TINJAUAN TEORI
A. KONSEP MANAJEMEN
1. Konsep Manajemen
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai
proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen
keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan
untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan,
mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan
Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Menurut P.
Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan
Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya.
Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
Menurut Swanburg (2000), Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,
karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer
klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi
yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi
pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau
perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas
perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan.
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari
fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir
dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok.
Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen keperawatan adalah
suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya
maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
1) Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena
fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004)
fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif
dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas
akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a) Tujuan Perencanaan
Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
Membantu dalam koping dengan situasi kritis
Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa
lalu dan akan datang.
Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b) Tahap dalam perencanaan :
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program.
Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c) Jenis Perencanaan
Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang
sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa
depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini
terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat
dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki
alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur
pekerjaan divisi keperawatan.
Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard
untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan
rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi
pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari
program dan proyek.
d) Manfaat Perencanaan
Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
Memudahkan kordinasi
Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara jelas
Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
Menghemat waktu dan dana
e) Keuntungan Perencanaan
Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi
keperawatan
Memodifikasi gaya manajemen
Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f) Kelemahan Perencanaan
Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta
tentang masa yang akan datang
Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2) Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan
alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata
cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya.
Pendelegasian wewenang.
Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi
perencanaan.
Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas yang diperlukan.
Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
Mendelegasikan wewenang.
3) Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang
dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik
dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik
dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup
personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat,
memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52
minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang
sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat
dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan
komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter,
waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis
pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara
efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi,
fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff
efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi,
orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan
proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat
dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang
yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat
untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan
diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam
dan metode lain yang biasa.
4) Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh
adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut
Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam
Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan
memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan
yaitu :
Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan
inisiatif.
Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas
dan kepuasan kerja.
Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada
setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional
dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat
keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
5) Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari
proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan
rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang
telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang
digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler,
2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang
telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur,
misalnya menepati jam kerja.
Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga
staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan
program.
Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan
kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja.
Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
Harus memandang ke depan
Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
Harus objektif
Harus fleksibel
Harus menunjukkan pola organisasi
Harus ekonomis
Harus mudah dimengerti
Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta
pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan
yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan
keperawatan adalah:
Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan
fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat
dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka
akan diperoleh manfaat :
Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan
standard atau rencana kerja.
Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya
Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan
telah digunakan secara benar.
Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan
lanjutan
b. Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara tota lkepada
sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga profesional,
teknikal dan pembantu.
a) Konsep metode tim
Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik kepemimpinan.
Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim. b.
b) Kelebihan metode tim
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Mendukung pelaksanaan proses perawatan
Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflikmudah diatasi
Memberikan kepuasan pada anggota timc.
B. KONSEP KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang komplek dan sulit, karena sifat
dasar kepemipinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini
telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentan kepemimpinan menjadi lebih
sistematis dan objektif. Kepemimpian melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam yang terjadi
di antara orang-orang yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan perubahan tersebut
mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan).
Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara etimologi,
kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pimpin” yang jika
mendapat awalan “me” menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan
membimbing.
2. Tipe Kepemimpinan
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Hal
ini apabila dipilah-pilah maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan pola masing-masing.
Menurut Isjoni, dalam bukunya Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, tipe-tipe
kepemimpinan antara lain :
1) Partisifatif
Kepemimipinan yang partisivatif adalah suatu cara memimpin yang memungkinkan para
bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan, bila ternyata proses tadi
mempengaruhi kelompok, atau bila memang kelompok (bawahan) ini mampu turut
berperan dalam pengambilan keputusan dalam hal ini atasan tidak hanya memberikan
kesempatan kepada mereka yang berinisiatip akan tetapi akan membantu mereka
menyelesaikan tugas mereka sendiri, misal dengan memberikan fasilitas. Pemimpin di sini
bermaksud untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bawahan dalam mencapai tujuan
kelompok, organisasi atau lembaga, dengan menggunakan cara memberi pujian, atau juga
memberikan kritik yang membangun walau pada akhirnya tanggung jawab untuk membuat
keputusan itu ada ada tangan pemimpin namun dalam prosesnya, pengambilan keputusan
itu dikerjakan besama-sama dalam anggota kelompok.
2) Laisser faire (bebas)
Dengan cara ini seorang pemimpin akan meletakan tanggung jawab pengambilan
keputusan sepenuhnya kepada para bawahan. Disini pemimpin hanya sedikit saja atau
hampir sama sekali tidak memberikan pengarahan. Sudah barang tentu dengan cara ini
maksud pemimpin adalah menggangap bawahanya sudah dewasa, dan tau apa
kewajibannya. Dalam cara ini komunikasi antar bawahan, maupun antara bawahan dengan
pemimpinanya kurang sekali. Dan setiap pemimpin memiliki karakteristik atau tipe
kepemimpinan yang berbeda-beda antar satu pemimpin dengan pemimpin yang lain.
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan
mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini. Sebagai
pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat
dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan
sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan
maka Seokarto mengutarakan ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu : tipe otoriter, tipe
laissez faire dan tipe demokrasi.
a) Tipe Otoriter
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan dasar ditetapkan oleh
pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya.
Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi
sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi
bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya.
b) Tipe Laissez Faire
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur dan apa yang akan
dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil
keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak
sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu. Apabila hal ini
kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru
biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa
dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah
tersebut menghendakinya.
c) Tipe demokratis
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan
seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang
bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang
ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya. Dalam hasil penelitian
menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas
pemimpin harus :
Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif;
Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan
memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok
yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab.
Pemimpin yang demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di
dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab
terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat
ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika
dibutuhkan.
Menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa tipe-tipe kepemimpinan ada 6, yaitu :
a) Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini,
segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk
itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin
yang bersangkutan;
b) Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi
baik rencana atau perintah juga pengawasan;
c) Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya
bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-
peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati;
d) Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis
menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama.
Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta
dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian
tujuan;
e) Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin
dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah
seperti halnya seorang bapak kepada anaknya;
f) Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari
kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan
adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang
bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di
antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia
ikut berkecimpung.
Secara garis besarnya penyusun dapat menyimpulkan bahwa tipe kepemimpinan dibagi
menjadi tiga pola dasar, yakni :
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas;
Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama;
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang akan dicapai.
4) Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan
pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat segera
diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel
yang telah ditetapkan dalam rencana.
5) Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan.
Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan.
Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi,
referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
6) Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak
buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang
dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan
terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih
payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak, seorang pemimpin
harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng,
yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan
memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.
2. Unsur-unsur SWOT
SWOT merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membuat evaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam bisnis. Umumnya SWOT digambarkan dengan tabel
pada ukuran kertas yang besar untuk memudahkan analisis hubungan antar aspeknya.
Pembuatan analisis SWOT melibatkan tujuan bisnis yang spesifik dan identifikasi faktor internal-
eksternal untuk mencapai tujuan tersebut.
Seperti yang sudah disinggung diatas, analisis SWOT melibatkan empat unsur utamanya,
yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threats
(ancaman). Berikut penjelasan dari masing-masing unsur tersebut:
a) Kekuatan (Strenght)
Analisis terhadap unsur kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. Misalnya saja
menganalisis tentang kelebihan apa saja yang dimiliki perusahaan seperti dari segi
teknologi, kualitas hasil produksi, lokasi strategis, atau unsur kekuatan lainnya yang
lebih menekankan pada keunggulan perusahaan.
Biasanya dalam analisis SWOT perusahaan cenderung akan membuat sebanyak
mungkin daftar kekuatan sebagai upaya kompetisi.
b) Kelemahan (Weakness)
Selain melihat unsur kekuatan perusahaan, sangat penting untuk mengetahui
apa kelemahan yang dimiliki perusahaan. Untuk mengetahui kelemahan perusahaan
bisa dengan melakukan perbandingan dengan pesaing seperti apa yang dimiliki
perusahaan lain namun tidak dimiliki perusahaan Anda.
Jika ingin membuat daftar kelemahan perusahaan secara lebih obyektif bisa
dengan testimoni konsumen yang umumnya lebih mengetahui apa yang kurang dari
sebuah perusahan.
c) Peluang (Opportunity)
Unsur peluang biasanya dibuat pada saat awal membangun bisnis. Ini karena
bisnis dibentuk berdasarkan peluang atau kesempatan untuk menghasilkan keuntungan.
Unsur peluang termasuk daftar apa saja yang memungkinkan bisnis mampu bertahan
dan diterima di masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
d) Ancaman (Threats)
Analisis terhadap unsur ancaman sangat penting karena menentukan apakah
bisnis dapat bertahan atau tidak di masa depan. Beberapa hal yang termasuk unsur
ancaman misalnya banyaknya pesaing, ketersediaan sumber daya, jangka waktu minat
konsumen, dan lain sebagainya.
Membuat daftar ancaman perusahaan bisa untuk jangka pendek maupun jangka
panjang serta bisa sewaktu-waktu bertambah atau berkurang.