Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM

Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah :

Kepemimpinan Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :

Prof. DR. Qowaid Masyhuri

Disusun oleh :

Hendra Syam Basri NPM : 1986108010007

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL LAA ROIBA
BOGOR
2019
MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam

1. Pendidikan

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online adalah  proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik 1. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Drs. Soharso dan Dra. Ana Retno ningsih diambil dari
kata didik, yaitu mencakup kata memelihara, memberi latihan, ajaran, bimbingan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran2. Adapun pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasa belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara3.
Pendidikan menurut H.Ramayulis, pendidikan berasal dari asal kata “didik” ditambah
awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata “pendidikan” yang berarti : proses
bimbingan terhadap peserta didik untuk menjacapai tujuan4

2. Pendidikan menurut Islam


Istilah pendidikan dalam istilah Islam pada umumnya mengacu kepada istilah al tarbiyah,
al ta’lim dan al ta’dib. Kata al-Tarbiyah dalam bahasa Arab, Rabba, yarbu, tarbiyah: memiliki
makna “tumbuh” “berkembang”, tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a).
Tarbiyah dapat juga diartikan dengan "proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik
(rabbani) kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam
memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan
kepribadian yang luhur5. Sebagaimana terdapat di beberapa ayat Alquran berikut.
ُّ ‫اح‬
َ ْ‫الذ ِّل م َِن الرَّ حْ َم ِة َوقُ ْل رَّ بِّ ارْ َح ْم ُه َما َك َما َرب َّٰي ِني‬
ً‫ص ِغيْر‬ ْ ‫َو‬
َ ‫اخ ِفضْ َل ُه َما َج َن‬
1
https://kbbi.web.id/didik
2
Drs. Suharso, Dra. Ana Retnoningsih (Semarang: Widya Karya, 2017), cetakan kesebelas, h. 122.
3
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-
tahun-2003-tentang-sisdiknas/.
4
Prof. DR. H. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2014), Edisi Revisi, h. 4
5
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), h. 13
Terjemah:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “
Wahai tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada
waktu kecil.” Al – Isra : 24.

َ ‫ َّولَبِ ْث‬T‫ال اَلَ ْم نُ َرب َِّك فِ ْينَا َولِ ْي ًدا‬


َ ‫ت ِف ْينَا ِم ْن ُع ُم ِر‬
‫ك ِسنِي َْن‬ َ َ‫ۗ ق‬

Terjemah :
Dia (Fir‘aun) menjawab, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga)
kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari
umurmu. Q.S 26:18

Al ta’lim merupakan kata benda buatan (masdar) yang berasal dari akat kata ‘allama, yang
diterjemahkan dengan pengajaran. Dalam Alqur’an disebutkan bahwa Allah mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya sebelumnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat
berikut ini.

‫الَّ ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬


Terjemah :
Yang mengajar (manusia) dengan pena. Q.S 96:4

ۤ
‫ؤُاَل ۤ ِء‬Tٓ‫ َم ۤا ِء ٰه‬T‫ ُْٔونِ ْي بِا َ ْس‬Tُ‫ال اَ ۢ ْنبِٔـ‬T َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬
َ Tَ‫ ِة فَق‬T‫ َك‬Tِ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕٕى‬
‫ص ِدقِي َْن‬ٰ ‫اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
Terjemah :
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada
para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang
benar!”. Q.S 2:31

َ ‫ال ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ ُعلِّ ْمنَا َم ْن ِط‬


‫ق الطَّي ِْر َواُ ْوتِ ْينَا ِم ْن ُكلِّ َش ْي ۗ ٍء‬ َ َ‫د َوق‬Tَ ‫ث ُسلَ ْيمٰ ُن َد ٗاو‬
َ ‫َو َو ِر‬
‫اِ َّن ٰه َذا لَه َُو ْالفَضْ ُل ْال ُمبِي ُْن‬
Terjemah :
Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah
diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia
yang nyata.” Q.S 27:16

Istilah ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang mempunyai arti
antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara
pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga
muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh
dan berkembang.6

‫وا‬T‫ أكرم‬:‫لم‬TT‫ه وس‬TT‫لى ال علي‬T‫ول ال ص‬T‫ال رس‬T‫ ق‬:‫ال‬T‫ك ق‬T‫عن انس ابن مال‬
‫ وأحسنوا أدبهم‬, ‫أولدكم‬
Artinya : “Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw bersabda: Muliakanlah anak-
anakmu dan baguskanlah akhlak mereka.”7

Adapun pendidikan menurut hadist, diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Telah bersabda Rasullullah SAW ”Jadilah engkau orang yang berilmu atau orang yang
belajar. (H.R Baehaqi)
2. “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsipa
yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang
menghendaki keduanya maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan
sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)

3. Pendidikan Islam Menurut Ahli Pendidikan


1. Prof. DR. Haidar Putra Daulay : adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
seluruh potensi manusia baik lahir maupun batin agar terbentuk pribadi muslim
seutuhnya8.
2. Muhammad Fadhil al-jamaly: adalah upaya mengembangkan, mendorong serta
mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi

6
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h.4-5
7
Abu ‘Abd Allalh Muhammad bin Yazid al-Qazwiny Ibn Majah, Sunan Ibn Majah (Riyad: Maktabah al-Ma’arif,
T.Th), Pdf
8
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay, M.A. ,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2004),
h.11
dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut diharapkan akan terbentuk pribadi
peserta didik yang sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan
maupun perbuatannya9.
3. Ahmad D. Marimba: mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pemimpin secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil)10 .
4. Ahmad Tafsir: mendefinisikan pendidikan islam sebagai bimbingan yang diberikan
oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam11
5. Hasil Konferensi Internasional Pendidikan Islam: Pendidikan Islam ditujukan untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui
latihan kejiwaan, akal, pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera. Oleh karena itu
pendidikan harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik secara
individu maupun berkelompok guna mencapai kesempurnaan hidup.12

Dari sekian banyak fariasi definisi pendidikan Islam yang diberikan oleh pakar pendidikan
Islam, penulis memberanikan diri untuk mendefinisikan juga agar semakin banyak khasanah
pengertian pendidikan Islam. Menurut penulis yang dimaksudkan dengan pendidikan Islam
adalah proses pengajaran, pembinaan dan pelatihan agar peserta didik menjadi mukmin
yang taat, cerdas, kuat dan terampil sehingga dapat hidup bahagia dan berguna bagi
Islam, orang tua dan lingkungannya.

B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam


Pendidikan Islam bertolak dari pandangan Islam tentang manusia dan tujuan penciptaanya.
Al Qur’an menyebutkan dalam beberapa ayat yang menyebutkan kenapa manusia diciptakan dan
apa yang harus mereka lakukan dibumi. Oleh karenanya Al Qur’an menyebutkan bahwa
manusia adalah makhluk yang memiliki tugas pokok: sebagai khalifah Allah di bumi dan
menyembah Allah saja13. Selain itu manusia adalah makhluk yang memiliki potensi lahir dan
bathin. Potensi lahir adalah potensi yang fisik yang dimiliki manusia.
Berdasarkan konsep Islam tentang manusia inilah, maka tujuan pendidikan Islam haruslah
berbeda dengan tujuan pendidikan yang non Islam. Karena tujuan berbeda, maka isi kurikulum
dan metode yang dijalankan juga harus berbeda pula. Karena konsepsi Islam kepada manusia
9
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay, M.A. ,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2004),
h.13
10
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung Al-Ma’arif, 1989), h. 19
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 1992), h. 32
12
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay, M.A. ,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2004),
h.13
13
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay, M.A., Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2014), h.15
adalah konsepsi yang seimbang yang membuatnya memiliki ciri khusus. Keseimbangan antara
jasmani-rohani, individu-masyarakat, dunia-akhirat, intelektual-emosial.
Dasar pendidikan Islam adalah Al Qur’an dan As Sunnah. Titik tolaknya berawal dari
konsep al qur’an tentang manusia. Manusia yang seperti apa yang diinginkan oleh Islam, lahirlah
tujuan pendidikan Islam. Tujuan akan menghasilkan materi apa yang harus disampaikan dan
dilatih serta bagaimana materi itu harus disampaikan dan dijalankan, lahirlah metode
pembelajarannya. Supaya metode itu berjalan dengan baik dan benar, disediakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan. Selanjutkan untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan
melalui metode tertentu telah terserap dengan baik sesuai target, maka diperlukan evaluasi.
Tujuan pendidikan Islam sangat berhubungan dengan fungsi penciptaan manusia: sebagai
khalifah dan hamba Allah. Diantaranya ‘Atiyah Al-Abrasyi, sebagaimana yang dituliskan oleh
Prof. Haidar Daulay dalam buku Pendidikan Islam, sebagai berikut:
1. Membentuk pembentukan akhlak mulia
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
3. Menumbuhkan roh Ilmiah
4. Menyiapkan skill profesional
5. Persiapan mencari Rezeki

Adapun As-Syaibany seperti yang dikutip Prof. Haidar, mengemukakan tujuan pendidikan
islam itu adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Abdurrahman Shaleh Abdullah
menyebutkan ada tiga tujuan pokok dari pendidikan Islam : tujuan fisik, tujuan rohani, tujuan
mental14.

C. Aspek-Aspek Pendidikan Islam


Dilihat dari potensi manusia yang terdiri dari dua jenis, yakni potensi lahir dan potensi
bathin, maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang patut dikembangkan, diantaranya yaitu:
1. Aspek pendidikan ketuhanan dan akhlak
2. Aspek pendidikan akal dan ilmu pengetahuan
3. Aspek pendidikan fisik
4. Aspek pendidikan jiwa
5. Aspek pendidikan keindahan
6. Aspek pendidikan keterampilan
7. Aspek sosial

14
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay, M.A., Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2014), h.16
Aspek pendidikan ketuhanan dan akhlak adalah penanaman jiwa beragama atau merasa
diawasi Allah yang kuat, meliputi akidah Islam dalam arti yang sesungguhnya dan mampu
melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Pendidikan akhlak mewujudkan tingkah laku
terpuji serta menjauhi sikap tercela. Pendidikan akal dan ilmu pengetahuan berkaitan dengan
pencerdasan akal dan informasi serta ilmu yang harus peserta didik ketahui. Pendidikan fisik
melatih fisik peserta didik agar memiliki badan yang sehat dan kuat untuk menjalankan hidup,
beribadah dan berjihad.

Aspek pendidikan jiwa intinya menjadikan jiwa peserta didik jauh dari segala kemusyrikan
dan penyakit hati, iri, dengki dan hasud serta kesombongan. Aspek pendidikan sosial adalah
yang berkenaan dengan interaksi sosial sesama peserta didik pada khususnya dan manusia pada
umumnya. Memahami orang lain yang berbeda pendapat dan pandangan, serta peduli dan empati
kepada manusia lainya.

D. Konsep dan Metode

Islam merupakan agama yang komprehensif yang datang untuk mengatur kehidupan ini
dengan berbagai bidangnya, tidak menentang kemajuan, dan tidak menghambat pembangunan
sama sekali sebagaimana yang dituduhkan orang-orang yang fanatis memusuhi Islam.

Islam merupakan agama yang komprehensif yang datang untuk mengatur kehidupan ini
dengan berbagai bidangnya, tidak menentang kemajuan, dan tidak menghambat pembangunan
sama sekali sebagaimana yang dituduhkan orang-orang yang fanatis memusuhi Islam.

Disamping itu Al-Qur’an merupakan undang-undang dasar umat Islam. Al-qur’an


menegaskan tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan pengamalannya, menjamin kebebasan
berpikir dan berekspresi serta mengambil pelajaran dari dari segala sesuatu yang memberikan
pencerahan kepadanya dan kemudian mengekpresikannya dengan berbagai sarana.

Diantara pentunjuk-petunjuk Al-Qur’an tentang keharusan mempelajari ilmu


pengetahuan adalah bawasannya Allah SWT. Memberikan hakikat tentang alam dan
memberikan motivasi kepada umat Islam untuk mengembangkannya. Karena Al Qur’an adalah
wahyu Allah dan Alam semesta beserta kehidupunnya adalah ciptaan Allah, pastilah tidak ada
ketidakharmonisan pada keduanya. Al Quran memberikan petunjuk, alam semesta menunjukkan
bukti empiris, maka lahirlah sebuat teori-teori yang terinspirasi oleh Al Qur’an.

Sejak awal kemunculannya, ilmuwan muslim telah dapat menyingkap kemukzizatan


Alqur’an dalam memberitahukan hukum alam. Banyak diantara mereka mencapai kepopuleritas
dalam bidang ini, seperti; Al Kindi, Al Biruni, Al Khawarijmi. Mereka tertarik mempelajari
ilmu-ilmu alam karena beberapa diantaranya sangat terkait dengan ibadah umat Islam. Ilmu
astronomi misalnya, sangat bermanfaat mengetahui mengenai waktu-waktu sholat, arah Ka’bah
dan waktu datangnya hilal. Jadi mereka termotivasi melakukan pendalaman dan melakukan
ekperiment dengan tujuan mengekplorasi mukzizat Al Qur’an dan memudahkan umat Islam
dalam peribadatannya.

Para ilmuwan dalam peradaban Islam merupakan pioner dalam menggunakan metode
ilmiah dalam berbagai riset dan studi mereka. Mereka memanfaatkan akal dan pemikiran
semaksimal mungkin. Mereka menggunakan metode eksperimen sebagai prinsip dasar riset yang
sehat. Dan ini merupakan pokok dari kebangkitan ilmiah pada masa kejayaan peradaban Islam.

DR. Muhammad Abdussalam, peraih nobel dalam bidang teori fisika tahun 1979 M, yang
menyatakan bahwa Al Qur’an telah memberikan penekanan dalam porsi yang sama antara
pemanfaatan teknologi dan berpikir ilmiah. Maksudnya, memberikan perhatian dan dorongan
yang sama untuk memanfaatkan sumber daya alam melalui pengetahuan ilmiah. Al Quran
memperlihatkan contoh kepada kita pada kisah Nabi Sulaiman AS dan Daud AS atas penguasaan
mereka atas teknologi yang berkembang pada masanya yang mampu memanfaatkan besi dan
angin, serta menguasai penggunaan sumber daya alam berupa bebatuan yang sanggup dibuat
menjadi keramik yang nampak seperti air, serta bangunan istana dan bendungan serta bungker-
bungker. Al Qur’an juga bercerita tentang kisah Zulqornain yang memanfaatkan tembaga dengan
teknologi pengecorannya membangun sistem pertahanan.

Jadi, Al Qur’an menyajikan contoh seperti ini kepada kita, dimaksudkan agar kita
termotivasi agar kita berpikir tentang pemanfaatan sumber daya alam dan kekayaannya untuk
kebutuhan manusia. Hal ini sebagai mana disebutkan dalam firman Allah,

“Dan perumpamaan-perumpaan ini kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (al-
Hasyr:21)

Disisi lain nampak jelas juga bagaimana metode yang dilakukan umat Islam dalam menyeleksi
hadist-hadist Rasulullah dan membedakan mana yang shohih dan mana yang palsu, sangat
berpengaruh terhadap metode para ilmuwan yang mengajarkan kepada mereka arti pentingnya
menggunakan metode yang benar yang mampu mengantarkan pada kebenaran.

Metode yang dilakukan oleh ilmuwan muslim saat itu mengharuskan peneliti memulai
penelitiannya dengan mempelajari berbagai persoalan dan fenomena alam sebagai mana adanya
melalui pengamatan-pengamatan terhadapanya dan melakukan berbagai ekperimen jika
memungkinkan. Setalah itu mengumpulkan bukti-bukti realitis lalu mengklasifikasikan secara
sistematis untuk diteliti, guna mencari korelasi antara realita-realita tersebut dengan gambaran
teoritis ataupun aturan alam. Semua itu memungkinkan si peneliti dapat menguasai alam dan
menundukkan fenomenaya guna kepentingan manusia. Setelah mencapai hukum atau teori maka
memungkinkan mengambil kesimpulan yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Tidak ada strategi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan alam dengan semua
persepsinya tanpa menggunakan metode ilmiah ini, yang biasa disebut Al Manhaj Al-Istiqra’i
At-Tajribi, atau metode Eksperimen induktif, yang pada dasarnya bertumpu pada pengamatan
dan percobaan.

Diantara pioner terkemuka dalam menggunakan metode tersebut adalah jabir bin Hayyan
dalam bidan kimia dan Al Biruni dalam bidang Astronomi dan ilmu-ilmu bumi. Inilah jabir bin
Hayyan yang berpesan kepada murid-muridnya agar memperhatikan penggunaan eksperimen
dan tidak bergantung kecuali kepadanya yang disertai dengan ketelitian, pengamatan yang
cermat, berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan. Dalam hal ini Jabir bin
Hayyan berkata “ Langkah pertama yang harus anda lakukan adalah berbuat dan bereksperimen,
sebab orang yang tidak melakukan eksperimen tidak akan mencapai keyakinan sedikitpun.
Hendaklah anda bereksperimen untuk mendapatkan pengetahuan itu.”

Untuk saat ini bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat melakukan pendekatan atau
model pembelajaran yang mengikuti atau paling tidak mencoba melalui jalan yang mereka telah
lakukan hingga kebudayaan Islam dapat mencapai puncak kejayaannya.

Al-Qur’an dalam surat Al- Baqarah ayat 21-22 memberikan kepada kita contoh bagaimana
memberikan materi pelajaran.

َ‫ون‬TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTُ‫دُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTُ‫ا النَّاسُ ا ْعب‬TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTَ‫ا أَيُّه‬TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTَ‫ي‬
ِ ‫ض فِ َرا ًشا َوال َّس َما َء بِنَا ًء َوأَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا‬
‫ت ِر ْزقًا لَ ُك ْم ۖ فَاَل‬ َ ْ‫الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم اأْل َر‬

َ‫تَجْ َعلُوا هَّلِل ِ أَ ْندَادًا َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Pada diatas dapat kita baca bahwa Allah SWT memulai dengan tema akhlak, kemudian berbicara
penciptaan (sain), berbicara makanan sebagai rizki, dan terakhir Tauhid. Meskipun panggilan
utama ayat tersebut adalah panggilan akidah, namun Allah menyinggung penciptaan dan rezeki.

Al Baqarah ayat 151 memberikan isyarat bagaimana pembelajaran dilakukan. Ini


merupakan metode yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. kepada sahabat-sahabatnya.

َ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َما لَ ْم تَ ُكونُوا تَ ْعلَ ُمون‬


َ ‫َك َما أَرْ َس ْلنَا فِي ُك ْم َر ُسواًل ِم ْن ُك ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ُك ْم آيَاتِنَا َويُزَ ِّكي ُك ْم َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ْال ِكت‬

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus
kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.”

Rasulullah menyampaikan setiap ayat yang diturunkan kepadanya dengan


membacakannya kepada para shahabat dengan tujuan utama adalah Qalb, kemudian setelah itu
pengetahuan tentang kebaikan dan pengetahuan praktis lainya. Sehingga nanti di dalam kelas
“pembelajaran qur’an tematik” dapat terlihad seperti gambar dibawah ini.

Strategi belajar tersebut diimplementasi di dalam ruangan sebagai berikut:

1. Guru memberikan materi dengan one way communication (ceramah)

2. Jika ada hal-hal yang bisa dipraktikkan, maka guru mendemontrasikan di depan kelas dan
mengajak siswa untuk mencoba mempratikkannya.

3. Siswa menambah pengetahuannya dengan membaca atau mencari informasi dari sumber
informasi yang lainnya.

4. Dari hasil yang didapat masing-masing siswa, maka siswa diajak untuk berdiskusi.
5. Hasil diskusi masing-masing kelompok dijadikan kesimpulan dan dipresentasikan di
depan kelas.

6. Siswa diajak untuk mencari/merumuskan permasalahan yang dapat dipecahkan dengan


materi/ilmu yang baru saja mereka terima.

7. Siswa membuat laporan tertulis mengenai hal yang mereka kerjakan dan hasil laporan
dipresentasikan.

8. Guru menilai tidak hanya penguasaan materi (kognitif) siswa, tetapi yang lebih penting
adalah Learning skill, Life skill, Literacy skill.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim

Ahmad D. Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al-Ma’arif


Al Maududi, Abul A’la. 1984. Dasar-dasar Islam. Bandung: Pustaka

Tafsir Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Ramaja Rosdakarya

Annadwi, Abu Hasan. 2002. Kerugian Dunia Akibat kemunduran Islam.Bandung: Pustaka Setia

Bie.org

Drs. Suharso. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya

Edutopia.org

kkbi.web.id/didik

Prof. DR. Ahmad Fuad Basya. Sumbangan Keilmuan Islam pada Dunia

Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay.2014. Pedidikan Islam dalam Perspektif filsafat. Jakarta:
Kencana .

Prof. DR. Ramayulius. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Kalam Mulia

Anda mungkin juga menyukai