Anda di halaman 1dari 29

TUGAS AKHIR MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: Dr. Abdul Aziz Hasibuan M.Pd.

Disusun oleh :

Nama : Nadia Rizma Elfariyani

NIM : 11190163000033

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
MANAJEMEN PENDIDIKAN

 Pengertian Manajemen Pendidikan


Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus, yang berarti
tangan; dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja
managere; yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris; dalam bentuk kata kerja to manage, dalam bentuk kata benda management,
dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya,
management ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen dengan
arti pengelolaan (Husaini Usman, 2008: 4). Sedangkan pengertian manajemen secara
istilah adalah pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang dimaksudkan (Tim Reality, 2008: 433). Adapun kata “pendidikan”
sering dikaitkan dengan kata “pengajaran” yang dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah
wa ta’lim”. Sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arab disebut “Tarbiyah
Islamiyah”.
Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber
daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola
sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Secara umum, pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim (Zakiyah
Daradjat, 2006: 27). Pengertian pendidikan Islam adalah proses pembimbingan
seseorang terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam menuju
kepribadian muslim. Dengan demikian yang dimaksud dengan manajemen pendidikan
Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang
melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien sebagaimana tergambar dalam
pengertian di atas. Menurut Oemar Hamalik, manajemen adalah kekuatan utama
dalam organisasi yang mengatur dan mengkordinasikan kegiatan-kegiatan sub-sub
sistem dan menghubungkannva dengan lingkungan. Dalam manajemen terkandung
arti bahwa sumber-sumber yang pada awalnya tidak berhubungan secara organik
antara yang satu dengan yang lainnya, lalu diintegrasikan menjadi suatu sistem-
subsistem primer dalam pendidikan. Sehingga manajemen pendidikan mengandung
dua dimensi yang konsisten dan saling terkait antara dimensi konsep-konsep
manajemen dan konsep-konsep pendidikan. Dalam hal ini penerapan konsep
manajemen dalam pendidikan, khususnya pendidikan Islam terkait dengan unsur
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
Sejalan dengan hal tersebut, Nanang Fattah, menyatakan bahwa manajemen diartikan
sebagai proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya
organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
efisien. Hal ini menuntut kepemimpinan dan sekaligus unsur-unsur yang dipimpinnya
(aspek manusia) bekerja secara profesional.

 Fungsi Manajemen Pendidikan


Secara umum, menata pendidikan melibatkan fungsi pokok manajemen yaitu,
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Kepemimpinan (Leading),
dan Pengawasan (Controlling). Di samping itu- kemampuan manajerial seorang
pemimpin diperlukan dalam mengelola pendidikan. Sebagian besar sistem pendidikan
Islam belum dikelola secara profesional, akibatnya pendidikan Islam sering kalah
hebat bersaing dalam banyak segi dengan pendidikan yang dikelola oleh orang-orang
non-muslim. Ditinjau dan segi proses, manajemen dapat dipahami sebagai langkah-
langkah sistematis, dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsinya yang dijabarkan
dalam 1) Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 4) Pelaksanaan dan 4) Pengawasan.
Sekurang-kurangnya keempat fungsi itu yang melekat dalam teori manajemen.
Fungsi-fungsi itu dapat diterapkan dalam pengelolaan lembaga pendidikan islam.

o Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan serta sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu se-
efisien dan se-efektif mungkin (Roger A. Kaufman, 1972). Dalam setiap
perencanaan, selalu terdapat tiga kegiatan yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan satu sama lain : 1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai; 2) Pemilihan
Program untuk mencapai tujuan itu, 3) Identifikasi dan pengerahan sumber yang
jumlahnya selalu terbatas. Yang dimaksud dengan perencanaan pendidikan adalah
keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu agar
penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta
menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, baik penyeleggaraan pendidikan secara
formal, informal, maupun non-formal.Terlaksananya pendidikan ditunjang oleh
berbagai fasilitas seperti gedung tempat belajar, kantor, maupun pusat kegiatan
penunjang, sarana olah-raga, seni, kesehatan, dan tempat ibadah, laboratorium,
perpustakaan dan lain-lain yang secara teratur direncanakan penggunaannya
dengan baik, sehingga proses pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Apa yang
diuraikan di atas, baru dalam perencanaan perangkat keras, perlu juga pada
perangkat lunaknya. Dalam perangkat lunak ini, terutama adalah menyangkut
sumber daya manusianya. Dalam kenyataan, banyak juga orang Islam
menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah umum, dalam arti bukan berlabel
”Islam”, bahkan ke sekolah yang dikelola oleh kelompok non-Islam. Alasannya
yang lebih logis karena sekolah tersebut mutunya lebih baik. Menghadapi hal ini,
maka orang Islam seharusnya segera meningkatkan mutu pendidikan dengan cara
meningkatkan, kualitas sumber daya manusia yang profesional. Perencanaan
pendidikan Islam pada prinsipnya bersifat universal, applicabble untuk setiap
masyarakat, tetapi dalam penerapannya tergantung pada keadaan yang aktual
dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Di lingkungan petani,
perencanaan pendidikan mengarah pada kultur tani. Demikian juga dalam wilayah
industri, nelayan, perdagangan dan sebagainya.
Adapun manfa'at perencanaan itu sendiri adalah :
 Agar kegiatan-kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan tertentu, tertib dan
lancar.
 Mendorong suatu pelaksanaan kegiatan pendidikan secara produktif.
 Mengusahakan penggunaan alat-alat dan sumber-sumber lainnya secara
efisien dan benar-benar mendukung bagi pencapaian tujuan.
 Memberikan gambaran yang lengkap bagi seluruh kegiatan yang akan
dikerjakan.
 Dapat memberikan petunjuk bagi setiap personel.

o Pengorganisasian
Bahwa dalam manajemen memerlukan iklim kerjasama yang baik dan maslahat.
Bentuk kerjasama ini bisa melalui manajemen pengorganisasian tugas dan
kewajiban secara otomatis. Supaya manajemen pendidikan berhasil mencapai
tujuan dan melaksanakan rencana, maka haruslah ia mengatur usaha dan kerjanya
dengan mengkoordinasikan antara usaha-usaha dan aktifitas-aktifitas yang berlaku
dalam lembaga pendidikan menangani fungsi perencanaan, tidak akan berarti jika
tidak disertai wujudnva organisasi yang sehat yang meletakkan rencana-rencana
dalam pelaksanaan. Berkaitan dengan fungsi organisasi ini dianggap juga sebagai
keharusan bagi pimpinan pendidikan di berbagai tahapan. Mereka perlu
mengkoordinasikan di antara usaha dan aktifitas di dalam melaksanakan fungsi
manajerialnya. Di antaranya yang diharapkan berkaitan dengan ini, bahwa selain
mencapai tujuan bersama, juga mencegah pertentangan dan pengulangan usaha-
usaha, sehingga terjalin keharmonisan kerja dan saling mendukung antara yang
satu dengan yang lainnya.

o Pengawasan dan Penilaian


Yang dimaksud pengawasan adalah untuk memastikan bahwa pelaksanaan
pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan dan prosedur yang direncanakan.
Sehingga dapat dengan segera diketahui jika terjadi penyimpangan-penyimpangan
dan segera melakukan perbaikan-perbaikan. Menemukan titik-titik kelemahan
merupakan bagian penting dalam fungsi pengawasan, sehingga akan diketahui
informasi yang sesungguhnya untuk dijadikan landasan dan mengoreksi
kelemahan dan kesenjangan-kesenjangan. Sistem pengawasan harus dipandang
sebagai suatu sistem informasi, karena kecepatan dan ketepatan tindakan korektif
sebagai hasil akhir proses pengawasan, bergantung kepada banyaknya informasi
yang diterima. Pengawasan modern berdasarkan pendekatan sistem untuk
mengantisipasi kelemahan pendekatan tradisional, juga untuk tercapainya
keseimbangan dan keterpaduan dengan perencanaan dan pengorganisasian.
Pendekatan sistem yang dibangun pada pengawasan ini berdasarkan empat ide
pokok : 1) integrasi perencanaan dan pengawasan, 2) Mengaitkan sistem
pengawasan dengan struktur organisasi, 3) Sistem desain untuk pengambilan
keputusan, dan bukan bersifat laporan post facto, 4) Informasi yang tepat
waktunya adalah esensial.
Pendekatan ini pada hakekatnya menyoroti organisasi-organisasi yang mewadahi
suatu sistem. Rasionalitas merupakan prinsip dasar dari pendekatan ini yang
kemudian
dijabarkan pada aspek-aspek sebagai berikut :
Pertama, efisiensi. Teori organisasi modern selalu menekankan pentingnya
orientasi efisiensi dalam menjalankan roda organisasi. Rasionalisasi penekanan ini
ialah karena keterbatasan dalam penyediaan sarana, prasarana dan sumber-sumber
yang dibutuhkan.
Kedua, efektifitas. Alasan utama mengapa efektifitas menjadi salah satu dasar
pembentukan suatu struktur, yaitu karena eksistensi dan kelestarian suatu sistem
akan lebih terjamin apabila sistem tersebut mampu mengemban misi dan
menyelenggarakan fungsinya dengan tepat waktu, dengan menggunakan sumber
dana dan sumber daya yang tersedia.
Ketiga, produktifitas. Dalam. model ”Input-transformation-output” terlihat bahwa
efisiensi kriteria bukan sekedar melakukan penghematan dalam penggunaan dan
pemanfaatan sumber dana dan daya yang tersedia. Peningkatan efisiensi amat erat
kaitannya dengan peningkatan produktivitas kerja, baik ditinjau dari segi sistem
maupun segi kemampuan sub-sistem yang ada di dalamnya.
Keempat, rasionalitas. Sasaran rasionalitas, terutama apabila ditinjau dari segi
pendekatan sistem yang mencakup seluruh proses administrasi dan manajemen,
mulai dari penentuan tujuan hingga penilaian hasil yang dicapai.
Kelima, spesialisasi. Kompleksitas suatu sistem pendidikan serta perkembangan
teknologi yang pesat menuntut berkembangnya spesialisasi dalam pembagian
tugas antara pihak-pihak yang terlibat. dalam manajemen sistem pendidikan yang
bersangkutan. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari kompleksitas, dinamika dan
sifat kegiatan manajemen pendidikan. Beraneka ragamnya spesialisasi yang
tersedianya harus dipandang sebagai salah satu aspek yang memerlukan
departementalisasi.
o Kepemimpinan
Keberhasilan suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh kepiawaian seorang
manager yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Begitu pentingnya
kepemimpinan dalam seluruh proses manajemen dalam rangka pencapaian tujuan
dan berbagai peranannya. Jika bobot kepemimpinan demikian besarnya dalam,
usaha pencapaian tujuan berarti merupakan condition sine quo non bahwa mutu
kepemimpinan mutlak perlu ditingkatkan. Mutu kepemimpinan dimaksud
diarahkan pada peningkatan kemampuan para pejabat pimpinan antara lain untuk :
1) Mengantisipasi perubahan yang diperkirakan akan terjadi.
2) Memahami sepenuhnya berbagai faktor yang merupakan kekuatan bagi
organisasi.
3) Mengenali berbagai bentuk kelemahan yang terdapat dalam organisasi.
4) Memanfaatkan berbagai peluang yang timbul.
5) Menghilangkan berbagai bentuk ancaman yang dapat menjadi penghalang bagi
keberhasilan organisasi.
6) Mendorong para bawahan untuk meningkatkan loyalitas. Disiplin kerja,
keterampilan dan motivasi sehingga para bawahan tersebut bekerja dengan
aktifitas dan produktifitas yang lebih tinggi.
7) Memperbaiki cara kerja yang dipandang kurang mendukung pencapaian tujuan.

Titik tolak pembahasan tentang kepemimpinan ini adalah definisi yang


menyatakan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan mempengaruhi perilaku
sekelompok orang lain sedemikian rupa sehingga orang lain itu ikhlas
memberikan yang terbaik dalam dirinya dalam rangka pencapaian tujuan.
Kiranya kurang relevan untuk mempersoalkan apakah “leaders are born and not
made" atau sebaliknya "leaders are made and not born". Perdebatan mengenai hal
ini sudah bersifat perenial. Yang lebih bermanfaat adalah memahami berbagai
pendekatan kepemimpinan untuk kemudian tiba pada kesepakatan tentang gaya
manajerial yang paling tepat guna menggerakkan organisasi ke arah pencapaian
tujuan.tujuan

 Manfaat Manajement Pendidikan


o Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
Efektif, Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEMB)
o Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara
o Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya
kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)
o Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien;
o Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentan proses dan tugas
administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan
manajemen pendidikan);
o Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu disebabkan oleh
manajemennya
o Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan
akuntabel
MANAJEMEN SEKOLAH

 Pengertian Manajemen Sekolah


Manajemen Sekolah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara efektif dan
efisien untuk meningkatkan kinerja sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan baik
tujuan nasional dan tujuan kelembagaan yang hasilnya bisa dilihat dari beberapa
faktor sebagai indikator kinerja yang berhasil dicapai oleh sekolah. Kepala sekolah
dituntut untuk mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengelola berbagai
komponen sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang dirumuskan. Kepala sekolah
menunjukkan fungsinya sebagai dua peran besar yaitu peran sebagai manajer dan
peran sebagai pemimpin.
Manajemen sekolah merupakan tindakan pengelolaan dan pengadministrasian
sekolah. Manajemen sekolah berarti memberdayakan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan sekolah. Manajemen sekolah memiliki
dua aspek, yaitu aspek manajemen eksternal dan manajemen internal. Manajemen
internal sekolah meliputi perpustakaan, laboratorium, bangunan dan saran fisik
lainnya, sumber dana, pelaksanaan evaluasi pendidikan, dan hubungan antar guru,
murid. sedangkan manajemen eksternal meliputi hubungan dengan pihak luar sekolah
seperti masyarakat, dewan pendidikan, dinas pendidikan maupun pihak lain yang
terkait dengan fungsi sekolah.
Baik administrasi maupun manajemen sebagai suatu ilmu, keduanya telah memenuhi
persyaratan sebagai suatu ilmu yakni : pertama, keduanya memiliki obyek yang
dipelajari yakni kerjasama sekelompok orang. Kedua, keduanya memiliki metode
dalam mempelajarinya. Ketiga, keduanya memiliki sistematika baik dalam
mempelajarinya maupun dalam aplikasinya. Manakala dipandang sebagai suatu seni,
maka para pengelola sekolah dapat memerankan peranannya sebagai pemimpin yang
mampu mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bekerja sama. Manakala
dipandang sebagai suatu proses kegiatan, maaka setiap orang yang terlibat dalam
proses kerja sama dalam bidang persekolahan harus dapat melaksanakan tugas sesuai
dengan fungsi dan perannya secara professional dan proporsional.

 Tujuan Manajemen Sekolah

Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolah
sebagai suatu organisasi. Proses manajemen yang baik adalah manakala di dalamnya
terdapat kegiatan manajerial yaitu kegiatan yang seyogyanya dilakukan oleh orang-
orang yang mempunyai status dan kewenangan sebagai manajer, serta kegiatan
operatif  yakni kegiatan yang seharusnya diselesaikan oleh para pelaksana lapangan.
Dengan demikian, tujuan akhir dari manajemen sekolah adalah membantu
memperlancar tercapainya tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Kehadiran
manajemen dalam proses persekolahan sebagai salah satu alat untuk membantu
memperlancar pencapaian tujuan.
Secara lebih rinci tujuan khusus dilaksanakan manajemen sekolah yang baik agar :
pertama, terjadi efektifitas produksi pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
sehinggan para lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya, dapat
bekerja sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Kedua,
tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi pemborosan
terhadap waktu, uang, serta yang lainnya. Ketiga, para lulusannya dapt menyesuaikan
diri dalam kehidupan bermasyarakat, serta yang keempat twerciptanya kepuasan kerja
pada setiap anggota warga sekolah.

 Manfaat Manajemen Sekolah


- Bisa meningkatkan sumber daya lokal karena sudah terbiasa dengan wewenang
dan tanggung jawab.
- efektif, karena manajerial bisa diatur langsung sesuai dengan kondisi yang ada.
- Terbentuknya kerjasama antara orang tua, masyarakat dan warga sekolah.
- Meningkatnya rasa memiliki dan tanggap akan kepentingan sekolah.
- Meningkatkan kesejahteraan guru serta 'pembagian' tanggung jawab guru yang
terbantu, sehingga guru bisa lebih fokus untuk mengembangkan tugasnya sebagai
pendidik.
- Dari manfaat nomor 5, guru akan lebih mampu untuk berinovasi.
MANAJEMEN HUMAS

 Pengertian Manajemen Humas


Manajemen humas merupakan penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan
pengevaluasian suatu kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi; mulai dari
pertemuan kelompok kecil hingga berkaitan dengan konfrensi pers internasional via
satelit, dari pembuatan brosur hingga kampanye nasional elalui multimedia, dari
menyelenggarakan acara open hause hingga kampanye politik, dari pengumuman
pelayanan publik hingga menangani kasus manajemen krisis.

 Tujuan Manajemen Humas

Tujuan humas adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi bisa
selalui dimengerti oleh pihak lain yang berkepentingan (atau lazim disebut sebagai
seluruh “khalayak” atau publiknya). pada dasarnya tujuan diselenggarakannya
manajemen hubungan masyarakat adalah untuk:
1) Mencegah kesalahpahaman (to prevent misunderstanding)
2) Mendapatkan hubungan dan bantuan moral maupun finansial yang dibutuhkan bagi
pengembangan sekolah (to secure financial support)
3) Menjalin kerjasama dalam pembuatan kebijakan baru (to secure copparation in
policy making).

 Manfaat Manajemen Humas


Manajemen humas adalah manejemen yang mengatur hubungan antara orgaanisasi
dan masyarakat. Manajemen humas mempunyai peran yang cukup besar bagi
perkembangan suatu organisasi, karena bagaimanapun juga suatu organisasi tidak
mungkin bisa berkembang dengan baik tanpa adanya hubungan baik dengan
masyarakat disekitarnya.
Fuad Ihsan dalam bukunya Dasar-Dasar Kependidikan menyebutkan bahwa manfaat
hubungan timbal balik antara sekolah dan masyarakat adalah sebagai berikut
a. Bagi Masyarakat
1) Adanya bantuan tenaga terdidik pada bidangnya, ini ikut memperlancar
pembangunan di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
2) Masyarakat akan dapat secara terbuka menyatakan realita di masyarakat tersebut
kepada para terdidik yang dating/ada di lingkungan masyarakat tersebut.
3) Meningkatkan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang lebih maju terhadap
program pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut.

b. Bagi Sekolah
1. Sekolah mendapat masukan dalam penyempurnaan pendidikan/pengajaran/PBM,
akibat interaksi sekolah dengan masyarakat.
2. Memberikan pengalaman langsung dan praktis bagi siswa dalam berbagai hal.
3. Mendekati masalah secara interdisipliner.
4. Mengerti dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam masa
pembangunan ini.
5. Sekolah banyak menerima bantuan dari masyarakat antara lain pemikiran, dana,
sarana dan lain - lain.
Berfungsi tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya
kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu lembaga. Mengenai konsep fungsional
humas, Scott M. Cutlip dan Allen Center (Effendy Onong, 2002:34) memberikan
penjelasan sebagai berikut:
1. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari publik-publik
suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi dapat
dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik
tersebu.
2. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan
operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh public.
3. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan
penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan dan operasionalisasi
organisasi.
MANAJEMEN PESERTA DIDIK

A. Pengertian Manajemen Peserta Didik

Manajemen Peserta Didik merupakan penggabungan dari kata Manajemen dan


Peserta Didik. Penyaji tidak lagi mendeskripsikan pengertian manajemen dalam
makalah ini mengingat pada makalah sebelumnya telah dibahas secara terperinci dan
jelas pengertian manajemen. Pengertian Peserta Didik menurut ketentuan umum UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah orang
yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan
masa depan.

Dari pengertian beberapa ahli, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah
orang/individu yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan
dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya. Manajemen Peserta
Didik juga dapat diartikan sebagai suatu proses pengurusan segala hal yang berkaitan
dengan siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan
yang dilakukan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menyelesaikan
pendidikannya di sekolah. Dengan kata lain manajemen kesiswaan merupakan
keseluruhan proses penyelenggaraan usaha kerjasama dalam bidang kesiswaan dalam
rangka pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah.

Dengan demikian Manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk


kegiatan-kegiatan pencatatan peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih
luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan.

B. Tujuan Manajemen Peserta Didik


Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan
peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di
sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib
dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan
tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta


didik.

2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan),


bakat dan minat peserta didik.

3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat


mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan
baik dan tercapai cita-cita mereka.

C. Manfaat Manajemen Peserta Didik


Sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal
mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial,
aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
MANAJEMEN WALI KELAS

A. Pengertian Manajemen Wali Kelas


Menurut Wikipedia dinyatakan bahwa Wali kelas adalah guru yang diberi
kepercayaan oleh kepala sekolah untuk mengelola lokal dan mengendalikan siswa
dalam proses belajar mengajar. Untuk menjadi seorang wali kelas ada beberapa syarat
yang harus di penuhi, antara lain, memiliki perasaan sayang, bertanggung jawab,
terbuka, disiplin dan tepat waktu, konsisten dalam mengambil keputusan, bijaksana,
pendengar yang baik, mampu memberikan wawasan dan wacana, mampu mengontrol,
mengevaluasai dan memperbaiki.
Jadi pengertian manajemen wali kelas adalah pengelolaan lokal (kelas) yang
bertujuan mengendalikan siswa dalam proses belajar mengajar, dimana dilakukan
oleh seorang guru yang diberi kepercayaan oleh kepala sekolah untuk
menjalankannya sebagai wali kelas.

B. Tujuan Manajemen Wali Kelas


Secara umum yang menjadi tujuan pengelolaan pembelajaran wali kelas dalam
pandangan Sudirman, adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
pembelajaran siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam
kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja,
terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap apresiasi para siswa.
Secara khusus, yang menjadi tujuan pengelolaan wali kelas dalam
pembelajaran dalam pandangan Usman adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil yang diharapkan.
Menurut Cece Wijaya menyebutkan tujuan pengelolaan pembelajaran wali
kelas
adalah :
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya.
3. Dengan pengelolaan kelas, wali kelas mudah melihat dan mengamati setiap
kemajuan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
4. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting
untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Dengan demikian, berarti bahwa wali kelas itu mempunyai peran dan fungsi
tertentu yang nyata-nyata dapat menopang keberhasilan proses belajar mengajar.
Sehingga agar dapat memberikan rangsangan terhadap siswa dalam situasi dan
kondisi belajar, maka kelas perlu dikelola sebaik mungkin. Hubungan baik antara wali
kelas dan siswa, siswa yang satu dengan yang lainnya dipandang sebagai indikasi
keberhasilan manajemen pengajaran dalama kelas.

C. Manfaat Manajemen Wali Kelas


Menurut Popham dan Baker (2008:89) bahwa sudah menjadi tugas seorang guru
untuk mengatur suasana belajar yang kondusif sebagai acuan dalam keterampilan
mengelola kelas. Adapun manfaat dari manajemen wali kelas, diantaranya sebagai
berikut :
1. Suasana kelas menjadi kondusif dan menyenangkan.
2. Guru menjadi lebih siap dalam mengajar.
3. Mengetahui karakter siswa.
4. Siswa menjadi lebih kreatif.
5. Menjadikan wali kelas menjadi orangtua kedua ketika di sekolah.
MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN

A. Pengertian Manajemen Tenaga Kependidikan


Manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus
dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam organisasi
pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui proses perencanaan SDM, perekrutan,
seleksi, penempatan, pemberian kompensasi, penghargaan, pendidikan dan latihan
pengembangan dan pemberhentian1.
Manajemen merupakan seni yang harus dimainkan oleh seorang pimpinan
organisasi atau kepala sekolah secara piawai. Disebut seni karena obyeknya adalah
manusia atau sumber daya manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya. Dan seorang manager atau kepala sekolah harus
mampu membaca potensi-potensi yang dimiliki setiap anggotanya untuk ditempatkan
diposisi dan bagian yang sesuai dengan kualifikasi dan keahliannya masing-masing.
Put the raight man in the raight place!2
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan pegawai) mutlak harus diterapkan
oleh kepala sekolah agar dapat mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif
dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Sesuai dengan hal ini, maka seorang
kepala Sekolah harus dapat mencari, memosisikan, mengevaluasi, mengarahkan,
memotivasi, dan mengembangkan bakat setiap guru dan pegawainya serta mampu
menyelaraskan tujuan individu dan organisasi3.

B. Tujuan
Tujuan manajemen tenaga pendidikan dan kependidikan secara umum adalah:
1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja
yang cakap, dapat di percaya dan memiliki motivasi yang tinggi;
2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan;
3. Mengembangkan sistem kerja dan kinerja tinggi yang meliputi prosedur
perekrutan dan seleksi yang ketat, sistem kompensasi dan inseftif yang
disesuaikan dengan kinerja, pengembangan manajemen serta aktivitas
pelatihan yang berkaitan dengan kebutuhan organisasi dan individu4.

C. Manfaat
Secara umum adalah sebagai berikut:
1. Menjamin kelangsungan sebuah sistem pendidikan

1
Murni. 2017. Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan Vol 5 No 02,. Hal. 30
2
Ibid
3
Ibid., hal. 31
4
Ibid., hal. 35
2. Memantau jalannya sistem dan program yang ditargetkan dalam lembaga
pendidikan.
3. Memfasilitasi para tenaga pendidik, peserta didik dan atau tenaga
kependidikan satu dengan yang lainnya dalam menjalani suatu aktifitas
pendidikan
4. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh orang yang terlibat dalam
lingkungan pendidikan.
5. Melayani kebutuhan peserta didik dan guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan5.

HUBUNGAN LEMBAGA KEPENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT


5
Ibid., hal. 37
A. Pengertian Hubungan Lembaga Kependidikan dengan Masyarakat
Hubungan masyarakat adalah suatu fungsi manajemen yang dapat membantu
dalam memilih saluran komunikasi bersama, saling pengertian, pengendalian dan
kerja sama di antara organisasi dengan publiknya, membicarakan isu-isu pengelolaan,
meningkatkan pengetahuan dan tanggap terhadap pendapat umum, serta mengabdi
dengan tanggung jawab terhadap kepentingan umum, bertindak untuk memberikan
arah kebijaksanaan. 6
Humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis
berbagai kecenderungan, memprediksi setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap
kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi,
dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani
kebutuhan organisasi dan atau kepentingan publik.7

B. Fungsi Hubungan Lembaga Kependidikan dengan Masyarakat


Fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat tidak jauh beda dengan fungsi
hubungan masyarakat secara umum. Yaitu menunjang kegiatan manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi, bagaimana membina hubungan harmonis antara
organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik
yang di timbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya. Yang juga
merupakan fungsi pokok adalah mengembangkan pemahaman tentang maksud dan
sasaran dari sekolah, menilai program sekolah dalam kata-kata kebutuhan yang
terpenuhi, mengembangkan kesadaran pendidikan di masyarakat, mempersatukan
elemen-elemen yang terlibat dalam lembaga pendidikan, membangun dan memelihara
kepercayaan terhadap sekolah, memberi tahu masyarakat tentang pekerjaan Sekolah,
dan yang paling penting adalah dukungan bagi peningkatan dan pemeliharaan
program sekolah.8

C. Tujuan Hubungan Lembaga Kependidikan dengan Masyarakat


Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaraan hubungan
sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
a. Memelihara kelangsungan hidup sekolah,
b. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan,
c. Memperlancar belajar-mengajar
d. Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam
pengembangan dan pelaksanaan program sekolah
Sedangkan ditinjau dari kebutuhan dari masyarakat itu sendiri, tujuan hubungan
dengan sekolah adalah untuk:
1) Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam
bidang mental spiritual;
6
Sitanggang.2016.Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (HUSEMAS) di
Dalam Lembaga Pendidikan. Hal. 16
7
Ibid. Hal. 17
8
Ibid. Hal. 18
2) Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi;
3) Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat;
4) Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat
kemampuannya.9

PENDIDIKAN MODERN

A. Latar Belakang Pendidikan Modern

9
Ibid. Hal. 22
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa
yang lalu. Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan
kini memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui
standar yang telah ditetapkan, pendidik mempunyai pedoman yang pasti tentang apa
yang diajarkan dan yang hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi telah merubah gaya hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi,
bermain maupun belajar. Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah
memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang pendidikan. Dosen dan
mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar
mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi peserta didik
dan pendidik agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini.10
Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa,
yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan
yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui
pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas,
yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-
cita bangsanya.11

B. Konsep Pendidikan Modern


Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan
tuntutan zaman era milenial dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan
kecakapan hidup abad 21. Sejalan dengan pendapat tersebut Greenstein menyatakan
bahwa peserta didik yang hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan,
berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis dan kreatif, serta bisa
berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini menggambarkan adanya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan.12 Oleh karena itu, pemerintah merancang
pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada peserta didik.
Pendidik sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah - sekolah
menerapkan pembelajaran abad 21.Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21,
pendidik harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran
tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola
pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramah sedangkan peserta didik
lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.
Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara
Belajar Siwa Aktif), namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional.
Untuk mengerti pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik maka kita bisa
kembali kepada slogan pendidikan kita yang tercantum dalam logo kementerian
pendidikan dan kebudayaan dan merupakan pesan dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki
Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani. Pendidik berperan sebagai pendorong
10
Yana. (2015) .Pendidikan Abad 21.
11
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI.
12
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and
authentic learning.
dan fasilitator agar peserta didik bisa sukses dalam kehidupan. Satu hal lain yang
penting yaitu pendidik akan menjadi contoh pembelajar (learner model), pendidik
harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnya dalam seluruh
proses pembelajaran ini pendidik dan peserta didik akan belajar bersama namun
pendidik mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas.

C. Prinsip Pendidikan Modern


Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65 tahun
2013 tentang Standar Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus
dipenuhi dalam proses pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud No. 65 tahun
2013 mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi
Kurikulum 2013. Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4
prinsip pokok pembelajaran abad ke 21yang dijelaskan dan dikembangkan seperti
berikut ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Peserta didik tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal
materi pelajaran yang diberikan pendidik, tetapi berupaya mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat
perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Peserta didik harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-
nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, peserta
didik perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.
Dalam mengerjakan suatu proyek, peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana
menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran
dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap
kehidupan peserta didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidik mengembangkan
metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia
nyata (real word). Pendidik membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai,
makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidik melakukan penilaian
kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk
terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat, dimana peserta didik dapat belajar mengambil peran dan melakukan
aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Peserta didik dapat dilibatkan dalam
berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, peserta didik
perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati
dan kepedulian sosialnya.

KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN MENURUT AL-QURAN

A. Pengertian Konsep Manajemen Pendidikan Menurut Al-Qur’an


Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam Al-Qur`an dengan istilah ‘At-
Tarbiyah’, ‘At-Ta`lim’, dan ‘At-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita temukan dengan
ungkapan kata ‘Rabba’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi`il madhi
rabba, yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama
Allah13. Jika ditelusuri ayat-ayat Al-Qur`an dan matan As-Sunah secara mendalam
dan komprehensif sesungguhnya selain tiga kata tersebut masih terdapat kata-kata lain
yang berhbungan dengan pendidikan. Kata-kata lain tersebut, yaitu Al-tazkiyah, Al-

13
Selamat Pohan,  Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: KBPM Sumtera Utara 2015) cet.
II hlm. 163-164
Muma’idzah, Al-Tafaqquh, Al-Tilawah, Al-Tahzib. Al-Irsyad, Al-Tabyin, Al-Tafakkur,
Al-Ta’aqqul, dan Al-Tadabbur.14
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah
Al-Qur`an dan Hadits Nabi Muhammad SAW Dari kedua sumber tersebut, para
intelektual muslim kemudian mengembangkan dan mengklasifikasikannya ke dalam
dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan.
Kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena
itu pendidikan termasuk amal nyata dan hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip
dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu
pengetahuan. Dari ayat-ayat Al-Qur`an dan hadits-hadits tersebut dapat diperoleh
isyarat tentang kegiatan belajar mengajar dengan berbagai komponen.

B. Tujuan Konsep Manajemen Pendidikan Menurut Al-Qur’an


Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan,
Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui
syariat Islam. Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang jelas. Dia
menciptakan manusia dengan tujuan untuk menjadi khalifah di muka bumi melalui
ketaatan kepada-Nya. Untuk mewujudkan tujuan itu, Allah memberikan hidayah serta
berbagai fasilitas alam semesta kepada manusia. Jika tugas manusia dalam kehidupan
ini demikian penting, pendidikan harus memiliki tujuan yang sama dengan tujuan
penciptaan manusia. Bagaimanapun pendidikan Islam sarat dengan pengembangan
nalar dan penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan agama. Dengan
demikian tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah
dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.
Realisasi tujuan pendidikan melalui ibadah tidak diartikan sebagai upaya
manusia yang hanya berfokus pada aspek ritual saja seperti shalat, membaca al-
Qur`an dan lain-lain. Untuk menyempurnakannya ibadah dimaknai sebagai ketaatan
yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Namun demikian sistem pendidikan Islam
saat ini banyak ditinggalkan oleh umat manusia, karena beranggapan pendidikan
Islam tidak menyentuh seluruh aspek kehidupan, sehingga sistem yang digunakan
lebih berorientasi pada sistem pendidikan yang berasal dari dunia barat, padahal itu
adalah sebuah kekeliruan yang perlu diluruskan. Bahkan Sistem pendidikan Islam jika
dibandingkan dengan sistem pendidikan lain memiliki keunggulan. 
1. Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai keutamaan,
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
2. Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat.
3. Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Karena
manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
4. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kita dan
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

14
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group
2010) cet. I hlm. 7
5. Serta mampu menjalankan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi
dengan memiliki pengetahuan baik pengetahuan agama maupun pengetahuan
umum.
Tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat macam:
1. Tujuan Pendidikan Jasmani (al-Ahdaf al-Jismiyah), dalam sebagian aspeknya,
pendidikan Islam bertujuan untuk mempersiapkan manusia sebagai
pengemban tugas khalifah di bumi melalui keterampilan fisik.
2. Tujuan Pendidikan Rohani (al-Ahdaf ar-Ruhaniyah), dalam sebagian
aspeknya, pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan jiwa dan kesetiaan
yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang
diteladani oleh Nabi saw dengan berdasarkan pada cita-cita idela dalam al-
Quran. 
3. Tujuan Pendidikan Akal (al-Ahdaf al-Aqliyah), pada sebagian aspeknya,
pendidikan Islam bertujuan mengarahkan intelegensi supaya menemukan
kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah terhadap tanda-tanda kekuasaan
Allah. Tahap pendidikan akal ini adalah pencapaian kebenaran ilmiah,
kebenaran empiris, dan kebenaran metaempiris atau filosofis. 
4. Tujuan Pendidikan Sosial (al-Ahdaf al-Ijtima’iyyah), dalam sebagian
aspeknya, pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian yang
utuh baik roh, tubuh dan akal.
Tujuan pendidikan Islam adalah penggambaran nilai-nilai Islami yang hendak
diwujudkan dalam pribadi manusia didik. Istilah lainnya, tujuan pendidikan Islam
adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan
oleh pendidik muslim melalui proses yang bermuara pada hasil (produk);
berkepribadian Islam yang beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan yang
sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.

C. Manfaat Konsep Manajemen Pendidikan Menurut Al-Qur’an


Tolak ukur kegunaan atau manfaat sangatlah penting untuk mencapai cita-cita
atau tujuan pendidikan. Dari tujuan pendidikan yang sudah dipaparkan, adapun
manfaatnya yaitu sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan yang lebih luas mengenai Allah SWT dan ciptaan-
Nya.
2. Menambah dan menguatkan keimanan kepada para peserta didik dan
menanamkan nilai ajaran Islam yang menjadi sumber ilmu pengetahuan.
3. Ilmu yang memberikan pengetahuan dengan diimbangi nilai ibadah karena
mempelajari maupun mengembangkan ajaran Allah SWT.
4. Memperluas dan memperdalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an.
5. Menyadarkan bahwa Al-Qur'an merupakan induknya dari segala ilmu
pengetahuan.
6. Memperlihatkan kepada manusia bahwa Al-Quran adalah kitab yang
diturunkan oleh Yang Kuasa dengan Ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya
tidak terhalang oleh waktu.
7. Mengajarkan peserta langsung praktik langsung ke islaman dalam kehidupan.
Meninggikan intelektual dan emosional yang baik.
8. Membentuk kepedulian sosial dan memiliki sifat Amar ma'ruf nahi munkar.
9. Mengembangkan lembaga Pendidikan Islam agar dapat bersaing dengan
Pendidikan Umum lainnya.
10. Mengkaji Al-qur'an dan As-Sunnah untuk menemukan teori baru yang ada di
dalamnya.
11. Mengembangkan teori yang sudah ada dan sesuai dengan Ilmu Pendidikan
Islam.
12. Menciptakan pendidikan Islam yang memiliki kualitas yang baik.
13. Membangun Lembaga Pendidikan Islam yang di senangi oleh masyarakat
umum.
14. Mencetak kader Ulama yang profesional di bidangnya.
15. Sebagai pembuktian teori-teori dalam Al-Qur'an dan As-sunnah yang mampu
membuktikan kebenarannya dalam fakta kehidupan.15

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan


Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan
penataan sumber penggunaan dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah
atau lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayan
pendidikan meliputi tiga hal, yaitu : penyusunan anggaran (budgeting), pembukuan
(accounting), dan pemeriksaan (controling).16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manajemen artinya penggunaan sumber
daya secara efektif dan efisien. Manajemen keuangan adalah sumber daya yang
diterima yang akan dipergunakan untuk penyelenggaraan pendidikan. Manajemen
keuangan dimaksudkan sebagai suatu manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.
Menurut Jones (1985), manajemen keuangan meliputi:
1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya yang
tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik tanpa efek
samping yang merugikan.
2. Pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan
berdasarkan rencana yang telah dibuat.
3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.

B. Tujuan Manajemen Pembiayaan Pendidikan


1. Tujuan Manajemen Pembiayaan

Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung :
15

Pustaka Setia.
16
Sri Mirnati, Manajemen Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 212
Manajemen pembiayaan pendidikan bertujuan untuk mewujudkan tertibnya
administrasi dalam penyelenggaraan pendidikan yang mencangkup kebutuhan
pendidik, sarana dan prasarana.
2. Tujuan Manajemen Keuangan
Adapun tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk memperoleh, dan mencari
peluang sumber-sumber pendanaan bagi kegiatan sekolah, agar bisa menggunakan
dana secara efektif dan tidak melanggar aturan, dan membuat laporan keuangan yang
transparan dan akuntabel. Di sinilah peran seorang manager sekolah atau Kepala
Sekolah untuk mengelola keuangan dengan sebaik mungkin dengan memperdayakan
sumber daya manusia yang ada di lingkungan sekolah Melalui kegiatan manajemen
keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan,
diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan
manajemen keuangan adalah:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.17

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam
menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam
pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar
sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Selanjutnya fungsi manajemen keuangan
dan pembiayaan dalam pendidikan adalah untuk melaksanakan kegiatan agar suatu
tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.

C. Manfaat Manajemen Pembiayaan Pendidikan


Dengan manajemen yang baik, sekolah tidak hanya mampu mendanai pembiayaan
sekolah, namun sekolah juga mampu meningkatkan prestasi sekolah, meningkatkan
keberdayaan guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Dengan
manajemen yang baik pula tidak mustahil bagi sekolah memiliki kemandirian
pendanaan, dapat memberdayakan masyarakat sekolah dan masyarakat sekitar.18

17
Kadarman Jusuf, Pengantar Ilmu Manajemen, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992) hal: 18
18
Nur Komariah. 2018. KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN Vol. VI, No. 1
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

A. Pengertian
Menurut Robbins (1991), kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi
sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh
dapat diperoleh secara formal yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang
didudukinya dalam suatu organisasi.

Toha (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi


perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku orang lain atau seni
mempengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan
dapat terjadi di mana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya
mempengaruhi perilaku orang-orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi,


memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasihati, membina, membimbing, melatih,
menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu) dengan
maksud agar manusia sebagai bagian dari organisasi mau bekerja dalam rangka
mencapai tujuannya sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.19

Kepemimpinan yang berlangsung pada lembaga pendidikan berarti menjalankan


proses kepemimpinan yang sifatnya mempengaruhi sumber daya personil pendidikan
(guru dan karyawan) agar melakukan tindakan bersama guna mencapai tujuan
pendidikan.

Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah


kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan yang lain untuk mencapai
tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela.

19
Margono, Educational Leadership, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal. 3
Kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai usaha Kepala Sekolah dalam
memimpin, mempengaruhi dan memberikan bimbingan kepada para personil
pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai
melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan (M.I. Anwar, 2003:70).

Selanjutnya Dirawat, dkk (1986:33) menjelaskan: Kepemimpinan pendidikan sebagai


suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan
orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agar supaya kegiatan-kegiatan yang
dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran.20

Dari pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan pendidikan


adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi pendidikan.
Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksana
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara
efektif dan efisien.21

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan


adalah suatu kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam lingkup
penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Yang mana, dalam kegiatannya pemimpin pendidikan mempunyai
kekuasaan untuk mengarahkan, mengkoordinir dan menggerakkan bawahannya
sehubung dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan.

B. Tujuan
Fungsi kepemimpinan pendidikan menunjuk kepada berbagai aktivitas atau tindakan
yang dilakukan oleh seorang Kepala Sekolah dalam upaya menggerakkan guru-guru,
karyawan, siswa dan anggota masyarakat agar atau berbuat sesuatu guna
melaksanakan program-program pendidikan di sekolah.

Lebih lanjut, M.I. Anwar (2003:70) mengatakan bahwa untuk memungkinkan


tercapainya tujuan kepemimpinan pendidikan di sekolah, pada pokoknya
kepemimpinan pendidikan memiliki tiga fungsi berikut:

Membantu kelompok merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai yang akan
menjadi pedoman untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.

20
Syafaruddin dan Nurmawati, Pengelolaan Pendidikan. (Medan: Perdana Publishing,
2011), h. 199
21
Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008 ),. h 132-133.
Fungsi dalam menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa dan anggota masyarakat
untuk menyukseskan program pendidikan di sekolah.
Menciptakan sekolah sebagai suatu lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis,
dan nyaman, sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas
akan memperoleh kepuasan kerja tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim
organisasi yang mampu mendorong produktivitas pendidikan yang tinggi dan
kepuasan kerja yang maksimal.22
Sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas akan
memperoleh kepuasan kerja tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim
organisasi yang mampu mendorong produktivitas pendidikan yang tinggi dan
kepuasan kerja yang maksimal.

Kemampuan seorang pemimpin mempengaruhi orang lain didukung oleh kelebihan


yang dimilikinya, baik yang berkaitan dengan sifat kepribadian maupun yang
berkaitan dengan keluasan pengetahuan dan pengalamannya, yang mendapat
pengakuan dari orang-orang yang dipimpin. Menurut Lezotte (1991:3) sekolah yang
efektif tercipta karena kepemimpinan yang diterapkan di sekolah diarahkan pada
proses pemberdayaan para guru sehingga kinerja guru lebih berdasarkan pada prinsip-
prinsip dan konsep bersama, bukan karena suatu instruksi dari pimpinan.
C. Manfaat
Kepemimpinan pendidikan sangat penting untuk di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari terutama bagi para pengemban profesi kependidikan, karena dalam sebuah
lembaga pendidikan sosok pemimpin itu sangat dibutuhkan sebagai organisator dalam
mendukung kesuksesan tercapainya sebuah tujuan lembaga pendidikan. Tanpa
kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak
akan berjalan efektif. 

22
Abdul Aziz. op. cit., h. 133
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2010 cet. I
hlm. 7.
Abdul Aziz Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung :
Alfabeta.
Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka
Setia.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and
authentic learning. London: Sage Publications Ltd.
Kadarman Jusuf. 1992. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Husaini Usman. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006
Margono. 2009. Educational Leadership. Malang: UIN Malang Press.
Selamat Pohan. Ilmu Pendidikan Islam. Medan: KBPM Sumtera Utara 2015 cet. II hlm 163-
164.
Sri Mirnati. 2011. Manajemen Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Syafaruddin dan Nurmawati. 2011.;Pengelolaan Pendidikan. Medan: Perdana Publishing,
2011.
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Tersedia: http://www.bsnp-
indonesia.org/id/wpcontent/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf diakses pada
tanggal 18 Mei 2020 pukul 19.33 WIB.
Murni. 2017. Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan Vol 5 No 02. Diambil pada 23
April 2020 di jurnal.ar-raniry.ac.id
Surawan. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Diakses pada 23 Maret 2020 di
eprints.ums.ac.id
Nur Komariah. 2018. KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN Vol. VI, No. 1.
Diambil dari www.ejournal.fiaiunisi.ac.id
Y. Sitanggang.2016.Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (HUSEMAS) di
Dalam Lembaga Pendidikan. Diambil pada 1 Mei 2020 di ejournal.unib.ac.id
Yana. (2015) .Pendidikan Abad 21. Tersedia : http:/yana.staf.upi.edu/2015/10/11/pendidikan-
abad-21/ di akses pada tanggal 18 Mei 2020 pukul 19.35 WIB.

Anda mungkin juga menyukai