Anda di halaman 1dari 11

F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Judul Penyuluhan dan praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), serta
Penyuluhan HIV AIDS di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Latar belakang
Setiap tahun, pada tanggal 15 Oktober, masyarakat dunia memperingati
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS). pentingnya
menyebarluaskan kebersihan tangan untuk menciptakan kehidupan yang
sehat terutama anak-anak dari kelompok usia sekolah agar mereka
benar-benar melakukan CTPS dengan air bersih yang mengalir, sebagai
suatu gerakan masyarakat.
CTPS adalah cara yang sederhana, mudah, murah dan bermanfaat untuk
mencegah berbagai penyakit. Sebab, ada beberapa penyakit penyebab
kematian yang dapat dicegah dengan cuci tangan yang benar, seperti
penyakit Diare dan ISPA yang sering menjadi penyebab kematian anak-
anak. Demikian juga penyakit Hepatitis, Typhus, dan Flu Burung.
kepada para orang tua dapat berperan mewujudkan kebiasaan masyarakat
untuk CTPS serta mau dan mampu menjadi contoh bagi anak-anak dan
keluarganya dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS.
jika mencuci tangan dengan sabun. Adapun waktunya adalah 1) sebelum
menyiapkan makanan, 2) setiap kali tangan kotor seperti : setelah
memegang uang, binatang, berkebun, setelah buang air besar, setelah
menceboki bayi/anak, 3) setelah menggunakan pestisida/insektisida,
dan 4) sebelum menyusui bayi, serta masih banyak lagi. Menurut WHO
langkah cuci tangan yang baik ada 6 langkah.

HIV merupakan singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Virus


ini merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS. Jika anda terinfeksi
HIV, anda akan dikatakan sebagai HIV positif. HIV menyerang sistem
kekebalan tubuh, yang mana adalah pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Jika sistem kekebalan tubuh seseorang telah dirusak oleh virus, maka
akan mengembangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Ini
berarti mereka akan mendapatkan infeksi dan penyakit yang mana tubuh
mereka biasanya bisa melawan. HIV terdapat dalam cairan tubuh yaitu,
darah, sperma (air mani), cairan vagina dan air susu ibu. HIV hanya
ditularkan kalau cairan tubuh seseorang HIV positif masuk ke dalam
aliran darah orang lain. HIV tidak dapat ditularkan melalui: Batuk,
Bersin, Meludah, Berciuman, Menangis (air mata), Alat-alat makan dan
piring, Seprei dan sarung bantal, Toilet dan kamar mandi, Melalui
kontak sosial biasa, Serangga, seperti nyamuk misalnya. Untuk
mencegah supaya tidak terjadi atau terkena HIV yang utama setia pada
pasangan, memakai kondom saat berhubungan, tidak menggunakan narkoba
apapun itu atau jarum suntik bersamaan.

Permasalahan
Tingginya angka penyakit yang ditularkan (diare, batuk pilek, dan
lain-lain) karena kurang pemahaman tentang cuci tangan yang baik dan
bener.
Tingginya penyakit HIV AIDS di daerah Jawa Timur.

Perencanaan
Dilakukan penyuluhan tentang HIV AIDS serta CPTS dan prakteknya dan
tanya jawab.

Pelaksanaan
Dilakukan pada sekolah-sekolah tanggal 03-mei-2019

Monitoring
Dilakukan tiap tahun agar siswa siswi tahu bagaimana cara yang benar
CPTS dan bahaya dari HIV AIDS itu sendiri.

F2 upaya kesehatan lingkungan


Dokter pendamping dr.nunik chusniati susanah
Judul lap. KegiatanSurveilans TBC, Pneumonia, DBD, Malaria, Demam Tyfoid,
Diare, Difteri,serta Campak
Peserta yang hadir kapus, pendamping, peserta pidi, masyarakat

Latar belakang
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan,analisis, dan analisis data
secara terus-menerus dan sistematis yang kemudiandidiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya(DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-
menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi
outbreakpada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkaninformasi tersebut kepada pembuat
keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
penyakit(Last, 2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik
surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama
saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health). Surveilans
bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatanpopulasi,
sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons
pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans: (1) Memonitor
kecenderungan (trends) penyakit;(2) Mendeteksi perubahan mendadak insidensi
penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; DataFasilitas Pelayanan Kesehatan
(Puskesmas, RS, Dokter praktik), KomunitasDinas Kesehatan Kabupaten/ Kota,
Provinsi, PusatPeristiwa penyakit, kesehatan
populasiIntervensiKeputusanPelaporanInformasi(Umpan Balik)Gambar 5.1Sistem
surveilansPerubahan yang diharapkanAnalisis & Interpretasi2(3) Memantau
kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada popu-
lasi; (4) Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, moni-toring, dan evaluasi program kesehatan; (5) Mengevaluasi
cakupan dan efektivitas program kesehat-an; (6) Mengidentifikasi kebutuhan riset
(Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).

Permasalahan
Permasalahan tinggi penyakit TBC, Pneumonia, DBD, Malaria, Demam Tyfoid, Diare,
Difteri, Campak

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Dilakukan survey permasalahan tinggi penyakit TBC, Pneumonia, DBD, Malaria,
Demam Tyfoid, Diare, Difteri, Campak

Pelaksanaan
Pembagian form dan tata cara mengisi serta serta pelaporan. Ke puskesmas.

Monitoring dan evaluasi


Jika terdapat wabah atau penyakit yang bisa berpotensi KLB pada kader bisa
langsung melapor dan ditindak lanjuti oleh Puskesmas dan bisa dilakukan evaluasi
tiap bulan.
 Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
Keluarga Berencana (KB)
Dokter Pendamping      :  Nunik Chusniati Susanah
Judul Lap. Kegiatan      :  Pemeriksaan IVA Test dan Sadanis

Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting


bagi wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim merupakan keganasan
yang terjadi pada leher rahim dan disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan seksual
dan infeksinya terjadi pada 75% wanita yang telah pernah berhubungan
seksual. Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua setelah kanker
payudara yang paling umum diderita oleh perempuan dan diperkirakan
ada sekitar 1,4 juta penderita di seluruh dunia. Dimana pertumbuhan
sel-sel abnormal pada serviks yang terletak antara rahim (uterus) dan
lubang vagina, di mana sel -sel normal berubah menjadi sel kanker.
Salah satu masalah kesehatan menurut World Health Organization(WHO),
sebanyak 630 juta perempuan terjangkit penyakit ini. Data Globocan
2008, terdapat 529.409 kasus baru kanker serviks dengan sekitar
274.883 kematian di dunia. Hampir 85% kasus terdapat pada negara-
negara berkembang. Perempuan yang melakukan deteksi dini kanker leher
rahim akan menurunkan resiko terkena kanker leher rahim karena
deteksi dini ini ditujukan untuk menemukan lesi pra-kanker sedini
mungkin, sehingga pengobatan dapat segera diberikan bila lesi
ditemukan (Depkes RI, 2007). Diperkirakan terdapat 40 ribu kasus baru
kanker leher rahim setiap tahunnya di Indonesia.
Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetattest(IVA),merupakan metode
screening yang lebih praktis, murah, dan memungkinkan dilakukan di
Indonesia. Dan pencegahan penyakit dengan metode deteksi ini
merupakan bentuk dari sebuah praktik kesehatan atau tindakan hidup
sehat. Alasan seorang wanita tidak menjalani deteksi dini kanker
serviks yaitu karena ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut dan faktor
biaya. Hal ini umumnya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan
dan pengetahuan.
Biaya penatalaksanaan kanker relatif mahal / tinggi mulai dari
diagnosis hinggapengobatan. Untuk pengobatan pasien kanker harus
menyediakan dana yang cukupbesar untuk tindakan kemoterapi,
radioterapi, dan lainnya.Meskipun kanker merupakan penyakit yang
tidak diketahui penyebabnya secara pasti,namun dipengaruhi oleh
banyak faktorseperti merokok/terkena paparan asap rokok,mengkonsumsi
alkohol, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas dan diet
tidak sehat,kurang aktifitas fisik, dan infeksi yang berhubungan
dengan kanker.Para ahlimemperkirakan bahwa 40% kanker dapat dicegah
dengan mengurangi faktor risikoterjadinya kanker tersebut.Untuk itu
diperlukan upaya peningkatan kesadaranmasyarakat untuk mencegah
faktor risiko tersebut dan peningkatan program pencegahandan
penanggulanganyang tepat.
Cegah kanker dengan melakukan deteksi dini
• Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat (IVA) ataupun Pap Smear
• Deteksi dini kanker payudara denganPeriksa Payudara Sendiri
(SADARI),PemeriksaanPayudara Klinis(SADANIS)oleh petugas kesehatan
terlatih difasilitas kesehatan.

Permasalahan
Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran diri, serta rasa takut
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin ke fasilitas kesehatan.

Perencanaan
Dilakukan pemeriksaan sedini mungkin IVA Test dan Sadanis

Pelaksanaan
Pemeriksaan Sadanis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
pemeriksaan IVA Test oleh tenaga kesehatan dengan menggunakan asam
asetat.

Monitoring
Memberikan informasi dan tata cara bagaimana pemeriksaan Sadari
dirumah dilakukan sendiri untuk mencegah atau mendeteksi sedini
mungkin gangguan. Jika ada yang terdeteksi susp. Ca seviks langsung
dilakukan screening dan tidak lanjut (rujuk) ke fasilitas RS. Dan
pemeriksaan rutin tiap tahun dan mengajak seluruh masyarakat agar
selalu waspada dan rutin memeriksaan diri ke pusat kesehatan.

Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Dokter Pendamping      :  Nunik Chusniati Susanah
Judul Lap. Kegiatan      :  Gizi dan Kesehatan Balita pada
Kader Posyandu dan Ibu-Ibu

Latar belakang
Secara sederhana, pengertian gizi seimbang adalah nutrisi dan zat
gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, tidak berlebihan juga
tidak kekurangan. Sedangkan pengertian makanan gizi seimbang adalah
mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi dan gizi disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh dengan tetap memperhatikan berbagai prinsip
seperti keberagaman jenis makanan, aktifitas tubuh, berat badan ideal
serta faktor usia.
Kesehatan balita merupakan hal yang paling krusial di dalam tumbuh
kembangnya. Pada umumnya, Balita mempelajari lingkungan sekitar
dengan menyentuh, mencium dan merasakannya.Umumnya mereka tidak
menyadari bahaya yang mungkin terjadi saat mereka sibuk
mengeksplorasi lingkungannya.

Permasalahan
Masih banyak balita yang mempunyai berat badan (BB) rendah
dikarenakan kurang pengetahuan dan latar belakang orang tua.

Perencanaan
Pemberian penyuluhan dan dan pemberian makanan tambahan pada balita
dengan status berat badan rendah

Pelaksanaan
Dilaksanakan penyuluhan dan tanya jawab serta pemberian makanan
tambahan pada 25-april-2019
Monitoring
Milakukan pemantauan terus menerus dan khusus untuk balita dengan
status berat badan rendah dan dibuatkan kelompok dan dilakukan
pertemuan sebulan sekali.

Jenis Kegiatan :  F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Menular dan Tidak Menular
Dokter Pendamping      :  Nunik Chusniati Susanah
Judul Lap. Kegiatan      :  Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Pada Lansia

Latar belakang
Dengan meningkatnya usia pada lansia, maka dapat mempengaruhiangka
kesakitan penduduk. Angka kesakitan adalah salah satu penentu untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan penduduk lansia
Menurut Riskesdas pada tahun 2014 sebesar 25,5% artinya bahwa dari
100 orang lansia terdapat 25 orang lansia yang mengalami sakit.

Permasalahan
Salah satu konsekuen dari penuaan adalah meningkatnya angka kejadian
penyakit tidak menular (PTM). Berdasarkan WHO, empat jenis PTM yang
utama adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan
stroke), diabetes, pernafasan kronis (penyakit paru obstruktif kronis
dan asma), dan kanker. Saat ini, PTM telah menjadi penyebab kematian
utama di dunia. PTM terutama terdapat dinegara kurang berkembang dan
negara berkembang, dimana hampir 80% kematian akibat PTM terjadi.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
tentunya harus lebih waspada.

Perencanaan
Pencegahan dilakukan dengan cara skrinning rutin tiap bulan pada
lansia dan penyuluhan rutin guna meningkatkan kesehatan lansia yang
lebih baik.

Pelaksanaan
Penyuluhan dan pemberian informasi terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi dan meningkatnya PTM pada lansia.

Monitoring
Perlu diadakan pertemuan lansia sebab partisipasi sosial dalam
kegiatan organisasi / masyarakat juga diketahui berhubungan
signifikan dengan resiko penderita PTM pada pralansia dan lansia. Ada
kemungkinan juga bahwa mereka yang mengalami PTM cenderung mengalami
hambatan dari segi mobilitas sehingga kurang mau ikut dalam kegiatan
masyarakat.

Jenis Kegiatan :  F6 - Upaya Pengobatan Dasar


Dokter Pendamping      :  Nunik Chusniati Susanah
Judul Lap. Kegiatan      :  Pemeriksaan dan Pengobatan Dasar
Rutin di PSBR

Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.
Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan
fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagiankepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksadengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan.

Permasalahan
Kurangnya pemahaman dan menjaga kebersihan diri sendiri dan
lingkungan

Perencanaan
Pemeriksaan dan pengobatan dasar yang dilakukan pada saudara-saudari
di PSBR 10-mei-2019

Pelaksanaan
Pengobatan dan pemeriksaan dasar

Monitoring
Diharapkna dilakukan tiap satu minggu kali dan mengajak mereka untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
Jenis Kegiatan :  F7 - Mini Project
Dokter Pendamping      :  Nunik Chusniati Susanah
Judul Lap. Kegiatan      :  GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN
PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DALAM UPAYA MENCEGAH TIDAK
TERKONTROLNYA TEKANAN DARAH, DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANANWETAN
KOTA BLITAR

Latar belakang
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian 7,1 juta orang di
seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian, dan
prevalensinya hampir sama besar baik di negara berkembang maupun di
negara maju. Hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan
mortalitas (kematian) yang tinggi karena hipertensi merupakan
penyebab utama meningkatnya risiko penyakit stroke, jantung dan
ginjal. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan
fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut
sebagai silent killer. Bahkan sering ditemukan penderita yang telah
mengalami berbagai komplikasi pada organ seperti jantung, otak
ataupun ginjal. Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian
dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya
baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.1,2.
Berdasarkan data WHO, dari 50% penderita hipertensi yang
diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang
diobati dengan baik.3 Diperkirakan pada tahun 2025 nanti kasus
hipertensi terutama di negara berkembang akan mengalami kenaikan
sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000, yaitu menjadi 1,15
milyar kasus. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi
dan pertambahan penduduk saat ini.4
Saat ini jumlah penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15
juta orang. Prevalensi pada daerah urban dan rural berkisar antara
17-21% dan hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi
pada dewasa adalah 6-15% dan 50% di antara orang dewasa yang
menderita hipertensi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial. Dikarenakan hipertensi merupakan penyakit yang
timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yang
dimiliki seseorang.4
Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat
pengetahuan keluarga maupun pasien dalam tindakan pencegahan
komplikasi hipertensi diharapkan dapat mengontrol tekanan darah yaitu
mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga teratur, tidak
merokok dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau
obesitas.4,5 Pengetahuan dalam pencegahan komplikasi hipertensi
dilatarbelakangi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi meliputi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, tradisi keluarga, faktor
pendukung meliputi ketersediaan sumber fasilitas, faktor pendorong
meliputi sikap, perilaku petugas kesehatan, anggota keluarga dan
teman dekat.6
Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Peningkatan pengetahuan
penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada kemajuan
berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga
berpengaruh terhadap terkontrolnya tekanan darah.6
Penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa penderita hipertensi
mempunyai sikap yang buruk dalam menjalani diet hipertensi, hal
tersebut disebabkan oleh faktor pengetahuan penderita hipertensi.
Sikap merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi dari perilaku. Perilaku seseorang adalah penyebab utama
menimbulkan masalah kesehatan,tetapi juga merupakan kunci utama
pemecahan. Perilaku merupakan faktor kedua terjadi perubahan derajat
kesehatan masyarakat.6
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi dalam
Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di Wilayah Kerja
Puskesmas Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur.

Permasalahan
Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita
Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di
Wilayah Kerja Puskesmas Sananwetan Tahun 2019.

Perencanaan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan tingkat pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi
dalam upaya mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah di Wilayah
Kerja di Puskesmas Sananwetan Tahun 2019. Penelitian ini disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap variabel yang diteliti
yaitu variabel pengetahuan dan variabel perilaku.
Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format
persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan
sebelum peneliti menyerahkan kuesioner untuk dilakukan wawancara.
Maka populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi
yang datang berobat serta posyandu lansia di Puskesmas Sananwetan
Tahun 2019.
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti. Pada penelitian
ini diambil sampel sebanyak 50 orang.
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh
peneliti dengan menggunakan teknik wawancara.

Pelaksanaan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah
diperoleh Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita
Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Sananwetan Pada Tahun 2019
dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol sebagai berikut:
1.Rata-rata usia responden yang dilakukan penilaian adalah 65 tahun
dan tinggkat pendidikan responden rendah dan tidak sekolah..
2.Pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi berpengetahuan baik sejumlah 33 responden (66%)
sisanya berpengetahuan kurang baik sejumlah 17 responden (34%).
3.Perilaku penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi berkriteria baik sejumlah 28 responden (56%) dan
responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit
hipertensi berjumlah 22 responden (44%).

Monitoring
1.Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan
terjadinya penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan
yang diberikan oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar
penyakit hipertensi secara dini.
2.Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan
sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan
penyuluhan tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi
secara dini dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika tekanan
darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan
darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat.
3.Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan
kesehatan terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang
berkaitan dengan kesehatan untuk mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi serta dapat termotivasi untuk menghindari hal-hal yang
dapat menambah penyakit hipertensi menjadi lebih parah lagi misalnya
menghindari makanan yang mengandung lemak seperti gorengan, daging
kambing, santan, mengurangi konsumsi garam dapur, minuman yang
mengandung kafein, alcohol, merokok, malas berolahraga, menjauhi
stress, dan meminum obat secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai