Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MANAJEMEN
1. Konsep Manajemen
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai
proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen
keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan
untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan,
mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan
Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Menurut P.
Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan
Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya.
Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
Menurut Swanburg (2000), Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,
karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer
klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi
yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi
pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau
perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas
perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan.
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari
fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir
dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok.
Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen keperawatan adalah
suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya
maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.

2. Fungsi – Fungsi Manajemen


Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing (pengarahan),
Controlling (pengendalian/evaluasi).

1) Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena
fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004)
fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif
dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas
akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a) Tujuan Perencanaan
 Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
 Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
 Membantu dalam koping dengan situasi kritis
 Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
 Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa
lalu dan akan datang.
 Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
 Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b) Tahap dalam perencanaan :
 Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
 Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
 Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
 Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
 Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program.
 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c) Jenis Perencanaan
 Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang
sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa
depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini
terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat
dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki
alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur
pekerjaan divisi keperawatan.
 Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard
untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan
rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi
pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari
program dan proyek.
d) Manfaat Perencanaan
 Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
 Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
 Memudahkan kordinasi
 Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara jelas
 Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
 Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
 Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
 Menghemat waktu dan dana
e) Keuntungan Perencanaan
 Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
 Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
 Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi
keperawatan
 Memodifikasi gaya manajemen
 Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f) Kelemahan Perencanaan
 Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta
tentang masa yang akan datang
 Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
 Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
 Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
 Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2) Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan
alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata
cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

a. Manfaat Pengorganisasian
 Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
 Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
 Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya.
 Pendelegasian wewenang.
 Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

b. Langkah-langkah Pengorganisasian
 Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi
perencanaan.
 Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
 Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
 Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas yang diperlukan.
 Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
 Mendelegasikan wewenang.

3) Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang
dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik
dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik
dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup
personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat,
memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52
minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang
sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat
dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan
komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter,
waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis
pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara
efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi,
fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff
efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi,
orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan
proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat
dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang
yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat
untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan
diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam
dan metode lain yang biasa.

4) Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh
adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut
Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam
Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan
memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan
yaitu :
 Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan
inisiatif.
 Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas
dan kepuasan kerja.
 Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada
setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional
dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat
keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

5) Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari
proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan
rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang
telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang
digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler,
2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang
telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
 Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur,
misalnya menepati jam kerja.
 Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
 Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga
staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan
program.
 Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan
kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja.
 Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
 Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
 Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
 Harus memandang ke depan
 Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
 Harus objektif
 Harus fleksibel
 Harus menunjukkan pola organisasi
 Harus ekonomis
 Harus mudah dimengerti
 Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta
pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan
yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan
keperawatan adalah:
 Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan
fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
 Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat
dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka
akan diperoleh manfaat :
 Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan
standard atau rencana kerja.
 Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya
 Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan
telah digunakan secara benar.
 Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan
lanjutan

3. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhankeperawatan, yaitu : Sistem
pengorganisasian dalam pemberian asuhankeperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode
proses asuhankeperawatan
1) Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatanterdiri dari :
a. Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan dengan
cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas
a) Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan baik untuk
RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial sedangkan
perawat junior bertanggung jawab pada perawatan pasien.
b) Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yangterpisah-
pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan denganketrampilan saja.

b. Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara tota lkepada
sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga profesional,
teknikal dan pembantu.
a) Konsep metode tim
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim. b.
b) Kelebihan metode tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses perawatan
 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflikmudah diatasi
 Memberikan kepuasan pada anggota timc.

c) Kelemahan metode tim


 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi timyang sulit
terbentuk pada waktu-waktu sibuk.3)

c. Model keperawatan primer


Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan komprehensif
yang merupakan penggabungan model praktik keperawatan profesional. Setiap perawat
profesional bertanggunng jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
a) Konsep dasar metode primer
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga.
b) Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun non
profesional sebagai perawat asisten.
c) Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
d) Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, selfdirection,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat,menguasai keperawatan
klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

2) Sistem klasifikasi Pasien


Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan untuk
memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan. Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien
menurut Douglas (1984), adalah :
a. Minimal care Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam/dengan
criteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur2)
b. Intermediet care, minimal memerlukan waktu selama 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
c. Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu selama 5-6 jam/24 jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi

3) Metode Proses Keperawatan


Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang
ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data,
analisis data dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
penilaiantindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahapdalam
proses keperawatan, yaitu :
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan menjadi sulit dipelajari
secara lengkap karena masing-masing data berada pada format yang berbeda.
Komponen SOR meliputi hal berikut :
a) Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,alamat, tempat dan
tanggal lahir, status perkawinan serta, diagnosis pada saat masuk rumah sakit.
b) Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang dilengkapi
dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang bersangkutan.
c) Lembar riwayat medic
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi kesehatan
klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d) Catatan perawatCatatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensidan
evaluasi.
e) Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium, laporan
operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, masukan dan haluaran cairan serta
pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling ketergantungan
dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan standar dokumentasi
1) Ketrampilan komunikasi secara tertulis adalah ketrampilan perawat dalam
mencatat dengan jelas, mudah dimengerti. Dalam kenyataannya dengan
kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas,
keperawatan, perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara
benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
2) Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses keperawatan.
Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang tepat untuk
pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih
lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka atau dasar
keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan
tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan
sesuatu yang berbeda dan metode problemsolving.
3) Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat
memenuhistandar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu
pernyataantentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu. Dengan
adanya standar dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu
ukuaranterhadap kualitas dokumentasi keperawatan.

4) Keterampilan Dalam Dokumentasi


Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5 komponen
yaitu :
 Novice (orang baru) Dengan keberadaan orang baru akan
diharapkan membawa perubahan dan pembaharuan.
 Advanced Beginer (pemula lanjut) Pola pikir yang maju. ilmiah dan
dilandasi motivasi yang tinggi terhadap keprofesian mudah untuk
menunjang ketrampilan dankemampuan pendokumentasian.
 Competent (mampu) Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh
perawat yang bertugas memberikan arahan keperawatan.
 Expert (ahli) Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses
keperawatansangat diperluakan oleh seorang perawat
 Proficient (cakap) Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan
menjadikan diri terbelakang dan kemajuan

4. Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri atas beberapa elemen
yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dalam proses manajemen
keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau keluaran
umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan
staf,serta kegiatan penelitian untuk menindak lanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses
manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan
umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei Kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat. Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan
untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen sebagaimana juga
proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).

B. KONSEP KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang komplek dan sulit, karena sifat
dasar kepemipinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini
telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentan kepemimpinan menjadi lebih
sistematis dan objektif. Kepemimpian melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam yang terjadi
di antara orang-orang yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan perubahan tersebut
mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan).
Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara etimologi,
kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pimpin” yang jika
mendapat awalan “me” menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan
membimbing.

2. Tipe Kepemimpinan
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Hal
ini apabila dipilah-pilah maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan pola masing-masing.
Menurut Isjoni, dalam bukunya Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, tipe-tipe
kepemimpinan antara lain :
1) Partisifatif
Kepemimipinan yang partisivatif adalah suatu cara memimpin yang memungkinkan para
bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan, bila ternyata proses tadi
mempengaruhi kelompok, atau bila memang kelompok (bawahan) ini mampu turut
berperan dalam pengambilan keputusan dalam hal ini atasan tidak hanya memberikan
kesempatan kepada mereka yang berinisiatip akan tetapi akan membantu mereka
menyelesaikan tugas mereka sendiri, misal dengan memberikan fasilitas. Pemimpin di sini
bermaksud untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bawahan dalam mencapai tujuan
kelompok, organisasi atau lembaga, dengan menggunakan cara memberi pujian, atau juga
memberikan kritik yang membangun walau pada akhirnya tanggung jawab untuk membuat
keputusan itu ada ada tangan pemimpin namun dalam prosesnya, pengambilan keputusan
itu dikerjakan besama-sama dalam anggota kelompok.
2) Laisser faire (bebas)
Dengan cara ini seorang pemimpin akan meletakan tanggung jawab pengambilan
keputusan sepenuhnya kepada para bawahan. Disini pemimpin hanya sedikit saja atau
hampir sama sekali tidak memberikan pengarahan. Sudah barang tentu dengan cara ini
maksud pemimpin adalah menggangap bawahanya sudah dewasa, dan tau apa
kewajibannya. Dalam cara ini komunikasi antar bawahan, maupun antara bawahan dengan
pemimpinanya kurang sekali. Dan setiap pemimpin memiliki karakteristik atau tipe
kepemimpinan yang berbeda-beda antar satu pemimpin dengan pemimpin yang lain.
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan
mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini. Sebagai
pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat
dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan
sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan
maka Seokarto mengutarakan ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu : tipe otoriter, tipe
laissez faire dan tipe demokrasi.
a) Tipe Otoriter
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan dasar ditetapkan oleh
pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya.
Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi
sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi
bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya.
b) Tipe Laissez Faire
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur dan apa yang akan
dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil
keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak
sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu. Apabila hal ini
kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru
biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa
dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah
tersebut menghendakinya.
c) Tipe demokratis
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan
seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang
bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang
ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya. Dalam hasil penelitian
menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas
pemimpin harus :
 Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif;
 Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan
memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok
yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab.
Pemimpin yang demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di
dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab
terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat
ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika
dibutuhkan.
Menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa tipe-tipe kepemimpinan ada 6, yaitu :
a) Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini,
segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk
itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin
yang bersangkutan;
b) Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi
baik rencana atau perintah juga pengawasan;
c) Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya
bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-
peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati;
d) Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis
menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama.
Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta
dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian
tujuan;
e) Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin
dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah
seperti halnya seorang bapak kepada anaknya;
f) Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari
kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan
adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang
bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di
antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia
ikut berkecimpung.
Secara garis besarnya penyusun dapat menyimpulkan bahwa tipe kepemimpinan dibagi
menjadi tiga pola dasar, yakni :
 Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas;
 Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama;
 Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang akan dicapai.

3. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan


Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan pendidkan adalah bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan. Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat beroperasi secara efektif,
seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu:
1) Task Related/ Problem Solving Function, dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran
dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat;
2) Group Maintenance funcion/Social Funcion, dalam fungsi ini pemimpin membantu
kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi
anggota kelompok yang lain, misalnya melerai kelompok yang sedang berselisih pendapat,
memperhatikan diskusi-diskusi kelompok. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang
pemimpin yang mampu menampilkan kedua fungsi tersebut dengan jelas.
Menurut Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH, tugas pokok kepemimpinan yang berupa
mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan sebagainya agar
para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat dilaksanakan
secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Diantara fungsi
kepemimpinan antara lain :
1) Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan
bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat-manfaat
tersebut antara lain :
 Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk
memutuskan apa yang akan dilakukan;
 Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan yang
berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui;
 Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan
dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal,
yaitu :
 Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada
keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus;
 Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan
prosedur-prosedur yang diperlukan.
2) Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini
memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat
berlangsung terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang
merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik
di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang
muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3) Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para
pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisasi. Untuk mencapai kesetiaan ini,
seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata,
maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri
tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.

4) Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan
pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat segera
diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel
yang telah ditetapkan dalam rencana.
5) Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan.
Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan.
Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi,
referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
6) Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak
buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang
dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan
terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih
payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak, seorang pemimpin
harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng,
yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan
memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.

4. Syarat dan Ciri-ciri kepemimpinan Pendidikan


Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
 Kekuasaan, Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam
rangka penyelesaian tugas tertentu;
 Kewibawaan, Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga
pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya;
 Kemampuan, Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan
secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang
dikutip oleh Isjonimenyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai
persyaratan, antara lain :
 Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai;
 Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu;
 Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif;
 Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul;
 Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggi dan tenar.
M. Ansori Ardiansyah menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki
tiga ciri, yaitu :
a) Penglihatan Sosial, Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-
gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari;
b) Kecakapan Berfikir Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak
yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat
menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya,
sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi;
c) Keseimbangan Emosi, Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan
emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang
demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang pemimpin harus mampu
membuat suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin harus mempunyai
keseimbangan emosi.

C. KONSEP SWOT ANALYSIS


1. Pengertian SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis untuk mengevaluasi faktor-
faktor yang berpengaruh dalam usaha mencapai tujuan, yaitu kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats), baik itu tujuan jangka pendek
maupun jangka panjang.
Menurut Pearce dan Robinson, pengertian analisis SWOT adalah bagian dari proses
manajemen strategik perusahaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan utama perusahaan.
Menurut Rangkuti, definisi analisis SWOT adalah usaha yang dilakukan berdasarkan
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, dan pada saat yang sama dapat
meminimalisir kelemahan dan ancamana. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Menurut Rais, pengertian analisis SWOT adalah metode analisis yang paling mendasar
yang berguna untuk mengetahui topik dan permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Hasil
akhir dari analisis ini adalah arahan atau rekomendasi untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan peluang yang ada, serta mengurangi kelemahan dan menghindari
ancaman.
Istilah analisis SWOT seringkali kita temukan dalam ruang lingkup ekonomi dan bisnis.
Metode analisis ini tujuannya adalah untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi dan bukan merupakan alat analisis yang dapat memberikan solusi terhadap masalah
yang tengah dihadapi.
Analisis SWOT berperan penting dalam bisnis karena tujuannya untuk membuat
kerangka situasi dan kondisi dalam suatu perusahaan dari sudut pandang SWOT (Strenght,
Weaknesses, Opportunities, Threats). Dalam artikel ini akan dibahas secara lengkap tentang
pengertian analisis SWOT dan manfaatnya dalam bisnis.

2. Unsur-unsur SWOT
SWOT merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membuat evaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam bisnis. Umumnya SWOT digambarkan dengan tabel
pada ukuran kertas yang besar untuk memudahkan analisis hubungan antar aspeknya.
Pembuatan analisis SWOT melibatkan tujuan bisnis yang spesifik dan identifikasi faktor internal-
eksternal untuk mencapai tujuan tersebut.
Seperti yang sudah disinggung diatas, analisis SWOT melibatkan empat unsur utamanya,
yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threats
(ancaman). Berikut penjelasan dari masing-masing unsur tersebut:
a) Kekuatan (Strenght)
Analisis terhadap unsur kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. Misalnya saja
menganalisis tentang kelebihan apa saja yang dimiliki perusahaan seperti dari segi
teknologi, kualitas hasil produksi, lokasi strategis, atau unsur kekuatan lainnya yang
lebih menekankan pada keunggulan perusahaan.
Biasanya dalam analisis SWOT perusahaan cenderung akan membuat sebanyak
mungkin daftar kekuatan sebagai upaya kompetisi.
b) Kelemahan (Weakness)
Selain melihat unsur kekuatan perusahaan, sangat penting untuk mengetahui
apa kelemahan yang dimiliki perusahaan. Untuk mengetahui kelemahan perusahaan
bisa dengan melakukan perbandingan dengan pesaing seperti apa yang dimiliki
perusahaan lain namun tidak dimiliki perusahaan Anda.
Jika ingin membuat daftar kelemahan perusahaan secara lebih obyektif bisa
dengan testimoni konsumen yang umumnya lebih mengetahui apa yang kurang dari
sebuah perusahan.
c) Peluang (Opportunity)
Unsur peluang biasanya dibuat pada saat awal membangun bisnis. Ini karena
bisnis dibentuk berdasarkan peluang atau kesempatan untuk menghasilkan keuntungan.
Unsur peluang termasuk daftar apa saja yang memungkinkan bisnis mampu bertahan
dan diterima di masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
d) Ancaman (Threats)
Analisis terhadap unsur ancaman sangat penting karena menentukan apakah
bisnis dapat bertahan atau tidak di masa depan. Beberapa hal yang termasuk unsur
ancaman misalnya banyaknya pesaing, ketersediaan sumber daya, jangka waktu minat
konsumen, dan lain sebagainya.
Membuat daftar ancaman perusahaan bisa untuk jangka pendek maupun jangka
panjang serta bisa sewaktu-waktu bertambah atau berkurang.

3. Manfaat Analisis SWOT


Analisis SWOT juga berperan sebagai instrumen yang bermanfaat dalam aktivitas
analisis strategis. Dengan analisis ini, organisasi dapat meminimalisir kelemahan dan menekan
dampak ancaman yang harus dihadapi.
Jadi, secara umum manfaat analisis SWOT adalah sebagai berikut:
 Perusahaan menjadi lebih memahami kekuatannya dan memberikan rekomendasi
untuk meningkatkannya.
 Perusahaan dapat melihat suatu peluang dan dapat mempertahankan peluang.
 Perusahaan mengetahui kelemahan serta mencari solusi untuk mengurangi kelemahan
tersebut.
 Perusahaan mengetahui potensi ancaman serta mencari solusi untuk menghindari
ancaman tersebut.
4. Factor yang Mempengaruhi Analisis SWOT
Secara garis besar terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi analisa SWOT, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Berikut penjelasan singkatnya:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam suatu perusahaan, yaitu
kekuatan dan kelemahan dari perusahaan itu sendiri. Adapun beberapa hal yang merupakan
bagian dari faktor internal adalah;
 Sumber daya keuangan yang memadai
 Sumber daya manusia yang kompeten
 Properti teknologi terkini
 Kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
 Kemampuan pemasaran yang baik
 Kemampuan distribusi yang baik
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar perusahaan (ancaman dan
peluang) dan berpengaruh terhadap performa perusahaan tersebut. Adapun beberapa hal
yang merupakan bagian faktor eksternal adalah;
 Tren bisnis
 Budaya masyarakat
 Sosial politik dan ideologi
 Kondisi perekonomian suatu negara
 Peraturan dan kebijakan pemerintah
 Perkembangan teknologi

D. KONSEP FISH BONE ANALYSIS


1. Pengertian Fishbone
Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang muncul
diperusahaan. Metode – metode tersebut antara lain : Brainstorming, Bertanya Mengapa
beberapakali (WHY – WHY) dan metode Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa. Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah metode yang ke 3
yakni Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan
kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect
diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru
Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas
Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih
banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical)
atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7
alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run
chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan
tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan
sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek
atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab
sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan
Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan
dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk
menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan
oleh faktor-faktor penyebab itu.
Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan
memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan
tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai
pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan
Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua
pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga
kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan
adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan
masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang – orang
yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah
menggunakan diagram tulang ikan.
2. Manfaat Diagram Fishbone
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan
mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian
memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin”
dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan
apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.
Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan
bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting
perusahaan. Masalah – masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang
ada di industri manufaktur khusunya antara lain adalah : a) keterlambatan proses produksi, b)
tingkat defect (cacat) produk yang tinggi, c) mesin produksi yang sering mengalami trouble, d)
output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi, e) produktivitas
yang tidak mencapai target, f) complain pelanggan yang terus berulang.
Namun, pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk kebutuhan-
kebutuhan berikut :a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, b)
Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah, c) Membantu dalam
penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut, d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk
menciptakan hasil yang diinginkan, e) Membahas issue secara lengkap dan rapi, f) Menghasilkan
pemikiran baru. Jadi ditemukannya diagram Fishbone memberikan kemudahan dan menjadi
bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar
“penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal
dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah
perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan
memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar”
permasalahan sebenarnya.
Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone , kita terlebih dahulu harus melihat, di
departemen, divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi
dan jenis usaha juga akan mempengaruhi sebab – sebab yang berpengaruh signifikan terhadap
masalah yang mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan.
3. Cara Membuat Diagram Fishbone
Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan,
yakni 1). Menyiapkan sesi analisa tulang ikan. 2). Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3).
Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. 4). Menemukan sebab-sebab potensial
dengan cara sumbang saran. 5). Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. 6). Mencapai
kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone dalam rangka mengidentifikasi
penyebab suatu keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut:
 Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk
diselesaikan.
 Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect).
Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang
belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak.
 Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah
kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau
kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui Stratifikasi ke dalam
pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja,
lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam
proses. Faktor –faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui
brainstorming. Berikut beberapa pendekatan yang bisa dijadikan panduan untuk
merumuskan faktor-faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect:
E. TINDAKAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai