Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh
agen infeksius yang menimbulkan gejala dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Penyakit ini ditularkan umumnya melalui droplet, namun kontak dengan tangan
atau permukaan yang terkontaminasi juga dapat menularkan penyakit ini (Lestari et
al, 2017). Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk dan sering juga nyeri tenggorok,
coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas (Masriadi, 2017).
Penyakit ISPA merupakan penyebab umum kesakitan dan penyebab kematian
pada anak balita di seluruh dunia. Salah satu negara berkembang dengan kasus ISPA
yang tinggi adalah Indonesia. Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia menurut hasil
laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 sebesar 9,3% (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan data laporan rutin Subdit ISPA tahun 2018, didapatkan insidensi (per
1000 balita) di Indonesia sebesar 20,06%, di mana angka ini hampir sama dengan
data tahun sebelumnya sebesar 20,56% (Kemenkes RI, 2019). Indonesia selalu
menempati urutan pertama penyebab kematian ISPA pada kelompok bayi dan balita
(Najmah, 2016). Dari seluruh kematian balita, proporsi kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20% sampai 30% (Dinkes Provinsi Riau, 2015).
Kejadian ISPA, terutama yang terjadi pada golongan umur < 1 tahun (bayi),
tetap harus diwaspadai karena berpotensi menjadi parah. Salah satu pencegahan untuk
mengurangi risiko ISPA pada bayi tersebut adalah dengan pemberian ASI eksklusif.
ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi
kebutuhan gizi di 6 bulan pertama kehidupannya (Walyani, 2015 dalam Yusrina dan

1
2

Devy, 2016). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian


ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan (IDAI, 2013).
Pemberian ASI eksklusif bagi bayi untuk mencegah penyakit infeksi karena
ASI memiliki zat protektif atau zat imun. Salah satu infeksi yang sering terjadi pada
balita adalah ISPA. Zat protektif yang terkandung di dalam ASI berupa secretory
Immunoglobulin A (SIgA) yang memiliki peranan penting dalam melindungi tubuh
dari ISPA. Secretory Immunoglobulin A (SIgA) berfungsi sebagai antibodi dari
mikroorganisme patogen yang menyebabkan ISPA (Nirwana, 2014).
Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif di Indonesia tahun 2018 yaitu sebesar
68,74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2018 yaitu 47%.
Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Jawa
Barat (90,79%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Gorontalo
(30,71%). Riau merupakan salah satu dari enam provinsi yang belum mencapai target
Renstra tahun 2018 yaitu sebesar 35,01% (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shibata et al (2014) di Indonesia
bagian timur menyatakan bahwa faktor risiko terjadinya ISPA adalah rendahnya
tingkat pengetahuan ibu tentang cara merawat anak, pemberian ASI, pajanan asap
rokok, kondisi fisik rumah akibat rendahnya tingkat pendapatan keluarga (p-value
0,06). Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulina tahun 2019
didapatkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita ISPA dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif (p-
value 0,001; OR=8,52 ; 95% CI=3,1-23,4).
Berdasarkan data Profil Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap untuk tahun 2019
penyakit ISPA berada pada posisi pertama dari sepuluh daftar penyakit tertinggi yang
ditangani Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap yaitu berjumlah 4012 kasus pada tahun
2018. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan pada
tahun 2017 sebesar 482 bayi (44,3%) meningkat di tahun 2018 sebesar 795 bayi
(48,90%). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
3

tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 6-
12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap
Kota Pekanbaru.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru
2. Untuk mengetahui frekuensi Kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas
Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru

1.4 Manfaat Peneliti


1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman, wawasan, dan pengetahuan tentang hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak puskesmas untuk dapat
ditindaklanjuti dengan membuat kebijakan untuk meningkatkan cakupan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap
4

Kota Pekanbaru, di mana ASI eksklusif dapat menurunkan risiko terjadinya


ISPA pada bayi.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya orang tua,
mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif sebagai salah satu faktor yang
dapat menurunkan risiko terjadinya ISPA pada bayi.

1.5 Orisinalitas Penelitian


Tabel 1. Orisinalitas Penelitian
Nama Peneliti, Desain Hasil Penelitian Perbedaan
NO Tempat, Tahun, penelitian
Judul
1. Novita Indah Yanti, Observasional Terdapat Penelitian
Puskesmas Plaju analitik cross hubungan antara sekarang
Palembang, 2019, sectional, lama pemberian menggunakan
Hubungan lama Teknik ASI eksklusif teknik
pemberian ASI sampling terhadap pengambilan
eksklusif terhadap consecutive kejadian ISPA sampel
kejadian ISPA pada pada anak usia 6- accidental,
anak usia 6-24 24 bulan di sampel penelitian
bulan di Puskesmas Puskesmas Plaju adalah bayi
Plaju Palembang Palembang (p- berusia 6-12
value 0,014) bulan
2 Santri Mei, Observasional Terdapat Penelitian
Puskesmas Medan, analitik cross hubungan yang sekarang
2015, sectional, signifikan antara menggunakan
Hubungan Teknik pemberian ASI teknik
pemberian ASI sampling eksklusif pengambilan
eksklusif terhadap consecutive terhadap sampel
kejadian ISPA pada kejadian ISPA accidental,
bayi usia 0-12 pada bayi usia 0- sampel penelitian
bulan di Medan 12 bulan. (RP- adalah bayi
0,3; berusia 6-12
95%CI=0,66- bulan
0,48; p-value
<0,001)
3 Rahmi Maulina, Observasional Bayi yang tidak Penelitian
Puskesmas Andalas analitik case mendapatkan sekarang
5

Kota Padang, 2019 control, ASI eksklusif menggunakan


Hubungan Teknik memiliki risiko desain cross
pemberian ASI sampling lebih tinggi sectional, teknik
eksklusif dengan purposive untuk menderita pengambilan
kejadian ISPA ISPA dibanding sampel
pada bayi usia 6-12 bayi yang accidental.
bulan di wilayah mendapatkan
kerja Puskesmas ASI eksklusif
Andalas Kota (p-value 0,001;
Padang OR=8,52 ;
95% CI=3,1-
23,4).

Anda mungkin juga menyukai