DISUSUN OLEH :
EDWARD JULIARDO
20166513022
Puji dan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
“Laporan Kasus” ini. Penulisan tugas ini merupakan tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Praktek Klinik Keperawatan 14 (Gadar 2).
Penulis,
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................2
A. Definisi................................................................................................3
A. Hasil Penelitian...................................................................................9
B. Implikasi Keperawatan.......................................................................9
A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mortalitas pada pasien trauma kepala, untuk memperoleh informasi antara
penilaian triage dan revised trauma score mana yang lebih efektif
digunakan sebagai prediktor mortalitas pada pasien trauma kepala, atau
kah keduanya dapat digunakan dalam prediktor mortalitas pada pasien
trauma kepala.
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
2. Pengertian Triage
Triage adalah suatu proses memilih pasien menurut tingkat
kegawatan dan prioritas dalam penanganan pasien (Kartikawati, 2013
dalam Pransiska, 2020).
Triage diambil dari bahasa Perancis yaitu Trier yang artinya
mengelompokkan atau memilih. Sistem ini pertama kali diperkenalkan
dan dikembangkan di medan pertempuran dan digunakan bila terjadi
3
bencana. Di medan pertempuran, triage digunakan untuk menentukan
prioritas penanganan pada perang dunia pertama. Klasifikasi ini
digunakan oleh para tentara perang untuk mengidentifikasi tentara
korban perang yang mengalami luka ringan dengan tujuan agar
setelah dilakukan tindakan penanganan dapat kembali kemedan
perang (Kartikawati, 2013 dalam Pransiska, 2020).
3. Pengertian Mortalitas
Perawatan pasien untuk trauma kepala harus dilakukan dengan
cepat dan akurat dengan menggunakan triage dalam ruang gawat
darurat. Salah satu yang diperlukan untuk melakukan scoring dapat
menggunakan Revised Trauma Score (RTS). RTS adalah sistem
penilaian fisiologis yang digunakan untuk menentu kan tingkat
keparahan cedera. Tiga komponen dalam RTS tersebut berfungsi
untuk memprediksi kematian pada pasien trauma kepala. Kemampuan
RTS dalam memprediksi kematian pasien trauma ini memiliki nilai
yang lebih besar dibandingkan dengan GCS. RTS juga sebagai alat
ukur tingkat keseriusan dalam memprediksi kematian dan
memprioritaskan perawatan pada pasien cidera (Ristanto, et.al., 2016,
dalam Santoso, 2019).
1. Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam menyebabkan trauma setempat dan
menimbulkan trauma lokal kerusakan lokal meliputi Contusio serebral,
hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan
perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan trauma menyeluruh
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk :
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembekakan otak menyebar,
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera
4
menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau kedua-duanya.
Akibat trauma tergantung pada :
a. Kekuatan benturan
b. Akselerasi dan deselerasi
c. Cup dan kontra cup
Trauma cup adalah kerusakan pada daerah dekat terbentur.
Trauma kontra cup adalah kerusakan trauma yang berlawanan
pada sisi desakan benturan
3. Lokasi benturan
4. Rotasi meliputi pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan
trauma regangan dan robekan substansia alba dan batang otak
5. Depresi fraktur yaitu kekuatan yang mendorong fragmen tulang turun
menekan otak lebih dalam yang mengakibatkan CSS mengalir keluar
ke hidung ,telinga. (Khusnah, 2018).
5
4. Hematoma intrakranial
a. Pengumpulan darah lebih dari 25 ml dalam parenkim otak
b. Penyebab fraktur depresi tulang tengkorak, trauma penetrasi
peluru, gerakan akselerasi dan deselerasi secara tiba – tiba.
5. Fraktur tengkorak
a. Fraktur liner melibatkan os temporal dan parietal, jika garis fraktur
meluas kearah orbita / sinus paranasal.
b. Fraktur basiler fraktur pada dasar tengkorak, bisa menimbulkan
CSS dengan sinus dan memungkinkan bakteri masuk.
Menurut (Nurarif & Kusuma 2015: 141 dalam Ika Maulana 2019)
Cedera kepala dibagi menjadi cedera kepala primer dan sekunder:
1. Cedera kepala primer merupakan akibat cedera awal.cedera
awal meng- gunakan gangguan integritas fisik, kimia, dan
listerik dari sel di area ter- sebut, yang menyebabkan kematian
sel.
2. Cedera kepala sekunder cedera ini menyebabkan kerusakan
otak lebih lanjut yang terjadisetelah trauma sehingga
meningkatkan TIK yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis
cedera otak, termasuk edema se- rebral, perubahan biokima,
dan perubahan hemodiamik serebral, iskemia serebral,
hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik.
Bedasarkan jenis cedera menurut (Nurarif &Kusuma 2015:141
dalam Ika Maulana 2019)
1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi duramater. Trauma yang menembus
tengkorak dan jaringan otak.
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan pada pasien dengan
gegar otak ringan dengan cedera serebral yang luas.
6
F. Komplikasi Penyakit Trauma Kepala
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan trauma kepala ada dua, yaitu
a. Pemeriksaan diagnostik
1) Foto polos tengkorak (skull X-ray/CT Scan) mengidentifikasi
luasnya lesi, determinan, ventrikuer, dan perubahan jaringan otak
2) MRI (Magnetic Resonance Imaging): dengan/tanpa menggunakan
kontras.
3) Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
seperti perubahan jaringan otak sekuder menjadi edema,
perdarahan, dan trauma
4) EEG (Elektroensefalogram): memperlihatkan keberadaan atau ber-
kembangnyagelombang patologis.
5) Sinar-X : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan struktur garis (perderahan/edema), fragmen tulang.
6) BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan Fungsi
korteks dan otak kecil
7) PET (Positron Emission Tomograpfy) : menunjukkan perubahan
aktivitas metabolisme pada otak.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) AGD: untuk mengkaji keadekuatan ventilasi atau untuk melihat
masa- lah oksigenasi yang dapat meningkatan TIK.
2) Elektrolit serum: Cedera kepala dapat dihubungkan dengan
7
gangguan regulasi natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa
hari, diikuti den- gan diuresis Na, peningkatan letargi,konfusi dan
kejang akibat keti- dakseimbangan elektrolit.
3) Hematologi: leukosit, hb, albumin, globulin, protein serum.
4) CSS: menentukan kemungkinan adanya pendarahan subaraknoid
(warna, komposisi, tekanan).
5) Pemeriksaan toksikologi: mendeteksi obat yang mengakibatkan
penu- runan kesadaran.
6) Kadar antikonvulan darah: untuk mengetahui tingkat terapi yang cu-
kup efektif mengatasi kejang.
8
BAB III. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan jurnal “Analisis Penilaian Triage Dan Revised Trauma
Score Dalam Memprediksi Mortalitas Pada Pasien Trauma Kepala” oleh
Maulida & Khotimah, 2019, didapatkan hasil bahwa :
I. Implikasi Keperawatan
Berdasarkan jurnal “Analisis Penilaian Triage Dan Revised Trauma
Score Dalam Memprediksi Mortalitas Pada Pasien Trauma Kepala” oleh
Maulida & Khotimah (2019), hasil yang didapatkan dapat diterapkan
dalam pemberian asuhan keperawatan terutama di ruangan instalasi
gawat darurat (IGD), terutama dalam pemilihan penilaian prediktor
9
mortality pada pasien trauma kepala. Sehingga perawat dapat memilih
dan memberikan penilaian yang tepat.
Berdasarkan penelitian tersebut, perawat dapat melakukan penilaian
dengan resived trauma score (RTS) yang dianggap peneliti sedikit lebih
akurat atau dengan triage, asalkan memiliki pemahaman dan kemampuan
yang baik terhadap triage sehingga dapat diberikan penanganan yang
cepat dan tepat untuk mengurangi mortality pada pasien trauma kepala.
Sehingga menurut penulis, jurnal ini sangat bermanfaat bagi perawat
sebagai bahan acuan atau penambah referensi, terutama dalam
membandingkan pemberian penilaian yang akan diberikan untuk pasien
dengan trauma kepala agar mengurangi resiko mortality pada pasien.
Perawat juga dapat melakukan penilaian dengan menggunakan kedua
metode penilaian tersebut.
10
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah menjelaskan bahwa
penilaian dengan metode triage untuk memprediksi mortality pada pasien
dengan trauma kepala dapat dilakukan oleh seorang tenaga keperawatan
akan tetapi dengan keahlian dan kemampuan yang baik terhadap triage.
Selain itu, metode lain yang sama efektif yaitu resived trauma score (RTS)
sangat disarankan untuk digunakan dalam memberikan penilaian untuk
memprediksi mortality pada pasien dengan trauma kepala, sehingga
dapat mengurangi angka kejadian mortality tersebut.
B. Saran
Diharapkan berdasarkan adanya penelitian tersebut dapat
digunakan sebagai acuan oleh tenaga keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan trauma kepala untuk
mengurangi resiko mortality yang lebih besar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Satria, D. (2019). Cedera Kepala Pada Anak Usia Dini. FKIP Universitas
Riau
Maulida, A. N., & Khotimah. (2019). Analisis Penilaian Triage Dan Revised
Trauma Score Dalam Memprediksi Mortalitas Pada Pasien Trauma
Kepala. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pesantren Tinggi Darul
Ulum Jombang
12