Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas ini merupakan masa yang sangat penting bagi tenaga

kesehatan dalam melakukan pemantauan karena pelayanan yang kurang

maksimal dapat menimbulkan komplikasi pada ibu nifas. Asuhan masa nifas

diperlukan dalam periode ini karena masa kritis bagi ibu maupun bayinya

diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 50% kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama.

(Rukiyah A.Y dan Lia Yulianti ,2018)

Perdarahan post partum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di

Indonesia. Peristiwa dalam bidang kebidanan yang dapat menimbulkan

perdarahan adalah gangguan pelepasan plasenta, atonia uteri post partum dan

perlukaan jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir merupakan penyebab kedua

setelah atonia uteri. Perdarahan yang banyak terjadi karena ruptur perineum

yang dialami selama proses melahirkan baik yang normal maupun dengan

tindakan ( Yunida haryanti, 2019).

Rupture perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum

sewaktu persalinan yang dapat mengakibatkan komplikasi persalinan dan nifas

yang dapat membahayakan ibu. Bahaya dan komplikasi akibat rupture

perineum diantaranya perdarahan, hematom, fistula dan infeksi. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis penyebab terjadinya Ruptur perineum pada

persalinan normal.(Yunida Haryanti,2019).


Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam jurnal

kesehatan 2019 terjadi 2,7 juta kasus ruptur perineum pada ibu bersalin.

Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Seiring dengan

semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan

baik. Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum, 40%

diantaranya mengalami ruptur perineum. Di Asia rruptur perineum juga

masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur

perineum di dunia terjadi di Asia. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami

ruptur perineum di Indonesia dengan kejadian infeksi luka jahitan sebanyak

5% dan perdarahan sebanyak 7% dan kematian pada ibu postpartum sebanyak

8%. Di Jawa Timur ruptur perineum yang dialam ibu bersalin dengan

perdarahan sebanyak 7%, infeksi luka jahitan sebanyak 5% ( Pemiliana D.H,

dkk, 2019).

Berdasarkan hasil survesi Demografi Kesehatan Indoneisa (SDKI)

menunjukan bahwa secara nasional angka kematian ibu (AKI) pada tahun

2019 di Indonesia 4.221 jiwa Dengan penyebab kematian perdarahan 1.280

jiwa (30,32%), hipertensi dalam kehamilan 1.066 jiwa (25,25%), infeksi 207

jiwa (4,9%), gangguan sistem peredaran darah 200 jiwa (4,7%), gangguan

metabolic 157 jiwa (3,7%), sebab lain-lain 1.311 jiwa (31,13%) (Profil

Kesehatan RI, 2019)

Berdasarkan data yang diperoleh oleh dinas kesehatan provinsi Sulawesi

tengah caukupan pelayanan ibu nifas dari mulai tahun 2017 yang mendapat

pelayanan terbesar 77,5% Dengan Angka Kematian Ibu berjumlah 89 kasus,


Penyebab Kematian terbanyak dipengaruhi oleh sebab lain-lain sebesar 54%

seperti hepatitis, TB, Thypoid, Emboli air ketuban, sebab perdarahan 18%,

Hipertensi dan kehamilan16.9%, gangguan jantung 5,6%, infeksi 3,3% dan

gangguan metabolik 2,2%. pada tahun 2018 yang mendapat pelayanan sebesar

75,3% Dengan Angka Kematian Ibu berjumlah 82 kasus. Penyebab Kematian

ibu terbanyak pada tahun 2018 adalah Penyebab Perdarahan (Retensio

Pacenta, Atonia Uteri) 51.4% , Penyebab kedua Hypertensi Dalam Kehamilan

(Pre Eklamsi dan Eklamsi) 15,8%, kemudian penyebab lain- lain seperti

Hepatitis, TB Paru, Thypoid, Emboli Air Ketuban 14,6% , Penyebab

Gangguan Sistim Peredaran Darah dan Jantung 9,7%, Penyebab Infeksi 4,9%

dan Penyebab Gangguan Metabolik 3,6%. sementara pada tahun 2019 yang

mendapat pelayanan sebesar 77,7%. Angka Kematian ibu pada tahun 2019

sebanyak 97 kasus dengan penyebab kematian terbanyak dipengaruhi oleh

sebab lain-lain sebesar 30,9% seperti Hepatitis, TB Paru, Appendicitis, Ileus

Obstruksi, Post Partum Blues, emboli air ketuban, oleh sebab perdarahan

24,8%, Hypertensi dalam kehamilan 24,8%, Penyebab gangguan sistim

peredaran darah dan jantung 11,3%, Penyebab infeksi 7,2% dan Penyebab

gangguan metabolik 1%. (profil dinas kesehatan provinsi, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh oleh dinas kesehatan kota palu pada

tahun 2018 jumlah ibu nifas sebanyak 7.354 jiwa dengan Angka Kematian

(AKI) Sebanyak 4 kasus. kematian ibu terjadi pada ibu hamil 1 kasus (9,90%),

ibu bersalin 2 kasus (18, 18 %), pada ibu nifas 1 kasus (72,72%), penyebab

kematian ibu terdiri dari kasus PEB sebanyak 21%, perdarahan 32% dan kasus
lain-lain(emboli, atonia uteri, jantung dan syok hypovolemik 47%. pada tahun

2019 jumlah ibu nifas sebanyak 7.416 jiwa dengan angka kematian (AKI)

dikota palu pada tahun 2019 sebanyak 8 kasus. kematian ibu terjadi pada ibu

hamil sebanyak 2 kasus (25%) pada ibu bersalin sebanyak 1 kasus (12,5%),

dan pada ibu nifas sebanyak 5 kasus (62%) penyebab kematian ibu terdiri dari

kasus eklamsia sebanyak 37%, kasus infeksi 25% kasus penyakit jantung 25%

dan kasus lain-lain (emboli) 13% ( profil dinas kesehatan kota palu, 2019)

Berdasarkan data rekam medik di Puskesmas Pantoloan….. tahun

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur perineum

tingkat II di puskesmas….?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Dapat melakukan pengalaman secara nyata, meningkatkan

kemampuan bagi penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu

nifas dengan Ruptur perineum tingkat II di……

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data Subjektif pada ibu nifas dengan

Ruptur perineum tingkat II di…..

b. Mampu melakukan pengkajian data Objektif pada ibu nifas dengan

Ruptur perineum tingkat II di…..

c. Mampu menetapkan pengkajian data Assesment pada ibu nifas dengan

Ruptur perineum tingkat II di…..


d. Mampu melakukan Planning of action serta evaluasi akhir pada ibu

nifas dengan Ruptur perineum tingkat II di…..

D. Manfaat penelitian

1. Instansi tempat penelitian atau puskesmas….

manfaat instansi sebagai bahan acuan utama yang di harapkan

dapat berguna utama dalam mengembangkan institusi.

2. Bagi klien

memberikan informasi pada klien tentang rupture perineum

sehingga klien dapat mengerti, mau dan mampu melakukan kerja sama

dengan petugas kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan yang akan

diberikan, serta dapat menunjang kesehatan klien.

3. Bagi Institute Akbid Graha Ananda

Mewujudkan akademik kebidanan graham ananda sebagai

akademik riset dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan,

mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidikan dalam

menyampaikan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas

dengan ruptur perineum tingkat II.

4. Bagi peneliti

sebagai salah satu persyarat kelulusan dalam menyelesaikan

program DII Kebidanan menambah keterampilan bagi peneliti dalam

melakukan penelitian serta dapat menambah wawasan tentang asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur perineum tingkat II.

Anda mungkin juga menyukai