PENDAHULUAN
Kelainan pada genitalia eksternal sangat menggangu bagi penderita terutama untuk
orang tua penderita, yang secara tak sadar telah menggangu emosional mereka, baik dari segi
struktur alat reproduktif ini dan mungkin juga akibat yang akan ditimbul digenerasi masa depan
mereka. Pada janin laki-laki, tubercle memperbesar untuk membentuk penis lipatan genital
menjadi batang dari penis dan lipatan labioscrotal memadukan untuk membentuk scrotum.
Pembentukan terjadi selama 12-16 minggu kehamilan dan testicular hormon yang berperan
besar dalam keadaan ini. Testosterone dan metabolite aktifnya, dihydrotestosterone,
menentukan stabilisasi dan pembentukan penuh genitalia internal dan eksternal. Kelainan pada
fase ini dapat menyebabkan kelainan kongenital yang dapat berpengaruh besar pada
perkembangan fisik maupun psikologis dari si anak sendiri maupun orang tua mereka.
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus.
Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat menjadi
89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun
dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi
akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual.
Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). ( Ngastiyah; 2005 )
1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran umum
tentang asuhan keperawatan klien khususnya pada klien dengan Phimosis dan mampu
menyusun asuhan keperawatan pada kasus klien yang mengalami Phimosis.
1
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasienPhimosis
5. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien Phimosis
6. Untuk mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada pasienPhimosis
7. Untuk mengetahui fokusintervensi pada pasien Phimosis
8. Untuk mengetahui implementasi yang dapat dilakukan pada pasien Phimosis
9. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien Phimosis
10. Untuk mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien Phimosis
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi
Phimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) keproksimal
sampai kekoronaglandis. Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering ditemukan
pada bayi baru lahir atau anak kecil, karena terdapat adesialamiah antara prepusium dengan
glans penis. Dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya. Pada pria
yang lebihtua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menahun. Fimosis bisa mempengaruhi proses
berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan
(sirkumsisi). (Johns Hopkins University Press, 1956)
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel
prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan
prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdi
latasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada
saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi.
Bersama dengan epididimis, testis berada dalam kantung skrotum. Dinding yang
memisahkan testis dengan epididimis disebut tunica vaginalis. Tunica vaginalis dibentuk dari
3
peritoneum abdominalis yang mengadakan migrasi kedalam skrotum saat berkembangnya
genitalia interna pria.
1. Turnika albuginca adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
2. Tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobulus. epitelium germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus
mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma:
sel-sel Sertoli yang menompang dan memberi nutrisi sperma yang sedang
berkembang : dan sel-sel interstisial (leydig), yang memiliki fungsi endokrin.
b. Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens,
saluran ejakulasi dan uretra.
1) Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis.
Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas
deferens.
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang
mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis dengan panjang sekitar 45 cm dan
dimulai dari ujung bawah epididimis kemudian naik sepanjang aspek posterior testis.
Setelah meninggalkan bagian belakang testis, vas deferen melewati chorda spermatica
menuju kedalam abdomen. Setelah menyilang ureter, vas deferen menuju ke duktus vesikula
seminalis.. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari
epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
4
4) Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra
berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk
membuang urin dari kantung kemih.
c. Kelenjar Asesoris
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-
lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
Kelenjar Prostat sebagian struktur berupa kelenjar dan sebagian lainnya otot. Struktur ini
mengelilingi urethra pria. Organ berukuran 2.5x3-5x4.5 cm. Lobus media prostat secara
histologis merupakan zona transisional berbentuk baji yang secara langsung mengelilingi
urethra dan memisahkannya dengan ductus ejaculatorius. Saat terjadi hipertrofi, lobus media
dapat menyumbat aliran urine. Prostat bagian anterior sebagian besar terdiri dari jaringan
fibromuskular. Semua jaringan otot pada vas deferen , prostat , prostat disebitar urethra dan
vesicula seminalis terlibat dalam proses ejakulasi. Sekresi prostat menyumbang 15% volume
total cairan semen.
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung
kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid
yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Menambah cairan alkalis pada cairan
seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada
uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang
2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.
5
3) Kelenjar Cowper
1. Penis
Penis terdiri dari tiga bagian akar batang dan glans penis yang membesar yang banyak
mengandung ujung – ujung saraf sensorik. Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan
spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu
rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang
membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya
banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
1. Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali didekat akar organ. Preposium ( kulup )
adalah lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika
diangkat melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans penis.
2. Badan penis dibentuk dari tiga masa jaringan erektil silindris dua korpus kavernosum
spongiosum vebtral di sekitar uretra.
a. Jaringan erektil adalah jaring – jaring ruang darah ireguler (vinusa sinusoid) yang
diperdarai oleh arteriol aferen dan kapiler didrainase oleh venula dan dikelilingi
jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea
b. Korpus konvernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat disebut tunika albugnea.
3. Mekanisme ereaksi penis. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpuskavernosum
dibawah pengendalian SSO.
b. Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menompangtestis di luar tubuh pada suhu optimum untuk produksi
spermatozoa.
1. Dua kantong skrotal, satiap skrotal berisi satu testis tungggal, dipisahkan oleh
septum internal.
6
2. Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk
membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai respons terhadap udara dingin
atau eksitasi seksual.
2.3 Etiologi
1. Konginetal (fimosisfisiologis)
Fimosis kongenital (fimosisfisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi
normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada
glans penis dan tidakdapatditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya
usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan
epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya
kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai
90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami
fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak
laki-laki berusia5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
2. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian
setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk, peradangan
kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.
2.4 Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah
antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang
dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan
7
perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan
dapat ditarik ke proksimal..
Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi subaseum
kental secara bertahap melonggarkannya.Pada usia 3 tahun, sebagian besar prepusium sudah
dapat di retraksi. Namun pada sebagian anak, perpusium tetap lengket pada glans penis,
sehingga ujung perpusium mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat menggangu fungsi
miksi.
Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, juga dimana terlalu banyak prepusium
tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di bawah prepusium yang
berlebihan.Sehingga pada akhirnya, prepusium menjadi melekat dan fibrotik kronis di bawah
prepusium dan mencegah retraksi
2.7 Penatalaksanaan
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis,
karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis
sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep
Deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6
minggu, prepusium dapat diretraksi spontan. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi,
menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi
postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau prostitis
harus diberi antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi.
8
2.8 Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan
1. Perawatan Rutin
2. Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring
dengan popok basah untuk waktu yang lama.
3. Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi
terhadap aliran keluar.
4. Sirkumsisi Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut
untuk mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah.
5. Perawatan Pra Bedah Rutin
6. Perawatan Pasca Bedah
Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi dan Observasi termasuk adanya perdarahan.
Pembalut diangkat jika basah dengan urin dan lap panggul berguna untuk
membersihkan penis dan mendorong terjadinya penyembuhan. Popok perlu sering
diganti.
7. Komplikasi yang terjadi termasuk ulserasi meatus.
Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar epithelium glans. Untuk menimbulkan
nyeri pada saat berkemih kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan
retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi
dengan meatotomi dan dilatasi.
8. Bimbingan bagi orang tua.
Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap untuk
pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi.
Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika hal
ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
9
1. Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.
2. Jumlah : Menurun.
3. Intensitas : Adanya nyeri saat BAK.
4. Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.
5. Kaji perdarahand) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
5. Obsevasi adanya manifestasi:
1. Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan deras.
2. Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi,
3. Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi
1. Pre Operasi
1. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria.
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
2. Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan eliminasi urine
lancar.
Kriteria Hasil :
10
Keterangan skala :
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
Intervensi :
2. Diagnosa II
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kecemasan
pasien berkurang.
Kriteria Hasil :
4) Tidur adekuat.
Keterangan skala:
11
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
Intervensi :
6) Temani pasien.
3. Diagnosa III
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keluarga dan
pasien mengerti akan tindakan yang akan dilakukan.
Kriteria hasil :
4) Mendeskripsikan komplikasi.
Keterangan skala:
12
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
7) Instruksikan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.
B. Post operasi
1. Diagnosa 1
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
Keterangan skala :
2: jarang dilakukan
13
3: kadang dilakukan
4: sering dilakukan
5: selalu dilakukan
Intervensi :
2. Diagnosa II
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Keterangan skala:
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
14
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
Intervensi :
3. Diagnosa III
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keterangan skala:
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
Intervensi :
15
2) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat.
4) Monitor TTV.
BAB III
LAPORAN KHASUS
Seorang anak laki-laki berinisial An. A berumur 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit Respati pada
tanggal 2 Oktober 2012. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing
karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A deman
sejak 2 hari yang lalu.Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang.
An. A tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari karena nyeri yang dirasakannya. Terlihat
adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan.
Wajah An. A tampak pucat dan An.A terlihat lemas.
Dari Pemereriksaan Fisik: BB : 15 kg,TB :120cm,
TTV:TD: 80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X diberikan terapi obat
Salep Deksametasone 0,1%.
A. Pengkajian
Nama Perawat : Ns. Fera
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2012
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
1. Biodata Pasien
Nama : An. A
Usia/jenis kelamin : 3 Tahun/Laki-laki
Agama : Islam
16
Pendidikan : Belum Sekolah
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta
Diagnosa Medis : Phimosis
Jam/Tanggal Masuk RS :09.00 / 2 Oktober 2012
No. RM : 081916
Penanggung Jawab
Nama : Ny. X
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta
Hubungan dengan Klien : Ibu
2. Keluhan Utama
An. A mengatakan sakit pada penisnya terutama pada prepusiumnya dan terasa nyeri saat
mau kencing.
3. Riwayat Kesehatan :
17
T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul, Wajahnya An. A tampak menahan nyeri (meringis)
dan sering menangis
GENOGRAM :
Keterangan :
18
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Garis tinggal 1 rumah
: Klien dengan Phimosis
Keluarga An.A terdiri dari kakek, nenek, ayah dan ibu. An.A merupakan anak kedua
4. Nutrisi
Sebelum sakit kebutuhan nutrisi An.A dibantu oleh ibunya. An.A biasanya makan 3 x
sehari. Berat badan An.A 15 kg. Namun, sejak An.A sakit berat badannya turun hingga 14 kg.
Bapak An.A mengatakan bahwa An.A suka jika diberikan makanan ringan dan minuman
bersoda. Sejak kecil An.A alergi terhadap udang. Sebelum sakit nafsu makan An.A sangat baik.
19
Akan tetapi setelah sakit An.A susah makan, hanya menghabiskan ¼ porsi dari makanan yang
di sediakan RS. An.A sering mual. An.A belum bisa memenuhi kebutuhan makannya sendiri.
6. Oksigenasi
Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau
sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum.
7. Eliminasi urine
Ny.X mengatakan frekuensi berkemih An.A adalah 250 cc per hari. Warna urine An.A
keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan
terasa gatal. An.A merasakan nyeri saat berkemih. An. A berkemih 2x dalam sehari. Kebutuhan
pemenuhan eliminasi urine An.A dibantu oleh ibunya. An. A tidak terpasang kateter untuk
menguangi terjadinya risiko infeksi pada penis.
8. Eliminasi fekal/bowel
Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari. Warna
BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas. Kebutuhan pemenuhan eliminasi An.A dibantu
oleh ibunya. Setelah sakit ibu An.A mengatakan bahwa An.A jarang BAB, kadang-kadang
hanya 2 hari sekali.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
TD : 80/50 mmHg
20
RR : 24x/menit
S : 38,50 C
N : 90x/menit
b. Kepala
Keadaan kepala An. A tidak ditemukan kelainan yaitu tidak terdapat hematoma, lesi
maupun kotor, keadaan mata tidak anemis, sklera anikterik. Keadaan hidung, tidak ada septum
dan epistaksis, telinga simetris, bersih dan pendengaran klien baik. Tidak terdapat gangguan
pada mulut yang ditandai dengan: tidak terdapat caries dentis, tidak menggunakan gigi palsu
dan pada bibir tidak terjadi sianosis atau stomatitis, mukosa bibir kering karena kurangnya
intake cairan.
c. Leher
Tidak ada gangguan pada leher yang ditandai dengan; tidak terdapat pembesaran tiroid,
tidak ada pelebaran JVP dan lesi. Tidak ada gangguan pada Tenggorokan yang ditandai
dengan tidak terdapat pembesaran tonsil dan hiperemis.
d. Dada
I: Pada inspeksi, pada dada tidak lesi, oedema ataupun kemerahan.
P: Pada saat palpasi dada dan paru tidak ada pembesaran jantung dan rongga dada.
P: Pada saat perkusi, tidak ada udara, cairan atau masa padat.
A: Pada pemeriksaan auskultasi bunyi dada kanan dan kiri vasikuler.
e. Abdomen
I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen tidak sikatrik, tidak terdapat benjolan ataupun lesi.
A: Pada saat auskultasi, peristaltic usus 16x/menit
21
P: Pada palpasi tidak ada hepatomogali dan nyeri tekan.
P: Pada perkusi timpani tidak ada hypertimpani atau pekak
f. Genetalia
Klien mengalami phimosis, prepusium tidak bisa ditarik. Tidak terdapat hypospadia,
epispadia, hernia, hydrocell dan tumor.
g. Rektum
Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor.
h. Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah
Lengan kanan tidak terpasang infuse.
Sosial :
An.A sehari-harinya bermain dan diasuh oleh ibunya. Kebiasaan lingkungan yang tidak
disukai An.A adalah banyaknya pemulung yang sering mencari sampah di depan rumahnya.
Pada saat di rumah sakit An.A tidak terlihat kooperatif, An.A hanya diam di tempat tidur karena
sakit yang dirasakannya sehingga An.A merasa kurang nyaman dengan kondisinya.
Budaya :
Suku bangsa An.A adalah Sunda. Sedangkan kebudayaan yang diikuti An.A adalah
budaya Jawa. Ada beberapa kebudayaan An.A yang merugikan kesehatannya. Salah satunya
yaitu adanya kebiasaan dalam keluarganya makan makanan serba manis.
Spiritual :
22
An.A belum mengerti tentang ibadah. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A senang jika diajak
mengikuti pengajian di kelurahan. An.A belum mengerti dengan penyakit yang sedang
dialaminya. Namun saat di rumah sakit An.a terlihat diam dan tidak bersemangat.
23
6. Pemeriksaaaan Penunjang
a. Hasil labolatorium
Parameter Hasil Satuan Nilai normal interpretasi
Darah Lengkap
Hb 13,1 13-17 Normal
AL (angka leukosit) 13,5 4-11 Naik
AE (angka eritrosit) 5,20 4,5-5,5 Normal
AT (angka trombosit) 402 150-450 Normal
Hematokrit 41,4 42-52 Turun
Albumin 3,5 3,5-5,5 Normal
Natrium 132,0 135-148 Normal
Kalium 3,5 3,5-5,3 Normal
Klorida 98,3 98-107 Normal
7. Terapi Medis
Saat di UGD An. A dilakukan pemeriksaan fisik dan diberikan terapi obat: Obat Salep Deksametasone
0,1%.
B. Analisa Data
Nama Klien : An. A Register : 081916
Umur : 3 tahun Diag.Medis : Phimosis
Ruang Rawat : Anggrek Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul,Yogyakarta
24
AM
2-10- DS : Agen Cedera Nyeri Akut
12/ 1. Ny. X mengatakan anaknya sudah 2 Biologis
09.10 hari merasakan sakit perut bagian
bawah dan mual.
2. An.A selalu menangis saat mau
kencing (BAK)
3. Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya
sering menangis dan tampak gelisah,
dan sulit tidur pada malam hari
P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada
bagian sekitar peni
Q : An. A tidak kooperatif
R : An. A mengatakan nyeri pada bagian
penisnya.
S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan
Skala Nyeri Baker Wong)
T : An. A mengatakan nyerinya hilang
timbul.
DO :
An. A Tampak menahan nyeri (meringis)
dan terkadang menangis
2. Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium
tidak bisa ditarik ke belakang Skala nyeri 6
3. TTV :
S = 38,80C
RR = 24x/mnt
N = 90x/mnt
DS : Obstruksi Anatomik Gangguan
Ibu An.A mengataan bahwa An.a selalu Eliminasi Urine
menangis jika akan kencing karena nyeri
akibat air kencing yang sulit keluar.
Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya
berkemih 2x dalam sehari.
DO :
25
An. A sulit untuk berkemih. Warna urine
An.A keruh
DS : Penyakit Hipertermia
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A
mengalami deman sejak 2 hari yang lalu.
DO :
Wajah An.A terlihat pucat dn lemas.
S= 38,50C.
DS : Gangguan
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A hanya Pola Tidur
tidur 6 jam tiap malam dan 1 jam di siang
hari
Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya
sering terbangun pada malam hari
DO :
Mata An.A terlihat cekung.
Wajah An. A tampak pucat.
An.A terlihat lemas.
DS : Pertahanan Tubuh Risiko Infeksi
Ibu An. A mengatakan anaknya selalu primer yang tidak
menangis jika akan kencing karena nyeri adekuat (destruksi
akibat air kencing yang sulit keluar jaringan)
DO :
Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang.
Terlihat adanya edema pada area kemaluan
An. A. Di sekitar kemaluan klien juga
tampak kemerahan.
Adanya cairan eksudat yang purulen pada
urine klien.
26
3. Hipertermi berhubungan dengan Penyakit
4. Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat
(destruksi jaringan)
27
mmHG, N=90-100x/mnt, S= 36,5-
37,50C)
2. Gangguan Setelah dilakuakn tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar Fera
Eliminasi Urine keperawatan kepada klien selama 3x24 tujuan tercapai antara lain :
b.d Obstruksi
jam, urine dapat keluar dengan normal Pantau TTV klien
Anatomik
dengan kriteria hasil sebagai berikut : Kaji tanda dan gejala retensi
Klien tidak mengeluh/menangis urine.
saat mau BAK. Monitor intake dan output urine
Klien dapat BAK dengan lancar. klien.
Tidak ada tanda klien menahan Catat warna, konsistensi dan
nyeri. jumlah urine klien.
Catat waktu pengeluaran urine
terakhir.
Ajarkan keluarga pasien cara
toileting dan perawatan perinial
yang benar.
Kolaborasi pemberian antibiotic
dan tindakan sirkumsisi.
3. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan keprawatan Tindakan yang dapat dilakukan agar Fera
Penyakit selama 3 x 24 jam kepada klien, suhu tujuan tercapai antara lain :
tubuh klien dalam batas normal atau
1. Pantau TTV klien 2 jam sekali.
klien menunjukan termoregulasi
2. Lakukan kompres hangat basah.
dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Anjurkan klien untuk minum air 8-10
28
4. Gangguan Pola Setelah dilakuakn tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar Fera
Tidur b.d Kurang keperawatan kepada klien selama tujuan tercapai antara lain :
3x24 jam, klien dapat tidur dengan Ciptakan lingkungan yang
Privasi
nyaman dengan kriteria hasil sebagai nyaman.
berikut : Anjurkan klien mengatur jadwal
Jumlah jam tidur dalam batas tidur
normal (10 jam sehari). Batasi pengunjung anjurkan
Perasaan fresh sesudah membuat jadwal kunjungan.
tidur/istirahat. Berikan bantal dan posisikan
Pola tidur klien teratur. tubuh klien agar nyaman.
Klien dapat tidur di tempat yang Kolaborasi pemberian obat tidur.
nyaman. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
Klien dapat tidur sepanjang malam
dengan konsisten.
5. Risiko Infeksi b.d Setelah dilakuakn tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar Fera
Pertahanan keperawatan kepada klien selama tujuan tercapai antara lain :
Tubuh Primer 3x24 jam, klien tidak menunjukkan Pantau cara klien dan keluarga
yang Tidak tanda dan gejala infeksi dengan kriteria perineal hygiene.
Adekuat hasil sebagai berikut : Jaga agar daerah perineum tetap
(Destruksi Klien dapat berkemih dengan bersih dan tidak lembab.
Jaringan) normal. Ajarkan klien dn keluarga cara
Klien tidak merasakan nyeri saat perineal yang benar.
berkemih. Anjurkan klien untuk
Klien dan keluarga tahu perineal meningkatkan istirahat.
hygiene yang benar. Kolaborasi pemberian antibiotic.
a. Catatan Perkembangan
Hari Pertama
30
09.30 S:- 0,5 mg/Kg BB)
O: Bibir klien terlihat kering.
Memberikan klien obat
ketorolax dengan dosis 0,5
mg/kg/BB
S : Ibu klien menanyakan
tujuan pemberian obat tersebut.
O : Klien kesulitan minum
obat.
II 02-10- 09.20 Mengukur TTV klien S : Ibu klien mengatakn Sinta
2012 S: - bahwa klien masih
O: N=90x/mnt, S=38,50C, menangis saat BAK.
RR=24x/mnt O : Klien menunjukkan
09.25 Mengkaji tanda dan gejala tanda menahan nyeri
retensi urine. (meringis).
S: Ibu An.A mengatakan A : Tujuan belum
anaknya masih sulit berkemih. tercapai.
O: Urine An.A tampak keruh P : Intervensi
dan sedikit. dilanjutkan.
09.30 Menghitung intake dan output Pantau TTV klien
urine klien. Kaji tanda dan gejala
S: Ibu An.A mengatakan bahwa retensi urine.
anknya minum 4 gelas (800 cc) Monitor intake dan
dalam sehari dan An.A kencing output urine klien.
2x sehari. Catat warna,konsistensi
O: Urine An.A tampak keruh dan jumlah urine klien.
dan sedikit. Catat waktu pengeluaran
Mencatat warna, konsistensi urine terakhir.
09.35
jumlah urine klien. Ajarkan keluarga pasien
S:- cara toileting dan
O: Warna urine tampak keruh perawatan perinial yang
dan jumlahnya 250 cc benar.
31
Memberikan obat antibiotic Kolaborasi pemberian
32
anaknya sering menangis. Klien mengatakan
O: An. A tampak terjaga saat kurang nyaman saat
tidur. Anjurkan klien mengatur bangun.
jadwal tidur. O:
S: Ibu klien mengatakan Klien tidur 5 jam sehari.
mengerti. Mata klien terlihat
09.20 O: Ibu tampak mengerti. cekung karena kurang
Batasi pengunjung anjurkan tidur.
membuat jadwal kunjungan. Wajah klien terlihat
S: - pucat.
O: Ibu An.A mengangguk. A: Tujuan belum
Berikan bantal dan posisikan tercapai.
09.25
tubuh klien agar nyaman. P: Intervensi dilanjutkan.
S: - Ciptakan lingkungan
O: An.A tampak gelisah. yang nyaman.
Kolaborasi pemberian obat Anjurkan klien mengatur
tidur. (Dexamethasone 0,3 jadwal tidur
09.30
mg/kg BB) Batasi pengunjung
S:Ibu An.A mengatakan anjurkan membuat
anaknya sulit minum obat. jadwal kunjungan.
O: An.A menangis. Berikan bantal dan
09.40 posisikan tubuh klien
agar nyaman.
Kolaborasi pemberian
obat tidur.
(Dexamethasone 0,3
mg/kg BB)
V 02-10- 09.15 Memantau cara klien dan S: Ibu klien mengatakan Sinta
2012 keluarga tentang perineal bahwa klien masih sulit
hygiene. BAK.
S: Ibu klien mengatakan belum Ibu klien mengatakan
tahu tentang perineal hygiene. masih belum mengerti
O: Terdapat cairn eksudat yang bagaimana perawatan
09.20 purulen pada proposiun klien. perineal yang benar.
33
Menjaga agar daerah perineum O: Klien menangis saat
tetap bersih dan tidak lembab mau BAK.
dengan penis hygiene yang Wajah klien meringis
benar. menahan nyeri.
S: - A: Tujuan belum tercapai
O: Preposium klien lembab. P: Intervensi dilanjutkan
Menngajarkan klien dan Pantau cara klien dan
09.25 keluarga cara perawatan keluarga perineal
perineal yang benar. hygiene.
S: Ibu klien mengatakan Jaga agar daerah
mengerti dengan ajaran perineum tetap bersih
perawat. dan tidak lembab.
O: Keluan klien masik terdapat Anjurkan klien untuk
cairan eksudat. Menganjurkan meningkatkan istirahat.
klien untuk meningkatkan Kolaborasi pemberian
09.30 istirahat. antibiotic.
S:Ibu klien mengatakan bahwa
klien sering terbangun pada
malam hari.
09.40 O: Wajah klien tampak pucat.
Memberikan obat antibiotic.
S: Ibu menanyakan tujuan
pemberian obat.
O: Klien menangis saat
diberikan obat.
Hari Kedua
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Dx TTD
I 03-10- 07.15 1. Mengkaji tanda tanda 03-10-2012/14.00 Sinta
2012 vital klien. S:
S : ibu klien 1. Ibu klien mengatakan
mengatakan anaknya bahwa klien masih mengeluh
sering menangis karena nyeri pada perut bagian
34
nyeri pada perut bagian bawah.
07.20 bawah. 2. Ibu klien megatakan bahwa
O : N=85x/mnt, S=380C, klien sudah mau minum obat.
RR=22x/mnt O:
2. Mengkaji nyeri secara1. N=85x/mnt, S=380C,
komprehensif. RR=22x/mnt
S : Klien memberikan 2. Klien tampak menahan
tanda nyerinya berada nyeri.
07.25 pada skala nyeri 4. 3. Skala nyeri 4
O : Klien masih tampak A : Tujuan belum tercapai.
menahan nyeri. P : Intervensi dilanjutkan.
3. Memberikan posisi 1. Pantau TTV Klien.
yang nyaman pada klien2. Kaji nyeri klien secara
07.30 S: - komprehensif.
O: Klien masih tampak 3. Beri posisi nyaman.
kurang nyaman. 4. Ajarkan klien cara-cara
4. Mengajarkan klien mengatasi nyeri dengan teknik
cara-cara mengatasi relaksasi
nyeri dengan teknik 5. Anjurkan minum 8-10 gelas
07.40 relaksasi per hari.
S: Ibu klienmengatakan6. Kolaborasi pemberian obat
anaknya masih sering analgetik.
menangis. (ketorolac dengan dosis 0,5
08.00 O: Klien tampak kurang mg/Kg BB)
tenang.
5. Menganjurkan klien
minum 2 liter per hari.
S:-
O: Bibir klien terlihat
kering.
6. Memberikan klien obat
ketorolax dengan dosis
0,5 mg/kg/BB
S : Ibu klien
35
menanyakan tujuan
pemberian obat
tersebut.
O : Klien tidak kesulitan
minum obat.
II 03-10- 07.15 1. Mengukur TTV klien 03-10-2012/14.00 Sinta
2012 S: - S:
O: N=85x/mnt, S=380C,1. Ibu klien mengatakn bahwa
RR=22x/mnt klien masih menangis saat
07.20 2. Mengkaji tanda dan BAK.
gejala retensi urine. O:
S: Ibu An.A mengatakan1. Klien menunjukkan tanda
anaknya masih sulit menahan nyeri (meringis).
berkemih. A : Tujuan belum tercapai.
O: Urine An.A masih P : Intervensi dilanjutkan.
07.25 tampak keruh dan 1. Pantau TTV klien
sedikit. 2. Kaji tanda dan gejala retensi
3. Menghitung intake dan urine.
output urine klien. 3. Monitor intake dan output
S: Ibu An.A mengatakan urine klien.
bahwa anknya minum 44. Catat warna,konsistensi dan
gelas (800 cc) dalam jumlah urine klien.
sehari dan An.A kencing5. Kolaborasi pemberian
07.30 3x sehari. antibiotic.
O: Urine An.A tampak
keruh dan sedikit.
4. Mencatat warna,
konsistensi jumlah urine
07.40 klien.
S:-
O: Warna urine tampak
keruh dan jumlahnya
280 cc
5. Memberikan obat
36
antibiotic
III 02- 07.15 1. Mengukur tanda-tanda S: Sinta
10_2012 vital klien. 1. Klien mengeluh kepanasan.
S :. 2. Ibu klien mengatakan klien
O : N=85x/mnt, bahwa klien minum 3/4 liter
0
S=38 C, RR=22x/mnt per hari.
2.Melakukan kompres 3. Bapak klien mengatakan
07.20 hangat basah. klien tidur 9 jam di malam hari
S : Bapak klien dan 1 jam pada siang hari.
mengatakan bahwa O:
klien sering mengeluh 1. Klien tampak lemas, pucat,
kepanasan. bibirnya kering.
O : Klien tampak lemas,
2. Klien mau minum obat
dan pucat. 38,50C secara rutin
3. 37,50C.
07.25 3.Menganjurkan klien untuk
minum 2 liter per hari. A : Tujuan belum tercapai.
S : Ibu klien P : Intervensi dilnjutkan.
mengatakan klien sulit 1. Pantau TTV klien.
untuk minum. 2. Lakukan kompres hangat
O : Klien terlihat pucat, basah.
07.30 dan bibirnya kering. 3. Anjurkan klien minum air 2
4. Menganjurkan klien liter per hari.
untuk meningkatkan 4. Anjurkan klien untuk
isirahat meningkatkan istirahat.
07.40 S: Ibu klien mengatakkn5. Berikan klien obat
bahwa ananknya sering paracetamol.
menangis pda malam
hari.
O: Klien terlihat lemas
dan pucat
5. Memberikan klien obat
antipiretik paracetamol.
S : Ibu klien
menanyakan tujuan
37
pemberian obat
tersebut.
O: Klien mau minum
obat.
IV 02-10- 09.151. Ciptakan lingkungan 02-10-2012/14.00 Sinta
2012 yang nyaman. S:
S: Ibu An.A mengatakan1. Klien masih sering
bahwa anaknya sering terbangun pada malam hari.
menangis. 2. Ibu klien mengatakan
O: An. A tampak terjaga anaknya masih menangis saat
saat tidur. terbangun
2. Anjurkan klien O:
mengatur jadwal tidur. 1. Klien tidur 8 jam sehari.
S: Ibu klien mengatakan2. Mata klien terlihat cekung
mengerti. karena kurang tidur.
O: Ibu tampak mengerti.3. Wajah klien masih terlihat
3. Batasi pengunjung pucat.
anjurkan membuat A: Tujuan belum tercapai.
jadwal kunjungan. P: Intervensi dilanjutkan.
S: - 1. Ciptakan lingkungan yang
O: Ibu An.A nyaman.
mengangguk. 2. Anjurkan klien mengatur
4. Berikan bantal dan jadwal tidur
posisikan tubuh klien 3. Batasi pengunjung anjurkan
agar nyaman. membuat jadwal kunjungan.
S: - 4. Berikan bantal dan
O: An.A tampak gelisah. posisikan tubuh klien agar
5. Kolaborasi pemberian nyaman.
obat tidur. 5. Kolaborasi pemberian obat
(Dexamethasone 0,3 tidur.
mg/kg BB) (Dexamethasone 0,3 mg/kg
S:Ibu An.A mengatakan BB)
anaknya mauminum
obat.
38
O: An.A menangis.
39
istirahat.
S:Ibu klien mengatakan
bahwa klien tidur 8 jam
sehari.
O: Mata klien terlihat
masih cekung.
5. Memberikan obat
antibiotic.
S: -
O: Klien masih
menangis saat diberikan
obat.
Hari Ketiga
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Dx TTD
I 04-10- 07.151. Mengkaji tanda tanda vital S: Sinta
2012 klien. 1. Ibu klien mengatakan
S : ibu klien mengatakan bahwa klien masih
anaknya sering menangis mengeluh nyeri pada perut
karena nyeri pada perut bagian bawah.
bagian bawah. 2. Ibu klien megatakan
0
07.20 O : N=80x/mnt, S=37,5 C, bahwa klien sudah mau
RR=22x/mnt minum obat.
2. Mengkaji nyeri secara O:
komprehensif. 1. N=80x/mnt, S=37,50C,
S : Klien memberikan tanda RR=22x/mnt
nyerinya berada pada skala 2. Klien masih tampak
nyeri sedang(3). menahan nyeri.
07.25 O : Klien masih tampak 3. Skala nyeri 3
menahan nyeri. A :Tujuan belum tercapai.
3. Memberikan posisi yang P : Intervensi dilanjutkan.
nyaman pada klien 1. Pantau TTV Klien.
S: - 2. Kaji nyeri klien secara
40
07.30 O: Klien masih tampak komprehensif.
kurang nyaman. 3. Beri posisi nyaman.
4. Mengajarkan klien cara- 4. Ajarkan klien cara-cara
cara mengatasi nyeri dengan mengatasi nyeri dengan
teknik relaksasi teknik relaksasi
S: Ibu klienmengatakan 5. Anjurkan minum 8-10
07.40 anaknya masih sering gelas per hari.
menangis. 6. Kolaborasi pemberian
O: Klien tampak kurang obat analgetik.
tenang. (ketorolac dengan dosis 0,5
07.455. Menganjurkan klien minum mg/Kg BB)
2 liter per hari.
S:-
O: Bibir klien terlihat kering.
6. Memberikan klien obat
ketorolax dengan dosis 0,5
mg/kg/BB
S : Ibu klien menanyakan
tujuan pemberian obat
tersebut.
O : Klien tidak kesulitan
minum obat.
II 03-10- 07.151. Mengukur TTV klien 03-10-2012/14.00 Sinta
2012 S: - S:
0
O: N=80x/mnt, S=37,5 C, 1. Ibu klien mengatakn
RR=22x/mnt bahwa klien masih
07.202. Mengkaji tanda dan gejala menangis saat BAK.
retensi urine. O:
S: Ibu An.A mengatakan 1. Klien menunjukkan tanda
anaknya masih sulit menahan nyeri (meringis).
berkemih. A : Tujuan belum tercapai.
O: Urine An.A masih tampak P : Intervensi dilanjutkan.
07.25 keruh dan sedikit. 1. Pantau TTV klien
3. Menghitung intake dan 2. Kaji tanda dan gejala
41
output urine klien. retensi urine.
S: Ibu An.A mengatakan 3. Monitor intake dan output
bahwa anknya minum 5gelas urine klien.
(1000 cc) dalam sehari dan 4. Catat warna,konsistensi
An.A kencing 4x sehari. dan jumlah urine klien.
O: Urine An.A sedikit llebih 5. Kolaborasi pemberian
07.30 jernih antibiotic.
4. Mencatat warna,
konsistensi jumlah urine
klien.
S:-
07.40 O: Warna urine sedikit lebih
jernih dan jumlahnya 300 cc
5. Memberikan obat antibiotic
III 04-10- 07.15 1. Mengukur tanda-tanda 04-10-2012/14.10 Sinta
2012 vital klien. S:
1. Klien tidak mengeluh
S:-
kepanasan.
O : N=80x/mnt, S=37,50C,
07.20 2. Ibu klien mengatakan
RR=22x/mnt klien bahwa klien minum 2
2. Melakukan kompres liter per hari.
hangat basah. 3. Bapak klien mengatakan
42
4. Menganjurkan klien 2. Anjurkan klien minum air
07.40 untuk meningkatkan 2 liter per hari.
3. Anjurkan klien untuk
istirahat.
meningkatkan istirahat.
S : Bapak klien mengatakan
bahwa klien tidur 10 jam
pada malam hari dan 1 jam
di siang hari.
O : Klien tidak tampak lemas.
5. Memberikan klien obat
paracetamol.
S : Klien tidak mengelu
kepanasan.
O: Klien mau minum obat
secara rutin.
IV 04-10- 07.151. Ciptakan lingkungan yang 04-10-2012/14.00 Sinta
2012 nyaman. S:
S: Ibu An.A mengatakan 1. Klien masih sering
bahwa anaknya sering terbangun pada malam
menangis. hari.
O: An. A tampak terjaga saat2. Ibu klien mengatakan
tidur. anaknya masih menangis
07.202. Anjurkan klien mengatur saat terbangun
jadwal tidur. O:
S: Ibu klien mengatakan 1. Klien tidur 9 jam sehari.
mengerti. 2. Mata klien terlihat cekung
O: Ibu tampak mengerti. karena kurang tidur.
07.253. Batasi pengunjung 3. Wajah klien masih terlihat
anjurkan membuat jadwal pucat.
kunjungan. A: Tujuan belum tercapai.
S: - P: Intervensi dilanjutkan.
07.30 O: Ibu An.A mengangguk. 1. Ciptakan lingkungan
4. Berikan bantal dan yang nyaman.
43
posisikan tubuh klien agar 2. Anjurkan klien mengatur
nyaman. jadwal tidur
07.40 S: - 3. Batasi pengunjung
O: An.A tampak lebih anjurkan membuat jadwal
nyaman. kunjungan.
5. Kolaborasi pemberian obat4. Berikan bantal dan
tidur. (Dexamethasone 0,3 posisikan tubuh klien agar
mg/kg BB) nyaman.
S:Ibu An.A mengatakan
anaknya mauminum obat.
O: An.A tampak tenang.
V 04-10- 07.151. Memantau cara klien dan 04-10-2012/14.00 Sinta
2012 keluarga tentang perineal S:
hygiene. 1. Ibu klien mengatakan
S: Ibu klien mengatakan bahwa klien BAK 3x sehari.
sudah melakukan perineal 2. Ibu klien mengatakan
hygiene pada An.A. sudah bisa melakukan
O: Prepusium klien sudah perawatan perineal yang
tampak lebih kering dari benar.
07.20 sebelumnya. O:
2. Menganjurkan klien untuk 1. Klien menangis saat mau
meningkatkan istirahat. BAK.
S:Ibu klien mengatakan 2. Wajah klien meringis
bahwa klien tidur 9 jam menahan nyeri.
sehari. 3. Klien BAK 3x sehari
O: Klien terlihat lebih fresh. dengan konsistensi tidak
07.253. Memberikan obat antibiotic. pekat.
S: Ibu klien mengatakan A: Tujuan belum tercapai
bahwa klien sudaah jarang P: Intervensi dilanjutkan
menangis. 1. Pantau cara klien dan
O: Klien mau minum obat keluarga perineal hygiene.
dengan teratur. 2. Anjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat.
3. Memberikan obat
44
antibiotik
2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan
menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau
belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan
dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan
yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu.
Adapun evaluasi dari tindakan keperawatan di atas adalah karena tindakan yang
dilakukan hanya 3X24 jam, maka tujuan keperawatan belum tercapai.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan
konginetal atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya
produksi hormon dan pertumbuhan.
Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa
diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah
infeksi karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi
pertumbuhan bakteri.
B. Saran
Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala pimosis untuk segera mendapat
penanganan untuk mencegah terjadi infeksi saluran kemih dan tidak memandang kelainan
tersebut sebagai suatu hal yang mistis.
46
DAFTAR PUSTAKA
Dochter, Joanne McCloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervetion Classification.Jakarta:Mosby Elevier
Moorhead, Sue dkk.2004. Nusing Outcomes Classification (NOC). Jakarta:Mosby Elsevier
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8.
EGC : Jakarta.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
T. Heather Herdman, PhD, RN. 2012.Doagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EEG
47
48