Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Memasuki abad ke-20, kapitalisme telah memasuki tahap tertinggi dan terakhir
bernama imperialisme (kerajaan kapital monopoli dalam skala dunia). Dan ketika
panah waktu bergerak ke abad ke-21, kita menjadi saksi hidup dari krisis demi krisis
yang menimpa imperialisme yang kian kronis. Seiring perkembangan waktu,
kapitalisme semakin tua dan tidak cocok dengan semangat pembaruan zaman lagi.
Akar dari krisis ini terletak di dalam sistem kapitalisme itu sendiri; overproduksi
barang-barang bertekhnologi tinggi dan persenjataan militer, krisis energi karena
kerakusan mereka sendiri, krisis keuangan (financial) karena praktek manipulasi
mereka sendiri, anarkhi produksi serta perebutan pasar dunia bagi barang komoditas
di kalangan kekuatan imperialisme sendiri juga.

Krisis umum imperialisme pada abad ke-21 ini telah semakin memperjelas watak
mereka yang sesungguhnya; perampok yang rakus dan barbar, terorisme negara yang
getol mengobarkan perang agresi, dan kehancuran sosial di seluruh dunia. Sistem
kapitalisme telah melewati masa-masa keemasannya. Dunia kapitalis tidak akan
mendapati lagi kemunculan negeri-negeri persemakmuran (welfare-state)
sebagaimana terjadi pada era booming kemakmuran tahun 1980-an. Pemangkasan
subsidi sosial, kesehatan, pendidikan, dsb, menjadi kenyataan pahit bagi rakyat di
tengah kondisi penghidupan yang semakin dimiskinkan; baik di negeri-negeri maju
belahan Utara maupun negeri-negeri bergantung di belahan Selatan.

Pelanggaran jam kerja sering terjadi di Indonesia dan merupakan salah satu isu
penting yang sering diabaikan karena berbagai faktor. Riset yang dilansir oleh
International Trade Union Confederation (ITUC), menyebut Indonesia sebagai salah
satu negara dengan iklim kerja paling buruk sedunia. Dengan rating hanya 5 (dari
skala 1 sampai 10), Indonesia ditengarai gagal menjamin pemenuhan hak pekerja.

1
Mulai dari masalah durasi kerja, pembayaran upah yang sesuai atau pantas, hingga
penjaminan keamanan kerja setiap buruhnya.

Data tersebut senada dengan catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang pada
2015 menyebut 26,3 persen pekerja di Indonesia bekerja lebih dari 49 jam dalam
sepekan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 atau yang biasa disebut sebagai


Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) memiliki peran yang sentral
dalam mengatur permasalahan perburuhan di Indonesia. UU Ketenagakerjaan dapat
dikatakan menggambarkan hubungan yang ada di antara pemangku kepentingan
yakni, pengusaha, pekerja, dan Pemerintah. Salah satu peran Pemerintah dalam
posisinya sebagai pemangku kepentingan dalam hal ketenagakerjaan adalah menjadi
regulator atau pengatur. Telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan terkait sanksi yang
dapat dikenakan dalam hal ketidaktaatan terhadap aturan undang-undang. Terdapat
dua macam sanksi yang ada di dalam UU Ketenagakerjaan, yakni sanksi administratif
dan sanksi pidana. Tidak terlepas dari itu pegawaipun harus menerapkan hak dan
kewajibannya dalam bernegara berdasarkan undan-undang ketenagakerjaan tersebut.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu Hak?
2. Apa itu kewajiban?
3. Seperti apa UU No 13 Tahun 2003?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kewarganegaraan juga untuk menambah pengetahuan bagi
rekan semua dan diri penulis pribadi.

Anda mungkin juga menyukai