Anbb Kompre (Revisi)
Anbb Kompre (Revisi)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir (BBL) disebut juga dengan neonates yang merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta dapat melakukan penyesuaian dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan intrauterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan antara 2500-4000 gram (Vivian, Nanny,
2013) (Nanny, vivian.2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika)
Berdasarkan World Health Organization (WHO) AKI secara global yang yaitu Angka
Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup jauh dari target SDGs (Sustainable
Development Goals) yang menargetkan pada tahun 2030 yatu AKB 12 per 1000 kelahiran hidup
(WHO, 2016)
Sebanyak 7000 bayi baru lahir didunia meninggal setiap harinya (Indonesia : 185/hari,
dengan AKN 15/1000 kelahiran hidup. Tiga perempat kematian neonatal terjadi pada minggu
pertama, dan 40% meninggal dalam 24 jam pertama. Kematian neonatal berkaitan erat dengan
kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan BBL yang kurang optimal segera setelah lahir
dan beberapa hari pertama setelah lahir. Penyebab utama kematian (tahun 2016) adalah :
premature, komplikasi terkait persalinan (asfiksia atau kesulitan bernafas saat lahir), infeksi dan
cacat lahir (birth defect) (WHO, 2018).
Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal
sehingga neonates sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
esktrauterine dapat bertahan dengan baik karena paeriode neonatal adalah periode kritis dalam
fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Untk meuwjudkan hal ini, salah satu upaya dalam
penurunan AKB adalah dengan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan baik
dan sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan, serta memberikan suatu pengetahuan informasi
kepada ibu maupun keluarga pentingnya melakukan perawatan pada bayi baru lahir agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak di inginkan (Chapter,2015) (Chapter. 2015. Latar belakang neonatal..
http://repository.usu.ac.... (dapus di https://www.slideshare.net/laurachiedarddil/askeb-bayi-baru-
lahir)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan dan mengaplikasikan Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan
manajemen SOAP dan dengan pola piker varney yang tepat dan sesuai standar pelayanan
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar, nayik subjektif maupun objektif pada bayi
baru lahir.
b. Mampu mengindentifikasi diagnose dan masalah pada bayi baru lahir
c. Mampu mengimplementasi dan melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian BBL
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses kelahiran, berusia 0
- 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup
dengan baik (Marmi, 2015). Marmi K, R,.2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42 mingguatau 294
hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau
neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu (Wahyuni, 2012).
(Wahyuni,S.Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: PenuntunBelajarPraktikKlinik.Jakarta:
BukuKedokteran EGC. 2012)
D. Penanganan BBL
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran nafas,
mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat
tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua
mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014)
2. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di mulut dan hidung (jika
diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi
normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas
segera dibersihkan.
3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau handuk yang kering,
bersih dan halus. Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa
menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah
dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem,
Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi
mencari putting ibunya yang berbau sama.
4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk
menilai APGAR skor menit kelima.
5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan
makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.
6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal tersebut berisi identitas nama
ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin.
7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum
sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1
(phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit
K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B
8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.Salep
ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.
9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
secara intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu
mendapat tindakan segera serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki).:
2. Sistem Sirkulasi
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian
langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik kiri darah di pompa
melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus ke aorta.(Indrayani,2013)
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
menyelenggarakan sirkulasi terbaik mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi :
a. Penutupan foramen ovale jantung
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
a. Pemotongan tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena cava inferior dan
foramen oval ke atrium kiri terhenti. Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada
tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional.Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-pru dan meingkatkan
tekanan atrium kanan
c. Dengan pernafasan, kadar oksigen dalam darah meningkat yang menyebabkan ductus
arteriosus mengalami kontriksi dan menutup
(Tando, Naomy Marie, 2013)
3. Sistem Thermoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu , sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan. Saat bayi masuk ruang bersalin masuk lingkungan lebih
dingin. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan
darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan jalan utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas tubuh. Pembentukan
suhu tanpa mekanisme menggigil merujuk pada penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas, Timbunan lemak coklat terdapat pada seluruh tubuh, mampu meningkatkan panas
sebesar 100%. Untuk membakar lemak coklat bayi membutuhkan glukosa guna
mendapatkan energi yang mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh bayi baru lahir. Cadangan lemak coklat akan habis dalam waktu
singkat karena stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan
lemak coklat pada bayi. Bayi yang kedinginan akan mengalami hipoglikemi, hipoksia dan
asidosis.
Pencegahan kehilangan panas menjadi prioritas utama dan bidan wajib meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Fungsi otak memerlukan jumlah glukosa tertentu Pada
bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat. Koreksi penggunaan gula darah
dapat terjadi 3 cara :
a. Melalui penggunaan ASI (setelah lahir bayi didorong untuk secepat mungkin menyusu
pada ibunya)
b. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis) Bayi
baru lahir tidak dapat menerima makanan dalm jumlah yang cukup akan membuat
glukosa dari glikogen (glukoneogenesis). Hal ini dapat terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk
glikogen, terutama dalam hati selama bulan-bulan terakhir kehidupan di rahim.
Bayi lahir yang mengalami hipotermia yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam pertama kehidupannya. Sangat penting menjaga kehangatan
bayi segera setelah lahir. Jika persediaan glukosa digunakan pada jam pertama
kehidupannya maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi baru lahir yang kurang bulan, lewat
bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim/IUGR dan stress janin merupakan risiko utama,
karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
( Setiyani, Astuti,dkk, 2016. Asuhan kebidanan neonates, bayi, balita, dan anak pra sekolah.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan)
5. Sisitem Imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan
alami maupun yang didapat.Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan saluran nafas, Pembentukan koloni
mikroba dikulit dan usus, Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan
Purwoastuti, 2015.)( Walyani, ES &Purwoastuti Th. Endang.AsuhanKebidananPersalinan Dan
BayiBaruLahir. Yogyakarta: 2015. ) Pencegahan pajanan mikroba seperti praktik persalinan
aman, menyusui ASI dini dan pengenalan serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting. (
Setiyani, Astuti,dkk, 2016)
6. Sistem Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-
2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. (sondakh,2017) Sondakh, J.
J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang: Penerbit Erlangga.
SOAP TEORI
Identitas
1. Identitas Bayi
a. Nama : Nama dari ibu yang terang dan jelas untuk menghindari kekeliruan
b. Tanggal lahir : mengetahui kapan bayi dilahirkan serta mempermudah asuhan
c. Jenis Kelamin : Untuk memberikan Informasi pada ibu dan keluarga serta memfokuskan
saat pemeriksaan genetalia
d. Umur bayi : mempermudah memberikan asuhan
e. Anak ke : Mengetahui bayi anak ke berapa
Subyektif (S)
Merupakan data yang diperoleh dari hasil anamnesa pada pasien/keluarga melalui wawancara
1. Alasan berkunjung, ditanyakan untuk mengetahui alasan utama berkunjung ke fasilitas
kesehatan( Handayani&Triwik,2017)
2. Keluhan tentang bayi
Mengkaji keluhan yang dirasakan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan
(Nursalam,2009)
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Riwayat kesehatan ibu/ keluarga, apakah memiliki penyakit jantung, hipertensi, Diabetus
mellitus, malaria, asma, HIV/AIDS (( Handayani&Triwik,2017)
b. Riwayat kehamilan
Mengetahui saat dalam kandungan. Pengkajian meliputi hamil keberapa, umur
kehamilan, ANC,HPL, dan HPHT (Prawirohardjo,2014)
c. Riwayat Persalinana
Mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan tanggal), penolong, tempat, dan cara
persalinana (spontan/tindakan), serta keadaan bayi saat lahir
d. Riwayat nifas
Mengetahui keadaan ibu dan bayi saat nifas, adalah komplikasi atau tidak
Objektif (O)
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
Normalnya baik. Bayi segera setelah lahir normal akan menangis spontan. Tangisan bayi
dapat memberikan keterangan keadaan bayi misalnya tangisan melengking menunjukkan
bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat
pada bayi dengan kerusakan pernafasan. Pada kunjunngan ke -1,-2,-3,-4 keaktifan
neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan lengan pada neonatus cukup bulan
yang sehat posisi ektermitas dalam keadana fleksi , sedangkan gerakan tungkai dan
lengannya aktif dan simetris (Latief,dkk,2010)
2. Kesadaran : Umumnya composmentis. Macam-macam kesadaran : Composmentis
(kesadaran baik), gangguan kesadaran meliputi apatis (masa bodoh), samnolen
(kesadaran menurun), spoor (mengantuk), koma.
3. Tanda-tanda Vital : Pernapasan normal adalah antara 30-60 kali per menit, dihitung
ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Bayi
baru lahir memiliki frekuensi denyut jantung 120-160 denyut per menit dengan rata-
rata kira-kira 130 denyut per menit. Angka normal pada pengukuran suhu bayi secara
aksila adalah 36,5-37,5°
4. Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 2500-4000 gram, panjang
badan sekitar 48-52 cm, lingkar kepala sekitar 33-35 cm, kira-kira 2 cm lebih besar
dari lingkar dada (30-38 cm). Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam
beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10. Sebaiknya bayi
dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan
berat badan lahir telah kembali
5. Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir dalam hubungannya dengan 5 variabel. Nilai 7-10 pada menit pertama
menunjukkan bahwa bayi berada dalam keadaan baik
(Handayani&Triwik,2017)
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
Perhatikan kondisi bayi: periksa adanya kulit bayi, periksa ruam dan bercak/tanda lahir,
perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
(Marmi,2012)
2. Kepala
Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi akibat peningkatan
tekanan intracranial sedangkan fontanel yang cekung dapat mengindikasikan adanya
dehidrasi. Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam kelahiran. Sefalhematoma
pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam setelah kelahiran dan cenderung semakin
besar ukurannya, diperlukan waktu sampai 6 minggu untuk dapat hilang. Adanya memar
atau trauma sejak lahir harus diperiksa untuk memastikan bahwa proses penyembuhan
sedang terjadi dan tidak ada tanda-tanda infeksi(Handayani&triwik,2017) Perhatikan
adanya kelainan congenital seperti mis: anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya. Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedanum, cepal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. (sinaga,2016)
3. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Jika bayi tampak aneh biasanya disertai dengan gambaran
lain seperti letak telinga rendah dan gangguan struktur lain, penyimpangan kromoson,
misalnya down syndrome (Marmi dan Kukuh,2012)
4. Mata
Periksa jumlah, posisi atau letak mata , Periksa kedua mata bayi apakah normal dan
bergerak ke arah yang sama ,Tanda-tanda infeksi misalnya : pus , Periksa adanya
strabismus atau koordinasi mata yang belum sempurna, Periksa adanya glaucoma
congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada
kornea, Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. (sinaga,2016)
5. Hidung mulut telinga,ekstermitas,dada
6. Pemeriksaan Refleks
a. Glabella : Bayi akan mengerutkan dahi saat pangkat hidung di sentuh
b. Morro: Respon bayi baru lahir akan menghentakkan tangan dan kaki lurus ke arah luar
sedangkan lutut fleksi kemudian tangan akan kembali ke arah dada seperti posisi dalam
pelukan, jari-jari nampak terpisah membentuk huruf C dan bayi mungkin menangis
(Ladewig, dkk., 2005). Refleks ini akan menghilang pada umur 3-4 bulan. Refleks yang
menetap lebih dari 4 bulan menunjukkan adanya kerusakan otak. Refleks tidak simetris
menunjukkan adanya hemiparises, fraktur klavikula atau cedera fleksus brakhialis.
Sedangkan tidak adanya respons pada ekstremitas bawah menunjukkan adanya dislokasi
pinggul atau cidera medulla spinalis (Hidayat dan Uliyah, 2005).
c. Rooting: Setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh ke arah sentuhan
(Ladewig, dkk, 2005). Refleks ini menghilang pada 3-4 bulan, tetapi bisa menetap sampai
umur 12 bulan khususnya selama tidur. Tidak adanya refleks menunjukkan adanya
gangguan neurologi berat (Hidayat dan Uliyah, 2008).
d. Sucking: Bayi menghisap dengan kuat dalam berenspons terhadap stimulasi. Refleks ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi. Refleks
yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau keaadaan
neurologi yang abnormal (Hidayat dan Uliyah, 2008).
e. Swallowing : Bayi akan dapat menelan ASI
f. Grasping: Respons bayi terhadap stimulasi pada telapak tangan bayi dengan sebuah objek
atau jari pemeriksa akan menggenggam (Jari-jari bayi melengkung) dan memegang objek
tersebut dengan erat (Ladewig, dkk, 2005). Refleks ini menghilang pada 3-4 bulan. Fleksi
yang tidak simetris menunjukkan adanya paralisis. Refleks menggenggam yang menetap
menunjukkan gangguan serebral (Hidayat dan Uliyah, 2008).
g. Babinski: Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, dijumlah sampai umur 2
tahun. Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun menunjukkan
adanya tanda lesi ekstrapiramidal(Handayani&Triwik,2017)
Penatalaksanaan (P)
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran
nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong
dan mengikat tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata
antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik
(Syaputra Lyndon, 2014)
SOAP
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/DAFIS-DAN-
DOKUMENTASI-KEBIDANAN.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Neonatus-Bayi-Balita-dan-Apras-Komprehensif.pdf
http://mitrahusada.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/output1.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7709/1/EKA%20MURDIANA.pdf