Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PUPUK NPK DAN PUPUK KANDANG

TERHADAP HASIL KEDELAI VARIETAS GEMA


Henny Kuntyastuti, Abdullah Taufiq, Novita Nugrahaeni,
dan Andy Wijanarko
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Jl. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp.(0341) 801468
Email: ofic_rilet@yahoo.com

ABSTRAK
Penggunaan pupuk organik untuk mensubstitusi kebutuhan pupuk anorganik sekaligus
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sudah banyak dilakukan. Namun dosis pupuk organik
yang tinggi sering menghambat adopsi penggunaannya, sehingga perlu dicari cara yang lebih
efisien dan menurunkan dosis pupuk organik. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di
Ngawi, Probolinggo, Grobogan, dan Malang pada MK 2010, menggunakan rancangan acak
kelompok dengan tiga ulangan. Penelitian mengevaluasi 15 perlakuan kombinasi takaran dan
cara pemberian pupuk kandang dengan pupuk anorganik. Penelitian bertujuan mengevaluasi
kombinasi takaran, jenis dan cara pemberian pupuk kandang dan pupuk anorganik NPK
terhadap hasil kedelai varietas Gema. Hasil penelitian menunjukkan, pada tanah Alfisol Probo-
linggo, tanah Aluvial Malang, dan tanah Vertisol Ngawi dengan kandungan C-organik
0,7−1,7%, penambahan pupuk kandang 2,5−7,5 t/ha dengan cara disebar, dilarik, atau
ditugal, tanpa atau dengan kombinasi pupuk ZA 25−50 kg, SP18 50−100 kg dan KCl 50−100
kg/ha tidak meningkatkan hasil biji kedelai varietas Gema. Pemberian pupuk kandang 7,5 t/ha,
dilarik atau ditugal, meningkatkan hasil biji kedelai 33−39% di tanah Aluvial Grobogan. Hasil
biji kedelai berkorelasi positif dengan kadar P2O5 Bray-1 tanah sebelum tanam dengan
persamaan regresi Y = 0,188 + 0,4263 Ln (P2O5 Bray-1), R2 = 90,1%. Hasil biji kedelai dipe-
ngaruhi oleh serapan unsur NPK pada fase berbunga penuh dengan persamaan regresi Y = -
0,689 + 26,5 kadar P/K – 58,3 (kadar P/K)2 – 1,35 serapan N, R2 = 73,2%).
Kata kunci: pupuk kandang, pupuk NPK, cara pemupukan, kedelai

ABSTRACT
The effect of N, P, K fertilizer and manure application on seed yield of Gema
soybean variety. The use of organic fertilizer to substitute inorganic fertilizers and simulta-
neously improve physical and chemical soil properties has been recognized. However, the high
dose of organic fertilizer hinder its adoption, so it is necessary to find more efficient and lower
doses of organic fertilizer. The experiment was conducted at paddy rice field in Ngawi, Probo-
linggo, Grobogan and Malang Regions in 2010 using a randomized block design with three
replicates. The study evaluated 15 treatment combinations of dose, type and method of manure
(from 2.5 to 7.5 t ha-1 either spread out onto the soil surface, spread in the furrow or put in the
hole made by dibbler) and N, P, K inorganic fertilizer (25-50 kg ZA, 50-100 kg SP18 and 50-
100 kg KCl ha-1) application. The study aims to evaluate the combination of dose, type and
method of manure and inorganic NPK fertilizer application on seed yield. The variety of Gema
was used as planting material. The C-organic content in Ngawi, Probolinggo and Malang sites
was in the range of 0.7-1.7%. The results showed that all dosages of manure with all methods
of application with and without inorganic NPK fertilizer did not increase yield of soybean. The
application of 7.5 t ha-1 manure in the furrow or put in the hole increased soybean grain yield
by 33-39% in Alluvial Grobogan. Soybean yield was positively correlated with phosphorus con-
tent in soil before sowing following a regression equation of Y = 0.188 + 0.4263 Ln (P2O5
Bray-1) with R2 = 90.1%. Soybean yield was influenced by NPK uptake at full flowering stage

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  151
based on regression equation of Y = - 0.689 + 26.5 P/K - 58.3 (P/K)2 - 1.35 N uptake, R2 =
73.2%.
Key words: manure, NPK inorganic fertilizer, method of fertilizer application, soybean

PENDAHULUAN
Banyak penggunaan lahan tidak sesuai dengan sifatnya dan/atau tanpa upaya konser-
vasi tanah dan air, sehingga kualitas lahan cepat menurun. Luas lahan garapan yang
sempit dan pengelolaan lahan yang kurang menguntungkan menyebabkan petani tidak
mampu melakukan investasi usahatani konservasi (Karama dan Irawan 1997). Notoha-
diprawiro (2000) menjelaskan, konservasi tanah adalah upaya penggunaan lahan sebagai-
mana mestinya. Lahan digunakan sesuai dengan kemampuannya dan menghindarkannya
dari kerusakan. Keberhasilan program konservasi bergantung pada kebenaran pertimbang-
an dalam memilih pola penggunaan lahan menurut kemampuan lahan (Foster 1964
dalam Notohadiprawiro 2000). Artinya, perlu tindakan pengelolaan lahan alternatif ramah
lingkungan, antara lain dengan meningkatkan kadar bahan organik tanah melalui penam-
bahan pupuk organik. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Rendahnya kadar bahan organik tanah mengurangi daya sangga tanah dan memu-
dahkan pencucian unsur hara dari lingkungan perakaran, sehingga menurunkan efisiensi
pupuk dan mempercepat laju penurunan kesuburan tanah (Karama et al. 1990).
Pada lahan pertanian dengan kondisi terkelola tanpa pembakaran atau pengangkutan
sisa panen, masih terjadi penurunan total fraksi BOT (bahan organik tanah) pada keda-
laman 0−5 cm sekitar 10−20% dibanding kondisi hutan (Latif et al. 1997). Pada kondisi
terdegradasi (8−9 tahun setelah pembukaan hutan), penurunannya menjadi 70−80%.
Pada kedalaman 5−15 cm, total bobot kering fraksi BOT berkisar antara 20−50% dari
kedalaman 0−5 cm.
KTK tanah berkorelasi dengan kadar karbon organik dan fraksi liat tanah (Gao dan
Chang 1996). Asadu et al. (1997) menjelaskan, KTK efektif berkorelasi dengan kadar fraksi
liat, debu, dan bahan organik. Sumbangan bahan organik terhadap KTK efektif pada
tanah di dataran rendah dan tinggi, beriklim basah dan kering adalah 60%. Fakta tersebut
menunjukkan pentingnya bahan organik untuk menyimpan unsur hara sebagai cadangan
di daerah tropis.
Penggunaan pupuk organik memerlukan dosis yang tinggi. Peningkatan hasil kedelai
di lahan sawah Entisol dan Vertisol memerlukan 10−20 t kotoran ayam/ha, diberikan
dengan cara dilarik (Kuntyastuti dan Sunaryo 2000; Kuntyastuti 2001 dan 2002; Kuntyas-
tuti dan Rahmianna 2001 dan Margono et al. 2002). Berdasarkan massa tanah, pening-
katan produktivitas tanah Entisol Banyuwangi membutuhkan 40 t kotoran ayam/ha atau
10,8 t arang sekam/ha (setara 40 t sekam/ha) (Kuntyastuti 1999).
Terbentuknya asam-asam organik dalam dekomposisi bahan organik berkorelasi
dengan pencucian unsur hara di dalam tanah. Asam fulvat berkorelasi positif dengan
kadar dan jumlah ion tercuci, dan sebaliknya pada asam humat. Fraksi nonhumus berko-
relasi positif dengan kapasitas maksimum tanah menahan air, tetapi berkorelasi negatif
dengan persentase ion tercuci (Subowo dkk. 1990). Penambahan pupuk organik berle-
bihan berpotensi menjadi penyebab pencemaran air tanah (Daliparthy et al. 1994).
Namun jerapan C-organik dapat larut dalam air oleh tanah meningkat sejalan dengan
peningkatan kandungan liat dan bahan organik serta luas permukaan tanah (Liang et al.
1996).

152 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 
Aplikasi pupuk organik takaran tinggi di tanah Entisol berpotensi mencemari air bawah
tanah akibat pencucian unsur N, seperti yang terdeteksi pada penelitian di tanah Entisol
Banyuwangi (Kuntyastuti 1999). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Daliparthy et al.
(1994). Untuk mengatasinya, takaran pupuk organik dikurangi. Pengelolaan bahan orga-
nik harus menjadi prioritas utama untuk mempertahankan sistem pertanian berkelanjutan
(Shang dan Tiessen 1997).
Penggunaan pupuk anorganik pada budi daya padi sawah dinilai cukup tinggi (Parto-
hardjono 1994), sehingga disinyalir telah terjadi kejenuhan beberapa unsur, utamanya P
dan K. Oleh karena itu, tanaman budi daya setelah padi dapat memanfaatkan residu
pupuk dalam tanah. Faktor tersebut mungkin menjadi salah satu penyebab efisiensi pemu-
pukan rendah dan kedelai seringkali tidak tanggap terhadap pupuk anorganik.
Menurut Sofyan et al. (1997) telah terjadi penurunan efisiensi pemupukan, di mana
tingkat kenaikan produksi per satuan pupuk makin merosot. Peningkatan penggunaan
pupuk pada padi sawah diperkirakan telah menyebabkan pencemaran lingkungan yang
perlu diwaspadai. Suriadikarta et al. (2004) menambahkan bahwa perbaikan produktivitas
lahan sawah irigasi yang telah mengalami pelandaian produktivitas dilakukan melalui
penggunaan pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik. Penerapan
pengelolaan hara terpadu seperti kombinasi pupuk anorganik + jerami padi + pupuk
kandang dapat memperbaiki produktivitas lahan sawah irigasi tanah Entisol Blitar, Jawa
Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kombinasi takaran, jenis dan cara
pemberian pupuk kandang dan pupuk anorganik NPK pada kedelai varietas Gema di
beberapa lokasi.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilaksanakan di tanah Alfisol Muneng Probolinggo (tekstur lempung
berpasir), tanah Aluvial Kendalpayak Malang (tekstur liat), tanah Vertisol Ngawi (tekstur
liat) dan tanah Aluvial Grobogan (tekstur lempung liat berdebu) pada MK 2010,
menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Tanaman indikator adalah
kedelai umur genjah varietas Gema. Penelitian mengevaluasi 15 perlakuan kombinasi
takaran dan cara pemberian pupuk kandang dengan pupuk anorganik, sebagai berikut:
1. Kontrol (tanpa pupuk)
2. 2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik
3. 5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik
4. 7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik
5. 2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal
6. 5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal
7. 7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal
8. 2,5 t/ha pupuk kandang, disebar
9. 5,0 t/ha pupuk kandang, disebar
10. 7,5 t/ha pupuk kandang, disebar
11. 50 kg ZA + 100 kg SP18 + 100 kg KCl/ha
12. 25 kg ZA + 50 kg SP18 + 50 kg KCl/ha + 2,5 t/ha pupuk kandang dilarik
13. 25 kg ZA + 50 kg SP18 + 50 kg KCl/ha + 5,0 t/ha pupuk kandang dilarik
14. 25 kg ZA + 50 kg SP18 + 2,5 t/ha pupuk kandang dilarik
15. 25 kg ZA + 50 kg SP18 + 5,0 t/ha pupuk kandang dilarik

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  153
Benih kedelai verietas Gema ditanam pada petak berukuran 4 m x 4 m dengan jarak
tanam 40 cm x 15 cm, dua tanaman/rumpun. Tanah tidak diolah, pupuk kandang sesuai
perlakuan diberikan dengan cara disebar, dilarik atau ditugal pada saat tanam. Pupuk
anorganik NPK dilarik pada baris tanaman. Penyiangan dilakukan pada umur 21 dan 35
hari setelah tanam (HST), dan lahan diairi setiap 15 hari sekali. Penjarangan atau penyu-
laman tanaman dilakukan pada umur 10 hari dan disisakan dua tanaman/rumpun.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif.
Pengamatan dilakukan terhadap:
1. Sifat fisik tanah (tekstur, porositas, kapasitas menahan air, bobot isi, penetrasi tanah)
dan sifat kimia tanah (pH, C-organik, KTK, N, P, K, Ca, Mg, dan S) pada kedalaman
0−20 cm sebelum tanam, serta kadar unsur dalam pupuk kandang.
2. Vigor bibit (persentase daya tumbuh) pada umur ≤10 HST.
3. Bobot kering brangkasan dan serapan unsur N, P, K pada fase berbunga penuh.
4. Penetrasi tanah lapisan olah pada saat panen.
5. Tinggi tanaman, jumlah polong isi, bobot 100 biji, dan bobot biji/tanaman dari 10
tanaman contoh, serta jumlah tanaman dipanen dan bobot biji kering dari petak
panen berukuran 2,4 m x 3,75 m.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Akibat kandungan fraksi liat >35%, maka tanah Aluvial Malang, Aluvial Grobogan,
dan Vertisol Ngawi sulit dialiri air pada kondisi jenuh (Tabel 1). Nilai konduktivitas
hidraulik pada kondisi jenuh sangat rendah, yaitu 0,1−0,8 cm/jam. Sebaliknya, kapasitas
tanah menahan air di ketiga lokasi tersebut berkisar antara 26-33%, lebih tinggi dibanding
tanah Alfisol Probolinggo (19%).
Tanah Alfisol Probolinggo dan Aluvial Malang bereaksi agak masam, sedangkan
Vertisol Ngawi dan Aluvial Grobogan bereaksi netral. Tanah di empat lokasi tersebut mis-
kin C-organik, kahat unsur N dan S, kaya unsur P dan Ca, hanya Aluvial Grobogan yang
kahat unsur K (Tabel 2).
Pupuk kandang bereaksi netral, kaya C-organik, N, P, K, S, Ca dan Mg. Unsur hara
yang terkandung di dalam pupuk kandang dapat langsung dimanfaatkan tanaman, tidak
perlu proses dekomposisi, karena nilai nisbah C/N 9,45 (Tabel 3).

Tabel 1. Sifat fisik tanah sebelum tanam di beberapa lokasi MK 2010.


Sifat fisik Alfisol Probolinggo Aluvial Malang Aluvial Grobogan Vertisol
Ngawi
Khj (cm/jam) 6,6 0,8 0,1 0,1
Bobot isi (g/cm3) 1,3 1,0 1,0 0,9
Bobot jenis (g/cm3) 2,5 2,3 2,5 2,4
Porositas (%) 47,7 54,5 60,6 61,3
Penetrasi (kg/cm2) 12,0 4,0 5,0 4,0
Kadar air pF 2,5 (%) 36 48 54 57
Kadar air pF 4,2 (%) 17 22 21 25
Kapasitas menahan air (%) 19 26 33 32
Fraksi pasir (%) 54 31 1 3
Fraksi debu (%) 38 24 62 10
Fraksi liat (%) 8 45 36 87
Klas tekstur Lempung berpasir Liat Lempung liat Liat
berdebu
Kapasitas menahan air = kadar air pF 2,5 dikurangi kadar air pF 4,2.

154 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 
Tabel 2. Sifat kimia tanah sebelum tanam di beberapa lokasi pada MK 2010.
Sifat kimia Alfisol Aluvial Malang Aluvial Vertisol Ngawi
Probolinggo Grobogan
pH H2O 6,3 6,5 7,5 7,2
pH KCl 5,8 5,9
N-total (%) 0,14 0,25 0,161 0,126
C-organik (%) 1,70 1,70 0,72 0,93
P2O5 Bray-1 (ppm) 17,7 34,7 13,5 129
SO4 (ppm) 26,9 31,4 136 21,4
K (me/100 g) 0,62 0,65 0,28 0,61
Ca (me/100 g) 22,1 15,8 57,92 52,61
Mg (me/100 g) 0,62 0,66 5,08 6,38
KTK (me/100 g) 23,9 29,6 54,3 63,5

Tabel 3. Kandungan unsur hara pupuk kandang, MK 2010.


Sifat kimia Pupuk kandang Sifat kimia Pupuk kandang
pH H2O 7,2 SO4 (%) 18,8
N-total (%) 0,725 K (%) 4,67
C-organik (%) 6,85 Ca (%) 3,43
C/N 9,45 Mg (%) 2,34
P2O5 Bray-1 (%) 2,50 KTK (me/100 g) 62,3

Tabel 4. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan kedelai varietas
Gema di tanah Alfisol Probolinggo, MK 2010.
Daya Bobot ke-
Tinggi tnm Jml tnm
Perlakuan tumbuh ring tajuk
(cm) dipanen /ha
(%) (g/tnm)
Kontrol (tanpa pupuk) 70,6 7,13 bc 58,4 c 317408
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 67,4 7,19 bc 66,9 ab 305185
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 67,6 6,01 c 62,0 abc 313333
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 67,1 8,79 ab 65,1 ab 311481
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 73,3 6,70 c 64,4 abc 310000
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 75,4 8,83 ab 68,0 a 332593
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 67,7 7,39 abc 62,1 abc 302593
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 79,9 6,94 c 62,1 abc 324074
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 74,4 7,35 abc 67,7 a 322222
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 76,5 7,32 abc 64,3 abc 321111
50 kg ZA+100 kg SP - 18+100 kg KCl/ha 69,0 6,61 c 62,1 abc 323704
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t pukan
66,5 7,55 abc 61,6 abc 321111
dilarik
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t pukan
73,3 8,99 a 62,3 abc 323704
dilarik
25 kg ZA+50 kg SP - 18+2,5 t/ha pukan dilarik 74,6 6,81 c 64,1 abc 307037
25 kg ZA+50 kg SP - 18+5,0 t/ha pukan dilarik 65,3 6,52 c 60,9 bc 310370
Rata-rata 71,2 7,34 63,5 316395
DMRT 5% tn * * tn
KK (%) 11,24 12,24 5,30 6,39
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. tn: tidak nyata; *: nyata

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  155
Perlakuan jenis, takaran, dan cara pemberian pupuk tidak mempengaruhi daya tum-
buh benih kedelai varietas Gema di tanah Alfisol Probolinggo pada MK 2010. Daya
tumbuh benih kedelai di lapang rata-rata 71% (Tabel 4). Pemupukan 25 kg ZA + 50 kg
SP18 + 50 kg KCl + 5,0 t/ha pupuk kandang (dilarik) meningkatkan bobot kering tajuk
1,86 g/tanaman dibanding tanpa pupuk. Tinggi tanaman meningkat 7–10 cm dengan pe-
mupukan 2,5 t/ha dan 7,5 t/ha pupuk kandang dilarik, 5,0 t/ha pupuk kandang ditugal,
dan 5,0 t/ha pupuk kandang disebar. Populasi tanaman dipanen rata-rata 316 ribu
tanaman/ha.
Perlakuan kombinasi takaran dan cara pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK
tidak mempengaruhi hasil biji dan komponen hasil kedelai varietas Gema. Hasil biji
kedelai rata-rata 1,59 t/ha (kadar air 12%), dengan 53 polong isi/tanaman, bobot 100 biji
8,51 g dan bobot biji/tanaman 8,04 g (Tabel 5).
Pada tanah Alfisol Probolinggo (C-organik 1,70%, P2O5 Bray-1 17,7 ppm, K 0,62 me/
100 g, Ca 22,1 me/100 g dan Mg 0,62 me/100 g) pada MK 2010, pemberian pupuk kan-
dang 2,5-7,5 t/ha disebar, dilarik maupun ditugal, tanpa atau dengan pupuk ZA 25-50 kg
+ SP18 50-100 kg + KCl 50-100 kg/ha tidak meningkatkan hasil biji kedelai varietas
Gema.

Tabel 5. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap hasil biji dan komponen hasil
kedelai varietas Gema di tanah Alfisol Probolinggo, MK 2010.
Perlakuan Jumlah Bobot Bobot Hasil
polong 100 biji biji biji
isi/tnm (g) (g/tnm) (t/ha)
Kontrol (tanpa pupuk) 54,7 8,77 8,05 1,60
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 57,3 8,63 8,80 1,73
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 49,7 8,37 7,40 1,68
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 55,6 8,61 8,94 1,61
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 54,5 8,22 8,14 1,47
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 51,8 8,60 8,11 1,39
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 55,3 8,88 9,04 1,58
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 51,6 8,36 7,53 1,63
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 55,2 8,46 8,35 1,70
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 53,3 8,58 7,54 1,64
50 kg ZA+100 kg SP - 18+100 kg KCl/ha 50,0 8,52 7,61 1,61
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t/ha pukan dilarik 52,1 8,19 7,22 1,85
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t/ha pukan dilarik 49,1 8,54 7,57 1,48
25 kg ZA+50 kg SP - 18+2,5 t/ha pukan dilarik 56,5 8,48 8,34 1,47
25 kg ZA+50 kg SP - 18+5,0 t/ha pukan dilarik 50,6 8,50 8,02 1,36
Rata-rata 53,2 8,51 8,04 1,59
DMRT 5% tn tn tn tn
KK (%) 7,45 4,90 11,31 10,54
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5% tn: tidak nyata.

Di lahan sawah Vertisol Ngawi bekas padi, perlakuan kombinasi takaran dan cara
pemberian pupuk kandang dengan pupuk NPK tidak mempengaruhi daya tumbuh benih
dan bobot kering tajuk tanaman pada umur 40 HST. Daya tumbuh benih rata-rata 83%
dengan bobot kering tajuk 3,52 g/tanaman (Tabel 6).
Tanah Vertisol Ngawi pada MK 2010 bereaksi netral, miskin C-organik (0,93%), kahat
unsur N dan S, tetapi kaya unsur P, K, Ca dan Mg (129 ppm P2O5 Bray-1, 0,61 me K/100

156 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 
g, 52,61 me Ca/100 g dan 6,38 me Mg/100 g) (Tabel 2). Pada kondisi tersebut pemberian
pupuk kandang 2,5-7,5 t/ha dengan cara disebar, dilarik maupun ditugal, tanpa atau
dengan pupuk ZA 25-50 kg + SP18 50-100 kg + KCl 50-100 kg/ha tidak meningkatkan
hasil biji, komponen pertumbuhan dan komponen hasil kedelai. Reddy et al. (2000) mela-
porkan, untuk meningkatkan hasil biji kedelai di tanah Vertisol dari 1,13 t/ha menjadi 1,77
t/ha memerlukan tambahan pupuk kandang 8 t/ha. Apabila pupuk kandang yang ditam-
bahkan 16 t/ha, maka hasil biji kedelai meningkat menjadi 1,98 t/ha.
Tingkat hasil biji kedelai di tanah Vertisol Ngawi cukup tinggi, rata-rata 2,23 t/ha. Hal
ini didukung oleh tingginya bobot biji/tanaman dan ukuran biji, meskipun jumlah tanaman
dipanen lebih sedikit dibanding di tanah Alfisol Probolinggo, yaitu sekitar 260 ribu
tanaman/ha. Tinggi tanaman mencapai 45 cm dengan 44 polong isi/tanaman, bobot 100
biji 12,53 g dan bobot biji/tanaman 10,6 g (Tabel 6 dan 7). Kesuburan kimia tanah
Vertisol Ngawi lebih baik dibanding Alfisol Probolinggo, dan menghasilkan biji kedelai
0,64 t/ha lebih tinggi.

Tabel 6. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan kedelai varietas
Gema di tanah Vertisol Ngawi, MK 2010.
Daya Tinggi
Bobot kering Jml tnm
Perlakuan tumbuh tnm
tajuk (g/tnm) dipanen/ha
(%) (cm)
Kontrol (tanpa pupuk) 79,2 3,31 43,5 239931
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 90,4 3,67 46,0 252083
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 87,8 3,45 45,7 275347
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 84,8 2,83 44,3 266319
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 78,6 3,91 45,3 255556
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 90,6 3,39 45,5 247569
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 81,7 3,70 46,8 262153
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 80,6 4,03 43,3 247222
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 82,3 3,48 46,0 288542
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 88,6 3,56 42,4 297569
50 kg ZA+100 kg SP18+100 kg KCl/ha 83,5 3,37 47,5 215625
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t pukan
80,5 3,62 41,5 249306
dilarik
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t pukan
81,2 4,16 42,8 273263
dilarik
25 kg ZA+50 kg SP18+2,5 t/ha pukan dilarik 80,6 2,69 45,7 247917
25 kg ZA+50 kg SP18+5,0 t/ha pukan dilarik 79,5 3,64 44,6 316667
Rata-rata 83,3 3,52 44,7 262338
DMRT 5% tn tn tn tn
KK (%) 6,56 16,51 7,50 10,50
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. tn: tidak nyata.

Tekstur tanah Aluvial Grobogan lempung liat berdebu (kandungan fraksi debu 62%)
dengan kapasitas menahan air 33% (Tabel 1). Kandungan fraksi debu yang tinggi menga-
kibatkan tanah menjadi gembur, ditambah kondisi tanah lembab sehingga menjadi opti-
mal untuk perkecambahan benih kedelai. Daya tumbuh benih kedelai varietas Gema di
lapang mencapai 89%. Perlakuan kombinasi takaran, jenis dan cara pemberian pupuk
kandang dan pupuk NPK tidak mempengaruhinya. Apabila disebar pupuk kandang perlu
diberikan 7,5 t/ha agar dapat memperbaiki pertumbuhan kedelai. Apabila pupuk kandang

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  157
dilarik atau ditugal, maka takaran 2,5 t/ha dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman
(Tabel 8).
Tabel 7. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap hasil biji dan komponen hasil
kedelai varietas Gema di tanah Vertisol Ngawi, MK 2010.
Jumlah
Bobot 100 Bobot biji Hasil biji
Perlakuan polong
biji (g) (g/tnm) (t/ha)
isi/tnm
Kontrol (tanpa pupuk) 48,5 12,87 12,21 2,00
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 42,9 12,61 9,81 2,10
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 42,0 12,45 10,55 2,42
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 43,2 12,78 10,84 2,48
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 43,4 12,80 11,18 2,13
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 46,4 12,33 10,81 2,45
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 39,7 12,72 9,89 2,14
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 45,4 12,90 10,61 2,27
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 43,0 12,34 9,51 2,27
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 43,8 12,79 11,41 2,28
50 kg ZA+100 kg SP18+100 kg KCl/ha 41,9 12,27 9,48 2,02
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t/ha pukan
42,2 12,42 9,93 1,89
dilarik
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t/ha pukan
40,8 12,21 9,77 2,03
dilarik
25 kg ZA+50 kg SP18+2,5 t/ha pukan dilarik 45,8 12,15 11,62 2,48
25 kg ZA+50 kg SP18+5,0 t/ha pukan dilarik 43,8 12,53 10,93 2,46
Rata-rata 43,5 12,54 10,57 2,23
DMRT 5% tn tn tn tn
KK (%) 12,22 3,20 11,41 11,71
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. tn: tidak nyata.

Jumlah tanaman dipanen sekitar 310 ribu tanaman/ha. Pemberian pupuk kandang dan
pupuk NPK tidak meningkatkan tinggi tanaman dan bobot 100 biji. Tinggi tanaman rata-
rata 46 cm dengan bobot 100 biji 10,3 g (Tabel 8 dan 9). Sebaliknya, pemupukan mem-
pengaruhi jumlah polong isi dan hasil biji kedelai. Jumlah polong isi terbanyak 29 polong
isi/tanaman, nyata lebih banyak dibanding kontrol, dicapai dengan pemberian 7,5 t/ha
pupuk kandang disebar atau ditugal.
Pada tanah Aluvial Grobogan yang bereaksi netral, miskin C-organik (0,72%), kahat
unsur N (0,161%) dan K (0,28 me/100 g), tetapi kaya unsur P, Ca dan Mg (13,5 ppm
P2O5 Bray-1, 57,92 me Ca/100 g dan 5,08 me Mg/100 g) (Tabel 2), pemberian pupuk
kandang 2,5-7,5 t/ha disebar tidak meningkatkan hasil biji (Tabel 9). Namun, pemberian
pupuk kandang 7,5 t/ha dilarik atau pupuk kandang 5,0-7,5 t/ha ditugal meningkatkan
hasil biji kedelai varietas Gema 0,35-0,37 t/ha. Apabila pupuk kandang 2,5-5,0 t/ha dilarik
dikombinasi dengan pupuk ZA 25-50 kg, SP18 50-100 kg dan KCl 50-100 kg/ha, maka
peningkatan hasil biji kedelai tidak diperoleh. Kenaikan hasil biji dengan pemberian pupuk
kandang 7,5 t/ha ditugal ditunjang oleh naiknya jumlah polong isi dan bobot biji/tanaman.

158 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 
Tabel 8. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan kedelai varietas
Gema di tanah Aluvial Grobogan, MK 2010.
Perlakuan Daya Bobot kering Tinggi Jml tnm
tumbuh (%) tajuk (g/tnm) tnm (cm) dipanen /ha
Kontrol (tanpa pupuk) 90,0 2,03 e 43,7 326389
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 90,0 3,01 bcd 46,0 317361
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 91,7 3,51 ab 47,0 297222
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 86,7 3,84 a 48,6 312153
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 88,4 2,98 bcd 45,6 279861
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 86,7 2,53 cde 46,3 317708
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 85,0 3,19 abc 46,0 303125
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 88,3 2,33 de 43,2 327083
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 88,3 2,61 cde 43,4 336111
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 91,6 3,36 ab 46,8 339931
50 kg ZA+100 kg SP - 18+100 kg KCl/ha 96,6 2,40 de 45,2 325000
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t 88,4 2,96 bcd 47,5 289583
pukan dilarik
25 kg ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t 86,7 3,58 ab 46,7 281250
pukan dilarik
25 kg ZA+50 kg SP - 18+2,5 t/ha pukan 86,6 2,35 de 41,2 329861
dilarik
25 kg ZA+50 kg SP - 18+5,0 t/ha pukan 90,0 3,50 ab 47,5 305556
dilarik
Rata-rata 89,0 2,94 45,6 312546
DMRT 5% tn * tn tn
KK (%) 4,43 12,52 5,70 11,49
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%. tn: tidak nyata, *: nyata

Pada tanah Aluvial Malang, daya tumbuh benih kedelai di lapangan mencapai 95%
(Tabel 10). Akan tetapi perlakuan kombinasi takaran, jenis dan cara pemberian pupuk
kandang dan pupuk anorganik NPK tidak mempengaruhi daya tumbuh benih. Pertum-
buhan awal yang optimal dan pemeliharaan maksimal memungkinkan kedelai tumbuh
optimal sampai fase reproduktif. Akibatnya rata-rata bobot kering tajuk mencapai 5,68
g/tanaman. Pemberian pupuk kandang 7,5 t/ha ditugal dan 25 kg ZA + 50 kg SP18 + 50
kg KCl/ha + 2,5 t/ha pupuk kandang dilarik meningkatkan bobot kering tajuk dari 5,28
g/tanaman (perlakuan kontrol) menjadi 6,65-6,91 g/tanaman.
Pemberian pupuk kandang 2,5-7,5 t/ha disebar, dilarik maupun ditugal, tanpa atau
dengan pupuk ZA 25-50 kg + SP18 50-100 kg + KCl 50-100 kg/ha tidak meningkatkan
hasil biji, komponen pertumbuhan dan komponen hasil kedelai varietas Gema. Hasil biji
kedelai tergolong sedang, rata-rata 1,72 t/ha. Hal ini didukung oleh daya tumbuh benih
95% dan jumlah tanaman dipanen sekitar 300 ribu tanaman/ha. Bobot kering tajuk rata-
rata 5,68 g/tanaman, tinggi tanaman 68 cm, 48 polong isi/tanaman, bobot 100 biji 10,28 g
dan bobot biji/tanaman 9,75 g (Tabel 10 dan 11).

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  159
Tabel 9. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap hasil biji dan komponen hasil
kedelai varietas Gema di tanah Aluvial Grobogan, MK 2010.
Perlakuan Jumlah Bobot Bobot biji Hasil biji
polong 100 biji (g/tnm) (t/ha)
isi/tnm (g)
Kontrol (tanpa pupuk) 21,4 de 10,48 4,34 bcd 0,95 b
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 22,9 bcde 10,14 4,53 bcd 1,10 ab
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 26,3 abc 10,35 5,09 abc 1,14 ab
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 25,4 abcd 10,72 5,41 ab 1,32 a
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 27,2 ab 9,76 5,41 ab 1,17 ab
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 25,5 abcde 10,38 5,41 ab 1,31 a
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 28,6 a 10,56 5,83 a 1,30 a
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 24,2 abcde 10,52 5,21 abc 1,12 ab
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 24,8 abcd 10,91 5,79 a 1,14 ab
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 28,7 a 10,51 6,08 a 1,13 ab
50 kg ZA+100 kg SP - 18+100 kg KCl/ha 19,7 e 10,22 3,85 d 0,98 b
25ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t/ha pukan dilarik 21,9 cde 9,68 4,19 cd 1,05 b
25ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t/ha pukan dilarik 25,2 abcd 10,37 5,10 abc 1,17 ab
25 kg ZA+50 kg SP - 18+2,5 t/ha pukan dilarik 21,4 de 10,31 4,16 cd 0,94 b
25 kg ZA+50 kg SP - 18+5,0 t/ha pukan dilarik 24,4 abcd 10,31 5,14 abc 1,09 ab
Rata-rata 24,5 10,34 5,03 1,13
DMRT 5% * tn * *
KK (%) 9,85 5,71 12,00 10,81
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%. tn: tidak nyata, *: nyata

Tabel 10. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan kedelai varietas
Gema di tanah Aluvial Malang, MK 2010.
Perlakuan Daya Bobot kering Tinggi Jml tnm
tumbuh tajuk (g/tnm) tnm (cm) dipanen/ha
(%)
Kontrol (tanpa pupuk) 96,4 5,28 cd 67,9 320741
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 93,0 5,73 abcd 69,8 285185
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 97,4 6,00 abcd 68,6 310370
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 95,2 4,96 d 66,2 309259
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 93,1 5,23 cd 66,6 310000
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 95,3 5,43 bcd 72,4 301852
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 94,5 6,91 a 67,8 316667
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 94,4 6,26 abc 68,6 304074
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 97,1 5,63 bcd 66,3 317407
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 94,0 5,23 cd 63,0 311481
50 kg ZA+100 kg SP - 18+100 kg KCl/ha 96,5 5,53 bcd 70,1 305926
25 ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t pukan dilarik 93,3 6,65 ab 68,3 324815
25 ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t pukan dilarik 95,1 5,18 cd 65,3 307407
25 kg ZA+50 kg SP - 18+2,5 t/ha pukan dilarik 93,6 6,02 abcd 68,3 325556
25 kg ZA+50 kg SP - 18+5,0 t/ha pukan dilarik 97,4 5,23 cd 69,0 320370
Rata-rata 95,1 5,68 67,9 311407
DMRT 5% tn * tn tn
KK (%) 3,26 11,44 5,34 5,37
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata (DMRT 5%). tn: tidak nyata, *: nyata.

160 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 
Pada fase berbunga penuh (umur 40 HST) dilakukan pengambilan contoh tanaman
untuk pengamatan bobot kering tajuk dan serapan NPK. Pada tanah Alfisol Probolinggo,
serapan unsur hara N, P dan K berkisar antara 0,149−0,246 g N, 0,029−0,047 g P dan
0,171−0,363 g K (Tabel 12). Pada tanah Vertisol Ngawi, tanaman kedelai dengan pertum-
buhan optimal menyerap 0,077−0,146 g N, 0,009−0,015 g P dan 0,038−0,071 g K.
Sebaliknya, pada tanah Aluvial Grobogan, dengan pertumbuhan tidak optimal, tanaman
menyerap 0,059−0,214 g N, 0,005−0,010 g P/tanaman dan 0,052−0,101 g K/tanaman.
Pada tanah Aluvial Malang, kedelai varietas Gema menyerap 0,162−0,315 g N,
0,019−0,028 g P dan 0,101−0,191 g K /tanaman.

Tabel 11. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap hasil biji dan komponen hasil
kedelai varietas Gema di tanah Aluvial Malang, MK 2010.
Perlakuan Jumlah Bobot Bobot biji Hasil
polong 100 biji (g/tnm) biji
isi/tnm (g) (t/ha)
Kontrol (tanpa pupuk) 45,4 10,58 9,41 1,59
2,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 49,6 9,90 10,29 1,81
5,0 t/ha pupuk kandang, dilarik 49,8 9,98 10,44 1,88
7,5 t/ha pupuk kandang, dilarik 45,3 10,48 9,36 1,74
2,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 46,0 10,25 9,22 1,70
5,0 t/ha pupuk kandang, ditugal 47,6 10,35 9,80 1,82
7,5 t/ha pupuk kandang, ditugal 49,6 10,29 10,39 1,68
2,5 t/ha pupuk kandang, disebar 42,6 10,37 8,84 1,71
5,0 t/ha pupuk kandang, disebar 48,0 10,51 9,15 1,69
7,5 t/ha pupuk kandang, disebar 47,2 10,23 9,94 1,84
50 kg ZA+100 kg SP - 18+100 kg KCl/ha 49,5 10,14 10,38 1,70
25ZA+50 SP18+50 kg KCl+2,5 t/ha pukan dilarik 47,5 10,26 9,75 1,58
25ZA+50 SP18+50 kg KCl+5,0 t/ha pukan dilarik 50,1 10,24 10,09 1,62
25 kg ZA+50 kg SP - 18+2,5 t/ha pukan dilarik 47,7 10,47 9,59 1,60
25 kg ZA+50 kg SP - 18+5,0 t/ha pukan dilarik 48,4 10,13 9,62 1,78
Rata-rata 47,6 10,28 9,75 1,72
DMRT 5% tn tn tn tn
KK (%) 9,66 3,11 10,53 10,22
Angka sekolom yang didampingi huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%; tn: tidak nyata.

Analisis regresi menunjukkan bahwa hasil biji kedelai varietas Gema merupakan fungsi
dari nisbah kadar P/K dan serapan N dalam tanaman pada umur 40 HST. Model linier
yang diperoleh adalah Y = - 0,689 + 26,5 kadar P/K – 58,3 (kadar P/K)2 – 1,35 serapan
N, R2 = 73,2 % (Gambar 1). Dugaan hasil biji maksimum akan diperoleh apabila nisbah
kadar P/K dalam tanaman kedelai mencapai 0,227.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  161
Tabel 12. Serapan unsur NPK oleh tanaman kedelai varietas Gema pada fase berbunga penuh
pada beberapa lokasi, MK 2010.
Jenis tanah / Keterangan Serapan unsur (g/tnm) Hasil biji
Lokasi N P K (t/ha)
Alfisol Terrendah 0,149 0,029 0,171 1,59
Probolinggo Tertinggi 0,246 0,047 0,363
Rata-rata 0,190 0,037 0,274
Vertisol Ngawi Terrendah 0,077 0,009 0,038 2,23
Tertinggi 0,146 0,015 0,071
Rata-rata 0,115 0,012 0,055
Aluvial Terrendah 0,059 0,005 0,052 1,13
Grobogan Tertinggi 0,214 0,010 0,101
Rata-rata 0,101 0,007 0,070
Aluvial Malang Terrendah 0,162 0,019 0,101 1,72
Tertinggi 0,315 0,028 0,191
Rata-rata 0,211 0,021 0,129

Pada saat panen dilakukan pengukuran penetrasi tanah menggunakan penetrometer.


Pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK dengan berbagai cara pengelolaan tidak
mempengaruhi penetrasi tanah Alfisol Probolinggo. Tingginya nilai penetrasi tanah dapat
menghambat perkembangan akar kedelai dan penggunaan pupuk kandang dapat mengu-
rangi tingkat penetrasi tanah. Pada penelitian ini, penggunaan pupuk kandang 2,5−5,5 t/ha
tidak mempengaruhi penetrasi tanah setelah satu musim tanam kedelai. Nilai penetrasi tanah
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah dari 4,03 kg/cm2 pada
kedalaman 10 cm menjadi 4,87 kg/cm2 pada kedalaman 20 cm (Tabel 13). Pada lahan kering
Alfisol Gresik, pemberian pupuk kandang 5 t/ha dapat menurunkan penetrasi tanah dari 3,5
kg/cm2 menjadi 1,3 kg/cm2 pada kedalaman 5 cm, dan dari 4,5 kg/cm2 menjadi 2,5 kg/cm2
pada kedalaman 15 cm (Adisarwanto dkk. 2010).

3,5

2,5
Hasil biji (t/ha)

1,5 0,3
0,2
0,1
Serapan N (g/tnm)
0,1
0 1
0,2 0,0
Nisbah kadar P/K
K dlm tnm 0,3

Gambar 1. Pengaruh nisbah kadar P/K dan serapan N terhadap hasil biji kedelai
varietas Gema pada MK 2010.

162 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 
Perlakuan kombinasi takaran dan cara pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK
tidak mempengaruhi penetrasi tanah Vertisol Ngawi. Pada kedalaman 10 cm, penetrasi
tanah rata-rata 1,92 kg/cm2 dan 0,97 kg/cm2 pada kedalaman 20 cm. Tanah Vertisol
Ngawi lapisan atas pada saat panen kering, keras dan padat, sedangkan lapisan bawah
lebih lembab sehingga lebih lunak. Di bawah kedalaman 20 cm tanah tergenang air.
Akibatnya tingkat penetrasi tanah lapisan atas lebih tinggi dibanding lapisan bawah. Hal
sebaliknya dijumpai pada tanah Alfisol Probolinggo.
Seperti halnya di tanah Vertisol Ngawi, penetrasi tanah lapisan atas (kedalaman 10 cm,
2,59 kg/cm2) tanah Aluvial Grobogan juga lebih tinggi dibanding lapisan bawah
(kedalaman 20 cm, 0,88 kg/cm2). Pemberian pupuk kandang 7,5 t/ha disebar menurunkan
penetrasi tanah lapisan atas dari 2,66 kg/cm2 (perlakuan kontrol) menjadi 2,16 kg/cm2.
Pada tanah Aluvial Malang, penetrasi tanah tidak dipengaruhi oleh perlakuan kombinasi
takaran, jenis dan cara pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK. Penetrasi tanah
lapisan atas (kedalaman 10 cm) 0,59 kg/cm2, lebih rendah dibanding lapisan bawah
(kedalaman 20 cm), yaitu 1,13 kg/cm2.

Tabel 13. Penetrasi tanah setelah panen kedelai varietas Gema di beebrapa lokasi, MK 2010
Jenis tanah / Lokasi Keterangan Penetrasi tanah (kg/cm2) Hasil biji (t/ha)
10 cm 20 cm
Alfisol Probolinggo Terrendah 3,55 4,69 1,59
Tertinggi 4,37 5,00
Rata-rata 4,03 4,87
Vertisol Ngawi Terrendah 1,36 0,70 2,23
Tertinggi 2,38 1,18
Rata-rata 1,92 0,97
Aluvial Grobogan Terrendah 2,16 0,77 1,13
Tertinggi 2,96 1,03
Rata-rata 2,59 0,88
Aluvial Malang Terrendah 0,43 0,99 1,72
Tertinggi 0,90 1,54
Rata-rata 0,59 1,13

Perlakuan kombinasi takaran, jenis dan cara pemberian pupuk kandang dengan pupuk
NPK tidak mempengaruhi hasil biji kedelai di tanah Alfisol Probolinggo, Vertisol Ngawi
dan Aluvial Malang pada MK 2010. Perlakuan tersebut mempengaruhi hasil biji kedelai di
tanah Aluvial Grobogan.
Pada tanah Aluvial Grobogan pemberian pupuk kandang 7,5 t/ha dilarik atau pupuk
kandang 5,0−7,5 ditugal meningkatkan hasil biji kedelai 0,35−0,37 t/ha. Hasil biji pada
perlakuan pemberian pupuk kandang dilarik tidak berbeda dengan ditugal dan keduanya
lebih baik dibanding cara disebar.
Sifat kimia ketiga jenis tanah pada lokasi penelitian bereaksi agak masam sampai
netral, miskin C-organik dan kahat unsur N dan S, kaya unsur K (kecuali tanah Aluvial
Grobogan), P dan Ca (Tabel 2). Akan tetapi pemberian pupuk kandang 2,5−7,5 t/ha tidak
meningkatkan hasil biji kedelai pada semua lokasi. Hal tersebut disebabkan antara lain
oleh takaran pupuk belum berpengaruh terhadap hasil biji kedelai. Hasil penelitian
menunjukkan, pada lahan sawah Entisol dan Vertisol, peningkatan hasil kedelai memer-
lukan 10−20 t kotoran ayam/ha dengan cara dilarik (Kuntyastuti dan Sunaryo 2000;

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  163
Kuntyastuti 2001, 2002; Kuntyastuti dan Rahmianna 2001 dan Margono et al. 2002). Ber-
dasarkan massa tanah, peningkatan produktivitas tanah dan hasil biji kedelai di tanah
Entisol Banyuwangi membutuhkan 40 t kotoran ayam/ha atau 10,8 t arang sekam/ha
(setara 40 t sekam/ha) (Kuntyastuti 1999). Pada lahan sawah Aluvial Pasuruan, pemberian
10 t kotoran ayam + 150 kg KCl + 40 kg tepung belerang/ha meningkatkan hasil biji
kedelai menjadi 3,1 t/ha (Kuntyastuti 1998). Kuntyastuti dan Radjit (2001) selanjutnya
melaporkan bahwa pada lahan kering Ultisol Ngawi, hasil biji kedelai 0,55 t/ha pada
perlakuan kontrol. Hasil biji kedelai meningkat 87−196% (0,48−1,08 t/ha) dengan peng-
gunaan kotoran ayam 5−10 t/ha tanpa/dengan P-alam dan ZK-plus 150 kg/ha. Pening-
katan hasil terbanyak diperoleh pada perlakuan kotoran ayam 10 t/ha.
Apabila dicermati lebih lanjut nampak bahwa rata-rata hasil biji kedelai berkorelasi
positif dengan kadar P2O5 Bray-1 tanah sebelum tanam. Persamaan regresi yang diperoleh
adalah Y = 0,188 + 0,4263 Ln (P2O5 Bray-1) dengan R2 = 0,9012 (Gambar 2). Informasi
tersebut mengisyaratkan bahwa kadar P dalam tanah menjadi faktor pembatas produk-
tivitas kedelai dan perlu ditambahkan atau dikombinasi dengan pupuk kandang untuk
memenuhi kebutuhan tanaman.

2.5

2
Hasil biji kedelai (t/ha)

1.5

1
y = 0.4263 Ln(x) + 0.188
0.5 R2 = 0.9012

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Kadar P2O5 Bray-i dlm tanah (ppm)

Gambar 2. Pengaruh kadar P2O5 Bray-1 dalam tanah terhadap hasil biji
kedelai varietas Gema, MK 2010.

KESIMPULAN
6. Pada tanah Alfisol Probolinggo, Aluvial Malang, dan Vertisol Ngawi dengan kandung-
an C-organik 0,7-1,7%, penambahan pupuk kandang 2,5−7,5 t/ha disebar, dilarik
atau ditugal, tanpa atau dengan kombinasi pupuk ZA 25−50 kg, SP -18 50−100 kg
dan KCl 50−100 kg/ha tidak meningkatkan hasil biji kedelai varietas Gema. Pembe-
rian pupuk kandang 7,5 t/ha dilarik atau ditugal meningkatkan hasil 33−39% di tanah
Aluvial Grobogan.
7. Hasil biji kedelai berkorelasi positif dengan kadar P2O5 Bray-1 tanah sebelum tanam
dengan persamaan regresi Y = 0,188 + 0,4263 Ln (P2O5 Bray-1), R2 = 90,1%.
8. Hasil biji kedelai dipengaruhi oleh serapan NPK pada fase berbunga penuh dengan
persamaan regresi Y = - 0,689 + 26,5 kadar P/K – 58,3 (kadar P/K)2 – 1,35 serapan
N, R2 = 73,2%).

164 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., H. Kuntyastuti, Sudaryono, dan Suryantini. 2010. Optimalisasi Takaran pupuk
Organik dan Anorganik pada kedelai Genjah dengan Produktivitas >2,5 t/ha. 48 hlm. Laporan
Akhir Penelitian Dana Ristek. Badan Litbang Pertanian. Deptan.
Asadu, C.L.A., J. Diels and B. Vanlauwe. 1997. A comparison of the contributions of clay, silt and
organic matter to the effective CEC of soils of sub-Saharan Africa. Soil Sci. 162(11):785–794.
Daliparthy, J., S.J. Herbert, and Peter L.M. Veneman. 1994. Dairy manure applications to alfalfa:
crop response, soil nitrate and nitrate in soil water. Agron. J. 86(6):927-933.
Gao, G. and C. Chang. 1996. Changes in CEC and particle size distribution of soils associated with
long−term annual applications of cattle feedlot manure. Soil Sci. 161(2):115−120.
Karama, A.S., A. Rasyid Marzuki dan I. Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman
pangan. Hlm 395−425. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V,
Cisarua, 11−13 Nopember 1990. Puslittanak. Bogor.
Karama, A.S., dan Irawan. 1997. Penguasaan lahan untuk penerapan teknologi dan peningkatan
pendapatan keluarga tani. Hlm. 143−160. Dalam Subagyo H. et al. (Eds.) Prosiding Kongres
Nasional VI HITI, Jakarta, 12−15 Desember 1995. Buku I.
Kuntyastuti, H,, dan L, Sunaryo, 2000, Efisiensi pemupukan dan pengairan pada kedelai di tanah
Vertisol kahat K, Hlm, 205−216, Dalam A,A, Rahmianna dkk, (Peyt,), Pengelolaan Sumber
Daya Lahan dan Hayati pada Tanaman Kacang−kacangan dan Umbi−umbian, Puslitbangtan.
Kuntyastuti, H, 2001, Pengaruh saat pengairan dan pemupukan KCl, kotoran ayam serta sesbania
terhadap kedelai di lahan sawah Vertisol Ngawi, Hlm, 105−112, Dalam N,K, Wardhani dkk,
(Peyt,), Pros, Seminar Nasional Teknologi Pertanian Pendukung Agribisnis Dalam Upaya
Pengembangan Ekonomi Wilayah di Yogyakarta tanggal 14 November 2001, Puslitbangsosek,
Bappeda Prop, DIY dan UPN Veteran Yogyakarta.
Kuntyastuti, H, 2002, Penggunaan pupuk KS anorganik dan kotoran ayam pada kedelai di lahan
sawah Entisol dan Vertisol, Hlm, 111−117, Dalam Rob, Mudjisihono dkk, (Peyt,), Pros,
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Agribisnis di Yogyakarta tanggal 2
November 2002, Puslitbangsosek, Univ, Muhammadiyah Yogyakarta.
Kuntyastuti, H,. dan A.A. Rahmianna. 2001. Pemanfatan pupuk alternatif organik dan anorganik
pada kedelai di lahan sawah. Hlm. 124−134. Dalam I wayan Rediaryanta et al. (Eds) Prosiding
Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Dalam Upaya Optimalisasi Potensi
Wilayah Mendukung Otonomi Daerah di Denpasar. Puslitbangsosek, Univ. Udayana Denpasar.
Latif, A.R., K. Hairiah, dan M. van Noordwijk. 1997. Fraksionasi bahan organik tanah berdasarkan
ukuran dan berat jenis partikel (dalam suspensi silika LUDOX). Hlm. 497−504. Dalam
Subagyo H. et al. (Eds.) Prosiding Kongres Nasional VI HITI, Jakarta, 12−15 Desember 1995.
Buku I.
Liang, B.C., E.G. Gregorich, M. Schnitzer, and H.R. Schulten. 1996. Characterization of water
extracts of two manures and their adsorption on soil. Soils Sci. Am. J. 60(6):1758−1763.
Margono, R., H. Kuntyastuti dan F. Rozy. 2002. Akseptabilitas dan kelayakan penggunaan kotoran
ayam pada kedelai di tingkat petani. Hlm. 297−308. Dalam M. Yusuf et al. (Eds) Teknologi
Inovatif Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Ketahanan Pangan.
Puslitbang Tanaman Pangan.
Notohadiprawiro, T. 2000. Memanfaatkan tanah selaras dengan alam. Hlm. 51−65. Dalam S.
Djakasumantri et al. (Eds) Prosiding Kongres Nasional VII HITI, Bandung, 2−4 November
1999. Buku I.
Partohardjono, S. 1994. Peranan pupuk dalam peningkatan produksi tanaman pangan di
Indonesia. Workshop Penerapan Uji Tanah untuk Meningkatkan Hasil Pertanian dan Meme-
lihara Lingkungan. Cisarua-Bogor, 9−11 November 1994. 18 hlm.
Reddy, D. Damodar, A. Subba Rao, and T.R. Rupa. 2000. Effect of continuous use of cattle manure
and fertilizer phosphorus on crop yields and soil organic phosphorus in a Vertisol. Bioresource
Technology. 75:113−118.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012  165
Shang, C. and H. Tiessen. 1997. Organic matter lability in a tropical Oxisol: evidence from shifting
cultivation, chemical oxidation, particle size, density and magnetic fractionations. Soil Sci.
162(11):795−807.
Sofyan, A., J. Sri Adiningsih, Diah S., Tini P., Sri Rochyati, Dedi M., dan Haryadi. 1997. Perkem-
bangan dan prospek pengelolaan hara terpadu di Indonesia. Hlm. 83−96. Dalam Subagyo, H.
dkk (Penyi. Penatagunaan Tanah sebagai Perangkat Penataan Ruang dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Rakyat. Prosiding Konggres Nasional VI HITI. Buku I. Jakarta.
Subowo, Subagja dan M. Sudjadi. 1990. Pengaruh bahan organik terhadap pencucian hara
tanah Ultisol Rangkasbitung, Jawa Barat. Pembr. Penel. Tanah dan Pupuk. 9:26−32.
Suriadikarta, D.A., D. Setyorini, dan G. Syamsidi. 2004. Pengelolaan hara terpadu untuk mengatasi
kendala produktivitas lahan sawah irigasi di Jawa Timur. Hlm. 277−295. Dalam U. Kurnia et
al. (Eds.) Prosiding seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim, Bogor,
14−15 Oktober 2003. Buku II. Puslittanak.

166 Kuntyastuti et al.: NPK dan Pupuk Kandang pada Hasil Kedelai Varietas Gema 

Anda mungkin juga menyukai