ARTIKEL
ABSTRAK
Tanaman tebu sangat potensial untuk terus dikembangkan untuk menghasilkan
berbagai produk-produk agroindustri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain
gula pasir, dari tanaman tebu masih terdapat sejumlah produk agroindustri lain yang
masih terbuka untuk dikembangkan, salah satunya adalah gula merah tebu. Agroindustri
gula merah tebu bisa dijadikan alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di pedesaan yang sekaligus dapat diandalkan untuk mengembangkan potensi daerah
dan mengurangi laju urbanisasi. Hal tersebut sangat memungkinkan karena proses
produksi gula merah dari tanaman tebu dapat dilakukan dalam lingkup usaha mikro dan
kecil dengan peralatan dan perlengkapan produksi yang mudah diperoleh. Ditinjau dari
aspek bisnis, gula merah tebu cukup menjanjikan mengingat kebutuhan akan gula merah
tebu yang masih luas untuk kebutuhan berbagai industri, seperti industri kecap, jamu,
makanan, dan kebutuhan rumah tangga. Selain itu, ditinjau dari rantai pasok (supply
chain) pengembangan agroindustri gula merah tebu akan memacu kegiatan ekonomi
di pedesaan baik ke arah hulu berupa kegiatan penyediaan bahan baku dan kebutuhan
produksi lainnya maupun ke hilir berupa kegiatan pemasaran dan produksi produk-
produk agroindustri lainnya.
kata kunci : gula merah tebu, rantai pasok, agroindustri.
ABSTRACT
Sugar cane is one of the perennial crops that are prospective to be developed further
to produce a variety of agroindustrial products to fulfill the needs of the society. Basically,
there are more than 50 types of agroindustrial products that can be derived from sugar
cane other than sugar. One of the products is brown sugar of the sugar cane. This type
of product can be viewed as opportunities to develop alternatives for improving economic
activities in the society, especially the rural society so as to increase the attractiveness
of the rural area for the people and to minimize urbanization. This conjecture is based
on the fact that technologically brown sugar can be processed in the simple and affordable
manner so that it gives chances to the micro and small scale businesses to develop their
production activities. From the business point of view, the development of brown sugar
from sugar cane is profitable and beneficiary. Its market is still open especially for soya
sauce industry, traditional medicines (jamu), foods, and other household needs. In
addition, from the supply chain insight, the development of brown sugar can accelerate
the rural economy, not only the upstream activities such as the procurement of raw
materials, but also the downstream areas such as marketing activities and production
lines of other agroindustrial products.
keywords : brown sugar of the sugar cane, supply chain, agroindustry.
Gula Merah Tebu: Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan (Sukardi) 319
Gambar 1. Kegiatan tebang, muat, dan angkut tebu ke pabrik gula dalam rangkaian proses
produksi gula putih.
Gula Merah Tebu: Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan (Sukardi) 321
satu faktor kualitas produk. Sardjono (1986) lebah, daun kering, dan serangga lainnya
dan Balai Penelitian Kimia Semarang (1978) (Dyanti, 2002). Ukuran lubang cukup halus
mengemukakan bahwa gula merah yang sehingga efektif untuk menyaring kotoran
warnanya lebih cerah dianggap kualitasnya yang lembut.
lebih baik. Pengolahan dengan pemanasan (iii) P e m u r n i a n . P a d a a w a l p r o s e s
menyebabkan gula merah memiliki warna yang pemasakan, nira ditambah kapur (CaO)
bervariasi dari kuning hingga coklat tua, tetapi sebanyak 0,1 kg untuk satu wajan nira.
pada umumnya berwarna coklat kemerahan. Pemberian kapur pada saat pemasakan
Menurut Nengah (1990), warna merah dengan suhu tinggi (>70°C) bertujuan
terbentuk karena adanya reaksi pencoklatan untuk meningkatkan pH nira sehingga
(browning) selama pengolahan, baik melalui dapat mematikan kerja enzim invertase,
reaksi Maillard maupun reaksi karamelisasi. dan juga memisahkan kotoran-kotoran
Agar diperoleh warna merah yang baik, kering, seperti tanah dan serat-serat halus batang
berwarna kekuningan, keras dan padat (tidak tebu yang ikut bersama nira. Kotoran-
lembek) sebaiknya pH nira sebelum diolah kotoran yang terpisah dan mengapung di
diatur antara 5,5 - 6,5. Di luar kisaran tersebut
atas nira kemudian dibuang. Kotoran-
gula sukar mengkristal (BALITKA, 1989).
kotoran hasil pemisahan tersebut dikenal
Menurut Dachlan (1984), untuk memperoleh
dengan istilah tante.
warna gula kekuningan, sebelum nira
(iv) P e m a s a k a n / P e m a n a s a n . U n i t
dipanaskan perlu ditambahkan kira-kira 5 gram
pemasakan nira dapat berupa wajan
Na-metabisulfit untuk setiap 25 liter nira. Selain
terbuat dari besi dan berdiameter 90 cm.
itu, penggunaan api jangan terlalu besar tetapi
Bagase kering dan sekam dijadikan
cukup untuk mendidihkan nira dan nyala api
sebagai sumber bahan bakar untuk
diusahakan stabil.
pemasakan. Proses pemasakan ini
Sejauh ini, di masyarakat pada umumnya, dilakukan dengan perapian sedang agar
gula merah diperoleh melalui proses gula yang terbentuk berwarna coklat
pengolahan secara tradisional sederhana yang muda. Bila pemanasan terlalu tinggi
pada prinsipnya adalah proses penguapan proses pemasakan cepat, namun gula
nira dengan cara pemanasan sampai menjadi yang terbentuk akan berwarna coklat tua
produk padat. Tahapan proses pengolahan sampai kehitaman sebagai akibat
nira pada pembuatan gula merah tebu adalah terjadinya browning dan karamelisasi
sebagai berikut: ataupun gula gosong. Sebaliknya bila
(i) P e n e r i m a a n n i r a d a r i s ta s i u n pengapiannya kurang panas, proses
pengepresan. Penerimaan nira harus pemasakan berjalan lambat dan
diusahakan bersih dan selama dalam melelahkan. Semakin lama waktu
perjalanan dari stasiun pengepresan ke pemasakan, suhu nira pun akan semakin
tempat pengolahan, penampung atau meningkat hingga mencapai titik 100-
wadah nira harus dalam keadaan tertutup. 110°C. Selama proses pemasakan akan
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terbentuk banyak buih. Untuk menghindari
masuknya kotoran dan benda-benda asing meluapnya buih yang berlebihan, wajan
baik berupa tanaman yang patah, ditutup dengan chubung yang terbuat dari
serangga atau benda-benda lainnya. anyaman bambu, sehingga tidak akan
(ii) Penyaringan. Penyaringan dilakukan terjadi pencampuran buih nira dari satu
dengan menggunakan saringan yang wajan ke wajan yang lain. Chubung
terbuat dari logam anti karat (stainless tersebut baru akan dibuka kembali pada
steel). Tujuan penyaringan adalah untuk saat nira sudah hampir matang yang
memisahkan kotoran-kotoran seperti ditandai oleh volume nira berkurang
Gula Merah Tebu: Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan (Sukardi) 323
media promosi produk secara visual. pada dasarnya adalah upaya untuk ”mengusir”
Media ini akan menginformasikan tentang air tersebut dari nira. Dengan semakin
komposisi, status kehalalan, kegunaan banyaknya air yang terusir (teruapkan) dari
produk, tanggal dan kode produksi, serta nira, maka tingkat kemanisan nira pun akan
tanggal kadaluarsa. semakin meningkat. Demikian pula tingkat
kekentalan (viscositas) nira semakin meningkat.
IV. P E R K E M B A N G A N T E K N O L O G I
Jika jumlah air yang teruapkan mendekati
PENGOLAHAN GULA MERAH
maksimum, maka yang tertinggal hanyalah
Teknologi pengolahan gula merah seperti komponen padat. Itulah sebabnya mengapa
yang diuraikan di atas telah lama dikenal gula merah yang kita kenal bersifat padat dan
secara turun temurun dari generasi ke keras padahal bahan bakunya cair.
generasi. Di beberapa daerah di Jawa Barat
Walaupun prinsip teknologi pengolahan
dan Banten, para pengrajin gula merah dari
gula merah sama, tetapi tahap-tahap yang
nira kelapa dan nira aren (dalam bahasa Sunda
dilalui untuk menyiapkan atau memperoleh
disebut lahang) umumnya membuat gula
niranya berbeda. Nira kelapa dan nira aren
merah dengan cara memanaskan nira tersebut
diperoleh dengan cara menyadap mayang
di atas tungku kayu bakar. Karena caranya
kelapa atau mayang aren selama kurang lebih
yang memang masih tradisional, maka untuk
12 jam. Sebaliknya, nira tebu (sugarcane
jumlah nira antara 10-15 liter lama proses
juice) diperoleh dari proses pengepresan
pembutan gula merah seperti ini bisa berjalan batang tebu yang telah cukup umur (sekitar
sampai empat atau lima jam. satu tahun). Sebelum ditemukan mesin-mesin
Secara prinsip dapat dikatakan bahwa pengepres tebu, nira tebu diperoleh dengan
teknologi pengolahan gula adalah segala upaya alat press tradisional yang digerakan dengan
untuk memisahkan komponen-komponen gula bantuan tenaga hewan, seperti kerbau, sapi,
dari komponen-komponen non gula yang ada atau kuda. Perbedaan cara memperoleh nira
di dalam bahan baku gula. Di dalam nira kelapa ini tentu bisa menjadi dasar pertimbangan
atau nira aren komponen non gula yang untuk mengembangkan usaha atau bisnis gula
dominan adalah air, sehingga proses merah terutama dari segi kuantitas, kualitas,
pemanasan yang dilakukan oleh para pengrajin dan kepraktisan.
Gambar 2. Proses penguapan air dari nira sehingga dihasilkan gula siap cetak (gula cetak)
atau awur (gula semut)
Mesin giling tebu (mesin press) yang komponen gula yang terbuang bersama
umumnya digunakan memiliki 3 buah rol baggase. Tepat atau tidaknya pengaturan jarak
gilingan (silinder). Prinsip kerja mesin antar silinder dapat dilihat dari baggase, yaitu
penggiling adalah menekan batang tebu antara jika bagasse yang dihasilkan lebih kering,
gilingan 1 dan 2 (lihat Gambar 4). Roda gigi maka pengaturan jarak telah tepat.
1, 2 dan 3 bergerak berlawanan arah, sehingga Selanjutnya, nira yang dipress dari tebu
batang tebu akan hancur karena terjepit, dan akan dialirkan dan ditampung dalam wajan-
kemudian nira akan terperas (terekstrak). Nira wajan dengan kapasitas tertentu kemudian
keluar dari sekat antara gilingan 2 dan 3, dipanaskan dengan menggunakan tungku
sedangkan ampas tebu (bagasse) akan keluar pemanas yang berbahan bakar baggase.
diantara gilingan 1 dan 3. Pengaturan jarak Salah satu teknologi untuk menguapkan air
antara ketiga silinder dalam mesin press dari nira yang banyak digunakan para pengrajin
menentukan jumlah nira yang akan diperoleh. gula merah di Jawa adalah teknologi yang
Pengoperasian mesin press dengan jarak disebut sistem multiplepan yang dikembangkan
antar silinder yang tepat akan meningkatkan industri pengolahan gula merah di India.
jumlah nira. Semakin banyak nira terekstrak Dengan menggunakan teknologi multiple pan
dari tebu, maka akan semakin sedikit nira ditampung dalam beberapa buah wajan
Gula Merah Tebu: Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan (Sukardi) 325
(biasanya berjumlah sembilan) yang disusun secara kontinu. Di beberapa tempat di Jawa
secara berurutan dalam struktur memanjang. Tengah (Pati dan Rembang), agroindustri gula
Wajan pertama adalah wajan yang berada di merah tebu mampu mengolah nira dari dua
atas sumber panas (tungku), sedangkan wajan ton tebu (setara kurang lebih 700 liter) dalam
terakhir adalah wajan yang dekat dengan waktu sekitar empat jam. Teknologi pengolahan
cerobong asap (lihat Gambar 5). Nira dalam gula merah tebu dengan sistem multiple pan
wajan-wajan tersebut kemudian dipanaskan kini sedang dikembangkan untuk peningkatan
secara berjenjang sesuai dengan jumlah panas efisiensi penggunaan bahan bakar dan waktu
yang diterima. proses, yaitu dengan menggunakan boiler dan
Sistem multiple pan adalah sistem yang mengubah wajan menjadi tangki nira.
cukup efisien dalam hal penggunaan bahan Kualitas gula merah tebu yang dihasilkan
bakar dan pemanfaatan panas yang dihasilkan. dari teknologi di atas cukup baik walaupun
Mekanisme kerja sistem ini adalah bahwa nira masih ada beberapa komponen mutu yang
yang berada persis di atas sumber panas perlu diperbaiki, misalnya kadar sukrosa. Hal
(wajan pertama) akan matang lebih dahulu. ini terkait erat dengan kualitas tebu yang
Kemudian nira matang tersebut dikeluarkan dipanen. Jika kualitas tebu yang digunakan
dari wajan untuk dicetak dalam bentuk-bentuk dipanen tepat waktu, maka kadar sukrosa
yang dikendaki (silinder, mangkok, atau ceper). dengan sendirinya akan tinggi. Selain itu,
Setelah wajan ini kosong, kemudian nira dari faktor-faktor lain seperti lamanya tebu
wajan kedua terdekat ke sumber panas akan menunggu sebelum dipress setelah ditebang
dipindahkan ke wajan pertama yang kosong harus pula mendapat perhatian. Tebu
tadi dengan menggunakan gayung. Proses sebaiknya segera dipress setelah ditebang
pematangan nira ini akan lebih cepat karena dan tidak boleh menunggu lebih dari 30 jam.
sebelumnya nira ini sudah dalam kondisi Tabel 2 menunjukkan perbandingan antara
setengah matang atau hampir matang. kualitas gula merah dari beberapa daerah
Demikian seterusnya, proses pemanasan nira penghasil gula merah dibandingkan dengan
sampai menjadi gula siap cetak dilakukan standar mutu gula merah berdasarkan SNI.
Gambar 5. Skema model teknologi pengolahan gula merah tebu sistem multiple pan yang
diadopsi dari India.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa semua contoh industri jamu yang terus meningkat. Di
gula dari beberapa daerah tersebut memiliki Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dan di
kadar air yang sesuai dengan SNI. Komponen Jawa Tengah bahkan beberapa pengrajin
kimia yang mempengaruhi kadar air gula merah sudah melakukan diversifikasi produknya
tebu adalah fruktosa karena merupakan gula menjadi gula semut untuk memenuhi
pereduksi yang bersifat higroskopis. Kadar air kebutuhan konsumen rumah tangga. Dengan
gula merah mempengaruhi tekstur gula merah demikian, prospek pasar untuk gula merah
tebu. Untuk komponen mutu lainnya, hampir tebu ini dapat terus diupayakan untuk
semua contoh gula memenuhi standar SNI, dikembangkan.
kecuali kadar sukrosa yang umumnya masih Dari segi pemasaran, ada beberapa pola
jauh sekalipun contoh dari Kediri telah rantai tataniaga gula merah tebu. Pola yang
melampaui standar. Kadar sukrosa sangat umum adalah para pengrajin bertindak sebagai
dipengaruhi oleh waktu tunda giling. Dengan produsen yang hasil produksinya kemudian
demikian dapat dikatakan bahwa untuk
akan ditampung oleh pedagang pengumpul.
meningkatkan kadar sukrosa, pengrajin gula
Dari pedagang pengumpul gula merah tebu
di Madiun, Lawang, dan Balingka perlu
kemudian dipasok ke padagang besar yang
memperhatikan waktu tunda giling, sehingga
selanjutkan akan dikirim ke industri-industri
tebu yang digiling benar-benar tebu yang segar.
kecap dan jamu. Pola yang lain adalah dari
V. PROSPEK PASAR DAN PELUANG para pedagang pengumpul dipasok ke para
BISNIS GULA MERAH TEBU pengecer yang selanjutnya ke konsumen
Peluang pasar bagi gula merah tebu langsung. Pola yang lainnya adalah produsen
sangat terbuka lebar khususnya untuk bertindak sekaligus sebagai pedagang yang
memenuhi kebutuhan industri kecap dan langsung menjual produknya ke konsumen.
Gula Merah Tebu: Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan (Sukardi) 327
Menurut keterangan para pengrajin dan Dengan modal investasi sekitar Rp. 100 juta,
pengumpul gula merah di Jawa Tengah, dapat didirikan sebuah agroindustri kecil gula
kebutuhan gula merah tebu untuk industri merah dengan kapasitas 3 ton tebu per hari.
pengguna setiap tahunnya diperkirakan tidak Dengan rendemen 10%, maka industri kecil
kurang dari 3000 ton. Jumlah ini belum ini telah berkontribusi sebanyak 300 kg gula
termasuk konsumen langsung yang jumlahnya merah tebu per hari. Tenaga kerja yang
sulit diketahui karena belum terpola dan tercatat diperlukan untuk menjalankan sebuah
dengan baik. Salah satu upaya yang dapat agroindustri kecil gula merah berkisar antara
dilakukan adalah menjadikan gula merah tebu 5 sampai 10 orang yang bertindak sebagai
sebagai salah satu produk ekspor seperti yang tenaga tebang, tenaga angkut, tenaga press
dilakukan oleh pengrajin di Kediri yang sudah tebu (giling), tenaga masak, dan tenaga cetak.
rutin mengekspornya ke Jepang. Gula merah Dengan demikian, agroindustri ini pun
tebu bisa menjadi salah satu komoditi ekspor berkontribusi dalam upaya mengurangi tingkat
hanya jika para pengrajinnya berupaya terus pengangguran yang sekaligus dapat
menerus memperbaiki kualitas, kuantitas, dan memperlancar pasokan bahan baku
efisiensi produksinya. Faktor ini sangat penting agroindustri hilir seperti industri kecap,
dalam perdagangan ekspor mengingat makanan dan minuman, dan jamu.
sejumlah pengalaman dalam bidang Secara perhitungan bisnis, agroindustri
agroindustri bahwa produk-produk ekspor gula merah tebu dapat dikatakan prospektif.
tersebut tertolak karena syarat kualitas tidak Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan pada
terpenuhi. Demikian juga sering terjadi berbagai pola praktek bisnisnya (Lihat Tabel
kepercayaan terhadap ekspor agroindustri 3). Ada empat pola yang bisa dijalankan.
menurun karena kontinuitas pasokan tidak Pola I adalah tebu diperoleh dari kebun tebu
terjamin yang disebabkan kuantitas yang juga milik sendiri, Pola II adalah tebu diperoleh dari
tidak terjamin. kebun lahan sewa, Pola III adalah tebu
Dari jumlah kebutuhan gula merah tebu diperoleh dengan cara membeli tebu dari orang
di dalam negeri dan adanya peluang ekspor lain, dan Pola IV adalah tebu diperoleh dengan
dapat dikatakan bahwa sebenarnya cara kerjasama dengan PG besar. Berikut
agroindustri gula merah tebu merupakan salah adalah hasil perhitungan dengan asumsi
satu agroidustri pilihan untuk mengangkat produksi perhari berjalan dalam kapasitas
kesejahteraan masyarakat di pedesaan. sekitar 2,5 ton tebu.
Gula Merah Tebu: Peluang Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Pedesaan (Sukardi) 329
Riana. 2002. Studi Komparatif Gula Merah
kelapa dan Gula Merah Aren. Skripsi Jurusan BIODATA
Teknologi pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Sukardi, adalah staf pengajar pada Departemen
Pertanian, IPB. Bogor.
Teknologi Industri Pertanian (TIN), Fakultas
Sardjono. 1986. Pengembangan Peralatan untuk
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Pengembangan Serbuk Gula Merah. Balai
Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil sejak tahun 1987. Beliau menyelesaiakan
Pertanian. Dalam Nuriela, Euis. 2002. Kajian pendidikan sarjana (S1) pada tahun 1984 dalam
Faktor-faktor yang Mempengaruhi bidang Teknologi Industri Pertanian IPB dan
Pembentukkan Warna Gula merah. Skripsi. pendidikan Master (S2) pada tahun 1995 dalam
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas
bidang Manajemen Agribisnis IPB serta
Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
menamatkan pendidikan Doktor (S3) pada tahun
Sudiatso. 1982. Bertanam tebu. Departemen
Agronomi, Faperta, IPB. 2003 dalam bidang Teknik Industri, Wichita State
University, Kansas. Kajian-kajian tentang
Sukardi, Romli, M., Suprihatin, 2007. Peningkatan
kualitas produksi gula merah tebu di kabupaten pengembangan industri pertanian (agroindustri)
Rembang dan Madiun. Departemen Teknologi telah banyak dilakukan bersama-sama dengan
Industri Pertanian, IPB. mahasiswa S1, S2, dan S3 termasuk kajian -
Sukardi, Suprihatin, Sunarti, TC, 2007. kajian tentang pengembangan agroindustri gula.
Pengembangan agroindustri gula merah tebu Selain itu, kajian-kajian yang menyangkut rantai
untuk pemberdayaan masyarakat di
nilai dan rantai pasok agroindustri pun menjadi
Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten
Sambas, Kalimantan Barat. Departemen perhatiannya dalam beberapa tahun terakhir
Teknologi Industri Pertanian, IPB. ini.
Suprihatin, Sukardi, Romli, M. 2006. Pengembangan
agroindustri potensial di Propinsi Banten.
Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB.