaya asli
mempengaruhi pola keruangan daerah dan spirit religi kita kedalam suatu proses
tersebut. Hal ini dapat dilihat di kota perencanaan yang mengacu kepada
Cirebon pada saat ini yang telah nilai-nilai kemanusiaan dan religius suatu
mengalami pengurangan corak ruang dengan melihat tatanan kehidupan
buadaya asli kota cirebon sendiri. Hal sosial budaya dan spirit religius
tersebut diakibatkan budaya kemasyaraktannya.
modernisasi yang mulai merebak di Hal tersebut yang membuat suatu
suatu daerah yang mengakibatkan metodologi pendekatan pengenalan
pengaruh modern di fisik daerah “jiwa” sebuah ruang dengan
tersebut yang belum tentu sesuai menggunakan intuisi yang bersifat
dengan budaya aslinya. Hal ini dapat demontratif dipandang cukup penting
menjadikan masyarakat terbelenggu guna menemukan unsur atau elemen
oleh suatu sistem baru yang dapat sosial budaya dan religi yang terkandung

Jurnal PS PWK Unisba 8


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

dalam sebuah ruang yang apa adanya Dengan melihat kebutuhan dari
ruang tersebut sehingga dapat sebuah perencanaan seperti yang
digunakan dalam sebuah perencanaan dijelaskan diatas saya mengutip dari
yang lebih tepat guna. konsep atau praktek pemabngunan
masyarakat yang dikemukan oleh Jack
VI. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Rothman (1974) yaitu :
YANG MENGACU PADA NILAI -
1. Model Pengembangan Lokal
NILAI KEMANUSIAAN DAN SPIRIT
(Locallity Development Model)
RELIGI
Model pembangunan lokal
Dengan memeperhatikan suatu
mensyaratkan bahwa perubahan
sistem sosial budaya dan spirit religi
dalam masyarakat dapat dilakukan
suatu masyarakat yang terkumpul
secara optimalbila melibatkan
dalam suatu ruang, diharapkan kita
partisipasi aktif yang luas di semua
dapat melihat apa saja yang
spektrum masyarakat tingkat lokal,
sebenarnya perlu dimasukan dalam
baik dalam penentuan tujuan maupun
proses perencanaan pada masa yang
pelaksanaan tindakan perubahan.
akan datang sesuai kebutuhan dari
Pembangunan masyarakat adalah
masyarakat itu sendiri dan diterima dari
proses yang dirancang untuk
sisi sosial budaya dan religi
menciptakan kondisi sosial-ekonomi
kemasyarakatannya.
yang lebih maju dan sehat bagi
Hal ini dapat
seluruh masyarakat melalui patisipasi
terimplementasikan dalam sebuah
aktif mereka, serta berdasarkan
pembangunan yang berdaya guna
kepercayaan yang penuh terhadap
tinggi, dan merekontruksi suatu ruang
prakarsa mereka sendiri.
yang memiliki “jiwa” atau energi yang
kuat dan sesuai dengan spirit religi
2. Model Perencanaan Sosial (Social
yang kita yakini. Karena apabila hal
Planning)
tersebut dapat teksktualisasikan akan
Secara teknis terhadap masalh sosial
membuat suatu tameng tersendiri bagi
yang substantif, seperti kenakalan
sistem modernisasi barat yang terbilang
remaja, perumahan ( permukiman),
cukup mematikan nilai-nilai
kesehatan mental dan masalah sosial
kemanusiaan dan religi suatu tatanan
lainya. Selain itu, model ini
masyarakat pada umumnya dan lebih
menganggap betapa pentingnya
bersifat individualisme yang
menggunakan cara perencanaan
materiilisme.
yang matang dan perubahan yang

Jurnal PS PWK Unisba 9


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

terkendali yakni untuk mencapai mengurangi nilai-nilai kemanusiaan dan


tujuan akhir secara rasional. religi suatu ruang dan lebih mengarahkan
Perencanan dilakukan dengan pembangunan yang lebih pluralis juga
sadar dan rasional , dan mengacu kepada integrasi seluruh
pelaksanaannya dilakukan dimensi dari kehidupan pribadi
pengawasan-pengawasan yang (perasaan, intuisi dan penuh kesadaran).
ketat untuk melihat perubahan- Demi mewujudkan itu semua diperlukan
perubahan yang terjadi. suatu sistem pemikiran dalam sebuah
3. Model Aksi Sosial (Social Action proses perencanaan yang memiliki
Model) objektivitas proposional nalar dan
Model ini menekankan tentang subjektivitas emosional hati yang
betapa pentingnya penanganan mengandung nilai-nilai religi yang lebih,
kelompok penduduk yang tidak dan hal ini dapat terwujud dengan suatu
beruntung secara terorganisasi, konsep perencanaan yang penulis sebut
terarah dan sistematis. Juga, sebagai Intuitif Planning yang digunakan
meningkatkan kebutuhan yang sebagai suatu proses yang secara kritis
memadai bagi masyarakat yang berusaha mengungkap “the real
lebih luas dalam rangka structures” dibalik ilusi, false needs yang
meningkatkan sumber atau dinampakan dunia materi, dengan tujuan
perlakuan yang lebih sesuai dengan membantu membentuk suatu kesadaran
keadilan sosial atau demokrasi. sosial agar memperbaiki dan mengubah
Model aksi sosial (social action) ini kondisi kehidupan masyarakat 6
menekankan pada pemerataan
kekuasaan dan sumber-sumbernya
atau dalam hal pembuatan
keputusan masyarakat dan
mngubah dasar kebijakan
organisasi-organisasi formal

B a g a i m a n a cara men
g a k t u a l i s a s i k a n dan
mengimplementasikan perencanaan
yang seperti dijelaskan diatas tadi ?
itulah yang menjadi PR kita bersama
6
(Dedy N Hidayat Metodologi Penelitian Dalam Sebuah
demi menciptakan suatu pola tata “Multi Paradigm Science” – Mediator Jurnal Komunikasi
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2002
ruang yang harmonis dan tidak

Jurnal PS PWK Unisba 10


Bagaimana Kedudukan Intuisi dalam Sebuah Perencanaan

DAFTAR PUSTAKA
- Drs. Syafri Hamid, M.PD,
Pengentar osiologi dan Sosiologi
dalam Islam, Lembaga Penelitian
Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Bandung:1990
- Metodologi Penelitian Dalam
Sebuah “Multi Paradigm Science”
(Dedy N Hidayat) – Mediator Jurnal
Komunikasi Volume 3 Nomor 2
Tahun 2002

- Dr. Kuntowijoyo, Paradigma Islam


Interprestasi Untuk Aksi, Mizan :
1991

- Eddy Ihut Siahaan, Makalah


Falsafah Sains, (PPs 702)Program
Pasca Sarjana / S3,Institut
Pertanian Bogor Agustus 2002,
Filosofi Perencanaan
Pembangunan Kota Sesuai
Paradigma Baru Di Indonesia:
Hakikat Ilmu Untuk Pemberdayaan
Dan Peningkatan Peran Serta
Masyarakat

Jurnal PS PWK Unisba 11

Anda mungkin juga menyukai