Oleh:
NIM. 1930912320141
Pembimbing:
Halaman
A. Definisi .......................................................................................... 2
B. Etiologi .......................................................................................... 4
C. Epidemiologi ................................................................................. 5
D. Cara Penularan............................................................................... 8
E. Patogenesis ................................................................................... 10
G. Diagnosis ...................................................................................... 13
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
penyebab yang tidak diketahui muncul di Wuhan, China. Pada 3 Januari 2020,
penyebab penyakit ini berhasil diidentifikasi, yaitu virus corona jenis baru yang
kemudian diberi nama SARS CoV-2. Pada 11 Februari 2020, WHO secara resmi
januari 2020 saat awal kasus terjadi, dilaporkan terdapat 41 kasus terkonfirmasi
hanya di Wuhan. China. Hingga saat ini (1 September 2020) dilaporkan terdapat
Sampai saat ini, situasi di dunia dan Indonesia masih dalam risiko COVID-
19 yang sangat tinggi. Ibu hamil dan neonatus yang baru lahir tak lepas dari
masalah ini. Oleh karena itu tenaga kesehatan perlu mengetahui mengenai
1
BAB II
ISI
A. Definisi
tanggal 13 Juli 2020, yaitu kasus suspek, kasus probable, kasus konfirmasi. istilah
1. Kasus Suspek, seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
transmisi lokal**
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir
konfirmasi/probable COVID-19.
2
Catatan :
Istilah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) saat ini dikenal kembali dengan istilah
kasus suspek. * ISPA yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam; dan disertai
adanya kasus konfirmasi yang sumber penularannya berasal dari wilayah yang
termasuk dalam klasifikasi kasus klaster dan transmisi komunitas, dapat dilihat
2019/situation-reports
https://infeksiemerging.kemkes.go.id.
2. Kasus Probable
RT-PCR.
3. Kasus Konfirmasi
Virus corona (CoVs) adalah keluarga besar dari virus RNA rantai tunggal
coronavirus terdiri dari beberapa virus corona penting yang dapat menginfeksi
corona ketujuh yang ditemukan, dan memiliki 70% persamaan genetik dengan
mengandung spike dengan panjang 9-12nm dan tampak seperti mahkota dibawah
mikroskop. Pada permukaannya terdapat empat struktur protein utama yaitu spike
(S), envelope (E), membran (M), dan nucleocapsid (N). Glikoprotein S memiliki
(ACE-2), yang membantu fusi envelope virus dengan membran sel inang sehingga
partikel virus dapat masuk ke dalam sel inang (Gambar 2.1). 6,7
4
Gambar 2.1 Gambaran Struktur Virus Corona.1
Seperti virus corona yang lain, SARS CoV 2 juga merupakan virus zoonosis
yang sepertinya berasal dari kelelawar sebagai host utama. Beberapa penelitian
C. Epidemiologi
penyebab yang tidak diketahui muncul di Wuhan, China. Beberapa pasien awal
tersebut dilaporkan mengunjungi pasar hewan laut Huanan yang juga menjual
berbagai macam hewan liar. Pada 3 Januari 2020, penyebab penyakit ini berhasil
diidentifikasi, yaitu virus corona jenis baru yang kemudian diberi nama SARS
CoV-2. Pada 11 Februari 2020, WHO secara resmi memberi nama penyakit ini
5
Pada awalnya, sejak kasus pertama di Wuhan pada 8 Desember 2019, hingga
munculnya kasus baru diluar Wuhan pada 13 Januari 2020, terkonfirmasi 41 pasien
yang lain, hingga secara global menyebar ke enam benua. Hingga saat ini (1
terkonfirmasi mencapai 1.528 dengan angka kematian 136 kasus, dimana angka
case fatality rate (CFR) mencapai 8.9%, jauh lebih tinggi dibandingkan China
177.571 kasus dengan angka kematian 7.505 kasus (CFR 4.22%). Hingga saat ini
6
masih terus terjadi kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi, kasus sembuh dan kasus
Jumlah dan penyebaran kasus tertinggi terjadi di DKI Jakarta, sebesar 40.987
kasus (23.1%), dan Jawa Timur, dengan kasus 33.893 (19.1%). Kalimantan selatan
berada diurutan ke 6 dengan jumlah kasus 8.357 (4.7%), dengan jumlah kematian
355 kasus. Data terbaru menunjukkan di Indonesia, daerah dengan risiko kenaikan
kasus tinggi terjadi pada 65 daerah (12.65%), sedangkan risiko sedang 230 daerah
Dari keseluruhan kasus, jumlah anak-anak (usia 0-17 tahun) yang terinfeksi
anak yang terinfeksi per tanggal 1 September 2020 adalah 1.7% anak usia 0-4
tahun dan 6.4% anak usia 5-17 tahun dari seluruh kasus terkonfirmasi. Di
Indonesia sendiri jumlah anak terinfeksi per 1 September 2020 adalah 2.3% anak
usia 0-5 tahun dan 7% anak usia 6-18 tahun. Angka ini meningkat terutama sejak
bulan maret dan masih bisa terus bertambah mengingat tes konfirmasi lebih
7
diprioritaskan pada orang dewasa. Selain itu angka masuk rumah sakit pada anak
COVID-19 pada anak memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan pada orang
dewasa12,13
D. Cara Penularan
Secara garis besar cara penularan virus SARS CoV-2 di komunitas dapat
melalui dua media, yaitu udara, atau permukaan. Virus diudara dibawa melalui air
liur, sekret pernafasan atau droplet yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk,
bersin atau bicara. Virus tersebut dapat masuk langsung ke mata, hidung atau
mulut orang yang sehat (resipien) jika jarak cukup dekat atau jatuh dan menempel
selama beberapa hari dipermukaan (meja, kursi, pegangan tangga, pintu dll). Mata
hidung dan mulut merupakan rute masuk primer yang menyebabkan infeksi karena
virus dapat langsung masuk ke mukus membrane dan jaringan epitel saluran
Droplet adalah partikel berukuran 5-10 µm yang menempuh jarak pendek sebelum
jatuh, sedangkan aerosol adalah droplet nuklei, partikel berukuran ≤ 5µm, ringan,
dapat melayang jauh dan menetap lama diudara. Aerosol yang menyebar jauh dan
dalam jangka waktu lama tetap menular saat melayang diudara disebut penularan
keluar dapat masuk secara langsung melalui mata hidung dan mulut apabila kontak
dekat (1 meter) dengan orang yang terinfeksi. Penularan melalui airborn masih
8
diperdebatkan, namun penularan airborn mungkin terjadi selama dilakukan
ventilator non invasif, sehingga risiko penularan airborn tertinggi berada di tempat
pelayanan kesehatan.15,16,17
Selain melalui udara, penularan juga dapat melalui permukaan benda yang
terkena virus dari droplet yang terjatuh, atau dari tangan orang terinfeksi yang
terkena droplet setelah bersin atau batuk, Virus dapat masuk ke tubuh jika resipien
memegang permukaan yang terdapat virus kemudian menyentuh mata, hidung atau
fekal oral dan adanya replikasi virus dalam saluran gastrointestinal karena
ditemukannya virus dalam feses. Hal ini perlu menjadi perhatian terutama untuk
bayi, balita dan anak-anak terutama mereka yang belum toilet-training untuk
melalui droplets selama periode setelah kelahiran saat neonates terpapar oleh ibu
dan pengasuh dengan COVID-19. Penularan vertikal dari ibu pada bayi selama
mengalami infeksi intrauterine pada kasus SARS dan MERS. Pada penelitian
SARS CoV-2, dilakukan pengujian virus pada ASI, cairan amnion, darah plasenta,
dan swab tenggorokan pada neonatus dengan ibu yang terinfeksi, dan didapatkan
9
E. Patogenesis
dari hewan ke manusia. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host
sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan
tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan
sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host
diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama
dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-
CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2
(angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum
tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel
endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi
replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana
sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus.
Setelah terjadi transmisi dari luar, virus masuk ke saluran napas atas
kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).
Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan
virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel
10
gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul
diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan system
imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi kerusakan
difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada
rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-bercak.
Pada tahap kedua, organisasi terjadi sehingga terjadi perubahan infiltrat atau
konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga
bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin
IL1B, IL6, IL12, IFNγ, IP10, dan MCP1 dikaitkan dengan inflamasi di paru dan
gejala yang lebih ringan dan prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan dewasa.
enzyme (ACE)-2 telah terbukti menjadi target utama virus SARS-CoV-2. Pada
neonatus, ada kemungkinan bahwa aktivitas reseptor belum matang atau ada
peningkatan aktivitas ACE-2. Hipotesis lain adalah rasio CD4 dan CD8 yang lebih
tinggi pada neonatus. Telah diamati bahwa laki-laki yang lebih tua dengan infeksi
COVID-19 memiliki jumlah CD4 yang rendah. Bayi memiliki rasio CD4 dan CD8
yang tinggi. Perbedaan proporsi limfosit ini terkait dengan perubahan dan involusi
11
timus pada bayi. Selain itu, ekspresi CD27 dull pada bayi mempunyi sifat yang dapat
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada bayi baru lahir terinfeksi, terutama pada bayi preterm,
mungkin tidak spesifik dan termasuk pada sindrom gangguan pernafasan akut,
CoV-2 pada nenonatus bukanlah hal yang umum. Jika neonatus terinfeksi,
sebagian besar menunjukkan tidak ada gejala, atau gejala ringan (tidak
memerlukan alat bantu nafas) seperti demam, lesu, batuk, pilek, nafas cepat,
Review oleh De Rose (2020) menyebutkan bayi baru lahir dari ibu
Namun sebagian besar kasus memiliki hasil tes negatif virus SARS CoV-2. Dari
keseluruhan kasus, terdapat 3 bayi dinyatakan positif dengan gejala letargi dan
demam. Satu pasien lahir preterm 31 minggu dan membutuhkan ventilator. Dari
ketiga kasus terkonfirmasi tersebut, neonatus yang sakit paling parah mungkin
merupakan gejala dari premature, asfiksia dan sepsis, bukan dari infeksi COVID-
19.24,25
G. Diagnosis
12
a. Terkait dengan cluster wabah atau terpajan kerabat yang terinfeksi SARS-
b. Lahir dari ibu yang dicurigai atau terkonfirmasi infeksi SARS-CoV-2 antara
lahir dari ibu dengan curiga atau sudah terkonfirmasi COVID-19 dan tidak
memandang apakah terdapat tanda infeksi pada neonatus atau tidak. Apabila
neonatus. Tes dilakukan saat usia nenoatus sekitar 24 jam. Jika hasil tes negative,
maka tes diulang saat usia bayi 48 jam. Untuk neonatus asimtomatik yang
diperkirakan akan dipulangkan pada usia <48 jam, satu tes dapat dilakukan
perawatan yang lebih tinggi atau yang diharapkan menjalani rawat inap dalam
13
waktu yang lama (> 48-72 jam). Waktu pengujian yang optimal setelah lahir belum
diketahui. Pengujian awal dapat menyebabkan hasil positif palsu (misalnya, jika
SARS-CoV-2 RNA dalam cairan ibu) atau negatif palsu (misalnya, RNA mungkin
Saat menangani Ibu hamil yang terinfeksi, kamar bersalin dan ruang operasi
memungkinkan. Dokter juga harus mengenakan alat pelindung diri. Jika neonatus
lahir tanpa gejala dan hasil tes ibu negatif virus SARS CoV-2, maka ibu dan bayi
dapat dirawat bersama. Namun jika hasil tes ibu positif COVID-19 dan butuh
dimasukkan ke ruang isolasi, maka pencegahan ketat untuk droplet atau kontak
ruang isolasi bayi khusus COVID-19 hingga hasil jelas, meskipun beberapa
mengizinkan bayi bersama ibunya dengan kontrol infeksi ketat (seperti jarak 2
meter antara bed ibu dan bayi, dan juga pencegahan kontak dan droplet saat
menyusui).24
hari. Kamar karantina harus dilengkapi dengan sistem udara ruangan isolasi, dan
14
pengendalian infeksi standar dan tambahan harus diterapkan segera, seperti
Bayi yang baru lahir rentan terhadap infeksi SARS CoV-2 virus dikarenakan
penularan dari Ibu ke bayi, serta ke tenaga kesehatan perlu dilakukan dan
diperhatikan.28
maternal. Idealnya, Ibu dengan status suspek, probable atau terkonfirmasi COVID-
status ibu sudah harus dapat dipastikan apakah pasien COVID-19 atau bukan
terbaru adalah suspek), maka semua tindakan dan perawatan dilakukan dalam
Sedangkan untuk Ibu yang terkonfirmasi COVID-19, maka semua tindakan yang
memicu aerosol dilakukan dalam ruang isolasi dengan menggunakan APD tingkat
3. Jika status maternal tidak jelas, tidak termasuk suspek atau terkonfirmasi, maka
semua tindakan perawatan dalam isolasi fisik risiko rendah dengan menggunakan
APD tingkat 2 hingga ditentukan status maternal apakah COVID atau non-
COVID.29
Bayi yang baru lahir akan segera dilakukan pelayanan neonatal esensial 0-
6 jam segera setelah lahir, Pelayanan neonatal esensial yaitu; pemotongan dan
perawatan tali pusat, Inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi Vitamin K, Pemberian
15
salep /tetes mata antibiotic dan imunisasi hepatitis B. Pada neonatus dari ibu suspek,
neonatal esensial. Pada pemotongan dan perawatan tali pusat, tindakan penundaan
penjepitan tali pusat tidak dilakukan. Bayi dikeringkan seperti biasa dan segera
dimandikan setelah kondisi stabil tanpa menunggu 24 jam. Tindakan IMD masih
menjadi perdebatan. Namun pada Panduan Klinis yang dikeluarkan IDAI pada juni
2020, pada pasien suspek atau probable COVID-19, pemberian IMD dapat
dilakukan atas keputusan bersama kedua orang tua setelah menimbang baik
COVID-19 atau bayi secara klinis tidak stabil, tindakan IMD tidak dilakukan.
Bayi yang lahir dari ibu suspek dan konfirmasi COVID-19 dilakukan
perawatan di ruang isolasi khusus COVID-19 terpisah dari ibunya (tidak rawat
gabung). Rawat gabung dapat dilakukan pada bayi yang lahir dari ibu yang
terkonfirmasi. Ibu dan bayi harus memenuhi protokol kesehatan ketat seperti
menjaga jarak minimal 2 meter, ibu rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi. Ibu harus memakai masker bedah dan menggunakan tirai pemisah.
Kamar perawatan juga harus dalam kondisi yang baik, dan rutin dibersihkan
dengan disinfektan.28,29 Protokol kesehatan ini berbeda dari WHO yang sejak awal
menganjurkan untuk rawat gabung pada bayi dengan Ibu suspek atau terkonfirmasi
COVID-19.30
16
WHO merekomendasikan ibu dan bayi harus diperbolehkan untuk tetap
bersama selama rawat inap sepanjang hari dan melakukan kontak kulit ke kulit,
termasuk perawatan metode kanguru, terutama segera setelah lahir dan selama
menyusui, baik ibu atau bayi dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19.30 Neonatus
yang lahir dari ibu yang dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19 harus disusui
dalam waktu 1 jam setelah lahir dengan menerapkan prinsip pencegahan infeksi.
Ibu dengan COVID-19 yang menyusui dan melakukan interaksi kulit dengan kulit
virus tersebut kepada bayinya, dengan cara : (1) ruangan harus terisolasi, tidak
diperbolehkan untuk dikunjungi teman atau keluarga lain, (2) Bayi harus
dipastikan berjarak aman sejauh 2 meter, (3) Ibu harus menggunakan masker bedah
saat menyusui dan melakukan kontak erat dengan bayi baru lahir, (4) Ibu harus
menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak atau memegang bayi atau
anak, (5) rutin membersihkan dan mendisinfeksi permukaan atau bagian tubuh atau
alat yang digunakan ibu dengan bayi. Jika ibu menggunakan alat pompa elektrik
atau pun manual untuk mengeluarkan ASI, ibu harus membersihkan tangan
sebelum menyentuh pompa atau bagian botol dan mengikuti rekomendasi untuk
Pertimbangan pemberian ASI pada neonatus disepakati juga oleh IDAI. ASI
merupakan asupan nutrisi optimal pada bayi baru lahir sehat maupun sakit.
penularan bayi oleh ibu dengan suspek atau terkonfirmasi COVID-19. Pemberian
ASI merupakan keputusan bersama orang tua, petugas kesehatan dan keluarga
17
dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko yang perlu dihadapi. Terdapat tiga
pilihan cara pemberian ASI untuk bayi dengan ibu suspek atau terkonfurmasi
COVID-19.29
Pilihan pertama, pada ibu dengan kondisi klinis berat dan tidak mungkin
menyusui, atau memerah ASI, bayi perlu dipisahkan dengan Ibu. ASI bisa
didapatkan dari donor, atau dapat mengganti nutrisi dengan susu formula. Jika ibu
dapat memerah ASI, ASi dapat dipompa untuk mempertahankan produksi, namun
ASI tetap akan dibuang hingga dua kali pemeriksaan rapid dalam selang waktu 24
jam negatif.29
Pilihan kedua, pada Ibu dengan kondisi klinis ringan-sedang, jika keluarga
memilih mengurangi risiko penularan dengan tidak melakukan rawat gabung, Ibu
dapat memenugi kebutuhan nutrisi bayi dengan ASI perah. Ibu perlu memakai
masker selama memerah. Ibu mencuci tangan dengan air dan sabun minimal 20
detik sebelum dan sesudah memerah. Ibu juga perlu membersihkan pompa serta
Pilihan ketiga, pada Ibu dengan kondisi klinis tidak bergejala atau ringan,
tidak mungkin dilakukan rawat terpisah, atau keluarga meminta rawat bersama ibu
dan anak, maka pilihan pemberian nutrisinya adalah menyusui langsung. Ibu
sabun dan air. Setelah selesai menyusui, ibu perlu menjaga jarak 2 meter dari
ada, kain pemisah dapat digunakan. Pada fasilitas kesehatan yang tidak
18
memfasilitasi RT-PCR, maka pencegahan penularan harus terus dilakukan hingga
terjadi penurunan gejala, ibu tidak panas tanpa penurun panas serta rapid test
Bayi diperbolehkan pulang setelah dua kali berturut turut pemeriksaan apus
nasofaring dengan selang waktu minimal 24 jam dan sesuai protokol pemulangan
neonatus setempat. Ibu dapat mengasuh bayinya kembali setelah tidak panas 3 hari
berturut turut tanpa obat penurun panas, menunjukkan perbaikan gejala (minimal
7 hari dari gejala pertama kali muncul) dan rapid test dua kali berturut turut negatif
dengan selang waktu minimal 24 jam. Ibu tetap memberlakukan perilaku hidup
bersih dan sehat serta tetap menggunakan masker. Selama ibu tidak diperbolehkan
merawat bayinya, sebaiknya pengasuhan bayi dilakukan oleh orang yang sehat dan
tidak menderita COVID 19 serta ibu tetap menjaga jarak 2-meter dari bayinya. 29
19
BAB III
PENUTUP
pandemi global. Jumlah kasus dan angka kematian terus meningkat pada setiap
harinya. Tingkat penularan dari virus ini sangat tinggi . Bayi yang lahir dari Ibu
dengan suspek atau terkonfirmasi COVID-19 memiliki risiko yang besar untuk
melalui droplets selama periode setelah kelahiran saat neonates terpapar oleh ibu
belum terbukti terjadi. Karena hal itu, diperlukan protokol kesehatan yang jelas
Saat akan melahirkan, ibu hamil terinfeksi virus SARS CoV-2 perlu
bayi perlu dimasukkan ke ruang isolasi khusus covid-19 terpisah dari ibunya dan
tidak dilakukan inisiasi menyusui dini. Neonatus yang lahir, baik terdapat gejala
maupun tidak, perlu diperiksakan tes RT-PCR saat usia bayi 24 jam. Apabila
tedapat gejala yang cukup berat, maka bayi dipindahkan ke ruang ICU neonatus
khusus COVID-19. Bayi yang tidak bergabung dengan ibunya, tetap mendapatkan
ASI yang diperah. Bayi tanpa gejala atau gejala ringan dipantau selama 3-28 hari,
setelah sehat dapat diperlakukan seperti bayi normal sambal tetap menjalankan
protokol kesehatan. Sedangkan bayi sakit dibawa ke rumah sakit untuk penanganan
lebih lanjut.
20
.
21
DAFTAR PUSTAKA
7. Zu ZY, Jiang MD, Xu PP, Chen W, Ni QQ, Lu GM, Zhang LJ. Coronavirus
disease 2019 (COVID-19): a perspective from China. Radiology. 2020 Feb
21:200490.
22
10. Tosepu R, Gunawan J, Effendy DS, Lestari H, Bahar H, Asfian P. Correlation
between weather and Covid-19 pandemic in Jakarta, Indonesia. Science of
The Total Environment. 2020 Apr 4:138436.
11. Setiati S, Azwar MK. COVID-19 and Indonesia. Acta Medica Indonesiana.
2020 Jan 1;52(1):84-9.
13. Center for Disease Control and Prevention (CDC) : Demographic Trends of
COVID-19 cases and deaths in the US reported to CDC : 2020. From
https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/#demographics)
18. Heller L, Mota CR, Greco DB. COVID-19 faecal-oral transmission: Are we
asking the right questions?. Science of The Total Environment. 2020 Apr
25:138919.
23
19. Lu Q, Shi Y. Coronavirus disease (COVID‐19) and neonate: What
neonatologist need to know. Journal of medical virology. 2020
Jun;92(6):564-7.
23. Li F, Feng ZC, Shi Y. Proposal for prevention and control of the 2019 novel
coronavirus disease in newborn infants. Archives of Disease in Childhood-
Fetal and Neonatal Edition. 2020 Mar 4.
25. Zeng L, Xia S, Yuan W, Yan K, Xiao F, Shao J, Zhou W. Neonatal early-
onset infection with SARS-CoV-2 in 33 neonates born to mothers with
COVID-19 in Wuhan, China. JAMA pediatrics. 2020 Mar 26.
26. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A,
Firdaus I, Santoso A, Juzar DA, Arif SK, Wulung NG. Protokol Tatalaksana
COVID-19. Tim COVID-19.April 2020
24
27. Dumpa V, Kamity R, Vinci AN, Noyola E, Noor A. Neonatal Coronavirus
2019 (COVID-19) Infection: A Case Report and Review of Literature.
Cureus. 2020:1-6.
29. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Panduan klinis tata laksana COVID-19 pada
anak. Ed 3. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2020.
31. Giulani C., Volsi P. L., Brun E., Chiambretti A., Giandalia A., Tonutti L., et
al. Breastfeeding during the COVID-19 pandemic : suggestion on behalf of
woman study group of AMD. Diabetics research and clinical practice.
2020;165:108239.
32. Wang L., Shi Y., Xiao T., Fu J., Feng Xing, Mu D., et al. Breastfeeding of
infants born to mothers with COVID-19: a rapid review. Ann Transl
Med.2020:8(10):618.
25