Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Komponen Pembelajaran

Dalam sebuah pembelajaran ada sebuah unsur atau komponen yang selalu ada dalam

proses pembelajaran tersebut. Karena komponen-komponen ini sangatlah penting untuk

kemajuan dan perkembangan dalam sebuah pendidikan. Menurut Hamalik (2013:57)

“pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

tujuan pembelajaran”. Dan dimana didalam pembelajaran akan terdapat

komponen-komponen sebagai berikut : tujuan, materi, metode, evaluasi, siswa, dan guru,

ruhimat dkk (2012).

1. Guru

Menurut Suparlan (2008:12) “guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya

terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semu aspek, baik

spiritual dan emosional, intelektual, fisikal maupun aspek lainnya”. Sedangkan

menurut Sardiman (2014:125) “guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam

proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan”. Dari dua pengaertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa guru adalah salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran,

karena guru salah satu dari beberapa sumber pengantar ilmu.

2. Siswa

Menurut Sardiman (2014:111) “siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar”. Menurut pengertian


tersebut siswa menempati posisi sentral dalam belajar- mengajar dikarenakan siswa

akan menjadi faktor penentu dalam proses belajar-mengajar.

3. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau

bidang studi dengan topik dan rinciannya, ruhimat (2012:152). Materi pembelajaran

ini dapat berupa buku, latihan soal, media visual. Disini peran guru sangatlah penting

untuk menentukan materi yang akan disampaikan.

4. Metode Pembelajaran

Untuk kesuksesan dalam pembelajaran tidak hanya materi saja yang disiapkan dengan

rapi tetapi metode yang akan digunakan juga harus disiapkan karena sangatlah

penting untuk penyampaian materi tersebut. Menurut Zain, dkk (2013) metode yang

digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, latihan, dan imitasi.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode dengan cara menyampaikan materi secara

lisan satu arah dari guru ke siswa (suprihartiningrum:2013). Metode ini

merupakan metode paling ekonomis dan sederharna untuk sebuah metode

pembelajaran dikelas.

b. Metode demontrasi

Menurut Suprihartiningrum (2013:290), “Metode demonstrasi dilakukan

dengan cara memperagakan kejadian, cara kerja alat, atau urutan kegiatan baik

secara langsung atau dibantu media pembelajaran yang sesuai dengan materi”.

Dengan metode ini perhatian siswa bisa lebih terpusat pada benda atau alat

yang digunakan sebagai media. Proses dalam pembelajaranpun lebih terarah.

c. Metode tanya jawab


Metode tanya jawab ini banyak dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran

karena merupakan metode yang ​simple. Dengan cara mempersiapkan sebuah

pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan dijawab oleh siswa ataupun

sebaliknya siswa yang membuat pertnyaan dan dijawab oleh guru. Menurut

zain, dkk (2013:94) “metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran

dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada

siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru”. Dengan metode

pembelajaran ini guru dapat mengetahui seberapa jauh penguasaan dan daya

ingat siswa.

d. Metode latihan

Metode latihan ini dapat disebut juga ​metode training​, metode yang

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (zain:2013). Dengan metode ini

siswa akan berlatih dan membiasakan dengan apa yang dilatih.

e. Metode imitasi

Metode imitasi menurut arti kata berarti meniru. Dalam pemebelajaran yang

menggunakan metode imitasi ini murid meniru apa yang dicontohkan oleh

guru (panggabean:2010).

5. Media Pembelajaran

Kata ​media berasal dari bahasa latin ​medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,

‘perantara’ atau ‘pengantar’ menurut arsyad (2006:3). Dan media pembelajaran itu

sendiri adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertuujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, (arsyad:2006). Bagi

setiap guru penggunaan media dalam menyampaikan ilmu yang akan diberikan itu

sangatlah membantu.
Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 2006:15) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap

siswa. Menurut Leshin, dkk (Arhar Arsyad, 2006:81) ada 5 klarifikasi media

pembelajaran, yaitu :

1. Media berbasis visual, seperti : ​filmstrip, transparasi, micro projection, papan

tulis, buletin, ​board, gambar-gambar, ilustrasi, ​chart,​ grafik, poster, peta dan

globe.

2. Media berbasis audio-visual, seperti : video, film, televisi

3. Media berbasis cetakan, seperti : buku, buku latihan

4. Media berbasis manusia, seperti : guru, instrukttur, tutor

5. Media berbasis komputer, seperti pengajaran dengan komputer

6. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan data

dan informasi, pengelolaan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan

tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan

belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, Hamalik

(2013:159). Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi

pembelajaran sangatlah penting untuk meninjau kembali hasil dari pembelajaran

tersebut. Dengan adanya evaluasi pembelajaran ini guru juga dapat meningkatakan

kembali sistem pembelajaran agar mendapat pencapaian hasil pembelajaran yang

maksimal.

7. Tujuan Pembelajaran
Dalam pembelajaran pasti ada suatu yang harus ditargetkan oleh seorang pendidik.

Menurut Ruhimat dkk (2012:148) tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara

dalam upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya yakni tujuan

pendidikan dan tujuan pembangunan nasional.

B. Drum Band

Istilah Drum Band ini hanya digunakan di Indonesia, yaitu sekelompok orang yang

memainkan musik yang banyak memainkan alat musik pukul seperti ​snare drum, tenor

drum, trio drum, bass drum, cymbal dan untuk alat musik melodinya menggunakan

bellyra ​. Dalam Drum Band ini ada kelompok yang bertugas memberi warna dan efek

visual yaitu ​color guard​,(Kirnadi:2011)​. Kelompok ini biasanya menggunakan peralatan

bendera atau peralatan lain sebagai penunjang saat ​show untuk memberi efek yang serasi

dengan tema dan lagu yang dibawakan. Dalam sebuah kelompok musik ada satu atau dua

orang yang bertindak sebagai pemimpin atau memimpin jalannya permaianan musik

tersebut. Di Drum Band ini juga ada pemimpin saat mereka ​show biasa disebut Drum

Major (untuk laki-laki) dan Drum Majorette (untuk perempuan),(Kirnadi:2011). Menurut

Kirnadi (2004:1) menyatakan bahwa Drum Band adalah

Drum Band adalah kegiatan seni musik yang terbagi dalam dua bagian pokok
yaitu musikal dan visual. Keduanya merupakan satu kesatuan kegiatan yang
tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Lebih dari itu spirit atau semangat
dalam kegiatan drum band ini sangatlah penting (espriti de corps) yaitu akan
memberikan keyakinan atau kepercayaan diri para anggota sehingga sangat
membantu dalam setiap penampilan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa dalam Drum Band setiap

anggota yang ikut serta, mereka saling melengkapi dalam sebuah pertunjukan mereka.
C. Intrumen Drum Band

Intrumen Drum Band ini sangat minimalis yang hanya dengan menggunakan alat

musik pukul. Adapun instrument-intrument tersebut adalah

1. Snare Drum

Ukuran ​snare drum yang dipakai untuk ukuran dewasa memakai ukuran 12”x14”

dan 12”x13”, (kirnadi:2011). Untuk membran yang dipakai menggunakan bahan

plastik biasa yang biasa digunakan pada drum. Ada 2 membran atas dan bawah.

Dibagian bawah ada seperti ​snare yang melingtang membelah membran yang

disebut ​snappy, itulah yang membuat warna suara berbeda dengan alat-alat drum

band yang lain.

Untuk memainakan ​snare drum ini biasanya menggunakan alat yang dinamakan

stick​. Menurut Prier (2011:208) ​stick ​adalah tongkat kayu pemukul drum. Ujung

stick ​dinamakan ​tip yang terbuat dari bahan nylon. Dan untuk ​neck atau leher

merupakan bagian tertipis dari stick. Makin tipis diameter ​neck, maka stick akan

makin flexibel dan lebih responsif. Bagian stick selanjutnya adalah ​shoulder ​atau

bahu stick. Bagian dimana badan stick mulai mengecil hingga ke ​neck. ​Hal ini

bertujuan untuk mencegah terjadinya respons dan bouncing yang berlebihan. Dan

bagian badan dari stick dinamakan ​shaft. Wilayah untuk kenyamanan mengontrol

​ an bagian ujung dari stick yang tidak ada tipnnya dinamakan


stick disebut ​grip. D

butt-end.

Area untuk memainkan snare drum ini biasanya di membran yang tidak ada

snappynya dan di tengah ​head drum. Tetapi tidak dipungkiri memukul di ringnya
untuk menghasilkan variasi pukulan dan visual yang lebih berfariasi. Semua

dasar-dasar pukulan perkusi dapat dipelajari di snare drum ini, seperti ​single

stroke, doble stroke, dan paradidle stroke​.

2. Tenor Drum

Untuk ​tenor drum ini bentuk dan ukurannya sama dengan ​snare drum.​ ​Tenor

drum mempunyai 2 membran atas bawah. Yang membedakan ​tenor drum ​ini

dengan ​snare drum adalah tidak adanya snappy disalah satu membrannya.

Sehingga suara yang dihasilkan tenor drum sangarlah berbeda dengan snare drum.

Dan stick untuk memukulnyapun berbeda. Stick tenor drum ini untuk bagian

badan ada yang terbuat dari kayu ada juga yang dari pipa logam dan ujung dari

stick ini bukan dari bahan nylon melainkan dari busa yang melingkar.

3. Multi Tom

Instrumen yang satu ini membutuhkan anak yang fisiknya cukup kuat dan pintar

dalam bermain ritmis. Karena trio drum ini terdiri dari 3-4 tom berukurannya 6”,

8”, 10”, dan 13” atau 14”. Setiap tom mempunyai ​tuning yang berbeda-beda

sehingga menimbulkan suara yang berfariasi. Multi Tom ini hanya ada satu

membran dan sisi lainya tidak ada membran. Untuk stick yang digunakan sama

seperti stick tom drum hanya saja ujungnya yang terbuat dari busa lebih kecil

ukurannya. Dalam drum band, multi tom ini berjumlah satu sampai dua

tergantung dengan kebutuhan.

4. Bass Drum

Intrumen Bass Drum ini mempunyai 2 membran yang masing-masing bisa

digunakan untuk dibunyikan. Bass drum ini juga mempunya ukuran yang

berfariasi ada yang 16”, 18”, 20”, 22” (kirnadi:2011). Dalam drum band biasanya
menggunakan 3 bass drum sampai 4 bass drum dan dimainkan secara bergantian

ada juga dimainkan saat bersamaan.

5. Cymbal

Cymbal ini terbuat dari kepingan logam yang berwarna kuning. Untuk drum band

jumlah pemain cymbal ini menyesuaikan kebutuhan. Satu pemain cymbal ini

memegang dua cymbal yang dikaitkan ditelapak tangan dan cara memainkannya

dengan cara diadu.

6. Marching Bell

Dalam drum band bellyra ini merupakan ​pit percussion. Terdiri dari 1,5 oktaf atau

lebih. Intrumen ini cara memainkannya sama dengan cara dipukul. Untuk sticknya

terbuat dari nylon yang keras dari ujung sampai ujung yang lainnya.

D. Anak Berkebutuhan Khusus

Semua anak pasti ingin terlahir dengan keadaaan normal namun tidak semua anak

terlahir dengan keadaan yang normal seperti anak yang lain. Anak yang terlahir dengan

kekurangan salah satu organ fisiknya ataupun mentalnya dan membutuhkan perhatian

yang khusus. Mereka adalah anak berkebutuhan khusus, anak dengan karakteristik khusus

yang selalu menunjukkan pada ketidak mampuan mental, emosi atau fisik.

Menurut Efendi (2006:4) menyatakan bahwa

...​anak yang dikatagorikan memiliki kelainan dalam aspek fisik meliputi


kelainan indra penglihatan (tuna netra), kelainan indra pendengaran (tuna rungu),
kelainan kemampuan bicara (tuna wicara), dan kelainan fungsi anggota tubuh (tuna
daksa). Anak yang memiliki kelainan dalam aspek mental meliputi anak yang
memiliki kemampuan mental lebih (super normal) yang dikenal sebagai anak
berbakat atau anak unggul, dan anak yang memiliki kemampuan mental sangat
rendah (subnormal) yang dikenal sebagai anak tuna grahita. Anak yang memiliki
kelainan dalam aspek sosial adalah anak memiliki kesulitan dalam menyesuaikan
perilakunya terhadap lingkungan sekitarnya. Anak yang termasuk dalam kelompok
ini dikenal dengan sebutan tuna laras.
Dari pengkatagorian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tuna Netra

Banyak orang yang mengartikan tuna netra itu tidak bisa melihat sama sekali tetapi

pada kenyataannya pernyataan itu tidak dibenarkan. Menurut ​The White House

Conference on child Health and Protection (Efendi, 2006:32) “seorang dikatankan

buta, jika ia tidak dapat mempergunakan penglihatannya untuk pendidikan”. Karena

pada dasarnya beberapa orang tuna netra itu masih dapat sedikit melihat walaupun

penglihatannya itu tidak dapat dipergunakan untuk membaca dan menulis. Menurut

bratanata (1975) Tuna netra itu mempunyai 4 tingkatan yaitu :

a. Seorang yang mempunya ketajaman penglihatan diatas 6/6 tetapi tidak lebih dari

6/21, tidak mempunyai penglihatan yang cukup untuk membaca huruf 10 ​point

dan biasanya dibantu oleh kaca mata pembesar.

b. Seorang yang mempunyai ketajaman penglihatan 6/60 dapat membaca huruf 14

point​ atau lebih besar seperti yang terdapat pada judul surat kabar.

c. Seorang yang mempunyai ketajaman penglihatan di atas 3/60 dapat menggunakan

penglihatannya untuk berpergian tetapi tidak dapat untuk membaca.

d. seorang yang mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 3/60 ada yang

mempunyai persepsi gerak atau bentuk, dan ada yang hanya mempunyai persepsi

cahaya saja.

Maka dari itu setiap anak tuna netra mempunyai tingkatan yang berbeda yang

tentunya mempengaruhi kehidupannya. Anak tuna netra yang sudah tidak mampu

menggunakan matanya untuk pendidikannya akan di bantu dengan alat yang

dinamakan huruf braille.


2. Tuna Rungu

Tinggi rendahnya gradiasi kehilangan pendengaran pada anak tuna rungu

berbepengaruh pada kemampuan menyimak suara atau langsung. Maka dari itulah

pemberian layanan pendidikan yang relevan kepada penderita tuna rungu agar dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan menambah motifasi untuk lebih berprestasi.

Menurut efendi (2006:57) tuna rungu adalah

jika dalam proses mendengar tersebut terdapat satu atau lebih organ telinga
bagian luar, organ telingan bagian tengah dan organ telinga bagian dalam
pengalami ganguan atau kerusakan disebabkan penyakit, kecelakaan atau
sebab yang lain yang tidak diketahui sehingga organ tersebut tidak daapt
menjalankan fungsinya dengan baik, keadaan tersebut dikenal dengan
berkelaianan pendengaran atau tuna rungu.

Pengukuran ketajaman pendengaran manusia dinyatakan dalam satuan bunyi ​deci-Bell

(dB). Menurut Efendi (2006:58) “seorang yang kehilangan ketajaman pendengaran

sampai 0-20 dB masih dianggap normal, sebab pada kenyataannya orang kehilangan

gradiasi sampai 20 dB tidak menunjukkan kekurangan yang berarti.” Dengan

demikian setiap anak mempunyai kemampuan pendengaran yang berbeda-beda,

sehingga seorang anak tuna rungu dapat dikelompokkan menurut tingkat

pendengarannya. Menurut efendi (2006) Ditinjau dari kepentingan pendidikan, anak

tuna rungu dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Anak tuna rungu yang kehilangan pendengarannya antara 20-30 dB (​slight losses)​ .

Anak yang mempunyai pendengaran 20-30 dB ini masih terlihat normal karena

diantara batas antara pendengaran normal dan kekurangan dengan taraf ringan.

Untuk pendidikannya anak ini mampu mengikuti sekolah biasa dengan syarat

tempat duduknya selalu diperhatikan dan lebih baik selalu duduk dekat guru.

Untuk tingkat pendengaran ini disarankan menggunakan alat bantu dengar

(​bearing aid)​ untuk meningkatkan ketajaman mendengarnya dan untuk


pendidikannya cukup hanya memerlukan latihan membaca bibir untuk pemahaman

percakapan (efendi:2006).

b. Anak tuna rungu yang kehilangan pendengarannya antara 30-40 dB (​mild losses)​ .

Anak dengan tingkat ini, untuk berkomunikasi memerlukan jarak yang sangat

dekat dengan lawan bicaranya. Anak ini akan kesulitan saat lawan bicaranya tidak

berada didepannya atau posisinya tidak searah. Dalam pendidikan ada

kemungkinan mengikuti sekolah biasa, namun untuk kelas pemula dimasukan

dalam kelas khusus. Dan sangat disarankan menggunakan alat bantu dengar. Untuk

pelayanan pendidikan anak kelompok ini perlu belajar membaca bibir, latihan

bicara, artikulasi, latihan kosakata (efendi:2006).

c. Anak tuna rungu yang kehilangan pendengarannya antara 40-60 dB (​moderate

losses)​ .

Kelompok anak tuna rungu tingkatan ini mulai mengalami kesulitan memahami

bahasa dengan benar dan memiliki kelainan berbicara terutama huruf konsonan.

Dalam pendidikan anak kelompok ini perlu latihan artikulasi, membaca bibir,

kosakata, dan memerlukan alat bantu dengar (efendi:2006).

d. Anak tuna rungu yang kehilangan pendengarannya antara 60-75 dB (​severe losses)​ .

Dalam tingkatan ini anak sudah mulai membedakan suara. Dalam pendidikannya

perlu layanan khusus karena anak yang mempunyai tingkat pendengaran ini tidak

dapat berbicara spontan (efendi:2006).

e. Anak tuna rungu yang kehilangan pendengarannya antara 75 dB keatas

(​profoundly losses​).

Untuk kelompok ini anak tersebut sama sekali tidak bisa mendengar. Untuk

pendidikannya perlu pelayanan pendidikan khusus dengan metode-metode khusus,


seperti metode ​tactile kinestetic, ​visualisasi yang dibantu dengan segenap

kemampuan indranya yang ada (efendi:2006).

3. Tuna Grahita

Kecerdasan/mental setiap anak pasti ada dan selalu berbeda. Karena mental atau

kecerdasan itu adalah satu-satunya pembenar antara manusia dengan makhluk

lainnya. Tetapi ada anak yang mempunyai taraf kecerdasan yang sangat rendah

sehingga untuk meniti tugas perkembangannya sangatlah membutuhkan layanan

pendidikan dan bimbingan secara khusus, anak seperti itu biasa disebut anak tuna

grahita (efendi:2006). Kondisi ketunagrahitaan ini timbul karena fungsi kognitif

mengalami kelemahan. Kondisi tersebut menyebabkan anak sulit melakukan transfer

persepsi verbal dan nonverbal. Sehingga hal-hal yang sederhanapun menjadi sulit

dilakukan ataupun dicerna (efendi:2006).

E. Penelitian Yang Relevan

Pembelajaran drum band ini sudah pernah pernah dibuat akan tetapi berbeda umur

ataupun keadaan fisik dan dari segi keterbatasan anak tersebut. Seperti penelitian yang

dibuat oleh Galas Sangaluh Padmanaba dengan judul “Metode Pembelajaran Drum band

di TK N 1 Sleman”. Dalam penelitiannya dijelaskan tentang metode-metode yang

digunakan pelatih untuk mengajarkan drum band di TK N 1 Sleman. Salah satu

metodenya adalah metode imitasi atau menirukan. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa anak diusia dini atau yang duduk diTK itu lebih cepat memahami

dengan imitasi atau menirukan terutama dalam pembelajaran drum band. Dan penelitian

yang sudah dibuat oleh Chandra Gunawan Widiyanto tentang “Metode Pembelajaran

Drum Band di Taman Kanak-kanak Aisyoyah 5 Semanggi Surakarta”. Salah satu metode
yang di dapat dari penelitian tersebut adalah metode drill. Dari penelitian-penelitian

tersebut dapat menjadi pandangan dan acuan bagi saya untuk meneliti metode

pembelajaran drum band di SLB N 1 Bantul.

Anda mungkin juga menyukai