Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROSES AMONIAK
3.1.2 Udara
Dalam proses produksi amoniak, udara proses yang digunakan yaitu udara biasa
dengan komposisi sekitar 78% N2, 21% O2, 0,9% Ar, dan lain-lain. Sebelum digunakan pada
secondary reformer, udara terlebih dahulu dikompresi dengan kompresor K-0421 hingga
bertekanan 36 kg/cm2G dan bertemperatur 184 oC. Pada secondary reformer, oksigen yang
terkandung dalam udara akan membakar gas hidrogen dan karbonmonoksida. Kandungan N 2
yang terdapat dalam udara digunakan untuk reaksi sintesis amoniak pada Ammonia
Converter. Untuk memenuhi kebutuhan produksi amoniak sebesar 2000 MTPD, udara proses
dipasok sebesar 76.694 Nm3/jam.
3.1.3 Steam
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, steam dibutuhkan untuk reaksi reforming
pada primary reformer. Jenis steam yang dibutuhkan untuk proses ini adalah Medium
Pressure Steam yang bertekanan 42 kg/cm 2G dan bertemperatur 384 oC. Air untuk
membangkit steam berasal dari air laut yang mengalami proses desalinasi dan demineralisasi
terlebih dahulu sebelum masuk ke pembangkit steam. Steam yang dibutuhkan untuk
memecah metan di Primary Reformer adalah sekitar 132 T/H.
3.2 Proses Produksi Amoniak
Unit amoniak adalah salat satu bagian dari Departemen Operasi Amoniak 1A yang
dirancang untuk menghasilkan amoniak cair dengan kapasitas produksi 2.000 MTPD.
Produk utamanya adalah amoniak cair, yang akan dikirim ke unit Urea dan ke amoniak
storage. Sedangkan hasil samping adalah gas CO2 yang akan digunakan sebagai bahan baku
urea.
Di Industri, amoniak dihasilkan dari campuran Hidrogen (H2) dan Nitrogen (N2)
dengan rasio H2 terhadap N2 adalah 3:1, terdapat juga gas inert dengan konsentrasi sangat
kecil, seperti methane (CH4) dan argon (Ar). Untuk pabrik amoniak, sumber H2 adalah
hidrokarbon dalam gas alam sebagai umpan sedangkan N2 adalah udara bebas. Lisensi Proses
Amoniak Unit Amoniak 1A adalah Haldor Topsoe A/S dari Denmark, yang terbagi ke dalam
beberapa unit, yaitu :
1. Tahap Pemurnian Gas Alam
2. Tahap Produksi Gas Sintesis (Reforming)
3. Tahap Pemurnian Gas Sintesis
4. Tahap Sintesis, Pemurnian dan Refrigerasi Amoniak
5. Tahap Amoniak Recovery dan Hydrogen Recovery
GAS ALAM
STEAM UDARA
PRODUK KOMPRESI
AMMONIA CAIR
SYNTESA LOOP CO2
METHANASI
REMOVAL
REFRIGERASI
A. Condensate Separation
Gas alam yang digunakan pada proses pembuatan ammonia berasal dari SKG.
Sebelum memasuki proses selanjutnya, fraksi hidrokarbon dalam gas terlebih dahulu
dipisahkan antara hidrokarbon berat dan hidrokarbon ringan pada Natural Gas Knockout
Drum ( V-0101). Hasil pemisahan yang berupa hidrokarbon berat akan disalurkan ke burn pit
untuk dibakar, sedangkan senyawa hidrokarbon ringan dan zat lainnya akan dibagi menjadi 2
aliran. Yang pertama digunakan sebagai fuel natural gas dalam primary reformer dan yang
lainnya akan menuju Suction Separator (V-0411) digunakan sebagai gas proses.
Gas alam yang keluar dari bagian atas Suction Separator adalah gas alam yang bebas dari
fraksi hidrokarbon berat yang kemudian di kompresikan hingga tekanan 43 kg/cm2 g dan
temperature 82oC. Compressor yang digunakan adalah K-0411 yang menggunakan steam
sebagai penggerak. Sedangkan bagian keluaran bawah adalah kondensat. Gas alam yang
sudah di kompresi akan dialirkan menuju unit desulfurizer.
B. Desulfurizer
Setelah dari condensate separation, gas selanjutnya di proses di unit pemurnian
lainnya yaitu desulfurizer. Tujuan dari unit ini adalah untuk menghilangkan kandungan sulfur
yang terdapat dalam gas proses. Sulfur ini harus dihilangkan karena merupakan racun bagi
katalis. Kandungan sulfur yang terdapat pada gas alam dapat berupa sulfur organic dan sulfur
anorganik.
Ada 2 tahap dalam proses desulfurizer ini, yang pertama adalah tahap pengubahan
sulfur organic menjadi sulfur anorganik yang dilakukan pada reactor R-0201 dan proses
adsorbsi senyawa anorganik pada reactor R-0202. Prosesnya adalah, sebelum dimasukkan ke
dalam reactor R-0201 gas alam terlebih dahulu dinaikkan temperaturnya di E-0204B dan E-
0204C hingga temperature 330oC dan tekanan sebesar 42 k/cm2 g. kemudian gas alam
diteruskan ke R-0201 untuk di ubah sulfur organic menjadi sulfur anorganik dengan katalis
CoMo. Reaksi nya adalah sebagai berikut :
1) RSH +H2 H2S + RH
Dibagian bawah dari R-0201 juga mulai terjadi proses adsorbsi dengan menggunakan
ZnO (Zink Oxide) dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
2) H2S + ZnO ZnS + H2O
Senyawa sulfur organic sisanya kemudian dialirkan bersama gas alam lainnya ke R-
0202 untuk kembali di absorb oleh ZnO dengan reaksi yang sama dengan di R-0201 bagian
bawah. Setelah melewati rangkaian unit desulfurizer, kemudian gas alam dialirkan melewati
E-0203A untuk dinaikkan temperaturnya hingga mencapai 400oC dan tekanan sebesar 41,5
kg/cm2 dan dialirkan menuju proses selanjutnya.
5200C
Gambar 3.4
Primary reformer dan Secondary reformer
A. CO2 Conversion
Dari secondary reformer, masuk ke tahap berikut nya yaitu unit pemurnian gas
sintesa. Di CO2 Conversion ini berfungsi untuk merubah CO menjadi CO 2 dan juga untuk
menyempurnakan pembentukan H2 dalam unit HTS (R-0204) dan LTS (R-0205). Pertama,
pada HTS berlangsung pada suhu 340-350 oC dan tekanan 33,8 kg/cm2 g dengan katalis besi
oksida (Fe2O3). Reaksinya adalah :
1). CO + H2O CO2 + H2 + Q
Reaksi diatas adalah reaksi eksotermis sehingga menghasilkan panas didalam reactor
sebesar 407,6 oC. Outlet dari HTS ini adalah CO2 = 12,4% dan CO sebesar 2,99%. Sebelum
lanjut ke LTS, gas sintesa diturunkan suhunya menjadi 190oC di Boiler Feed Water Preheater
(E-0212). Selanjutnya, gas sintesa siap untuk di proses di LTS.
Prinsipnya LTS adalah sama dengan prinsip di HTS, namun dengan suhu yang lebih
rendah untuk mendapatkan konversi yang tinggi. Selain itu, katalis yang digunakan adalah
Tembaga (Cu). Persamaan reaksi juga sama seperti di HTS dan bersifat eksotermis. Sehingga
menaikkan suhu di reactor hingga 211oC.
Gambar 3.5 Grafik HTS dan LTS
Outlet dari LTS ini mengandung CO2 sebesar 18-18,5 % dan CO = 0,22 % dan di
turunkan suhunya menjadi 154oC dan tekanan 31,8 kg.cm2 g di BFW preheater (E-213 A/B).
Gas keluaran ini selanjutnya akan diproses ke tahap berikutnya.
Gambar
3.7 CO2 Removal
B.
Methanator
Proses pemurnian selanjutnya adalah metanator (R-0301). Tujuan dari proses ini
adalah untuk merubah CO dan CO2 dalam syn gas menjadi metan (CH4). Prosesnya adalah,
pertama gas outlet dari CO2 removal dilewatkan pada metanator heat exchanger (E-0311) dan
metanator trim heater (E-0211) sehingga suhu menjadi 290oC. Setelah itu gas dimasukkan ke
metanator untuk dibentuk CO dan CO2 menjadi metan. Harus dirubah menjadi metan karena
oksida karbon tersebut bersifat racun bagi katalis dalam sintesis ammonia.
1). CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + Q
2). CO + 3H2 CH4 + H2O + Q
Reaksi pembentukan metan tersebut bersifat eksotermis maka menaikkan suhu dalam
reactor menjadi 308oC. Peningkatan suhu ini juga ditentukan oleh kandungan CO dan CO2
dalam gas, 1% mol CO2 dapat menaikkan suhu sebesar 65oC dan 1% mol CO dapat
menaikkan suhu sebesar 76oC. Gas proses dari metanator ini selanjutnya didinginkan pada
metanator heat exchanger (E-0311) dan cooling water final cooler (E-0312) hingga
termperatur turun sekitar 41oC. Setelah itu, menuju V-0311 untuk dipidahkan kondensatnya
karena dapat merusak compressor di syn gas compressor.outlet dari metanator diharapkan
menghasilkan perbandingan N2 dan H2 sebesar 1:3 dengan temperature 29 kg/cm2 g dan gas
inert yang terkandung maksimal 1% untuk selanjutnya menuju proses pembentukan
ammonia.
Uraian Proses
Gas proses yang keluar dari unit CO2 removal dipanaskan terlebih dahulu pada
Methanator Heat Exchanger (E-0311) hingga suhu 281OC, kemudian masuk ke dalam
Methanator Trim Heater (E-0211) hingga suhu 281°C dengan tekanan tetap 30,7 kg/cm 2g.
Selanjutnya reaksi terjadi di reaktor methanator (R-0301). Dalam keadaan tertentu,yaitu
ketika methanator (R-0301) mulai di-heating up dari kondisi dingin sesudah
shutdown, atau bila kandungan CO dan CO2 dalam gas rendah dan pertukaran panas di
Methanator Heat Exchanger (E-0311) tidak memadai, maka untuk memperoleh temperatur
inlet sesuai dengan yang diinginkan diperlukan tambahan panas dari Methanator Trim
Heater (E-0211).
Di lain keadaan yaitu ketika kandungan CO2 tinggi, gas dingin akan memperoleh
panas terlalu banyak di Methanator Heat Exchanger (E-0311). Pendinginan dilakukan
dengan mem-bypass Methanator Trim Heater (E-0211).
Gas panas outlet Methanator (R-0301) didinginkan di Heat Exchanger (E-0311) yang
bertukar panas dengan gas dingin inlet methanator masuk ke Methanator (R- 0301) pada
bagian atasnya. Gas proses yang telah mengalami reaksi metanasi keluar dari methanator
pada temperatur ±300°C dan tekanan 29 kg/cm 2G. Gas ini diharapkan mengandung CO dan
CO2 maksimal 10 ppm. Selanjutnya gas ini didinginkan kembali di Methanator Heat
Exchanger (E-0311) oleh aliran gas masuk ke methanator dan di Final Cooler (E-0312) oleh
cooling water. Setelah didinginkan pada kedua alat penukar panas ini, gas proses dialirkan ke
Final Separator (V-0311) untuk dipisahkan dari kondensatnya. Adanya proses pendinginan
pada outlet methanator juga berfungsi untuk membantu memisahkan kondesat (H2O) yang
terbentuk pada reaksi di methanator karena kondensat tidak boleh terikut di syn gas.
Selanjutnya gas proses, dengan temparatur ±40°C, dikirim ke unit sintesis amoniak.
Gambar 3.8 Methanator
B. Syn-Loop Amoniak
Proses sintesis berlangsung di dua reaktor yaitu 1 stammonia converter (R-0501) dan
2ndammonia converter (R-0502). Sebelum masuk ke dalam reaktor konverter, gas sintesis
keluaran metanator dikompresi di K-0431 hingga bertekanan 135kg/cm2G. Kompresi ini
berlangsung sebanyak tiga tahap. Reaksi sintesis amoniak yang berlangsung dalam konverter
(R-0501 dan R-0502) adalah sebagai berikut:
1) 3H2 + N2 2NH3 + Q
Reaksi berlangsung reversibel dan hanya sebagian dari nitrogen dan hidrogen yang
terkonversi menjadi amoniak ketika melewati unggun katalis. Berdasarkan disain, didalam R-
0501 terbentuk sekitar 16% - 17% dan R-0502 terbentuk sekitar 3% - 4%, jadi total ammonia
yang terbentuk di kedua reactor sekitar 20%. Tekanan yang tinggi dan temperatur yang
rendah akan menghasilkan konsentrasi kesetimbangan amoniak yang tinggi.
Amoniak sintesis loop dirancang dengan tekanan maksimum 155 kg/cm2G. Tekanan
operasi normal berkisar sekitar 140 kg/cm2G untuk 1stAmmonia converter dan 138 kg/cm2G
untuk 2ndammonia converter, bergantung kepada load dan aktivitas katalis. Temperatur
operasi normal berlangsung di rentang 360-525 oC untuk unggun pertama dan 370-440 oC
untuk unggun ke dua di R-0501. Untuk R-0502, rentang temperatur berada pada 380-420 oC.
Amoniak yang terkandung dalam aliran gas keluaran konverter akan terkondensasi
selama proses pendinginan. Kondensat amoniak dipisahkan sehingga didapatlah produk
amoniak murni. Pendinginan tahap pertama berlangsung di SG Waste Heat Boiler (E-0501)
dari temperatur 418 oC menjadi 340 oC. Kemudian gas didinginkan menjadi 280 oC di boiler
feed water preheater (E-0502). Pendinginan tahap selanjutnya berlangsung di E-0503, E-
0504, E-0505 hingga gas produk sintesis bertemperatur 33 oC. Akhir tahap pendinginan gas
produk yang masih mengandung gas sintesis akan bertemperatur -5 oC setelah melewati
pendinginan di 1stammonia chiller (E-0506), 2ndcold exchanger (E-0507) dan 2ndammonia
chiller (E-0508). Amoniak yang terkondensasi dalam proses pendinginan dipisahkan di
amoniak separator V-0501. Dari bagian atas separator, recycle gas diresirkulasi menuju
ammonia converter melewati E-0507 dan E-0505, sehingga mengalami kenaikan temperatur
dari -5 oC menjadi 35 oC. Recycle gas ini kemudian dikompresi di K-0431 hingga bertekanan
141 kg/cm2G dan dipanaskan di E-0503 hingga bertemperatur 248 oC sebelum kembali
masuk ke 1st ammonia converter R-0501.
Sebagian besar recycle gas dimasukkan ke dalam converter pertama melalui dua saluran
inlet utama pada bagian bawah pressure shell. Gas mengalir ke atas melalui ruang annulus
antara insulated basket dan pressure shell. Hal ini bermanfaat untuk mendinginkan pressure
shell.
Pada bagian atas konverter pertama, gas mengalir pada bagian tube dari interbed heat
exchanger. Pada bagian tube ini, gas inlet akan mengalami pemanasan hingga mencapai
temperatur reaksi pada unggun katalis pertama. Gas yang meninggalkan unggun katalis yang
pertama didinginkan dengan interbed heat exchanger sebelum masuk ke unggun katalis yang
kedua. Temperatur gas ketika memasuki unggun katalis yang kedua adalah sekitar 370 oC dan
meninggalkan unggun katalis kedua pada temperatur 455 oC. Gas meninggalkan unggun
katalis kedua dan mengalir melewati SG SteamSuperheater (E-0500) menuju ke Ammonia
Converter kedua (R-0502). Gas masuk ke konverter amoniak kedua pada temperatur 376 oC
dan keluar pada temperatur 420 oC.
Make up gas sintesis ditambahkan di antara E-0507 dan E-0508. Make up gas sintesis
yang masuk ke amoniak loop mengandung sejumlah pengotor berupa CO, CO2, dan gas inert.
CO2 dalam aliran gas make up akan bereaksi dengan amoniak membentuk ammonium
carbamate:
Karbamat yang terbentuk terlarut dalam kondensat amoniak. CO yang terlarut dalam
amoniak sangat sedikit, sehingga kebanyakan CO akan terbawa aliran gas resirkulasi menuju
amoniak converter yang akan mengalami hidrogenasi membentuk air dan metana. Karena air
akan mendeaktivasi katalis pada sintesis amoniak, maka kandungan CO pada aliran make up
gas sintesis hasrus dijaga sedikit mungkin.
Jumlah gas inert (argon dan metana) yang terkandung dalam aliran make up gas sintesis
sangat sedikit, namun karena ada proses resirkulasi, maka dapat terjadi akumulasi jumlah gas
inert dalam aliran. Untuk menghindari akumulasi ini, maka dilakukan purging yang diambil
pada aliran keluaran E-0507. Purging gas kemudian ditampung di V-0514. Di purging gas
separator (V-0514), amoniak dipisahkan dan aliran gas purging di teruskan menuju unit ARU
dan HRU.
Uraian Proses
Setelah mengalami berbagai pendinginan dengan BFW dan cooling water, amoniak
masuk kedalam 1st amoniak chiller, di alat penukar panas ini cairan amoniak mendinginkan
amoniak gas yang keluar dari unit sintesis amoniak. Akibat penyerapan panas ini, cairan
amoniak kembali menguap sebagian. Uapnya menuju separator (V-0433) untuk selanjutnya
mengalami proses kompresi di kompresor tingkat ketiga dan kondensasi kembali. Cairan
amoniak yang keluar dari 1st amoniak chiller mengalir ke 2nd amoniak chiller (E-0508). Di alat
penukar panas ini cairan amoniak mendinginkan gas make-up yang masuk ke unit sintesa
amoniak. Akibat penyerapan panas ini, cairan amoniak kembali menguap sebagian. Uapnya
menuju separator (V-0442) untuk selanjutnya mengalami proses kompresi di kompresor
tingkat kedua dan kondensasi kembali. Cairan amoniak dari chiller mengalir ke Flash Vessel
(V-0501). Di dalam vessel ini juga terbentuk dua fasa amoniak. Fasa gas kembali masuk ke
reaktor amoniak, dan fasa cair menuju ke (V-0502), dengan penurunan tekanan terjadi
terbentuk 2 fasa juga pada tangki ini, fasa cair menuju ke separator (V-0503) dengan
diturunkan tekanannya. Fasa gas yang terbentuk, dengan tekanan ±0,02 kg/cm 2G, langsung
mengalir ke kompresor amoniak tingkat pertama. Sedangkan fasa cairnya menuju unit
penyimpanan amoniak.
Setelah uap amoniak masuk ke Refrigeration Amonia Compresor (K-0441) tiga
tingkat untuk dikompresi, dari tekanan ±5,7 kg/cm2G menjadi ±18 kg/cm2G. Setelah
dikompresi, uap amoniak, dengan temperatur ±149oC, mengalir ke Amoniak Condenser (1-E-
0510 A/B) untuk dikondensasi menjadi amoniak cair. Temperatur aliran hasil kondensasi
±45oC. Selanjutnya amoniak cair mengalir ke Amoniak Accumulator (V-0504). Dari sini
amoniak cair menuju Refrigerator Amonia Cooler (E-0511).
Peralatan utama yang digunakan di unit synthesis adalah sebagai berikut:
1. Amoniak Converter (R-0501)
2. Amoniak Converter (R-0502)
3. Start-Up Heater
4. Steam Generation Steam Superheated (E-0500)
5. Exchanger dan Cooler
6. Amoniak Separator (V-0501)
7. Compressor Gas Synthesis (K-0431)
8. Purge Gas Separator (V-0514)
9. Water Cooler (E-0504)
10. Amoniak Chiller (E-0506, E-0508, E-0511, E-0514)
11. SG Steam Superheater (E-0500) dan SG Waste Heat Boiler (E-0501)
12. Boiler Feed Water Preheater (E-0502)