net/publication/316252274
CITATIONS READS
0 3,113
1 author:
Zezen Mutaqin
University of California, Los Angeles
9 PUBLICATIONS 13 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Refugee, Human Trafficking and Human Right in Southeast Asia View project
All content following this page was uploaded by Zezen Mutaqin on 19 April 2017.
Editor
Hilman Latief
Zezen Zaenal Mutaqin
© 2015, ICRC- Jakarta
ISBN: 978-602-290-024-5
Isi Buku
Glossarium 9
Daftar Singkatan 13
Kata Pengantar 17
Pendahuluan
Islam dan Urusan Kemanusiaan: Peta Wacana
dan Perumusan Agenda Kerja [Hilman Latief & Zezen
Zaenal Mutaqin] 23
5
6 | Islam dan Urusan Kemanusiaan
Epilog
Masa Depan Dialog Islam dan Hukum Humaniter
Internasional [Ameur Zemmali] 376
Indeks 411
Glossarium
Istilah Pengertian
Darul Harb “Wilayah Perang,” termasuk daerah-dae-
rah yang dikuasai oleh musuh.
Darul Islam Wilayah Damai, yaitu wilayah-wilayah
yang berada dalam kekuasaan Islam.
Diyat Kompensasi finansial terhadap korban
dari sebuah tindak kejahatan.
Al-fasad Kerusakan
Fikih Salah satu cabang ilmu yang membahas
teori dan pelaksanaan hukum Islam.
Ghanimah Harta rampasan perang. Pada masa Nabi
Muhammad saw., harta rampasan perang
menjadi salah satu pendapatan negara.
Hadis Perkataan, Perbuatan dan ketetapan yang
dikaitkan (atau dianggap berasal) dari
Nabi Muhammad saw. Hadis menjadi sa-
lah satu sumber hukum Islam.
Harb Perang
Humaniter Kemanusiaan. Isitilah tersebut sering di-
gunakan dalam perbincangan tentang
9
10 | Islam dan Urusan Kemanusiaan
Singkatan Pengertian
AMAN Asian Muslim Action Network
ARF Asian Resource Foundation
ARMM Autonomous Region in Muslim Minda-
nao
BNPBD Badan Nasional Penanggulangan Benca-
na Daerah
BUC The Bishop—Ulama Conference
CCA Christian Conference for Asia
FJI Front Jihad Islam
FKML Forum Komunikasi Masyarakat Lasem
FPUB Forum Persaudaraan Umat Beragama
GKJ Gereja Kristen Jawa
GIN Gerakan Islah Nasional
HAM Hak Asasi Manusia
HFI Humanitarian Forum Indonesia
HHI Hukum Humaniter Internasional
HUDA Himpunan Ulama Dayah Aceh
ICL International Criminal Law
ICRC International Committe of the Red Cross
13
14 | Islam dan Urusan Kemanusiaan
17
18 | Islam dan Urusan Kemanusiaan
luas dan menempatkan isu-isu HHI dalam isu besar Islam dan
urusan kemanusiaan.
A. Pendahuluan
Mungkin sudah banyak orang menyaksikan meningkatnya peran
organisasi-organisasi Islam dalam kegiatan kemanusiaan di loka-
si bencana. Lembaga-lembaga kemanusiaan itu aktif menggalang
dana melalui pelbagai bentuk kampanye kemanusiaan, merekrut
relawan-relawan dengan pelbagai latar belakang, membuat jaring-
an kerja sama dengan perusahaan swasta dan lembaga pemerin-
tah, dan tentu saja mengorganisasikan pemberian bantuan untuk
para korban di lokasi bencana. Publik barangkali beranggapan
bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam yang secara khu-
sus memberikan pertolongan di lokasi bencana adalah hal lum-
rah yang dilatarbelakangi oleh ajaran keagamaan dan nilai-nilai
sosial, yaitu tentang kewajiban membantu orang yang membu-
tuhkan. Gejala seperti itulah yang bisa dilihat di Indonesia, Ma-
laysia, dan juga di beberapa negara lain seperti Pakistan, negara-
negara Teluk, dan bahkan di negara-negara Barat.
Dalam pelbagai bencana alam dan konflik yang terjadi di
beberapa belahan dunia, peranan organisasi kemanusiaan Islam
23
24 | Islam dan Urusan Kemanusiaan
konsep kunci dalam literatur Islam dan sejarah Islam yang se-
suai dengan prinsip-prinsip hukum humaniter. Para pengamat
dan sarjana seperti Yadh been Ashoor, Ameur Zemmali, Zayyid
Ibn Abdel Kareem al-Zayyid, Wahbah al-Zuhaili, Saleem Marso-
of, James Cockayne, Jonathan Benthall, Jamal Krafess, dan An-
niseh Van Engeland yang telah menelaah hukum humaniter di
Dunia Islam berpandangan bahwa gagasan tentang prinsip dan
hukum humaniter Islam masih belum ajeg. Pasalnya, terlalu ken-
talnya perbedaan-perbedaan pandangan di kalangan ulama Islam
tentang hal-hal seperti perang, jihad, posisi non-Muslim dalam
masyarakat Muslim, dan pandangan Islam mengenai hubungan
internasional yang terkait dengan konsep “wilayah Islam” (land/
abode of Islam atau dar al-Islam) dan “wilayah perang” (land/
abode of war atau dar al-harb), dan lain-lain.
Cara pandang yang digunakan para pengamat dan sarja-
na untuk mengkaji Islam dan urusan kemanusiaan berbeda satu
sama lain: apakah gerakan kemanusiaan Islam harus dilihat dari
kacamata Barat, dan apakah para pegiat kemanusiaan Islam da-
pat mengintegrasikan pandangan-pandangan Islam mereka ke
dalam apa yang dikenal dengan hukum humaniter Islam. Dalam
konteks inilah para aktivis sosial, intelektual, dan pemangku ke-
bijakan berupaya merumuskan ulang “hukum humaniter Islam”
dan memadupadankan Hukum Humaniter Internasional (HHI)
dengan syariah. Dalam kaitan ini, para pengamat menyoroti as-
pek yang berbeda-beda: sebagian lebih mendalami aspek hukum
Islamnya, sebagian lain lebih tertarik dengan prinsip-prinsip etik
kemanusiaan, sementara yang lain tertarik pada aksi-aksi kema-
nusiaan.
Hukum Humaniter Internasional (HHI) telah disepakati dan
dilaksanakan oleh dunia internasional untuk mengurangi dam-
pak perang bersenjata (the effects of armed conflicts). Terda-
pat beberapa hal kunci di dalam HHI yang didiskusikan oleh
para pengamat dengan menggunakan lensa tradisi Islam, seperti
28 | Islam dan Urusan Kemanusiaan
C. Kemanusiaan Islam:
Dari Amal Kebajikan Sampai Masalah Hukum
Sebelum memasuki pembahasan lebih jauh, perlu kiranya kami
jelaskan terlebih dahulu kata kunci yang kerap disebut di dalam
buku ini, yaitu istilah kemanusiaan dan humaniter. Kata “huma-
niter” yang berarti kemanusiaan memiliki cakupan makna yang
luas, antara lain: upaya untuk menyejahterakan manusia;7 etika
kebaikan, kebajikan, dan sikap simpatik kepada sesama manu-
sia tanpa membedakan ras, warna kulit, golongan, bangsa, dan
agama.8 Dalam kaitan ini, akitivitas humaniter atau kegiatan ke-
manusiaan identik dengan masalah-masalah yang terkait dengan
bantuan kemanusiaan. Konsep “humaniter” dan bantuan kemanu-
siaan juga sudah menjadi nomenklatur hukum internasional yang
mengatur tentang hukum dan prinsip-prinsip yang harus dipe-
gang oleh pelbagai pihak yang terlibat dalam peperangan mau-
pun kegiatan kemanusiaan.
Perkembangan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan di du-
nia Islam dan dimotori oleh organisasi-organisasi kemanusiaan
Pendahuluan | 31
dan amal kebajikan adalah untuk membantu orang lain dan me-
ringankan beban penderitaan mereka dalam kondisi normal ma-
upun darurat.
Konsep-konsep di atas menjadi landasan bagi kaum Muslim
dalam menjalankan aksi kemanusiaan. Ajaran keagamaan ten-
tang kewajiban untuk membantu orang yang berada dalam ke-
sulitan, baik dalam situasi normal maupun krisis, dihadapkan
pada masalah tertentu, terutama saat situasi perang atau kon-
flik. Tidak mudah memunculkan sikap objektif saat menjalankan
misi kemanusiaan di lokasi perang dan konflik. Dalam konteks
inilah ajaran Islam mengatur tindakan perang dan permusuhan
yang utamanya bertujuan meminimalkan korban dan untuk me-
ringankan penderitaan selama konflik. Para ahli hukum Islam te-
lah menguraikan apa yang sekarang disebut “hukum humaniter
internasional Islam” yang dalam literatur klasik disebut al-siyar.
Cabang yurisprudensi ini tidak hanya mencakup bahasan ten-
tang Hukum Humaniter Internasional, tetapi juga mengatur hu-
bungan antara negara Islam dan negara-negara lain selama per-
damaian atau perang.10
Khazanah Islam tentang al-siyar dikenal pula dengan fiqh ji-
had (hukum jihad) atau fiqh qital (hukum perang). Di dunia in-
ternasional wacana serupa juga bisa dilihat dari istilah Jus ad
Bellum, yaitu aturan atau hukum yang mengatur tentang hak,
landasan, dan alasan berperang serta legitimasi menggunakan
senjata saat perang; dan istilah Jus di Bello, yaitu perangkat hu-
kum yang mengatur pelbagai aspek ketika perang telah bergulir,
seperti mengatur tentang Hak Asasi Manusia, perlindungan ang-
gota non-kombatan para pihak yang berperang maupun anggo-
ta yang tidak lagi terlibat dalam permusuhan (horse de combat),
anak-anak dan perempuan, masyarakat awam serta perlindungan
tawanan perang. Dalam pengembangannya, konsep al-siyar da-
lam fikih Islam cenderung lebih fokus pada hukum perang (Jus
in Bello) daripada Jus ad Bellum.
34 | Islam dan Urusan Kemanusiaan
Catatan
1 Jonathan Benthal, “The Overreaction against Islamic Charities,”
ISIM Review (2007) 20, 6.
2 Yadh Ben Ashoor, “Islam and International Humanitarian Law,”
International Review of the Red Cross, Vol. 20, Issues 215 (1980),
62–64.
3 Anniseh van Engeland, “The Differences and Similarities between
International Humanitarian Law and Islamic Humanitarian Law:
Is there Ground for Reconciliation,” Journal of Islamic Law and
Culture, Vol. 10, No. 1 (April 2008), 86; Troy S. Thomas, “Jihad’s
Captives: Prisoners of War in Islam,” 2008), http://www.au.af.mil/
au/awc/awcgate/usafa/jihad_pows.doc (Accessed 1o May 2012).
4 Jamal Krafess, “The Influence of Muslim Religion in Humanitari-
an Aid,” International Review of the Red Cross, Vol. 87, No. 858,
June 2005, 327–342.
Pendahuluan | 43
12 Ibid.
13 Imam Syaukani, Nailul Authar: Ansar al-Sunnah an-Nabawiyyah,
Vol. 7, 246, dikutip dari Muhammad Munir, “Suicide Attack and
Islamic Law, International Review of the Red Cross, 90 (2008), 83.
14 Lihat Masood Hyder, di atas no 1, 1
15 Lihat http://www.ihh.org.tr/hakkimizda/en
16 Lebih jauh dalam konteks Indonesia lihat “Symbolic and Ideologi-
cal Contestation over Humanitarian Emblems: The Red Crescent in
Islamizing Indonesia,” Studia Islamika, Vol. 18, No. 2 (2011), 249-
286.
17 Laporan Umum Komite Islam Bulan Sabit Internasional, diakses
dari http://ktp.isam.org.tr/pdfdkm/13/dkm131177.pdf pada 11 Feb-
ruari 2013
18 Untuk pembahasan yang sangat menarik pada isu-isu ini, lihat
Marie Juul Petersen, For humanity or for the umma? Ideologies of
aid in four transnational Muslim NGOs, Dissertation, University of
Copenhagen, 2011.
19 Lihat http://www.asean.org/news/asean-pernyataan communiqu-
es/item/asean-hak asasi manusia-deklarasi. Pasal 7 mengatakan “...
Pada saat yang sama, realisasi hak asasi manusia harus dipertim-
bangkan dalam konteks regional dan nasional mengingat latar be-
lakang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, sejarah dan aga-
ma yang berbeda.” Artikel ini dikritik karena memberi kesempatan
bagi negara untuk melanggar hak asasi manusia berdasarkan bu-
daya dan alasan politik.
20 Abdullahi Ahmad An-Naim adalah salah satu tokoh terkemuka
yang fokus pada dialog Islam dan IHR. Lihat untuk, misalnya, Ab-
dullahi Ahmad An-Naim, Islam and the Secular State, Negotiating
the Future of Shari’a (2008).
21 Pendekatan ini mencoba mencari jalan keluar permasalahan HAM
dengan menggunakan kearifan lokal tanpa harus bertentangan de-
ngan hukum internasional yang berlaku. Lihat Tom Zwart, “Using
Local Culture to Further the Implementation of International Hu-
man Rights: the Receptor Approach,” Human Rights Quarterly
(2012) 34 (2), 546-569
Pendahuluan | 45