Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fisiologi dari pasien neonatus dan pasien lansia dicirikan dengan penurunan cadangan fungsional.
Dari kedua pasien, fungsi fisiologi selalu adekuat untuk memenuhi aktivitas harian. Akan tetapi
tuntutan kebutuhan yang umum ditemukan pada periode perioperatif dapat menempatkan beban
yang signifikan pada sistem organ yang sudah terjadi penurunan cadangan fungsional. Pada kedua
populasi, adanya penyakit penyerta memperburuk kemampuan untuk mentoleransi stres perioperatif.
FISIOLOGI NEONATUS
Tingginya kecepatan metabolisme pada neonatus menjadi penentu krusial fungsi jantung
paru. Konsumsi rata-rata oksigen pada neonatus adalah 6 ml/kg/menit sedangkan pada orang dewasa
3 ml/kg/menit. Walau dibawah siklus normal, jantung yang masih imatur dan sistem respirasi harus
berfungsi mendekati batas fungsi cadangan untuk mendukung kebutuhan metabolisnya. Imaturitas
multisistem membuat perbedaan perkembangan yang penting dalam penanganan dan respon ketika
dibandingkan dengan anak atau orang dewasa (Hillier et al,2004).
Thermoregulasi Neonatus
Neonatus cenderung hipotermi lebih cepat dibandingkan orang dewasa selama anestesi
umum. Cepatnya heat loss pada neonatus berkaitan dengan luas permukaan tubuh yang relatif besar,
lapisan lemak subkutan yang tipis dan kemampuan termogenesis yang terbatas. Neonatus
bergantung terutama pada nonshivering atau thromogenesis kimia jaringan lemak coklat (brown
adipose) untuk poduksi panas. Thermogenesis pada lemak coklat dihantarkan oleh sistem nervous
simpatik (sympathetic nervous system) dan distimulasi oleh norepinephrine yang menghasilkan
hidolisis trigliserid. Rentang termoregulatory adalah rentang temperatur lingkungan dimana subyek
tanpa pakaian dapat menjaga terperatur normal tubuh. Batas bawah rentang termoregulator
(temperatur kritis) adalah setinggi 230C dan 280C untuk bayi normal dan juga bayi prematur dan 10C
lebih rendah untuk orang dewasa. Lebih lanjut rentang termoregulator pada bayi lebih sempit
dibandingkan orang dewasa. Selama proses anestesi dan bedah, heat loss pada pasien pediatri lebih
meningkat oleh karena beberapa sebab yakni penurunan ambang batas termoregulator, temperatur
disekitar kamar operasi yang rendah (200C sampai 220C), persiapan kulit dengan larutan dingin,
infus yang dingin, anestesi yang menyebabkan vasodilatasi dan menggunakan dry gas anestesi
dengan aliran yang tinggi, sistem nonrebreathing. Hipotermi intraoperatif akan jelas menunda
kesadaran. Lebih lanjut dengan kembalinya reflek thermostatik, konsumsi oksigen akan meningkat 3
sampai 4 kali sesuai kecepatan metabolisme yang meningkat untuk membentuk panas. Kebutuhan
tambahan pada sistem kardiorespiratori yang imatur yang telah disebutkan, berkaitan residual efek
anestesi dan bedah akan memperburuk gagal kardiorespiratori. Akan tetapi heat loss pada anestesi
dan pembedahan dapat dicegah oleh sejumlah pemeriksaan sederhana seperti menaikan suhu kamar
operasi menjadi 280C sampai 300C, lampu radiant heat, menutup ekstremitas dengan bahan yang
menghantar panas, menggunakan larutan nonvolatil hangat untuk persiapan kulit, pemberian cairan
intravena dan produk darah yang hangat. Gas yang akan dihirup hendaknya dihangatkan dan
dilembabkan. Alat forced air warming juga efektif untuk menjaga suhu normothermi selama operasi.