Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir (BBL) disebut juga dengan neonates yang merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta dapat melakukan penyesuaian dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan intrauterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan antara 2500-4000 gram (Vivian, Nanny,
2013) (Nanny, vivian.2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika)
Berdasarkan World Health Organization (WHO) AKI secara global yang yaitu Angka
Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup jauh dari target SDGs (Sustainable
Development Goals) yang menargetkan pada tahun 2030 yatu AKB 12 per 1000 kelahiran hidup
(WHO, 2016)
Sebanyak 7000 bayi baru lahir didunia meninggal setiap harinya (Indonesia : 185/hari,
dengan AKN 15/1000 kelahiran hidup. Tiga perempat kematian neonatal terjadi pada minggu
pertama, dan 40% meninggal dalam 24 jam pertama. Kematian neonatal berkaitan erat dengan
kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan BBL yang kurang optimal segera setelah lahir
dan beberapa hari pertama setelah lahir. Penyebab utama kematian (tahun 2016) adalah :
premature, komplikasi terkait persalinan (asfiksia atau kesulitan bernafas saat lahir), infeksi dan
cacat lahir (birth defect) (WHO, 2018).
Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal
sehingga neonates sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
esktrauterine dapat bertahan dengan baik karena paeriode neonatal adalah periode kritis dalam
fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Untk meuwjudkan hal ini, salah satu upaya dalam
penurunan AKB adalah dengan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan baik
dan sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan, serta memberikan suatu pengetahuan informasi
kepada ibu maupun keluarga pentingnya melakukan perawatan pada bayi baru lahir agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak di inginkan (Chapter,2015) (Chapter. 2015. Latar belakang neonatal..
http://repository.usu.ac.... (dapus di https://www.slideshare.net/laurachiedarddil/askeb-bayi-baru-
lahir)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan dan mengaplikasikan Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan
manajemen SOAP dan dengan pola piker varney yang tepat dan sesuai standar pelayanan
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar, nayik subjektif maupun objektif pada bayi
baru lahir.
b. Mampu mengindentifikasi diagnose dan masalah pada bayi baru lahir
c. Mampu mengimplementasi dan melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian BBL
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses kelahiran, berusia 0
- 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup
dengan baik (Marmi, 2015). Marmi K, R,.2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42 mingguatau 294
hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau
neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu (Wahyuni, 2012).
(Wahyuni,S.Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: PenuntunBelajarPraktikKlinik.Jakarta:
BukuKedokteran EGC. 2012)

B. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal


1. Berat badan 2.500-4.000 gram
2. Panjang badan 48-52.
3. Lingkar dada 30-38.
4. Lingkar kepala 33-35.
5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6. Pernapasan ±40-60 kali/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna
9. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan pada lakilaki,
testis sudah turun dan skrotum sudah ada.
10. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi dan daerah mulut
Sudah terbentuk dengan baik.
11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks Moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik : bayi bila dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk
13. Refleks grap atau menggenggam sudah baik : apabila diletakkan suatu benda diatas
telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks
14. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam
kecoklatan(Tando,2016). (Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita. Jakarta: EGC)

C. Nilai APGAR SCORE


Penilaiaan keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah bayi lahir dengan penggunaan nilai
PAGAR. Penilaian perlu untuk menilah apakah bayi menderita asfiksi atau tidak. Bila nilai
APGAR dalam 2 menit tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut
karena kalua bayi menderita asfiksi lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala-gejara
neurologic lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, maka penilaian APGAR selain dilakukan
pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke-5 setelah bayi lahir.
Tabel perhitungan APGAR
Penilaian Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Nilai Akhir
Appreance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh kemerah-
(warna kulit) ektermitas biru merahan
Pulse rate Tidak ada <100 >100
(Frekuensi
nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuj/bersin/menangis
(Tangisan, mimic kuat
reaksi (grimace)
rangsangan)
Activity (tonus Tidak ada Ekstermitas Gerakan aktif
otot) dala sedikit
fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis
(pernafasan) teratur
(tando, 2016)
Interpretasi Nilai 1-3 asfiksia berat, Nilai 4-6 asfiksia sedang, Nilai 7-10 asfiksia ringan.Hasil
nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan 0, 1, dan 2 nilai tertinggi adalah 10,
selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut:
1. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik (Vigrous baby)
2. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan
resusitasi
Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera
sampai ventilasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015). (Walyani, ES &Purwoastuti Th.
Endang.AsuhanKebidananPersalinan Dan BayiBaruLahir. Yogyakarta: 2015.)

D. Penanganan BBL
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran nafas,
mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat
tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua
mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014)

B. Asuhan Bayi Baru Lahir


1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi tetap hangat adalah dengan
menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai
bayi stabil untuk mencegah hipotermi.

2. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di mulut dan hidung (jika
diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi
normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas
segera dibersihkan.

3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau handuk yang kering,
bersih dan halus. Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa
menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah
dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem,
Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi
mencari putting ibunya yang berbau sama.

4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk
menilai APGAR skor menit kelima.

5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan
makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.

6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal tersebut berisi identitas nama
ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin.

7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum
sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1
(phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit
K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B

8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.Salep
ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.

9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
secara intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu
mendapat tindakan segera serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki).:

E. Tahapan Bayi Baru Lahir


1. Tahap I:terjadi segera setelah lahir, Selama menit- menit pertama kelahiran.Pada tahap ini
digunakan sistem skoring apgar untuk fisik dan scoring gray untukinteraksi bayi dan ibu.
2. Tahap II: di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukanpengkajian selama 24 jam
pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap III: disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jampertama yang meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh
(Saleha,2012 )

F. Adaptasi Fisiologis BBL


Setelah bayi lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
(plasenta) menjadi mandiri secara fisiologis. Adaptadi bayi baru lahir Adalah periode
adaptasi terhadap kehidupan keluar rahim Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan
atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi. Transisi paling nyata dan
cepat terjadi pada sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem kemampuan mengatur suhu, dan
dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa. (Setiyani,dkk 2016) (Setiyani,
Astuti,dkk, 2016. Asuhan kebidanan neonates, bayi, balita, dan anak pra sekolah. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan)
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7709/1/EKA%20MURDIANA.pdf (ASuhan bbl)
1. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi resistensi paru
pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru
matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi. (Rahardjo dan Marmi, 2015).
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan
ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh
beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit
(sondakh, 2017)
Rangsangan gerakan pernapasan pertama :
a. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasimekanik) 16
b. Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang kemoreseptor yangterletak disinus
karotikus (stimulasi kimiawi)
c. Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam uterus(stimulasi
sensorik)(Indrayani, 2013:311)
Upaya napas pertama bayi berfungsi untuk : a. Mengeluarkan cairan dalam paru b.
Mengembangkan jaringan alveol paru untuk pertama kali.
Untuk mendapat fungsi alveol, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah melalui
paru. Produksi surfaktan mulai 28 minggu kehamilan dan jumlahnya meningkat sampai paru
matang sekitar 34-36 minggu. (Rahardjo,2015). Surfaktan mengurangi tekanan permukaan dan
membantu menstabilkan dinding alveol sehingga tidak kolaps pada akhir persalinan. Tanpa
surfaktan alveol akan kolaps setelah tiap kali pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas.
Untuk itu diperlukan banyak energi pada kerja tambahan pernapasan.Pada waktu cukup bulan,
terdapat cairan didalam paru bayi. Pada waktu bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar
sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui SC (Sectio
Caesarea) kehilangan manfaat perasan thorax ini dapat menderita paru basah dalam jangka waktu
lama. Pada beberapa tarikan napas pertama, udara ruangan memenuhi trachea dan bronkus bayi
baru lahir. Sisa cairan di dalam paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah. Semua alveoli akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.
Fungsi pernapasan dalam kaitan dengan fungsi kardiovaskuler Oksigenasi merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terjadi hipoksia,
pembuluh darah paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti
tidak ada pembuluh darah yang berguna menerima oksigen yang berada dalam alveol, sehingga
terjadi penurunan oksigenasi ke jaringan,yang memperburuk hipoksia Peningkatan aliran darah
paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveoli dan menyingkirkan cairan paru, dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Sistem Sirkulasi
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian
langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik kiri darah di pompa
melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus ke aorta.(Indrayani,2013)
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
menyelenggarakan sirkulasi terbaik mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi :
a. Penutupan foramen ovale jantung
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
a. Pemotongan tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena cava inferior dan
foramen oval ke atrium kiri terhenti. Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada
tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional.Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-pru dan meingkatkan
tekanan atrium kanan
c. Dengan pernafasan, kadar oksigen dalam darah meningkat yang menyebabkan ductus
arteriosus mengalami kontriksi dan menutup
(Tando, Naomy Marie, 2013)

3. Sistem Thermoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu , sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan. Saat bayi masuk ruang bersalin masuk lingkungan lebih
dingin. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan
darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan jalan utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas tubuh. Pembentukan
suhu tanpa mekanisme menggigil merujuk pada penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas, Timbunan lemak coklat terdapat pada seluruh tubuh, mampu meningkatkan panas
sebesar 100%. Untuk membakar lemak coklat bayi membutuhkan glukosa guna
mendapatkan energi yang mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh bayi baru lahir. Cadangan lemak coklat akan habis dalam waktu
singkat karena stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan
lemak coklat pada bayi. Bayi yang kedinginan akan mengalami hipoglikemi, hipoksia dan
asidosis.
Pencegahan kehilangan panas menjadi prioritas utama dan bidan wajib meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Fungsi otak memerlukan jumlah glukosa tertentu Pada
bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat. Koreksi penggunaan gula darah
dapat terjadi 3 cara :
a. Melalui penggunaan ASI (setelah lahir bayi didorong untuk secepat mungkin menyusu
pada ibunya)
b. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis) Bayi
baru lahir tidak dapat menerima makanan dalm jumlah yang cukup akan membuat
glukosa dari glikogen (glukoneogenesis). Hal ini dapat terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk
glikogen, terutama dalam hati selama bulan-bulan terakhir kehidupan di rahim.
Bayi lahir yang mengalami hipotermia yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam pertama kehidupannya. Sangat penting menjaga kehangatan
bayi segera setelah lahir. Jika persediaan glukosa digunakan pada jam pertama
kehidupannya maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi baru lahir yang kurang bulan, lewat
bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim/IUGR dan stress janin merupakan risiko utama,
karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
( Setiyani, Astuti,dkk, 2016. Asuhan kebidanan neonates, bayi, balita, dan anak pra sekolah.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan)

4. Sistem Gastro Intestinal


Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang
dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan
yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran mekonium biasanya
dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim
dalam traktus digestivenus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi
sudah ada refleks hisap dan menelan, sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh
sering terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan
kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Indrayani, 2013)( Indrayani, D. Asuhan
Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media, 2013.)

5. Sisitem Imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan
alami maupun yang didapat.Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan saluran nafas, Pembentukan koloni
mikroba dikulit dan usus, Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan
Purwoastuti, 2015.)( Walyani, ES &Purwoastuti Th. Endang.AsuhanKebidananPersalinan Dan
BayiBaruLahir. Yogyakarta: 2015. ) Pencegahan pajanan mikroba seperti praktik persalinan
aman, menyusui ASI dini dan pengenalan serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting. (
Setiyani, Astuti,dkk, 2016)

6. Sistem Ginjal

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-
2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. (sondakh,2017) Sondakh, J.
J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang: Penerbit Erlangga.

G. Kebutuhan dasar BBL


1. Minum
memberikan bayi ASI sesuai kebutuhan bayi (2-3 jam bergantian antara sebelah kiri dan
sebelah kanan) atau (on demand), Menyimpan ASI di udara terbuka ASI maksimal
selama 8 jam. Namun jika ASI disimpan didlam frezer dapat bertahan selama 3-6 bulan.
2. B AB
Membersihkan area genitalia bayi jika sedang BAB. Jumlah feses bayi lahir cukup
bervariasi dan jumlah paling banyak antara hari ke 3 dan ke 6. Bayi akan mengeluarkan
mekonium, dimana fesesnya lengket berwarna hitam kehijauan selama 2 hari pertama.
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau
aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan.
setelah itu feses bayi bisa bergumpal seperti jelly, padat, berbiji atau seeded dan bisa juga
berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak berbentuk pasta atau
cream, berbiji dan bisa juga seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang
diberi susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat.
Makanya bayi yang mengkonsumsi susu formula kadang suka bebelan (susah BAB)
sedangkan yang mendapat ASI tidak
3. BAK
Menjaga kebersihan genitalia bayi setelah BAK dengan segera menggangi popok yang
basah .Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7 – 10 x sehari.
4. Istirahat
bayi baru lahir sampai usia 3 bulan ratarata tidur selama 16 jam sehari. - menyediakan
selimut dan ruanganya yang hangat,serta memastikan bayi tidak terlalu panas/terlalu
dingin. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan bayi untuk tidur
5. kebersihan Kulit
menjaga kebersihan kulit bayi dengan segera mengganti popok saat basah ataupun BAB,
walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus di lakukan setiap hari.
tetapi, bagian-bagian seperti muka,bokong,dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur
(Sinaga,2016) (modul praktek asuhan kebidanan neonates bayi, balita dan anak pra sekolah.
2016. Mitra husada medan : medan)

H. Kebutuhan dasar Pencegahan Infeksi


Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir :
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
a. Upaya dilakukan dengan cara merawat tali pusat : Menjaga agar luka tetap bersih,
Tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau nanah - Pemakaian popok bayi
diletakkan disebelah bawah tali pusat.
b. Memperhatikan Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai antara lain :
Kulit disekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/ nanah, berbau busuk
,Perdarahan ,Pembengkakan,Keluar cairan
2. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit bayi baru lahir
atau penyakit infeksi lain adalah :
a. Meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi sehingga
menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisasi yang ada di kulit dan saluran
pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen
serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu
ibu
3. Pencegahan infeksi pada mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir :
a. Merawat mata dengan mencuci tangan terlebih dahulu
b. Membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas dengan air hangat.
c. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir berikan salep/ obat tetes mata untuk mencegah
oftalmia neonatorum (tetrasiklin 1%, eritromisin 0,5% atau nitras argensi 1%).
Biarkan obat tetap pada mata dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan.
d. Setelah melakukan perawatan mata cuci tangan kembali. * keterlambatan salep
mata setelah lewat 1 jam setelah lahir merupakan sebab tersering kegagalan upaya
pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
4. Imunisasi
a. Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkolosis, imunisasi BCG harus segera diberikan
pada bayi segera setelah lahir.
b. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau
pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal
c. Imunisasi hepatitis B sudah merupakan program nasional meskipun pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap
(Buda,Endang&Sih Sajekti. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Bayi dan Balita.
AKADEMI KEBIDANAN Griya Husada Surabaya)

I. Kebutuhan Rawat Gabung


Menurut Sifatnya, rawat gabung dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Rawat gabung kontinu : Bayi berada disamping ibu terus menerus
2. Rawat gabung inter,iten : Bayi hanya sewaktu-waktu bersama ibu
Tujuan rawat gabung:
1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan kapan saja
2. Meningkatkan penggunaan asi
3. Pencegahan infeksi
4. Ibu dan bayi mendapat kehangatan emosionak
5. Suami dan kelluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu
dalam merawat bayinya
Syarat rawat gabung :
1. Bayi lahir sepontan, baik presentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi dilahirkan
dengan tindakan maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat
2. Reflek hisap baik
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Usia kehamilan aterm
5. Bayi dan ibu dalam keadaan sehat
6. Apabila bayi lahir SC, dengan pembiusan umum maka rawat gabung dilakukan setelah
ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam setelah operasi usai
(Buda,Endang&Sih Sajekti. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Bayi dan Balita.
AKADEMI KEBIDANAN Griya Husada Surabaya)

3. Tanda-tanda bahaya pada BBL


1. Pernafasan sulit/ > 60x/menit
2. Terlalu hangat >380C atau terlalu dingin < 360C
3. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah dan mengantuk berlebihan
4. Warna kuninh (tertutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah
6. Tidak BAB dalam 48 jam pertama, dan tidak BAK dalam 24 jam pertama
7. Setelah sudah BAB/BAK 24 jam pertama. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24
jam, feses lembek atau cair, sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau daraj
8. Mengigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus
(Sinaga,2016) (modul praktek asuhan kebidanan neonates bayi, balita dan anak pra sekolah.
2016. Mitra husada medan : medan) Plora N.F Sinaga, SST
4. Kunjungan Neonatal
Pelayanan Kesehatan Neonatus.
Pelayanan kesehatan neonates menurut kemenkes RI, (2015) adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama
periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir.
1. Kunjungan neonates ke-1 (KN I) dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan pemeriksaan
pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan,
lingkar dada, pemberian salep mata, vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat dan
pencegahan kehilangan panas bayi.
2. Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah lahir,
pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene,
pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda bahaya.
3. Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setalah lahir,
dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya’
BAB III

SOAP TEORI

Tanggal : Mengetahui tanggal diakukan asuhan kebidanan


Tempat : Mengetahui tempat dilakukan asuhan kebidanan
Waktu : Mengetahui waktu dilakukan asuhan kebidanan

Identitas
1. Identitas Bayi
a. Nama : Nama dari ibu yang terang dan jelas untuk menghindari kekeliruan
b. Tanggal lahir : mengetahui kapan bayi dilahirkan serta mempermudah asuhan
c. Jenis Kelamin : Untuk memberikan Informasi pada ibu dan keluarga serta memfokuskan
saat pemeriksaan genetalia
d. Umur bayi : mempermudah memberikan asuhan
e. Anak ke : Mengetahui bayi anak ke berapa

2. Identitas Orang tua


a. Nama : Untuk mengetahui dan mengenal ibu dan suami, serta mencegah
kekeliruan
b. Umur : Usia orang tua mempengaruhi kemampuan dalam mengasuh dan
merawat bayinya
c. Suku Bangsa : untuk mengetahui asal daerah atau bangsa yang dapat berpengaruh pada
pol piker, nutrisi, dan adat istiradat yang dianut (Handayani&Triwik,2017)
( Handayani,Sih RIni& Triwik Sri Mulyati. Dokumentasi Kebidanan. Puspendik SDM
kesehatan.
d. Agama : untuk mengetahui keyakinan orang tua sehingga dapat menuntun anaknya sesuai
dengan keyakian sejak lahir
e. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual orang tua yang dapat
memepengaruhi kemampuan dan kebiasaan orang tua dalam mengasuh, merawat dan
memenuhi kebutuhan bayinya
f. Pekerjaan : status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status gizi
g. Alamat: Bertujuan untuk memepermudah tenaga kesehatan dalam melakukan follow up
terhadap perkembangan bayi
( Handayani&Triwik,2017)

Subyektif (S)
Merupakan data yang diperoleh dari hasil anamnesa pada pasien/keluarga melalui wawancara
1. Alasan berkunjung, ditanyakan untuk mengetahui alasan utama berkunjung ke fasilitas
kesehatan( Handayani&Triwik,2017)
2. Keluhan tentang bayi
Mengkaji keluhan yang dirasakan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan
(Nursalam,2009)
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Riwayat kesehatan ibu/ keluarga, apakah memiliki penyakit jantung, hipertensi, Diabetus
mellitus, malaria, asma, HIV/AIDS (( Handayani&Triwik,2017)
b. Riwayat kehamilan
Mengetahui saat dalam kandungan. Pengkajian meliputi hamil keberapa, umur
kehamilan, ANC,HPL, dan HPHT (Prawirohardjo,2014)
c. Riwayat Persalinana
Mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan tanggal), penolong, tempat, dan cara
persalinana (spontan/tindakan), serta keadaan bayi saat lahir
d. Riwayat nifas
Mengetahui keadaan ibu dan bayi saat nifas, adalah komplikasi atau tidak

Objektif (O)
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
Normalnya baik. Bayi segera setelah lahir normal akan menangis spontan. Tangisan bayi
dapat memberikan keterangan keadaan bayi misalnya tangisan melengking menunjukkan
bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat
pada bayi dengan kerusakan pernafasan. Pada kunjunngan ke -1,-2,-3,-4 keaktifan
neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan lengan pada neonatus cukup bulan
yang sehat posisi ektermitas dalam keadana fleksi , sedangkan gerakan tungkai dan
lengannya aktif dan simetris (Latief,dkk,2010)
2. Kesadaran : Umumnya composmentis. Macam-macam kesadaran : Composmentis
(kesadaran baik), gangguan kesadaran meliputi apatis (masa bodoh), samnolen
(kesadaran menurun), spoor (mengantuk), koma.
3. Tanda-tanda Vital : Pernapasan normal adalah antara 30-60 kali per menit, dihitung
ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Bayi
baru lahir memiliki frekuensi denyut jantung 120-160 denyut per menit dengan rata-
rata kira-kira 130 denyut per menit. Angka normal pada pengukuran suhu bayi secara
aksila adalah 36,5-37,5°
4. Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 2500-4000 gram, panjang
badan sekitar 48-52 cm, lingkar kepala sekitar 33-35 cm, kira-kira 2 cm lebih besar
dari lingkar dada (30-38 cm). Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam
beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10. Sebaiknya bayi
dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan
berat badan lahir telah kembali
5. Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir dalam hubungannya dengan 5 variabel. Nilai 7-10 pada menit pertama
menunjukkan bahwa bayi berada dalam keadaan baik
(Handayani&Triwik,2017)

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
Perhatikan kondisi bayi: periksa adanya kulit bayi, periksa ruam dan bercak/tanda lahir,
perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
(Marmi,2012)
2. Kepala
Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi akibat peningkatan
tekanan intracranial sedangkan fontanel yang cekung dapat mengindikasikan adanya
dehidrasi. Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam kelahiran. Sefalhematoma
pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam setelah kelahiran dan cenderung semakin
besar ukurannya, diperlukan waktu sampai 6 minggu untuk dapat hilang. Adanya memar
atau trauma sejak lahir harus diperiksa untuk memastikan bahwa proses penyembuhan
sedang terjadi dan tidak ada tanda-tanda infeksi(Handayani&triwik,2017) Perhatikan
adanya kelainan congenital seperti mis: anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya. Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedanum, cepal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. (sinaga,2016)
3. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Jika bayi tampak aneh biasanya disertai dengan gambaran
lain seperti letak telinga rendah dan gangguan struktur lain, penyimpangan kromoson,
misalnya down syndrome (Marmi dan Kukuh,2012)
4. Mata
Periksa jumlah, posisi atau letak mata , Periksa kedua mata bayi apakah normal dan
bergerak ke arah yang sama ,Tanda-tanda infeksi misalnya : pus , Periksa adanya
strabismus atau koordinasi mata yang belum sempurna, Periksa adanya glaucoma
congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada
kornea, Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. (sinaga,2016)
5. Hidung mulut telinga,ekstermitas,dada
6. Pemeriksaan Refleks
a. Glabella : Bayi akan mengerutkan dahi saat pangkat hidung di sentuh
b. Morro: Respon bayi baru lahir akan menghentakkan tangan dan kaki lurus ke arah luar
sedangkan lutut fleksi kemudian tangan akan kembali ke arah dada seperti posisi dalam
pelukan, jari-jari nampak terpisah membentuk huruf C dan bayi mungkin menangis
(Ladewig, dkk., 2005). Refleks ini akan menghilang pada umur 3-4 bulan. Refleks yang
menetap lebih dari 4 bulan menunjukkan adanya kerusakan otak. Refleks tidak simetris
menunjukkan adanya hemiparises, fraktur klavikula atau cedera fleksus brakhialis.
Sedangkan tidak adanya respons pada ekstremitas bawah menunjukkan adanya dislokasi
pinggul atau cidera medulla spinalis (Hidayat dan Uliyah, 2005).
c. Rooting: Setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh ke arah sentuhan
(Ladewig, dkk, 2005). Refleks ini menghilang pada 3-4 bulan, tetapi bisa menetap sampai
umur 12 bulan khususnya selama tidur. Tidak adanya refleks menunjukkan adanya
gangguan neurologi berat (Hidayat dan Uliyah, 2008).
d. Sucking: Bayi menghisap dengan kuat dalam berenspons terhadap stimulasi. Refleks ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi. Refleks
yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau keaadaan
neurologi yang abnormal (Hidayat dan Uliyah, 2008).
e. Swallowing : Bayi akan dapat menelan ASI
f. Grasping: Respons bayi terhadap stimulasi pada telapak tangan bayi dengan sebuah objek
atau jari pemeriksa akan menggenggam (Jari-jari bayi melengkung) dan memegang objek
tersebut dengan erat (Ladewig, dkk, 2005). Refleks ini menghilang pada 3-4 bulan. Fleksi
yang tidak simetris menunjukkan adanya paralisis. Refleks menggenggam yang menetap
menunjukkan gangguan serebral (Hidayat dan Uliyah, 2008).
g. Babinski: Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, dijumlah sampai umur 2
tahun. Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun menunjukkan
adanya tanda lesi ekstrapiramidal(Handayani&Triwik,2017)

Analisa Data (A)


hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data S dan O Merupakan langkah
kedua, ketiga dan keempat manajemen kebidanan Helen Varney:diagnosis/masalah
kebidanan(sinaga,2016).

Penatalaksanaan (P)
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran
nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong
dan mengikat tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata
antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik
(Syaputra Lyndon, 2014)

SOAP
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/DAFIS-DAN-
DOKUMENTASI-KEBIDANAN.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Neonatus-Bayi-Balita-dan-Apras-Komprehensif.pdf
http://mitrahusada.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/output1.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7709/1/EKA%20MURDIANA.pdf

Anda mungkin juga menyukai