Anda di halaman 1dari 30

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG

STANDAR PELAYANAN
KEGAWATDARURATAN MEDIS

1
2015

STANDAR PELAYANAN KEGAWATDARURATAN MEDIS

1. Bangunan

a. Persyaratan Lokasi Fasilitas Pelayanan Gawat Darurat

2
Lokasi bangunan Pelayanan Gawat Darurat mengikuti kaidah
perencanaan dan perancangan bangunan fasilitas kesehatan (termasuk di
dalamnya Rumah Sakit).
Kaidah lokasi bangunan Pelayanan Gawat Darurat tersebut adalah:
1) Harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar fasilitas pelayanan
kesehatan (jalan raya) dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah
dimengerti masyarakat umum.
2) Memiliki jalur masuk dan keluar kendaraan yang berbeda dengan pintu
masuk kendaraan ke area lainnya.
3) Untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang berbentuk memanjang
mengikuti panjang jalan raya maka pintu masuk ke area pelayanan gawat
darurat harus terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh
pengguna kendaraan untuk masuk ke area fasilitas pelayanan kesehatan.
4) Area pelayanan gawat darurat juga harus mudah diketahui dan dicapai
dari dalam area fasilitas pelayanan kesehatan dengan rambu-rambu
petunjuk yang sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum.
5) Pelayanan gawat darurat dianjurkan untuk memiliki area yang dapat
digunakan untuk penanganan korban massal.
6) Pintu pelayanan gawat darurat memungkinkan ambulan tidak perlu
mundur untuk menurunkan pasien maupun keluar dari area menurunkan
dan menaikkan pasien tersebut.
7) Letak bangunan pelayanan gawat darurat yang tidak memiliki kamar
operasi emergensi harus berdekatan / bergabung dengan Unit Bedah
Sentral.

3
8) Letak bangunan pelayanan gawat darurat yang tidak memiliki Ruang
Bersalin harus berdekatan / bergabung dengan Unit Kebidanan 24 jam.

b. Persyaratan Pembagian Area Ruang Pelayanan Gawat Darurat

1) Area Pembatasan Aksesibilitas.

Ruangan-ruangan yang ada dalam pelayanan gawat darurat pada


pemanfaatannya haruslah memiliki suatu batasan aksesibilitas tertentu
bagi orang-orang yang diperbolehkan berada didalam suatu ruangan demi
kelancaran dan kemudahan pelayanan kesehatan yang akan diberikan
kepada pasien. Hal ini pulalah yang menyebabkan bahwa hanya orang-
orang tertentu yang boleh berada pada suatu ruangan untuk menerima
maupun memberikan pelayanan sehingga perlu ditentukan suatu 'Area
Pembatasan Aksesibilitas" berdasarkan fungsi yang ada pada suatu
ruangan yaitu :
a) Area Publik / Umum

4
Area Publik meliputi ruangan-ruangan yang boleh diakses oleh
hampir semua pengunjung pelayanan gawat darurat.
Yang termasuk ruangan dengan area publik yaitu :
o Area Menurunkan/Menaikkan Pasien
o Area Pintu Masuk/Keluar
o Area Pintu Masuk Dekontaminasi Pasien
o Ruangan Tunggu Pengantar Pasien
o Ruangan Pendaftaran Terpadu
o Ruangan/Area Triase
o Ruangan Farmasi/Depo
o Kamar Mandi/WC
o Ruangan Tunggu Pengantar Pasien
o Area Parkir Brankar Pasien

b) Area Terbatas
Area Terbatas meliputi ruangan-ruangan selain area publik, yang
tidak boleh diakses selain pasien gawat darurat, kecuali atas izin
petugas pelayanan gawat darurat.
c) Area Privat
Area Privat meliputi ruangan-ruangan yang hanya boleh diakses oleh
petugas yang berwenang dan pasien yang sedang dilayani.

5
Yang termasuk ruangan area privat yaitu ruangan yang terkait
dengan tindakan operasi atau tindakan invasif dan area servis.

c. Pembagian ruangan pelayanan gawat darurat secara umum :

1) Area parkir Ambulans


2) Area menurunkan pasien
3) Area Triase primer
4) Area administrasi pasien
5) Ruangan triase sekunder
6) Ruangan non kritis (ruang tindakan dan psikiatri)
7) Ruangan semi kritis
8) Ruangan PONEK
9) Ruangan unit pelayanan khusus untuk korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak
10) Ruangan kritis/ruangan resusitasi
11) Ruangan perlengkapan disaster
12) Ruangan dekontaminasi
13) Ruangan depo farmasi
14) Ruangan observasi emergensi
15) Kamar Operasi Emergensi

6
16) Ruangan penunjang medis
17) Ruangan konsultasi informasi dan edukasi (KIE)
18) Call center medik
19) Ruangan tunggu
20) Ruangan isolasi
21) Ruangan Spoolhoek (ruangan pembersihan alat medis)
22) Ruangan janitor

d. Desain Bangunan Pelayanan Gawat Darurat

1) Luas bangunan Pelayanan Gawat Darurat disesuaikan dengan beban


kerja Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan memperhitungkan
kemungkinan penanganan korban massal / bencana
2) Desain Tata Ruang harus dapat mendukung kecepatan pemberian
pelayanan.
3) Tata letak ruangan dalam bangunan Pelayanan Gawat Darurat tidak boleh
memungkinkan infeksi silang.
4) Ambulans/ kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu yang arenanya terlindung dari panas dan hujan.
5) Susunan Ruangan harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat
lancar dan tidak ada “cross infection”, dapat menampung korban bencana

7
sesuai dengan kemampuan Fasilitas Pelayanan Kesehatan,mudah
dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga
6) Area dekontaminasi ditempatkan di depan / di luar Ruang Pelayanan
Gawat Darurat atau terpisah dengan Ruang Pelayanan Gawat Darurat
7) Ruangan Triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
8) Persyaratan teknis perruangan pada Ruang Pelayanan Gawat Darurat
mengikuti peraturan perundangan yang dikeluarkan unit teknis di
lingkungan Kementerian Kesehatan.

e. Persyaratan komponen bangunan

1) Lantai Ruang Pelayanan Gawat Darurat yang tidak sama tingginya


dengan jalan ambulans harus membuat ramp Pintu harus dapat dilalui
oleh brankar.
2) Tersedia Wastafel sebagai sarana untuk mencuci tangan bagi tenaga
medis dan keluarga pasien. Jumlah wastafel disesuaikan dengan beban
kerja dan kebutuhan berdasarkan standar pencegahan infeksi
3) Tersedia toilet bagi petugas dan pengunjung
4) Setiap lantai di area pelayanan harus mudah dibersihkan, tidak licin ,tidak
menyerap air dan cairan tubuh pasien, mudah dilalui roda brangkart dan
tempat tidur, mengurangi transmisi suara dan mencegah penyebaran
infeksi. Dinding dilapisi dengan cat yang mudah dibersihkan.

8
5) Persyaratan teknis detail komponen bangunan antara lain: lantai, dinding,
langit-langit, pintu, jendela, dan sanitair mengikuti peraturan perundangan
yang dikeluarkan unit teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan.

2. Prasarana

a. Sistem Instalasi Air

 Sistem Instalasi Air terdiri dari : Instalasi air minum/bersih, Instalasi air
kotor/limbah, dan Instalasi air hujan.
 Sistem Instalasi Air mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

b. Sistem Kelistrikan

9
 Sistem kelistrikan pada ruangan triase, ruangan observasi, dan ruangan
tindakan termasuk kelompok 1 yaitu sumber listrik dari PLN dan Genset.
 Sistem kelistrikan pada ruangan resusitasi termasuk kelompok 2 yaitu
sumber listrik dari PLN, Genset, dan UPS.
 Sistem kelistrikan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Sistem Pencahayaan

 Setiap bangunan pelayanan gawat darurat harus mempunyai sistem


pencahayaan alami, pencahayaan buatan, dan pencahayaan darurat,
sesuai dengan fungsinya.
 Sistem Pencahayaan mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

d. Sistem Proteksi Petir

10
 Sistem proteksi yang direncanakan dan dipasang adalah upaya untuk
mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir
terhadap bangunan pelayanan gawat darurat, termasuk manusia,
peralatan, dan perlengkapan bangunan lainnya dalam bangunan
pelayanan gawat darurat.
 Sistem Proteksi Petir mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

e. Sistem Gas Medik dan Vakum Medik

 Sistem Gas Medik dan Vakum Medik yang dipasang harus


mempertimbangkan keselamatan bagi penggunanya.
 Sistem Gas Medik dan Vakum Medik mengikuti peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

f. Sistem pengelolaan limbah

11
 Sistem pengelolaan limbah meliputi:

a. Sistem pengelolaan limbah padat;


b. Sistem pengelolaan limbah cair;
c. Sistem pengelolaan limbah gas;
d. Sistem pengelolaan limbah radioaktif; dan
e. Sistem pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya.

Sistem pengelolaan limbah mengikuti peraturan perundang-undangan


yang berlaku.

g. Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

 Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran meliputi:

a. Sistem proteksi aktif


b. Sistem proteksi pasif

12
 Setiap pengelola pelayanan gawat darurat harus mengetahui tentang
prosedur pencegahan dan penanggulangan kebakaran, tata letak alarm
kebakaran, penggunaan alat pemadam kebakaran, dan jalur evakuasi.

Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran mengikuti peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

h. Petunjuk, Persyaratan Teknis dan Sarana Evakuasi Saat Terjadi Keadaan


Darurat

 Setiap bangunan pelayanan gawat darurat harus menyediakan sarana


evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu
keluar darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin pengguna untuk
melakukan evakuasi dari dalam bangunan secara aman apabila terjadi
bencana atau keadaan darurat.

 Petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan


darurat mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

i. Sistem Keamanan dan Keselamatan

13
 Bangunan pelayanan gawat darurat merupakan unit yang sibuk dan
menerima banyak pasien dan keluarganya, dengan berbagai macam
tingkat stress dan tingkah laku.

 Pengelola bangunan pelayanan gawat darurat bertanggung jawab


terhadap keamanan dan keselamatan pasien, staf, keluarga dan
pengunjung.

 Pengelola bangunan pelayanan gawat darurat harus menyediakan tempat


penyimpanan Barang berharga milik pasien.

 Pengelola bangunan pelayanan gawat darurat mempunyai Petugas


keamanan yang bertugas selama 24 Jam.

 Pengelola bangunan pelayanan gawat darurat mengatur alur pasien


masuk beserta keluarganya yang dapat menjamin keselamatan dan
keamanan pasien, staf dan keluarga.

j. Sistem Tata Udara

 Sistem tata udara meliputi :

a. Sistem Ventilasi
b. Sistem Pengkondisian Udara

14
 Sistem tata udara harus dirancang tidak menyebabkan terjadinya
penularan penyakit.

Sistem Tata Udara mengikuti peraturan perundang-undangan yang


berlaku.

k. Sistem transportasi vertikal

 Sistem transportasi vertikal dalam Bangunan pelayanan Gawat Darurat dapat


berupa lift, eskalator, dan/atau lift pelayan (dumbwaiter) sesuai dengan
kebutuhan.

Sistem transportasi vertikal mengikuti peraturan perundang-undangan


yang berlaku.

l. Sistem Komunikasi

1) Komunikasi Internal

15
Instalasi Gawat Darurat harus dapat melakukan komunikasi dengan
setiap unit atau departemen lain di Rumah Sakit dengan mudah dan
tanpa hambatan.

2) Komunikasi Eksternal

Instalasi Gawat Darurat merupakan bagian dari Sistem Pelayanan Gawat


Darurat Terpadu wajib mempunyai jalur komunikasi eksternal yang
terhubung dengan Call Center SPGDT.

3. Peralatan

 Jenis peralatan medis minimal yang harus ada di Pelayanan Gawat Darurat
Harus dapat memenuhi standar minimal peralatan untuk tindakan resusitasi,
serta tatalaksana definitif, sesuai dengan ketentuan dan kemampuan rumah
sakit.

16
 Rumah sakit harus menjamin akses yang cepat dan mudah bagi ketersediaan
peralatan medis sesuai dengan kemampuan rumah sakit, yang dapat diakses
selama 24 jam.

I. CAKUPAN LAYANAN

1. Skema Pelayanan Gawat Darurat

a. Akses Pelayanan

17
 Pelayanan Gawat Darurat dilakukan dalam 24 jam sehari dan tujuh hari
dalam seminggu, tanpa membedakan status sosial dan ekonomi pasien
serta diperuntukkan untuk semua umur (dewasa dan anak).
 Pasien yang datang ke pelayanan gawat darurat berhak untuk mendapat
penanganan terlebih dahulu tanpa harus memberi uang muka kepada
Pihak Rumah Sakit untuk mendapatkan pelayanan.
 Lokasi pelayanan gawat darurat mudah dijangkau oleh masyarakat
dengan rambu-rambu petunjuk yang jelas dari dalam dan luar Rumah
Sakit atau fasyankes lainnya.
 Ambulans atau kendaraan yang membawa Pasien yang datang ke
instalasi pelayanan Gawat Darurat dapat mengakses pintu masuk dan
keluar yang bebas hambatan.
 Ambulans atau kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu dengan area yang terlindung dari panas dan hujan.
 Pintu masuk layanan dapat dilalui brankar dengan mudah.
 Dalam Ruang Pelayanan, area pasien dibedakan dengan area publik
sehingga membuat petugas lebih mudah untuk melakukan pengamatan
kepada pasien yang sedang menunggu/mengantri. Hal tersebut juga
bertujuan untuk mencegah kepadatan pengunjung di area pasien yang
dapat menghambat pelayanan pasien gawat darurat dengan kondisi
mengancam nyawa. Selain itu, pembedaan area pasien dari area publik
juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya infeksi silang.
 Ruang khusus untuk dekontaminasi pasien diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau oleh pasien yang turun dari kendaraan atau ambulance.

18
Ruangan ini dibutuhkan untuk pasien yang terkontaminasi dengan bahan
berbahaya/ toxic.
 Kemudahan akses ke Apotek 24 jam atau meletakkan Depo Farmasi di
unit layanan.
 Kemudahan akses diagnosis ke Laboratorium dan Radiologi 24 jam atau
meletakkan Unit Radiologi dan Laboratorium di unit layanan.
 Kemudahan akses dan layanan 24 jam bagi pelayanan khusus
disesuaikan dengan beban kerja Rumah Sakit dan Kebutuhan, seperti
Kateterisasi Jantung primer, pelayanan Intensif, Unit Transfusi Darah,
Kamar Bedah dan Rekam Medis.

b. Pasien Gawat Darurat

1) Kriteria dan Alur Pasien Gawat Darurat

a) Kriteria Pasien Gawat Darurat

19
Kriteria kasus yang memenuhi kriteria sebagai pasien gawat darurat
adalah (lihat lampiran berdasar triase pengelolaan penyakit) :
o Mengancam nyawa dan anggota badan
o Adanya gangguan pada Airway/ jalan nafas, Breathing/
pernafasan dan Circulation/ sirkulasi
o Adanya penurunan kesadaran
o Adanya gangguan hemodinamik
o Memerlukan tindakan segera
o Tidak dapat bangun/berdiri karena sakitnya

Kelompok Pasien Khusus adalah kelompok pasien yang memerlukan


perlakuan yang berbeda, yaitu:
o Pasien Geriatri

Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia (seseorang yang telah


mencapai usia 60 (enam puluh tahun keatas)) dengan multi

20
penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan
pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan
Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin.

o Pasien Anak

Kriteria pasien anak adalah berumur 0 – 18 tahun.

o Pasien Korban Kekerasan

Kriteria pasien korban kekerasan mengikuti peraturan yang


berlaku.

21
o Pasien Psikiatri

 Kriteria pasien psikiatri gawat darurat sesuai dengan pedoman


pelayanan pasien psikiatri
 Pasien psikiatri yang gaduh gelisah dilayani di ruang periksa
psikiatri khusus.

o Pasien dengan paparan zat berbahaya atau penyakit infeksius


yang memerlukan ruang isolasi khusus.

 Pasien dengan paparan zat berbahaya atau penyakit infeksius


yang membahayakan lingkungan akan dilayani di Instalasi
Gawat Darurat setelah melalui ruang dekontaminasi
 Perlindungan terhadap petugas medis dan pasien lain menjadi
prioritas dalam pelayanan pasien dengan penyakit infeksius
khusus.

22
b) Alur Pelayanan Pasien Gawat Darurat

Alur pelayanan pasien gawat darurat harus memperhatikan triase saat


pasien datang. Pelayanan yang dilakukan harus cepat, tepat dan
efektif agar pelayanan yang diberikan bisa tepat guna. Bagan alur
tersebut akan dijelaskan dalam lampiran.

Prinsip alur pasien adalah :

 Setiap pasien yang masuk ke Pelayanan Gawat Darurat akan


melalui proses triase, untuk dipilah berdasarkan derajat
kegawatdaruratannya.
 Standar Triase disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesuaian
kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan.
 Derajat kegawatdaruratan yang digunakan di triase sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh profesi kedokteran
emergensi.

23
 Penanganan pasien gawat darurat dilakukan sesegera
mungkin.
 Lama waktu pelayanan di Pelayanan Gawat Darurat adalah
maksimal 8 jam.
 Alur masuk pasien dengan penyakit infeksius khusus
dibedakan dengan alur masuk pasien lain. Jika fasilitas ruang
isolasi khusus dan dekontaminasi tidak tersedia, pasien harus
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
memiliki fasilitas ruang isolasi khusus.

c) Alur Proses Pelayanan dalam SPGDT

Alur pelayanan pra fasilitas pelayanan kesehatan dan rujukan gawat


darurat melalui call center diatur dalam peraturan mengenai SPGDT.

1) Resusitasi dan Stabilisasi (Tempat Perawatan Merah/P1)

o Ruang Resusitasi diperuntukkan untuk pasien yang membutuhkan :

24
 Mengalami cardiac arrest di luar rumah sakit, atau
 Mengalami krisis tanda vital (jalan napas, pernapasan, sirkulasi,
kejang)
 Sedang dilakukan resusitasi

o Pelayanan resusitasi di ruang resusitasi dipimpin oleh seorang dokter


yang memiliki kompetensi tertinggi untuk melakukan resusitasi sesuai
dengan kewenangan klinis yang diberikan oleh pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan.
o Pelayanan resusitasi memerlukan kerjasama multidisiplin dan
interdisiplin yang terintegrasi dan bekerjasama secara tim dengan
satu orang pemimpin resusitasi.
o Waktu respon untuk pasien yang membutuhkan pelayanan resusitasi
adalah SEGERA.
o Setiap tindakan resusitasi yang dilakukan di fasilitas pelayanan gawat
darurat harus tercatat dalam rekam medis pasien.
o Fasilitas pelayanan kesehatan menetapkan kebijakan “dilakukan atau
tidak dilakukan resusitasi maupun penghentian resusitasi” di fasilitas
pelayanan gawat darurat.

25
a. Pelayanan Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan melalui Transfer Pasien
Gawat Darurat

 Proses transfer pasien meliputi transfer internal fasilitas kesehatan dan


transfer eksternal antar fasilitas pelayanan kesehatan.
 Proses transfer pasien dilakukan dengan pengawasan Dokter dan/atau
perawat terlatih.

b. Pelayanan Khusus

1) Pelayanan Gawat Darurat Pada Pasien Anak dan Neonatus

o Pasien anak yang memerlukan pelayanan kegawatdaruratan


mempunyai kekhususan yang memerlukan perhatian dan tatalaksana
yang berbeda dibandingkan pasien dewasa.
o Fasilitas pelayanan gawat darurat melayani kegawatdaruratan pada
pasien anak dari berbagai disiplin ilmu. Untuk itu Pelayanan Gawat

26
Darurat harus menyediakan sumber daya yang tepat dalam
menangani kasus kegawat daruratan anak.
o Sumber daya manusia, peralatan, obat-obatan dan sarana yang
tersedia harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien anak sesuai
dengan umurnya.
o Ruang Observasi pasien anak dan neonatal harus menjamin
kebutuhan fisiologis dan psikologis anak sesuai dengan umur.
o Ruang observasi harus memungkinkan staf dokter dan perawat untuk
melakukan pengamatan langsung.
o Perawat yang bekerja di ruang gawat darurat anak adalah perawat
terlatih dan berpengalaman dalam penanganan gawat darurat anak
dan neonatus yang bekerja secara rotasi dalam 24 jam dibawah
supervisi kepala ruangan.

2) Pelayanan Pasien Korban Kekerasan / One Stop Crisis Center

o Merupakan unit khusus yang berada dibawah Managemen Instalasi


Gawat Darurat
o Secara fungsional merupakan unit layanan multidisiplin yang akan
melayani pasien korban kekerasan, terutama perempuan dan anak,
korban penganiayaan atau kekerasan dalam rumah tangga, berupa
layanan medis, medicolegal, psikososial dan hukum
o Pelayanan Pasien Korban Kekerasan di Rumah Sakit bersifat
multidisipliner dan bertujuan untuk merespons korban kekerasan

27
dengan pendekatan non diskriminatif, empati dan tidak menambah
kesulitan
o Pelayanan Pasien Korban Kekerasan harus mendahulukan kondisi
kegawat daruratan fisik dengan memperhatikan kondisi psikologi
pasien.
o Setiap unit pelayanan gawat darurat harus dapat menangani pasien
korban kekerasan, sesuai dengan ketentuan dan kemampuan rumah
sakit.

3) Pelayanan Kebidanan dan Gawat Darurat Kandungan

o Pelayanan Kebidanan dan Gawat Darurat Kandungan merupakan unit


layanan khusus yang dapat terpisah dari sistem pelayanan gawat
darurat.
o Pelayanan Triase dan Resusitasi pasien kebidanan dan gawat darurat
kandungan dilakukan di Unit pelayanan Gawat Darurat
o Pelayanan Kebidanan diatur dalam Pedoman Pelayanan Kebidanan
dan Gawat Darurat Kandungan

c. Pelayanan Penunjang Medis

28
 Ketepatan hasil pemeriksaan harus akurat, dengan turn around time yang
singkat, karena berhubungan dengan penatalaksanaan pasien.
 Ketersediaan jenis pelayanan penunjang di unit pelayanan gawat darurat
disesuaikan dengan kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pelayanan.
 Fasilitas pelayanan kesehatan harus menjamin ketersediaan obat-obatan
yang dibutuhkan untuk pelayanan resusitasi dan gawat darurat lainnya
selama 24 jam.
 Daftar obat-obatan standar yang harus tersedia di unit pelayanan gawat
darurat seperti tersebut dalam lampiran.

d. Pelayanan Kesehatan Di Kondisi Bencana

29
Pedoman pelayanan kesehatan di bidang bencana sudah diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2013 mengenai
“Penanggulangan Krisis Kesehatan”.

e. Ambulans

Pelayanan ambulans gawat darurat dimanfaatkan untuk kebutuhan


kegawatdaruratan medis. Pemindahan pasien dari lokasi kejadian harus ke
tempat fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai, dekat dengan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memiliki peralatan medik, tenaga medis dan
mempunyai kapasitas untuk memberikan pelayanan kegawatdaruratan medis.
Ketentuan mengenai pelayanan ambulans lainnya diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan.

30

Anda mungkin juga menyukai