Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL LAA ROIBA
BOGOR
2019
MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM
1. Pendidikan
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik 1. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Drs. Soharso dan Dra. Ana Retno ningsih diambil dari
kata didik, yaitu mencakup kata memelihara, memberi latihan, ajaran, bimbingan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran2. Adapun pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasa belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara3.
Pendidikan menurut H.Ramayulis, pendidikan berasal dari asal kata “didik” ditambah
awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata “pendidikan” yang berarti : proses
bimbingan terhadap peserta didik untuk menjacapai tujuan4
Terjemah :
Dia (Fir‘aun) menjawab, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga)
kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari
umurmu. Q.S 26:18
Al ta’lim merupakan kata benda buatan (masdar) yang berasal dari akat kata ‘allama, yang
diterjemahkan dengan pengajaran. Dalam Alqur’an disebutkan bahwa Allah mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya sebelumnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat
berikut ini.
ۤ
ؤُاَل ۤ ِءTٓ َم ۤا ِء ٰهT ُْٔونِ ْي بِا َ ْسTُال اَ ۢ ْنبِٔـT َ َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر
َ Tَ ِة فَقT َكTِضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕٕى
ص ِدقِي َْنٰ اِ ْن ُك ْنتُ ْم
Terjemah :
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada
para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang
benar!”. Q.S 2:31
Istilah ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang mempunyai arti
antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara
pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga
muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh
dan berkembang.6
واT أكرم:لمTTه وسTTلى ال عليTول ال صTال رسT ق:الTك قTعن انس ابن مال
وأحسنوا أدبهم, أولدكم
Artinya : “Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw bersabda: Muliakanlah anak-
anakmu dan baguskanlah akhlak mereka.”7
6
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h.4-5
7
Abu ‘Abd Allalh Muhammad bin Yazid al-Qazwiny Ibn Majah, Sunan Ibn Majah (Riyad: Maktabah al-Ma’arif,
T.Th), Pdf
8
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay, M.A. ,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2004),
h.11
dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut diharapkan akan terbentuk pribadi
peserta didik yang sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan
maupun perbuatannya9.
3. Ahmad D. Marimba: mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pemimpin secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil)10 .
4. Ahmad Tafsir: mendefinisikan pendidikan islam sebagai bimbingan yang diberikan
oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam11
5. Hasil Konferensi Internasional Pendidikan Islam: Pendidikan Islam ditujukan untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui
latihan kejiwaan, akal, pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera. Oleh karena itu
pendidikan harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik secara
individu maupun berkelompok guna mencapai kesempurnaan hidup.12
Dari sekian banyak fariasi definisi pendidikan Islam yang diberikan oleh pakar pendidikan
Islam, penulis memberanikan diri untuk mendefinisikan juga agar semakin banyak khasanah
pengertian pendidikan Islam. Menurut penulis yang dimaksudkan dengan pendidikan Islam
adalah proses pengajaran, pembinaan dan pelatihan agar peserta didik menjadi mukmin
yang taat, cerdas, kuat dan terampil sehingga dapat hidup bahagia dan berguna bagi
Islam, orang tua dan lingkungannya.
Adapun As-Syaibany seperti yang dikutip Prof. Haidar, mengemukakan tujuan pendidikan
islam itu adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Abdurrahman Shaleh Abdullah
menyebutkan ada tiga tujuan pokok dari pendidikan Islam : tujuan fisik, tujuan rohani, tujuan
mental14.
14
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay, M.A., Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2014), h.16
Aspek pendidikan ketuhanan dan akhlak adalah penanaman jiwa beragama atau merasa
diawasi Allah yang kuat, meliputi akidah Islam dalam arti yang sesungguhnya dan mampu
melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Pendidikan akhlak mewujudkan tingkah laku
terpuji serta menjauhi sikap tercela. Pendidikan akal dan ilmu pengetahuan berkaitan dengan
pencerdasan akal dan informasi serta ilmu yang harus peserta didik ketahui. Pendidikan fisik
melatih fisik peserta didik agar memiliki badan yang sehat dan kuat untuk menjalankan hidup,
beribadah dan berjihad.
Aspek pendidikan jiwa intinya menjadikan jiwa peserta didik jauh dari segala kemusyrikan
dan penyakit hati, iri, dengki dan hasud serta kesombongan. Aspek pendidikan sosial adalah
yang berkenaan dengan interaksi sosial sesama peserta didik pada khususnya dan manusia pada
umumnya. Memahami orang lain yang berbeda pendapat dan pandangan, serta peduli dan empati
kepada manusia lainya.
Islam merupakan agama yang komprehensif yang datang untuk mengatur kehidupan ini
dengan berbagai bidangnya, tidak menentang kemajuan, dan tidak menghambat pembangunan
sama sekali sebagaimana yang dituduhkan orang-orang yang fanatis memusuhi Islam.
Islam merupakan agama yang komprehensif yang datang untuk mengatur kehidupan ini
dengan berbagai bidangnya, tidak menentang kemajuan, dan tidak menghambat pembangunan
sama sekali sebagaimana yang dituduhkan orang-orang yang fanatis memusuhi Islam.
Para ilmuwan dalam peradaban Islam merupakan pioner dalam menggunakan metode
ilmiah dalam berbagai riset dan studi mereka. Mereka memanfaatkan akal dan pemikiran
semaksimal mungkin. Mereka menggunakan metode eksperimen sebagai prinsip dasar riset yang
sehat. Dan ini merupakan pokok dari kebangkitan ilmiah pada masa kejayaan peradaban Islam.
DR. Muhammad Abdussalam, peraih nobel dalam bidang teori fisika tahun 1979 M, yang
menyatakan bahwa Al Qur’an telah memberikan penekanan dalam porsi yang sama antara
pemanfaatan teknologi dan berpikir ilmiah. Maksudnya, memberikan perhatian dan dorongan
yang sama untuk memanfaatkan sumber daya alam melalui pengetahuan ilmiah. Al Quran
memperlihatkan contoh kepada kita pada kisah Nabi Sulaiman AS dan Daud AS atas penguasaan
mereka atas teknologi yang berkembang pada masanya yang mampu memanfaatkan besi dan
angin, serta menguasai penggunaan sumber daya alam berupa bebatuan yang sanggup dibuat
menjadi keramik yang nampak seperti air, serta bangunan istana dan bendungan serta bungker-
bungker. Al Qur’an juga bercerita tentang kisah Zulqornain yang memanfaatkan tembaga dengan
teknologi pengecorannya membangun sistem pertahanan.
Jadi, Al Qur’an menyajikan contoh seperti ini kepada kita, dimaksudkan agar kita
termotivasi agar kita berpikir tentang pemanfaatan sumber daya alam dan kekayaannya untuk
kebutuhan manusia. Hal ini sebagai mana disebutkan dalam firman Allah,
“Dan perumpamaan-perumpaan ini kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (al-
Hasyr:21)
Disisi lain nampak jelas juga bagaimana metode yang dilakukan umat Islam dalam menyeleksi
hadist-hadist Rasulullah dan membedakan mana yang shohih dan mana yang palsu, sangat
berpengaruh terhadap metode para ilmuwan yang mengajarkan kepada mereka arti pentingnya
menggunakan metode yang benar yang mampu mengantarkan pada kebenaran.
Metode yang dilakukan oleh ilmuwan muslim saat itu mengharuskan peneliti memulai
penelitiannya dengan mempelajari berbagai persoalan dan fenomena alam sebagai mana adanya
melalui pengamatan-pengamatan terhadapanya dan melakukan berbagai ekperimen jika
memungkinkan. Setalah itu mengumpulkan bukti-bukti realitis lalu mengklasifikasikan secara
sistematis untuk diteliti, guna mencari korelasi antara realita-realita tersebut dengan gambaran
teoritis ataupun aturan alam. Semua itu memungkinkan si peneliti dapat menguasai alam dan
menundukkan fenomenaya guna kepentingan manusia. Setelah mencapai hukum atau teori maka
memungkinkan mengambil kesimpulan yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Tidak ada strategi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan alam dengan semua
persepsinya tanpa menggunakan metode ilmiah ini, yang biasa disebut Al Manhaj Al-Istiqra’i
At-Tajribi, atau metode Eksperimen induktif, yang pada dasarnya bertumpu pada pengamatan
dan percobaan.
Diantara pioner terkemuka dalam menggunakan metode tersebut adalah jabir bin Hayyan
dalam bidan kimia dan Al Biruni dalam bidang Astronomi dan ilmu-ilmu bumi. Inilah jabir bin
Hayyan yang berpesan kepada murid-muridnya agar memperhatikan penggunaan eksperimen
dan tidak bergantung kecuali kepadanya yang disertai dengan ketelitian, pengamatan yang
cermat, berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan. Dalam hal ini Jabir bin
Hayyan berkata “ Langkah pertama yang harus anda lakukan adalah berbuat dan bereksperimen,
sebab orang yang tidak melakukan eksperimen tidak akan mencapai keyakinan sedikitpun.
Hendaklah anda bereksperimen untuk mendapatkan pengetahuan itu.”
Untuk saat ini bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat melakukan pendekatan atau
model pembelajaran yang mengikuti atau paling tidak mencoba melalui jalan yang mereka telah
lakukan hingga kebudayaan Islam dapat mencapai puncak kejayaannya.
Al-Qur’an dalam surat Al- Baqarah ayat 21-22 memberikan kepada kita contoh bagaimana
memberikan materi pelajaran.
َونTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTُا النَّاسُ ا ْعبTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTَا أَيُّهTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTَي
ِ ض فِ َرا ًشا َوال َّس َما َء بِنَا ًء َوأَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا
ت ِر ْزقًا لَ ُك ْم ۖ فَاَل َ ْالَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم اأْل َر
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Pada diatas dapat kita baca bahwa Allah SWT memulai dengan tema akhlak, kemudian berbicara
penciptaan (sain), berbicara makanan sebagai rizki, dan terakhir Tauhid. Meskipun panggilan
utama ayat tersebut adalah panggilan akidah, namun Allah menyinggung penciptaan dan rezeki.
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus
kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.”
2. Jika ada hal-hal yang bisa dipraktikkan, maka guru mendemontrasikan di depan kelas dan
mengajak siswa untuk mencoba mempratikkannya.
3. Siswa menambah pengetahuannya dengan membaca atau mencari informasi dari sumber
informasi yang lainnya.
4. Dari hasil yang didapat masing-masing siswa, maka siswa diajak untuk berdiskusi.
5. Hasil diskusi masing-masing kelompok dijadikan kesimpulan dan dipresentasikan di
depan kelas.
7. Siswa membuat laporan tertulis mengenai hal yang mereka kerjakan dan hasil laporan
dipresentasikan.
8. Guru menilai tidak hanya penguasaan materi (kognitif) siswa, tetapi yang lebih penting
adalah Learning skill, Life skill, Literacy skill.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Tafsir Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Ramaja Rosdakarya
Annadwi, Abu Hasan. 2002. Kerugian Dunia Akibat kemunduran Islam.Bandung: Pustaka Setia
Bie.org
Drs. Suharso. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya
Edutopia.org
kkbi.web.id/didik
Prof. DR. Ahmad Fuad Basya. Sumbangan Keilmuan Islam pada Dunia
Prof. DR. H. Haidar Putra Daulay.2014. Pedidikan Islam dalam Perspektif filsafat. Jakarta:
Kencana .
Prof. DR. Ramayulius. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Kalam Mulia