Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

ANALISIS PENILAIAN TRIAGE DAN REVISED TRAUMA SCORE


DALAM MEMPREDIKSI MORTALITAS
PADA PASIEN TRAUMA KEPALA.
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN 14 (GADAR 2)

DISUSUN OLEH :

EDWARD JULIARDO
20166513022

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PONTIANAK
TA. 2019/2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
“Laporan Kasus” ini. Penulisan tugas ini merupakan tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Praktek Klinik Keperawatan 14 (Gadar 2).

Dalam penulisan tugas ini, penulis menyampaikan ucapan terima


kasih kepada Pak Azhari Baedlawi, M.Kep selaku dosen dan pembimbing
klinik PKK 14 yang telah memberikan tugas ini sebagai tugas pemenuhan
target pada PKK 14, yang telah membimbing dan memberikan
pengarahan dan materi kepada penulis.

Dalam Penulisan tugas ini, mungkin masih banyak kekurangan baik


pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas ini.

Pontianak, 13 Mei 2020

Penulis,

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..............................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3

A. Definisi................................................................................................3

B. Etiologi Trauma Kepala......................................................................4

C. Tanda dan Gejala Trauma Kepala (Sign and Symptom’s)................5

D. Klasifikasi Trauma Kepala..................................................................6

E. Komplikasi Penyakit Trauma Kepala.................................................7

F. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Kepala...........................................7

G. Penatalaksanaan Medik Trauma Kepala...........................................8

BAB III. IMPLIKASI KEPERAWATAN..........................................................9

A. Hasil Penelitian...................................................................................9

B. Implikasi Keperawatan.......................................................................9

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................11

A. Kesimpulan.......................................................................................11

B. Saran................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

ii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian trauma kepala setiap tahun cenderung mengalami


peningkatan. Trauma kepala banyak menyebabkan mortalitas. Hal itu
dapat terjadi karena penanganan yang kurang tepat dan atau kurang
cepat (Martini dkk., 2016 dalam Maulida & Khotimah, 2019).
Penanganan trauma merupakan salah satu tantangan utama
pelayanan kesehatan saat ini. Diperlukan sistem penilaian untuk
menyatukan deskripsi dan kuantifikasi supaya petugas kesehatan dapat
menilai secara objektif untuk menilai kondisi pasien. Sistem penilaian
trauma mencoba menerjemahkan keparahan cedera. (Salim, 2015 dalam
Santoso, 2019).
Dalam pelayanan gawat darurat sering menggunakan penilaian triage
untuk menurunkan angka mortalitas (Febrina, 2018 dalan Maulida &
Khotimah, 2019). Triase merupakan proses dinamik, dapat berubah
menjadi lebih baik maupun lebih buruk karena cederanya ataupun
dampak dari tindakan yang dilakukan. Dalam penanganan trauma kepala
dengan triage memiliki resiko terjadinya under triage, kondisi dimana
pasien menerima kriteria triage yang lebih rendah dari pada tingkat
urgensi yang sebenarnya sehingga akan meningkatkan kejadian
mortalitas (Khairina dkk., 2018)
Pada kasus trauma yang datang di IGD tidak hanya cukup dilakukan
triase namun sangat dibutuhkan informasi RTS (Revised Trauma Score)
untuk mendapatkan informasi tentang gambaran fisiologis pasien (Fikriana
& Afik, 2015 dalam Maulida & Khotimah, 2019). RTS memiliki akurasi
yang baik dalam memprediksi pasien cedera kepala yang meninggal yaitu
79,2%, sehingga penggunaan RTS dan Triage dapat digunakan sebagai
prediktor mortalitas pasien cedera kepala.
Sehingga dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai jurnal
analisis penilaian triage dan revised trauma score dalam memprediksi

1
mortalitas pada pasien trauma kepala, untuk memperoleh informasi antara
penilaian triage dan revised trauma score mana yang lebih efektif
digunakan sebagai prediktor mortalitas pada pasien trauma kepala, atau
kah keduanya dapat digunakan dalam prediktor mortalitas pada pasien
trauma kepala.

B. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian Trauma Kepala


2. Menjelaskan pengertian Triage dan Revised Trauma Score (RTS)
3. Menjelaskan Implikasi Keperawatan dari Jurnal yang di analisis

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

1. Pengertian Trauma Kepala


Menurut Bajamal dalam Satria (2019), cedera kepala atau trauma
kepala adalah adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan atau
perlambatan (accelerasi- descelerasi) yang merupakan perubahan
bentuk dipengaruhi perubahan peningkatan pada percepatan faktor
dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan
pencegahan.
Trauma kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan
bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan
dan perlambatan yang merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh
perubahan peningkatan dan percepatan faktor dan penurunan
kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan
(Rendy dalam Khusnah, 2018).
Trauma kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik intelektual, emosianal, dan
sosial.Trauma tenaga dari luar yang mengakibatkan berkurang atau
terganggunya status kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif,
fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil dalam khusnah, 2018).

2. Pengertian Triage
Triage adalah suatu proses memilih pasien menurut tingkat
kegawatan dan prioritas dalam penanganan pasien (Kartikawati, 2013
dalam Pransiska, 2020).
Triage diambil dari bahasa Perancis yaitu Trier yang artinya
mengelompokkan atau memilih. Sistem ini pertama kali diperkenalkan
dan dikembangkan di medan pertempuran dan digunakan bila terjadi

3
bencana. Di medan pertempuran, triage digunakan untuk menentukan
prioritas penanganan pada perang dunia pertama. Klasifikasi ini
digunakan oleh para tentara perang untuk mengidentifikasi tentara
korban perang yang mengalami luka ringan dengan tujuan agar
setelah dilakukan tindakan penanganan dapat kembali kemedan
perang (Kartikawati, 2013 dalam Pransiska, 2020).

3. Pengertian Mortalitas
Perawatan pasien untuk trauma kepala harus dilakukan dengan
cepat dan akurat dengan menggunakan triage dalam ruang gawat
darurat. Salah satu yang diperlukan untuk melakukan scoring dapat
menggunakan Revised Trauma Score (RTS). RTS adalah sistem
penilaian fisiologis yang digunakan untuk menentu kan tingkat
keparahan cedera. Tiga komponen dalam RTS tersebut berfungsi
untuk memprediksi kematian pada pasien trauma kepala. Kemampuan
RTS dalam memprediksi kematian pasien trauma ini memiliki nilai
yang lebih besar dibandingkan dengan GCS. RTS juga sebagai alat
ukur tingkat keseriusan dalam memprediksi kematian dan
memprioritaskan perawatan pada pasien cidera (Ristanto, et.al., 2016,
dalam Santoso, 2019).

C. Etiologi Trauma Kepala

1. Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam menyebabkan trauma setempat dan
menimbulkan trauma lokal kerusakan lokal meliputi Contusio serebral,
hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan
perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan trauma menyeluruh
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk :
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembekakan otak menyebar,
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera

4
menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau kedua-duanya.
Akibat trauma tergantung pada :
a. Kekuatan benturan
b. Akselerasi dan deselerasi
c. Cup dan kontra cup
Trauma cup adalah kerusakan pada daerah dekat terbentur.
Trauma kontra cup adalah kerusakan trauma yang berlawanan
pada sisi desakan benturan
3. Lokasi benturan
4. Rotasi meliputi pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan
trauma regangan dan robekan substansia alba dan batang otak
5. Depresi fraktur yaitu kekuatan yang mendorong fragmen tulang turun
menekan otak lebih dalam yang mengakibatkan CSS mengalir keluar
ke hidung ,telinga. (Khusnah, 2018).

D. Tanda dan Gejala Trauma Kepala (Sign and Symptom’s)

Sedangkan didalam Khusnah (2018), tanda dan gejala trauma kepala


adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan epidural / hematoma epidural
a. Suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian
dalam dan meningen paling luar.
b. Gejala penurunan kesadaran ringan, gangguan neurologis, kacau
mental sampai koma
c. Peningkatan tekanan intrakranial yang mengakibatkan gangguan
pernafasan, bradikardi, penurunan ttv.
d. Herniasi otak yang menimbulkan dilatasi pupil dan reaksi cahaya
hilang, isokor dan anisokor, ptosis.
2. Hematoma subduralakumulasi darah antara durameter dan araknoid
karena robekan dengan gejaka sakit kepala letargi dan kejang.
3. Hematoma subdural akut dengan gelaja 24- 48 jam setelah cedera,
sub akut gejala terjadi 2 hari sampai 2 minggu , kronis 2 minggu
sampai denagn 3-4 bulan setelah trauma

5
4. Hematoma intrakranial
a. Pengumpulan darah lebih dari 25 ml dalam parenkim otak
b. Penyebab fraktur depresi tulang tengkorak, trauma penetrasi
peluru, gerakan akselerasi dan deselerasi secara tiba – tiba.
5. Fraktur tengkorak
a. Fraktur liner melibatkan os temporal dan parietal, jika garis fraktur
meluas kearah orbita / sinus paranasal.
b. Fraktur basiler fraktur pada dasar tengkorak, bisa menimbulkan
CSS dengan sinus dan memungkinkan bakteri masuk.

E. Klasifikasi Trauma Kepala

Menurut (Nurarif & Kusuma 2015: 141 dalam Ika Maulana 2019)
Cedera kepala dibagi menjadi cedera kepala primer dan sekunder:
1. Cedera kepala primer merupakan akibat cedera awal.cedera
awal meng- gunakan gangguan integritas fisik, kimia, dan
listerik dari sel di area ter- sebut, yang menyebabkan kematian
sel.
2. Cedera kepala sekunder cedera ini menyebabkan kerusakan
otak lebih lanjut yang terjadisetelah trauma sehingga
meningkatkan TIK yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis
cedera otak, termasuk edema se- rebral, perubahan biokima,
dan perubahan hemodiamik serebral, iskemia serebral,
hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik.
Bedasarkan jenis cedera menurut (Nurarif &Kusuma 2015:141
dalam Ika Maulana 2019)
1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi duramater. Trauma yang menembus
tengkorak dan jaringan otak.
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan pada pasien dengan
gegar otak ringan dengan cedera serebral yang luas.

6
F. Komplikasi Penyakit Trauma Kepala
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan trauma kepala ada dua, yaitu

a. Komplikasi jangka pendek: terjadinya perdarahan serebral, hematom,


peningkatan tekanan intrakranial (TIK), infeksi, dan kejang.
b. Komplikasi jangka panjang: terjadinya perubahan perilaku, gangguan
fungsi saraf kranial, dan kecacatan sesuai area otak yang mengalami
kerusakan (Ulya, K, N, & Drajat, 2017 dalam Oktaviyani 2019).

G. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Kepala

Menurut Muttaqin (2008:284) dalam Ika Maulana (2019), pemeriksaan


penunjang Trauma Kepala yaitu:

a. Pemeriksaan diagnostik
1) Foto polos tengkorak (skull X-ray/CT Scan) mengidentifikasi
luasnya lesi, determinan, ventrikuer, dan perubahan jaringan otak
2) MRI (Magnetic Resonance Imaging): dengan/tanpa menggunakan
kontras.
3) Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
seperti perubahan jaringan otak sekuder menjadi edema,
perdarahan, dan trauma
4) EEG (Elektroensefalogram): memperlihatkan keberadaan atau ber-
kembangnyagelombang patologis.
5) Sinar-X : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan struktur garis (perderahan/edema), fragmen tulang.
6) BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan Fungsi
korteks dan otak kecil
7) PET (Positron Emission Tomograpfy) : menunjukkan perubahan
aktivitas metabolisme pada otak.

b. Pemeriksaan laboratorium
1) AGD: untuk mengkaji keadekuatan ventilasi atau untuk melihat
masa- lah oksigenasi yang dapat meningkatan TIK.
2) Elektrolit serum: Cedera kepala dapat dihubungkan dengan

7
gangguan regulasi natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa
hari, diikuti den- gan diuresis Na, peningkatan letargi,konfusi dan
kejang akibat keti- dakseimbangan elektrolit.
3) Hematologi: leukosit, hb, albumin, globulin, protein serum.
4) CSS: menentukan kemungkinan adanya pendarahan subaraknoid
(warna, komposisi, tekanan).
5) Pemeriksaan toksikologi: mendeteksi obat yang mengakibatkan
penu- runan kesadaran.
6) Kadar antikonvulan darah: untuk mengetahui tingkat terapi yang cu-
kup efektif mengatasi kejang.

H. Penatalaksanaan Medik Trauma Kepala


Penanganan cedera kepala: (Nurarif & Kusuma, 2016).

a. Stabilisasi koardiopulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC


(AirwayBreathing Circulation). Keadaan hipoksemia, hipotensi, anemia
akan cenderung memperhebat peninggian TIK dan menghasilkan
prognosis yang lebih buruk.
b. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau
gangguan-gangguan dibagian tubuh lainnya.
c. Pemeriksaan neurologis mencakup respons mata, motorik, verbal,
pemeriksaan pupil, reflek okulosefalik dan reflex okuloves tubuler.
Penilaian neurologis kurang bermanfaat bila tekanan darah penderita
rendah (syok).
d. Penanganan cedera-cedera dibagian lainnya.
e. Tindakan pemeriksaan diagnostic seperti: sken tomografi computer
otak, angiografi serebral, dan lainnya.

8
BAB III. IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan jurnal “Analisis Penilaian Triage Dan Revised Trauma
Score Dalam Memprediksi Mortalitas Pada Pasien Trauma Kepala” oleh
Maulida & Khotimah, 2019, didapatkan hasil bahwa :

1. Penilaian triage dapat sebagai prediktor mortalitas pada pasien trauma


kepala.

2. Penilaian Revised Trauma Score (RTS) dapat sebagai prediktor


mortalitas pada pasien trauma kepala.

3. Penilaian triage dan RTS tidak ada perbedaan dalam meprediksi


mortalitas pasien trauma kepala.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian triage dapat digunakan
sebagai prediktor untuk memprediksi mortalitas pada pasien dengan
trauma kepala, akan tetapi penilaian triage ini juga dipengaruhi oleh
kemampuan dan keahlian serta pemahaman seorang perawat tentang
triage dimana dapat diaplikasikan untuk memberikan triage secara cepat
dan tepat.
Penilaian resived trauma score (RTS) juga dapat digunakan sebagai
prediktor untuk memprediksi mortalitas pada trauma kepala. Setiap
komponen dari RTS memliki peranan penting yang menunjukkan bahwa
fungsi control, oksigenasi, dan perfusi jaringan dalam kondisi normal atau
tidak.

I. Implikasi Keperawatan
Berdasarkan jurnal “Analisis Penilaian Triage Dan Revised Trauma
Score Dalam Memprediksi Mortalitas Pada Pasien Trauma Kepala” oleh
Maulida & Khotimah (2019), hasil yang didapatkan dapat diterapkan
dalam pemberian asuhan keperawatan terutama di ruangan instalasi
gawat darurat (IGD), terutama dalam pemilihan penilaian prediktor

9
mortality pada pasien trauma kepala. Sehingga perawat dapat memilih
dan memberikan penilaian yang tepat.
Berdasarkan penelitian tersebut, perawat dapat melakukan penilaian
dengan resived trauma score (RTS) yang dianggap peneliti sedikit lebih
akurat atau dengan triage, asalkan memiliki pemahaman dan kemampuan
yang baik terhadap triage sehingga dapat diberikan penanganan yang
cepat dan tepat untuk mengurangi mortality pada pasien trauma kepala.
Sehingga menurut penulis, jurnal ini sangat bermanfaat bagi perawat
sebagai bahan acuan atau penambah referensi, terutama dalam
membandingkan pemberian penilaian yang akan diberikan untuk pasien
dengan trauma kepala agar mengurangi resiko mortality pada pasien.
Perawat juga dapat melakukan penilaian dengan menggunakan kedua
metode penilaian tersebut.

10
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah menjelaskan bahwa
penilaian dengan metode triage untuk memprediksi mortality pada pasien
dengan trauma kepala dapat dilakukan oleh seorang tenaga keperawatan
akan tetapi dengan keahlian dan kemampuan yang baik terhadap triage.
Selain itu, metode lain yang sama efektif yaitu resived trauma score (RTS)
sangat disarankan untuk digunakan dalam memberikan penilaian untuk
memprediksi mortality pada pasien dengan trauma kepala, sehingga
dapat mengurangi angka kejadian mortality tersebut.

B. Saran
Diharapkan berdasarkan adanya penelitian tersebut dapat
digunakan sebagai acuan oleh tenaga keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan trauma kepala untuk
mengurangi resiko mortality yang lebih besar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, B. R. (2020). Pengaruh Perdarahan Intracerebral Terhadap


Penurunan Nilai Revised Trauma Score (Rts) Pada Pasien Trauma
Kepala di RSUD Ulin Banjarmasin. Universitas Sari Mulia

Satria, D. (2019). Cedera Kepala Pada Anak Usia Dini. FKIP Universitas
Riau

Khusnah, M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma Kepala


Dengan Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Jaringan
Otak. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang

Pransiska, Y. (2020). Pelaksanaan Triage Di Rs

IKA MAULANA, M. (2019). Laporan Tugas Akhir Asuhan Keperawatan


Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Kasus
Cedera Kepala Ringan Terhadap Tn.S Di Ruang Saraf RSD Mayjend
Hm Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang Program Studi Keperawatan Kotabumi

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis


Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta

OKTAVIYANI, MITA (2019) Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa


Nyaman Nyeri Pada Klien Cedera Kepala Sedang Di Ruang
Bougenville Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2019. Poltekkes Tanjungkarang.

Maulida, A. N., & Khotimah. (2019). Analisis Penilaian Triage Dan Revised
Trauma Score Dalam Memprediksi Mortalitas Pada Pasien Trauma
Kepala. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pesantren Tinggi Darul
Ulum Jombang

12

Anda mungkin juga menyukai