Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah berdiri
kerajaan-kerajaan besar seperti : Samudera Pasai dan Aceh Darussalam
(Sumatera), Pajang, Demak, Mataram, Cirebon, dan Banten (Jawa), Banjar dan
Kutai (Kalimantan), Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi).
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang
merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh.
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten
Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan
kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh
berdiri pada abad ke 15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar
Syah (1465-1497).
Sedangkan di Pulau Jawa juga berdiri kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden
Patah, kemudian berdiri pula Kesultanan Pajang yang dipandang sebagai pewaris
kerajaan Islam Demak. Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di jawa
Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung Jati.
Di Kalimantan juga berdiri dua buah kerajaan yaitu kerajaan Banjar yang rajanya
bernama Sultan Suruiansyah, dan kerajaan Kutai yang salah satu rajanya bernama
Tuan di bandang atau lebih dikenal dengan sebutan Dato’ Ri Bandang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah cara islam bisa masuk dan berkembang di Indonesia?
2. Apa sajakah kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara islam bisa masuk dan berkembang di Indonesia.
2. Mengetahui kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Masuknya Islam ke Indonesia


Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan
kegiatan pelayaran dan perdagangan pada masa lampau. Kalian Ingat bahwa
kegiatan pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara telah berlangsung sejak
awal tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang dari India dan Cina yang
mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia. Kegiatan
pelayaran dan perdagangan ini semakin hari semakin berkembang ramai.
Selanjutnya pada sekitar abad ke-7 dan 8 pedagang-pedagang Islam dari Timur
Tengah banyak yang datang berlayar ke selat Malaka hingga ke perairan
Nusantara kita. Pada masa itu di Indonesia telah berdiri kerajaan terkenal bernama
Sriwijaya. Karena Sriwijaya ketika itu merupakan bandar terbesar, tempat singgah
dan bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa para pedagang dari
kepulauan Nusantara maupun dari luar, maka kemungkinan besar termasuk para
pedagang dari Timur Tengah yang singgah pula di Sriwijaya. Oleh sebab itu para
pedagang Islam yang telah mengenal Sriwijaya menyebutkan Sriwijaya dengan
istilah Zabag atau Zabay. Berkembangnya hubungan perdagangan antara
pedagang-pedagang Islam dengan pedagang-pedagang Indonesia membawa
pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia.
Pada umumnya para pedagang Islam sambil berdagang mereka
memperkenalkan atau mengajarkan pula agama Islam kepada pedagang maupun
penduduk setempat. Melalui hubungan dagang inilah penduduk Indonesia
mengenal ajaran agama Islam untuk selanjutnya secara sadar mereka memeluk
agama Islam.
Sekitar abad ke - 11 Islam telah sampai pula di pulau Jawa. Keterangan ini
diperoleh berdasarkan bukti ditemukan sebuah batu nisan (makam) yang
bertuliskan huruf Arab. Batu nisan yang berangka tahun 1082 ditemukan di
Lereng (dekat Gresik). Tulisan pada batu nisan ini memuat keterangan tentang
wafatnya seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun. Keterangan lain tentang
berkembangnya agama Islam di Indonesia bersumber dari catatan perjalanan
seorang yang bernama Marco Polo (1992). Dia adalah seorang musafir dari
Venesia, Italia. Dalam perjalanan menuju Tiongkok (Cina yang ditempuh melalui
laut, Marco Polo singgah di Aceh Utara. Dari persinggahannya itu ia
menceritakan bahwa di Perlak banyak penduduk yang beragama Islam dan banyak
pula pedagang dari Gujarat (India) yang giat menyiarkan agama Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, jelas bahwa selain pedagang-pedagang
dari Gujarat (India) yang aktif menyiarkan agama Islam di kepulauan Nusantara.
Perlu diketahui bahwa pedagang-pedagang Gujarat sejak abad ke-10 telah
menganut Islam.
Agama-agama Islam mula-mula berkembang di kota-kota dagang atau
disekitar bandar tempat persinggahan pada pedagang Islam. Daerah yang mula-
mula menjadi daerah Islam adalah Perlak dan Samudra Pasai. Kemudian meluas
ke pulau Jawa seperti Gresik. Tuban, Demak, Cirebon dan Banten. Seharusnya ke
pulau lainnya (Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya).

2.2 Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


 Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13
dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah :
1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia
2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-
Cambay-Timur Tengah-Eropa.
3. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
 Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7
dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah :
1. Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab)
2. Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir
 Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13
dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah :
1. Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
2.Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu
Al-Hallaj.
3.Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk tanda-
tanda bunyi Harakat.
4.Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5.Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah satu
pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

2.3. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

1. Kerajaan islam di Sumatera


a) Samudera Pasai
Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini
terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculan pertama kalinya diperkirakan abad
ke-13 M, sebagai proses dari hasil Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang
pernah disinggahi para pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan
seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah dengan adanya nisan kubur yang
terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu, dapat diketahui bahwa
raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang
diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan tersebut dan merupakan pendiri
kerajaan itu. Hal ini diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat
Melayu, dan juga hasil penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjana-
sarjana Barat, khususnya Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette,
J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer, H.K.J.Cowan, dan lain-lain.
Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu
sejalan dengan suramnya peranan kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya
memeganag peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.

b) Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama
Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan
kerajaan ini muncul atau berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh
berdiri pada abad ke-15 M, diatas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar
Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya
pada masa pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam
bidang perdagangan karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumya
berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah
Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511 M. sebagai akibat penaklukan Malaka
Utara melalaui selat Karimata dari Portugis itu, jalan dagang yang sebelumaya
dari laut Jawa ke Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatera, kemudian ke Aceh.
Dengan demikian Aceh ramai dikunjungi saudagar dari berbagai negeri.

2. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa


a). Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan ini
muncul ketika melemahnya Raja Majapahit. Di bawah pimpinan Sunan Ampel
Denta, Walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi Raja pertama
kerajaan Demak. Gelar Raden Fatah adalah Senopati Jimbun Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Demak sebelumnya adalah Bintoro
yang merupakan daerah vasal Majapahit yang diberikan oleh Raja Majapahit
kepada Raden Patah.
Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal
abad ke-16 M. Dikatakan, ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu
muslim keturunan Campa. Ia digantikan anaknya yang bernama Sambrang Lor,
dikenal juga dengan julukan Pati Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru
berumur 17 tahun ketika menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507. Menurutnya
tidak lama setelah naik tahta, ia merencanakan suatu rencana serangan terhadap
Malaka. Semangat perangnya memuncak ketika Malaka ditaklukkan Portugis
pada tahun 1511. Akan tetapi, sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentaranya
mengalami kekalahan besar.
Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai Sultan oleh Sunan
Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memulai pemerintahan
pada tahun 1524-1546. Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam
dikembangkan keseluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan.
Penaklukan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 yang dilakukan oleh gabungan
Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan Tuban
jatuh ke bawah kekuasaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga.

b) Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris
kerajaan Islam di Demak. Kesultanan yang terletak di Kartasura sekarang itu
merupakan kerajaan Islam yang pertama yang terletak di pedalaman pulau Jawa.
Usia kesultanan ini tidak panjang, kekuasaaan dan kebesarannya kemudian
diambil oleh kerajaan Mataram.
Sultan atau Raja yang pertama adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging,
lereng gunung Merapi. Oleh Raja Demak ketiga yaitu Sultan Trenggono, Jaka
Tingkir diangklat sebagai Raja pajang setelah sebelumnya dikawinkan dengan
anak perempuannya.

c) Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang
meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman
untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai
hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki
Pamanahan yang menurunkan Raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan menempati Istana barunya di Mataram.
Dia digantikan putranya, Senopati, pada tahun 1584 dan dikukuhkan sebagai Raja
Mataram oleh Sultan Pajang.
d) Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam yang pertama di Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan oleh salah satu anggota Walisongo, yaitu Sunan Gunung
Jati.
Diawal abad ke-16, Cirebon merupkan daerah kecil dibawah kekuasaan Pakuan
Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan disana yang
bernama Pangeran Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan
darah dengan Raja Pajajaran.

e) Banten
Kerajaan di Banten merupakan perluasan Islam yang dilakukan oleh
kerajaan Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung jati. Perluasan wilayah itu
dimulai dengan pendudukan Sunda oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1527 M.

3. Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi


a) Kalimantan
1.Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan ini muncul ketika terjadi peristiwa pertentangan dalam keluarga
istana, antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaann Daha, dengan
pamannya yang bernama Pangeran Tumenggung. Ketika Raja Sukarama hampir
tiba ajalnya, Ia berwasiat agar yang menggantikannya adalah cucunya Raden
Samudera. Keempat putranya tentu tidak menerima wasiat itu.
Pertentangan itu menimbulkan keluarnya Pangeran Samudera dari kerajaan dan
berkelana sampai ke kerajaan Demak. Ia meminta bantuan disana, dan akhirnya
kerajaan Demak mau membantu pangeran Samudera asalkan dia mau menganut
ajaran Islam dan akhirnya berhasil dan kerajaan itu berkembang menjadi kerajaan
Islam.

2.Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur


Menurut risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa
pemerintahan Raja Mahkota. Salah seorang diantaranya adalah Tuan Bandang,
yang dikenal dengan Dato’ Ri Bandang dari Makasar, dan yang lainya adalah
Tuan Tunggan Parangan. Setelah pengislaman, Dato’ Ri Bandang kembali ke
Makasar dan Tuan Tunggang kembali ke Kutai dan melalui yang terakhir inilah
Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam. Setelah itu, segera dibangun masjid
sebagai tempat pengajaran agama Islam. Yang pertama adalah Raja Mahkota
sendiri, kemudian Pangeran, kemudian Para menteri, panglima dan hulubalang
dan akhirnya rakyat biasa. Hal ini terjadi pada tahun 1575 M.

3. Kesultanan Pasir (1516).


Kesultanan Paser (yang sebelumnya bernama Kerajaan Sadurangas) adalah
sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun 1516 dan dipimpin oleh seorang wanita
(Ratu I) yang dinamakan Putri Di Dalam Petung. Wilayah kekuasaan kerajaan
Sadurangas meliputi Kabupaten Paser yang ada sekarang, ditambah dengan
Kabupaten Penajam Paser Utara, Balikpapan dan Pamukan. Dalam tahun 1853
penduduk Kesultanan Paser 30.000 jiwa.

4. Kesultanan Banjar (1526-1905).


Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520, masuk
Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan
darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah 
kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan,
Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian
dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota
di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut
Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan
Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang
merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.

5. Kesultanan Kotawaringin.
Kerajaan Kotawaringin adalah sebuah kerajaan Islam (kepangeranan
cabang Kesultanan Banjar) di wilayah yang menjadi Kabupaten Kotawaringin
Barat saat ini di Kalimantan Tengah yang menurut catatan istana al-Nursari
(terletak di Kotawaringin Lama) didirikan pada tahun 1615 atau 1530, dan
Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637, tahun
ini dianggap sebagai tahun berdirinya sesuai dengan Hikayat Banjar dan
Kotawaringin (Hikayat Banjar versi I) yang bagian terakhirnya saja ditulis tahun
1663 dan di antara isinya tentang berdirinya Kerajaan Kotawaringin pada masa
Sultan Mustain Billah. Pada mulanya Kotawaringin merupakan keadipatian yang
dipimpin oleh Dipati Ngganding.

6. Kerajaan Pagatan (1750).


Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu kerajaan yang pernah
berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah
ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu (yang
terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal,
Manunggul, Sampanahan).

7. Kesultanan Sambas (1675).


Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang terletak di wilayah pesisir
utara Propinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau Borneo
(Kalimantan)dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota Sambas sekarang.
Kesultanan Sambas adalah penerus dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya.
Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada
paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab
Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran
"Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada
sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang
terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian
dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah
Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi. Pada masa kekosongan
pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16
M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500
orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu
melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan
Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.

8.  Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.


Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara
ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri
pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir
pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah
dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya
untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton. Dihidupkannya kembali
Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera
mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai
Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada
tanggal 22 September 2001.

9.Kesultanan Berau (1400).


Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah
Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja
pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden
Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji
Permaisuri. Pusat pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung
Tabur. Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah
menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan
Sambaliung.Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini
termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van
Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No.
8

10. Kesultanan Sambaliung (1810).


Kesultanan Sambaliung adalah kesultanan hasil dari pemecahan
Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan
Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Sultan Sambaliung pertama adalah
Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah
keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata
Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji
Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran
Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau
diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati
(hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-
kadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin
dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma.
Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota
kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi
kerajaan Sambaliung).

Kesultanan Gunung Tabur (1820). Kesultanan Gunung Tabur adalah


kerajaan yang merupakan hasil pemecahan dari Kesultanan Berau, dimana Berau
dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada
sekitar tahun 1810-an. Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah kecamatan
Gunung Tabur, Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur.

11.Kesultanan Pontianak (1771).


Kesultanan Kadriah Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh penjelajah
dari Arab Hadramaut yang dipimpin oleh al-Sayyid Syarif 'Abdurrahman al-
Kadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. Ia melakukan dua
pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Panembahan
Mempawah dan kedua dengan putri Kesultanan Banjarmasin (Ratu Syarif Abdul
Rahman, puteri dari Sultan Sepuh Tamjidullah I).Setelah mereka mendapatkan
tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadariah dan mendapatkan
pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.

12. Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan
(Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara
Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di
Salimbatu.

13. Kesultanan Bulungan(1731).
Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah
menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1731,
dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (1731–1777),
dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar
Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).

b) Maluku
Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1406, Raja Ternate memeluk Islam,
nama raja itu adalah Vongi Tidore. Ia mengambil seorang istri keturunan Ningrat
Jawa. Namun raja yang benar-benar memeluk agama Islam adalah raja yang
bernama Zayn Al-Abidin pada tahun 1486-1500 M.

c) Sulawesi
1.Kerajaan Goa-Tallo
merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut
dengan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat daya pulau
Sulawesi. Kerajaan tersebut menerima ajaran agama Islam dari Gresik atau Giri
yang tersebar dalam proses Islamisasi diseluruh nusantara.
Kemudian kerajaan kembar Goa-Tallo menyampaikan “pesan Islam” kepada
kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, yang lebih tua, Wajo, Soppeng, dan Bone

2.Kerajaan Bone
Islam masuk di Bone pada masa La Tenri Ruwa sebagai Raja Bone XI
pada  1611 M dan ia hanya berkuasa selama tiga bulan. Sebabnya karena beliau
menerima Islam sebagai agamanya padahal dewan adat Ade Pitue bersama rakyat
menolak ajaran tersebut.    
3. Kerajaan Konawe
Masuk dan berkembangnya Islam di Kerajaan Konawe merupakan bagian
dari proses perkembangan agama Islam di Sulawesi Tenggara khususnya dan
Indonesia umumnya. 
Islam masuk di Kerajaan Konawe pada abad ke-18 yang dibawah oleh pedagang-
pedagang dari Buton, Ternate, dan Bugis. 
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar abad ke-7 dan 8
pedagang-pedagang Islam dari Timur Tengah banyak yang datang berlayar ke
selat Malaka hingga ke perairan Nusantara kita. Pada masa itu di Indonesia telah
berdiri kerajaan terkenal bernama Sriwijaya. Karena Sriwijaya ketika itu
merupakan bandar terbesar, tempat singgah dan bongkar muat barang-barang
dagangan yang dibawa para pedagang dari kepulauan Nusantara maupun dari luar,
maka kemungkinan besar termasuk para pedagang dari Timur Tengah yang
singgah pula di Sriwijaya. Oleh sebab itu para pedagang Islam yang telah
mengenal Sriwijaya menyebutkan Sriwijaya dengan istilah Zabag atau Zabay.
Pada umumnya para pedagang Islam sambil berdagang mereka memperkenalkan
atau mengajarkan pula agama Islam kepada pedagang maupun penduduk
setempat. Melalui hubungan dagang inilah penduduk Indonesia mengenal ajaran
agama Islam untuk selanjutnya secara sadar mereka memeluk agama Islam.
Sekitar abad ke - 11 Islam telah sampai pula di pulau Jawa.
Keterangan lain tentang berkembangnya agama Islam di Indonesia bersumber dari
catatan perjalanan seorang yang bernama Marco Polo (1992). Dalam perjalanan
menuju Tiongkok (Cina yang ditempuh melalui laut) Marco Polo singgah di Aceh
Utara. Dari persinggahannya itu ia menceritakan bahwa di Perlak banyak
penduduk yang beragama Islam dan banyak pula pedagang dari Gujarat (India)
yang giat menyiarkan agama Islam. Selain pedagang-pedagang dari Gujarat
(India) yang aktif menyiarkan agama Islam di kepulauan Nusantara. Perlu
diketahui bahwa pedagang-pedagang Gujarat sejak abad ke-10 telah menganut
Islam.
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Sumatera
- Samudera Pasai (Malik Al-Shaleh / abad ke-13 M)
- Aceh Darussalam (Muzaffar Syah / abad ke-15 M)
2. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa
- Demak (Raden Patah)
- Pajang (Jaka Tingkir)
- Mataram (Ki Pamanahan)
- Cirebon (Sunan Gunung Jati)
- Banten (Sunan Gunung Jati / 1527 M)
3. Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi
a) Kalimantan
- Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan (Raden Samudera)
- Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur (Tuan Tunggan Parangan/1575 M)
b) Maluku (Vongi Tidore (1406 M) / Zayn Al-Abidin (1486-1500 M))
c) Sulawesi
- Kerajaan gowa tallo
- Kerajaan Bone
- Kerajaan Konawe
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat,
Hikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Perkembangan kerajaan islam. Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Makalah yang disusun untuk mempelajari mengenai kerajaan-kerajaan
islam di Indonesia.
Penulis megucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini hingga selesai. Dan saya berharap makalah ini
dapat membantu rekan-rekan dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan
mengenai kerajaan islam di indonesia. Untuk itu kritik dan saran sangat
diharapkan untuk memperbaiki makalah ini dan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3. Tujuan........................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................
2.1.Masuknya Islam ke Indonesia ........... ............................................................
2.2. Teori-teori Masuknya Islam ke Indonesi.......................................................
2.3. Kerajaan Islam DiIndonesia..........................................................................
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ ...
3.1. Kesimpulan............................ .......................................................................
3.2. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

Anda mungkin juga menyukai