Nomor : UM.008/9/20/DJPL - 12
Tanggal : 16 FEBRUARI 2012
BAB VI
GARIS MUAT
Pasal 101
Pemberlakuan
(1) Keputusan ini diberlakukan untuk menetapkan garis muat kapal niaga tipe A seperti
yang disebut pada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 5
klausul 5.1.2 dan kapal niaga tipe B seperti yang disebut pada Bab VI Seksi 5 klausul
5.1.3.
(2) Kapal niaga yang disebut pada ayat (1) dibagi dalam kriteria :
a. Kapal dengan panjang 24 meter keatas,
b. Kapal dengan panjang 15 meter sampai dengan kurang dari 24 meter,
c. Kapal dengan panjang sampai dengan kurang dari 15 meter.
Pasal 102
Penentuan Dan Penetapan Besaran Garis Muat
(1) Besaran garis muat yang diperoleh sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 5.1, digunakan untuk kapal yang diijinkan
beroperasi di daerah pelayaran kawasan Insdonesia dan daerah pelayaran lokal.
(2) Besaran garis muat yang diperoleh sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 5.2, digunakan untuk kapal yang diijinkan
beroperasi di daerah pelayaran terbatas.
(3) Besaran garis muat yang diperoleh sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 5.3, digunakan untuk kapal yang diijinkan
beroperasi di daerah pelayaran pelabuhan dan perairan daratan.
Pasal 103
Kekuatan Kapal
(1) Direktur Jenderal Perhubungan Laut harus meyakini, bahwa kekuatan kapal secara
keseluruhan cukup, untuk sarat air yang sesuai dengan lambung timbul yang ditentukan,
merujuk kepada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab II Seksi 5.
(2) Kapal-kapal yang dibangun dan dirawat sesuai syarat-syarat dari suatu badan klasifikasi
yang diakui Pemerintah dianggap mempunyai kekuatan yang cukup.
Pasal 104
Informasi yang harus diberikan pada nahkoda
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 1
(1) Nahkoda kapal, harus mendapatkan informasi yang memungkinkan nakhoda untuk
menyusun muatan dan ballast pada kapal sedemikian rupa, sehingga pemuatan tidak
mempengaruhi kekuatan struktur kapal, stabilitas dan batas garis muat yang telah
ditetapkan
(2) Informasi stabilitas harus tersedia diatas kapal barang dengan panjang 24 meter atau
lebih dan kapal penumpang semua ukuran dengan menyertakan informasi sesuai Standar
Kapal Non Konvensi Berbendera IndonesiaBab VI Appendix 10.3.
(3) Informasi stabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mendapatkan
pengesahan dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(4) Kapal bangunan tradisional atau kapal lainnya yang diawaki oleh awak kapal yang
mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam membaca informasi stabilitas, wajib
disediakan data-data informasi stabilitas yang sederhana dan mendapat pengesahan
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Pasal 105
Perombakan Kapal
(1) Perombakan pada konstruksi kapal yang mempengaruhi persyaratan lambung timbul
harus memenuhi ketentuan dalam keputusan ini.
(2) Perombakan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dengan persetujuan
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(3) Kapal yang mengalami perombakan harus dilakukan pemeriksaan untuk meyakinkan
bahwa perombakan memenuhi persyaratan garis muat sesuai dengan Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI.
Pasal 106
Batas Garis Muat Dan Batas Pemuatan
(1) Marka garis muat kapal yang telah ditentukan tidak boleh terbenam pada saat kapal
bertolak, selama dalam pelayaran dan pada waktu tiba sesuai dengan garis muat yang
telah ditentukan.
(2) Kapal yang berada di air tawar maka marka garis muat laut diperbolehkan terbenam
sampai pada batas sesuai yang ditentukan dalam sertifikat garis muat
(3) Kapal yang meninggalkan suatu pelabuhan yang berlokasi di sungai atau perairan darat,
pemuatan yang melebihi marka, diperbolehkan sesuai dengan berat bahan bakar dan
bahan lain yang diperlukan untuk konsumsi antara titik keberangkatan dengan perairan
laut.
Pasal 107
Marka Garis Geladak
(1) Garis geladak dinyatakan dengan garis horizontal berukuran panjang 300 mm dan lebar
25 mm yang ditempatkan :
a. Di tengah panjang kapal pada tiap sisi kapal dan bagian atasnya tepat pada sisi
atas geladak lambung timbul;di tengah panjang kapal pada kapal yang mempunyai
tepi geladak yang dibundarkan (Rounded Gunwales),
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 2
b. Tetapitidak pada sisi atas geladak lambung timbul dengan syarat bahwa lambung
timbul telah dikoreksi sesuai dengan letak garis geladak.
(2) Bentuk, ukuran dan penetapan marka garis geladak merujuk ke gambar marka garis
geladak Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Halaman VI-31
(3) Letak garis geladak dan besaran garis muat serta markanya harus dicantumkan pada
sertifikat garis muat
Pasal 108
Bentuk Marka Garis Muat
(1) Marka garis muat terdiri dari :
a. Untuk kapal dengan panjang lebih dari 24 meter yaitu lingkaran dengan garis
tengah luar 300 mm dengan lebar garis 25 mm, dipotong oleh garis horizontal
berukuran panjang 450 mm, lebar 25 mm dan sisi atasnya melalui titik pusat
lingkaran dan titik pusat lingkaran ditempatkan di tengah panjang kapal dan pada
jarak yang sama dengan lambung timbul air laut yang ditentukan, diukur vertikal
dari sisi atas garis geladak; Sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 1.
b. Untuk kapal dengan panjang antara 15 meter sampai dengan 24 meter yaitu;
setengah lingkaran dengan garis tengah luar 300 mm dengan lebar garis 25 mm,
dipotong oleh garis horizontal berukuran panjang 450 mm, lebar 25 mm dan sisi
atasnya melalui titik pusat lingkaran dan titik pusat lingkaran ditempatkan di
tengah panjang kapal dan pada jarak yang sama dengan lambung timbul air laut
yang ditentukan, diukur vertikal dari sisi atas garis geladak; Sesuai dengan
Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 2.
c. Untuk kapal dengan panjang kurang dari 15 meter yaitu; Segitiga sama sisi yang
salah satu sudutnya bertumpu pada garis horizontal dengan tinggi 100 mm dari
garis dasar horizontal berukuran 450 mm, dengan lebar garis 25 mm dan titik
segitiga sama sisi yang bertumpu tempatkan di tengah panjang kapal dan pada
jarak yang sama dengan lambung timbul air laut yang ditentukan, diukur vertikal
dari sisi atas garis geladak; Sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 3.
(2) Garis – garis yang menyatakan garis muat terdiri dari :
a. Untuk kapal dengan panjang lebih dari 24 meter: Garis – garis horizontal dengan
panjang 230 mm, lebar 25 mm dan tegak lurus terhadap garis vertikal dengan
lebar 25 mm yang dipasang pada jarak 540 mm dari titik pusat lingkaran ke arah
haluan kapal dan menunjukkan:
1) Garis muat air laut, yang ditunjukkan oleh tepi atas dari garis yang melalui
titik pusat lingkaran dengan simbol huruf T (Tropis);
2) Garis muat air laut Tropis Musim Barat yang ditunjukkan oleh tepi
atasdari garis yang berada dibawah simbol huruf T sejarak 50 mm
dengansimbol ST (Seasoning Tropic);
3) Garis muat air tawar yang ditunjukkan oleh sisi atas dari garis dengan
simbol huruf AT (air tawar).
b. Untuk kapal panjang antara 15 meter sampai dengan 24 meter: Garis – garis
horizontal dengan panjang 230 mm, lebar 25 mm dan tegak lurus terhadap garis
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 3
vertikal dengan lebar 25 mm yang dipasang pada jarak 540 mm dari titik pusat
lingkaran ke arah haluan kapal dan menunjukkan;
1) Garis muat air laut yang ditunjukkan oleh tepi atas dari garis yang melalui
titik pusat lingkaran dengan simbol huruf T (Tropis);
2) Garis muat air tawar yang ditunjukkan oleh sisi atas dari garis dengan
simbol huruf AT (air tawar).
Pasal 109
Marka Sarat
(1) Kapal dengan panjang 15 meter atau lebih, harus memperlihatkan marka sarat pada
haluan dan buritan kapal, di tiap lambung.
(2) Bentuk angka, besaran dan jarak sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Seksi 19
(3) Tata cara penempatan pada setiap kapal merujuk kepada Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 11.
Pasal 110
Pemeriksaan
Jenis – jenis pemeriksaan sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia
Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 12 klausul 12.1
Pasal 111
Pelaksana pemeriksa dan laporan
(1) Pemeriksaan garis muat dilakukan oleh marine inspektur atau surveyor/pemeriksa lain
yang sudah disetujui oleh Direktur Jenderal Perhubungan laut.
(2) Pemerikasaan pertama dan pemeriksaan perubahan apabila ada dilakukan diwajibkan
mengisi laporan kondisi penetapan pemeriksaan lambung timbul sesuai dengan Standar
Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 9.
(3) Pemeriksaan lainnya harus mengisi laporan pemeriksaan untuk hal itu.
Pasal 112
Sertifikasi
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 4
(1) Sertifikat garis muat terdiri dari :
a. Sertifikat garis muat sementara.
b. Sertifikat garis muat tetap.
c. Sertifikat pengecualian.
(2) Bentuk sertifikat tersebut ayat 1 sesuai dengan Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Appendix 7 dan Appendix 8.
(3) Tata cara penerbitan dan masa berlaku sertifikat garis muat sesuai Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 12 klausul 12.2 dan Seksi 13, masa
berlaku sertifikat garis muat sementara tidak lebih dari 3 bulan dan tidak dapat
diperpanjang.
Pasal 113
Masa berlaku Sertifikat
Masa berlaku sertifikat garis muat sesuai Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Seksi 14.
Pasal 114
Pengecualian
Penerbitan pengecualian terhadap sertifikat garis muat, sesuai dengan Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 15.
Pasal 115
Kondisi Penetapan
(1) Kondisi untuk memperoleh besaran garis muat, lihat pada Standar Kapal Non Konvensi
Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 8 klausul 8.3 sampai dengan 8.23.5.
(2) Kondisi penetapan yang tersebut seksi diatas agar memperhatikan, pemberlakuan kepada
masing-masing kriteria panjang kapal seperti pada Pasal 102.
(3) Pengecualian diberikan kepada kapal ikan dan kapal cepat seperti yang tertulis pada
Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 8 klausul 8.5.5, 8.5.6,
8.6.2.(2) dan 8.6.2.(3).
(4) Persyaratan khusus untuk penetapan besaran garis muat terhadap kapal tipe A merujuk
kepada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 8 klausul
8.24.
Pasal 116
Tinggi Haluan Minimum
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 5
(1) Tinggi haluan minimum diperoleh dari persamaan pada formula perhitungan di Standar
Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 4 No.IX
Pasal 117
Zona Garis Muat
(1) Zona garis muat yang dimaksud pada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Appendix 6, hanya diberlakukan kepada kapal dengan panjang
kurang dari 50 meter.
(2) Pemberlakuan ditetapkan setelah diumumkan oleh Otoritas yang berwenang.
Pasal 118
Besaran Lambung Timbung
Untuk mendapatkan besarnya lambung timbul kapal didasarkan pada formula
perhitungansebagaimana tercantum dalam Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Appendix 4.
Pasal 119
Penetapan Garis Muat
(1) Penetapan besaran garis muat berdasarkan perhitungan sesuai formula pada Standar
Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Appendix 4.
(2) Besaran garis muat ditetapkan oleh Dirjen atau Kepala Instansi yang diberikan
kewenangan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(3) Setiap orang dilarang merubah penetapan besaran garis muat yang sudah ditetapkan
sesuai ayat 2.
(4) Perubahan besaran garis muat hanya dapat dilakukan apabila ada perhitungan baru
karena adanya perubahan pada kapal dan sudah ditetapkan sesuai ayat 2.
Pasal 120
Pemasangan Marka Garis Muat
(1) Pemasangan marka garis muat dapat dilaksanakan setelah penetapan dan sertifikat garis
muat sudah diterbitkan oleh Dirjen atau Kepala Instansi yang diberi kewanangan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(2) Pada saat pemasangan marka garis muat harus disaksikan oleh marine inspektur atau
surveyor dari instansi yang diberi kewenangan oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut dan membuat berita acara pemasangannya.
(3) Marka garis muat harus dipasang secara tetap dengan cara dilas pada kapal berbahan
logam atau dipahatkan pada kapal kayu di kedua sisi kapal dan harus kelihatan dengan
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 6
jelas dengan diberi warna terang di atas warna gelap atau warna gelap di atas dasar
warna terang.
(4) Bentuk dan ukuran marka garis muat yang akan dipasang sesuai dengan peruntukan
yang diatur pada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Appendix
1,2 dan 3.
Pasal 121
Pelaporan
(1) Kondisi Penetapan Pemeriksaan Lambung Timbul dan perhitungan penetapan besaran
garis muat untuk pemerikasaan pertama, pemeriksaan perubahan dan salinan sertifikat
garis muat sementara yang diterbitkan segera dilaporkan ke Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
(2) Laporan pemeriksaan tahunan, laporan pemeriksaan pembaharuan dan masing – masing
salinan sertifikat garis muat segera dilaporkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
(3) Laporan pemeriksaan dan alasan yang digunakan untuk penerbitan pengecualian serta
salinan sertifikat pembebasan yang diterbitkan segera dilaporkan ke Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
Pasal 122
Kapal-Kapal Tanpa Tenaga Penggerak
(1) Tongkang atau jenis kapal lain yang tidak memiliki peralatan tenaga penggerak sendiri
harus diberikan lambung timbul yang sesuai dengan peraturan ini kecuali untuk
tongkang yang tidak berawak.
(2) Pertimbangan harus diberikan terhadap stabilitas dari tongkang muatan digeladak
cuaca. Muatan geladak hanya dapat dibawa pada tongkang yang ditetapkan dengan tipe
B.
(3) Tongkang tidak berawak yang memiliki bukaan masuk kecil di geladak lambung timbul
yang ditutup dengan penutup baja kedap cuaca dengan packing terbuat dari baja atau
bahan yang sebanding dapat diberikan pengurangan 25% dari perhitungan pada
peraturan ini.
Pasal 123
Ketentuan khusus untuk kapal kargo curah cair (tangki)
Ketentuan khusus untuk kapal kargo curah cair (tangki) merujuk kepada Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia Bab VI Seksi 8 klausul 8.24.
Pasal 124
Penerapan sertifikat garis muat
Penerapan besaran lambung timbul pada sertifikat garis muat berikut adalah :
a. Untuk sertifikat yang merujuk kepada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Annex 5.1 digunakan pada kapal yang bersertifikat keselamatan
dengan daerah pelayaran kawasan Indonesia.
b. Untuk sertifikat yang merujuk kepada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Annex 5.2 digunakan pada kapal yang bersertifikat keselamatan
dengan daerah pelayaran Terbatas.
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 7
c. Untuk sertifikat yang merujuk kepada Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia Bab VI Annex 5.3 digunakan pada kapal yang bersertifikat keselamatan
dengan daerah pelayaran Pelabuhan dan daerah pelayaran perairan Daratan.
DITKAPEL – HUBLA
EDISI I* – FEBRUARI 2012
Page 8