Oleh :
Pembimbing :
BANJARMASIN
Agustus, 2020
Ringkasan
Latar Belakang: Pandemi baru penyakit Coronavirus 2019 (COVID 19) telah
untuk membahas perawatan bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi COVID-19
Tujuan: Kami membahas cara merawat bayi baru lahir dari ibu yang dicurigai atau
Metode: Terhitung mulai 16 April 2020, kami telah meninjau artikel dan pedoman
terkait COVID-19 di bidang kesehatan reproduksi, ibu, dan kesehatan bayi baru
lahir. Tinjauan kami menghasilkan 10 kategori (i) risiko prosedur diagnostik pada ibu
yang dicurigai pada kesehatan janin/bayi, (ii) risiko penularan intrauterin atau
pascapartum ke janin/bayi, (iii) metode dan waktu persalinan yang tepat pada wanita
dengan terkonfirmasi COVID-19, (iv) penjepitan tali pusat dan kontak kulit dengan
kulit, (v) manifestasi klinis bayi yang terinfeksi, (vi) konfirmasi infeksi pada terduga
neonatus/bayi, (vii) petunjuk perawatan bayi dan cara memberi makan (viii)
memandikan bayi, (ix) kriteria pemulangan bayi dari rumah sakit, (x) dampak isolasi
disepakati dalam teks dan pedoman yang ada adalah bahwa kontak dekat ibu dan bayi
setelah lahir dapat menularkan virus ke bayi melalui droplet atau mikrodroplet.
1
Kesimpulan: Berdasarkan temuan kami, disarankan untuk memisahkan bayi dari ibu
minggu. Karena motivasi dan situasi stabil ibu mengizinkan menyusui selama isolasi,
ibu yang terinfeksi harus diajarkan tentang keterampilan ekspresi payudara, masalah
payudara yang umum, gejala infeksi bayinya, dan prinsip kebersihan diri untuk
Pengantar
droplet atau sekresi hidung ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, dengan bukti
yang ada menunjukkan bahwa rute potensial penyebarannya melalui mikrodroplet yang
dilepaskan saat berbicara .1,2 Mikrodroplet ini dapat bertahan 20 menit atau lebih di
udara yang sirkulasinya tidak berjalan dengan baik, sehingga menjaga jarak sosial,
memakai masker yang sesuai dan sirkulasi udara yang baik dapat membantu
mengurangi risiko infeksi.2 Sebagian besar pasien memiliki gejala ringan atau sedang
dan pulih tanpa memerlukan perawatan khusus, tetapi orang dengan kondisi yang
mendasari seperti diabetes, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau kanker
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 27 Mei 2020 lebih dari 5 juta
kasus yang dikonfirmasi dilaporkan secara global dengan >340.000 jumlah kematian,
sebagian besar dari Amerika Serikat (AS).1 Di Kawasan Mediterania Timur, Iran
2
dianggap sebagai pusat COVID-19 dengan insiden 140.000 kasus yang dikonfirmasi
anak dengan kemungkinan lebih besar untuk menunjukkan kondisi ringan atau
pada anak-anak dengan masa pemulihan yang cepat dengan masa inkubasi yang jauh
lebih pendek, dan prognosis penyakit yang lebih baik dibandingkan dengan dengan
karena mereka dapat menularkan virus tersebut melalui tinja¸ hal ini dapat terjadi dalam
waktu dua minggu setelah gejala pernapasan membaik. Hal inilah yang menyebabkan
Selama pandemi COVID-19, wanita hamil dan bayi baru lahir merupakan populasi
yang rentan.10 Sampai saat ini, meskipun tidak ada informasi berbasis bukti yang kuat
yang menunjukkan jika wanita hamil memiliki peluang lebih besar untuk mengalami
sakit akibat COVID-19 daripada masyarakat umum, Sudah diketahui dengan pasti
bahwa wanita hamil berisiko lebih besar terkena penyakit serius akibat virus dari
keluarga yang sama dengan COVID-19 dan infeksi pernapasan virus lainnya seperti
influenza.14 Selain itu, beberapa ahli percaya bahwa kasus yang dilaporkan sejauh ini
populasi ini.15 Misalnya, dalam sebuah penelitian oleh Yin et all terhadap 31 wanita
3
yang parah dan kritis.16 Penelitian lain telah melaporkan tingkat keparahan penyakit
kehamilan (misalnya peningkatan denyut jantung dan volume stroke, dan penurunan
kapasitas residual paru) yang dapat meningkatkan risiko hipoksemia dan berkontribusi
mempertimbangkan wanita hamil dan bayinya sebagai populasi berisiko tinggi dalam
strategi pengendalian dan pencegahan selama pandemi terkait paru seperti pada
yang dapat terjadi pada bayi baru lahir dan konsekuensi yang
vaksinasi, atau skrining neonatal adalah salah satu perhatian utama ibu selama pandemi
COVID-19.21
Penularan virus pernapasan ibu pada neonatal terjadi terutama melalui kontak
keluarga), infeksi yang didapat di rumah sakit, dan paparan sumber infeksi dari tempat
umum.22 Saat ini tidak jelas apakah COVID-19 dapat melintasi jalur transplasenta ke
janin. Dalam rangkaian kasus terbatas yang dilaporkan hingga saat ini, tidak ada bukti
virus yang ditemukan dalam ASI wanita yang terinfeksi COVID-19 yang dapat
ditularkan melalui ASI (yaitu adanya SARS-CoV-2 dalam ASI). 23 Mirip dengan ibu
mereka, bayi baru lahir tampaknya merupakan populasi berisiko tinggi terhadap infeksi
COVID-19 karena sistem kekebalan yang lemah. Selain itu, potensi penularan SARS-
4
CoV-2 antara bayi baru lahir yang terinfeksi menimbulkan kekhawatiran lain selama
pandemi ini.8
kunjungan tindak lanjut rutin bayi selama karantina ketat pada awal Februari. Mereka
memasang aplikasi di smartphone orang tua dan meminta mereka untuk memantau
Di Iran, dokter anak dari Research Institute for Children's Health telah
batuk kering, demam, dengan atau tanpa demam).26 Tidak ada statistik akurat mengenai
jumlah bayi yang terinfeksi COVID-19 di Iran dan sekitarnya, tetapi mengingat
COVID-19 lebih menular daripada Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
Middle East Respiratory Syndrome (MERS), bayi tidak kebal terhadap infeksi dan
mereka berisiko lebih besar tertular oleh orang tua atau pengasuhnya. 18 Tampaknya
merancang algoritme dan strategi seperti itu untuk bayi baru lahir dapat sangat
berguna. Di sini, kami membahas cara merawat bayi baru lahir dari ibu yang dicurigai
Metode
Pencarian literatur secara sistematis yang diterbitkan dari 1 Januari 2020 hingga 30
Maret 2020 dilakukan menggunakan dua database elektronik termasuk PubMed dan
Google Scholar. Selain itu, kami mencari pernyataan atau pedoman dari Pusat
pada 14 April 2020. Pencarian didasarkan pada kata kunci yang diambil dari sistem
5
Mesh, termasuk COVID-19 dan kehamilan; SARS-CoV-2 dan kehamilan; Coronavirus
setara dengan menyusui, perawatan neonatal dan bayi baru lahir seperti COVID-19 dan
Seperti yang ditunjukkan pada diagram alir 1, selama periode ini, dari 1.461
artikel yang terkait dengan COVID-19 yang didapat dari basis data pencarian dan
literatur kami, 57 artikel memenuhi syarat karena membahas tentang COVID-19 dan
hanya bagian abstrak dari makalah karena teks lengkapnya dalam bahasa Cina. 28-30 Satu
makalah dihapus di tingkat ini karena seluruhnya ditulis dalam bahasa Cina.31 Kami
juga meninjau makalah abu-abu dengan menelusuri medRxiv dan surat untuk editor.
Hasil
Risiko prosedur diagnostik pada ibu yang suspek COVID-19 terkait kesehatan
janin / bayi.
dalam mendeteksi kemungkinan virus pada pneumonia yang disebabkan oleh SARS-
CoV-2. Prosedur diagnostik ini telah digunakan pada wanita hamil yang diduga
terinfeksi COVID-19.12 Hal ini membuat ibu menjadi cemas terhadap dampak COVID-
19 dimulai sejak masa janin, karena ibu mengkhawatirkan dampak buruk dari radiasi
data tunggal dilakukan untuk ibu yang suspek Covid-19, kadar radiasi ke janin hanya
6
antara 0,01 dan 0,66 mGy yang dapat diabaikan, sedangkan efek radiasi yang berbahaya
kognitif pada janin / bayi diamati dengan dosis lebih tinggi dari 610 mGy. Oleh karena
itu, wanita hamil harus diyakinkan bahwa prosedur diagnostik tidak akan
membahayakanjanin/bayinya.17
Mengenai pengaruh infeksi ibu terhadap kesehatan janin. Pada penelitian Chen et
COVID-19 dan didapatkan hasil mereka tidak menemukan adanya kematian janin,
kematian neonatal, atau asfiksia saat lahir. Skor Apgar pada neonatal normal. Cairan
ketuban, darah tali pusat, swab tenggorokan, dan ASI diperiksa dalam enam dari
Penelitian yang dilakukan oleh Fan dkk dengan memeriksa plasenta, darah tali
pusat, cairan ketuban, dan ASI dari dua dokter penderita COVID-19. Mereka tidak
mendeteksi SARS-CoV-2, pada kasus tersebut. Satu bayi mengalami demam ringan dan
limfopenia tiga hari setelah lahir. Pada hari keempat dilakukan pemeriksaan CT yang
menunjukkan terjadi kekaburan difus terlihat di kedua paru-paru bayi, tetapi tidak ada
pengobatan antibiotik dan keluar dari rumah sakit pada hari ke-8.
Pada bayi kedua hanya terlihat pneumonia ringan dan limfopenia dan bayi tersebut
merespons antibiotik dalam dua hari. Dalam tindak lanjut berturut-turut tidak ditemukan
tersebut menunjukkan risiko rendah penularan intrauterin dan vertikal, tetapi setiap bayi
7
mungkin berisiko tinggi karena penularan virus dapat terjadi dari ibu ke anak setelah
lahir.32 Wang et al juga tidak menemukan bukti virus COVID-19 pada kehamilan dan
Schwartz dan Graham percaya bahwa dalam beberapa kasus, infeksi virus dapat
ditularkan ke bayi melalui jalan lahir atau selama menyusui, tetapi mekanisme ini
sangat tidak biasa dalam kasus infeksi virus.34 Cao et al menyimpulkan bahwa tidak ada
informasi tentang penularan virus dari ibu ke janin / bayi selama periode perinatal dan
persalinan pervaginam, dan juga tidak ada bukti penularan intrauterine yang telah
dilaporkan sejauh ini.8 Selain itu, peneliti lain belum mengkonfirmasi penularan vertikal
saat timbulnya penyakit, dua bayi baru lahir diisolasi dan dua lainnya tidak
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Zhu et al mereka menemukan bahwa
sembilan bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi COVID-19 memiliki swab pada faring
negatif yang diuji dengan reaksi berantai polimerase transkripsi balik waktu nyata (rRT-
PCR), yang mendukung anggapan bahwa virus Corona SARS-CoV-2 tidak dapat
lebih lanjut diperlukan untuk mencapai kesimpulan yang kuat tentang penularan vertikal
SARS-CoV-2.
8
Pada penelitian Zhu et ini ditemukan fetal distress pada 6 bayi. Oleh karena itu,
sebelum melahirkan dari ibu yang terinfeksi, sebaiknya ginekolog meminta spesialis
neonatal yang ahli resusitasi, bersiap di ruang bersalin. 22 Bayi termuda telah terinfeksi
COVID-19 tiga puluh jam setelah lahir. Bayi tersebut lahir pada 2 Februari 2020 di
sebuah rumah sakit di Wuhan, China, dari seorang ibu yang sedang sakit, dan pada 5
19. Tanda-tanda vital bayi stabil, tanpa demam atau batuk, tetapi ia mengalami sesak
Pada sembilan wanita di Rumah Sakit Zhongnan di Cina, sampel darah utuh,
serum, swab , urin, dan feses diuji. Selain itu, ASI dari kesembilan ibu diuji untuk RNA
pula, di Rumah Sakit Tongji, sampel dari dua bayi baru lahir dan ASI dari ibu mereka
dua kelompok ibu, termasuk 16 ibu dengan infeksi COVID-19 terkonfirmasi dan 45 ibu
bayi yang terinfeksi setelah lahir dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara bayi
baru lahir dalam hal gawat neonatal, mekonium dalam cairan ketuban, dan asfiksia
dalam cairan ketuban, plasenta, tenggorokan neonatal, dan sampel usap anal dan ASI
9
Chen et al. Dalam studi usapan dari tenggorokan tiga bayi yang ibunya terinfeksi
COVID-19 pada akhir kehamilan, ditemukan bahwa semua sampel negatif untuk asam
ini dan mereka negatif untuk asam nukleat SARS-CoV-2.11 Dalam laporan terbaru dari
13 bayi baru lahir yang lahir dari ibu yang terinfeksi, 1 dari 9 sampel tinja dan 1 dari 3
Di Iran, terdapat laporan kasus bayi berusia 15 hari yang terinfeksi COVID-
tidak ada batuk atau pilek dan gejala gastrointestinal yang terdeteksi. Bayi itu dirawat di
unit perawatan intensif bayi baru lahir (NICU). Orangtuanya baru-baru ini batuk,
hari setelah dirawat di rumah sakit, dengan kondisi yang baik. Para peneliti
menyarankan bahwa karena berbagai gejala klinis dan laboratorium yang mungkin
dialami bayi, maka masuk akal jika kami melakukan rt-PCR untuk bayi dengan gejala
infeksi COVID-19.34
Association (JAMA) seorang bayi lahir pada 22 Februari 2020, dari seorang ibu dengan
operasi caesar di sebuah rumah sakit di Wuhan, Cina. Keputihan ibu negatif untuk
Coronavirus. Bayi tidak memiliki gejala abnormal dan gambar CT paru-paru serta tes rt-
PCR usap faring negatif, tetapi bayi memiliki tingkat Immunoglobulin G (IgG) dan
Immunoglobulin G (IgM) yang tinggi antara 2 jam dan 16 hari setelah lahir. Bayi itu
diisolasi di ruang bertekanan negatif dan keluar dari rumah sakit pada 18 Maret. Penulis
menyimpulkan bahwa peningkatan kadar IgG pada bayi mungkin merupakan tanda
10
infeksi ibu atau bayi, dan kadar IgM yang tinggi serta bukti laboratorium dari
peradangan dan Tes hati yang abnormal dapat menunjukkan bahwa bayi tersebut
IgM yang ada dalam serum bayi negatif SARS-CoV-2 tidak dapat melewati penghalang
Metode dan waktu persalinan yang tepat pada wanita dengan COVID-19
Cara melahirkan ditentukan oleh indikasi tertentu dan tidak ada manfaat dalam
penelitian telah melaporkan bahwa operasi caesar dilakukan untuk wanita hamil yang
mungkin merupakan pilihan persalinan yang aman karena pada semua wanita spesimen
virus tersebut bukan merupakan indikasi persalinan, tetapi pada kasus gejala ibu yang
parah, dianjurkan untuk menghentikan kehamilan. 19,42 Jika gejala ibu parah dan usia
kehamilan kurang dari 23 hingga 24 minggu - saat janin belum dapat hidup - dianjurkan
persalinan akan ditentukan oleh kondisi ibu dan janin. Jika janin berusia 34 minggu atau
lebih, karena kemungkinan besar untuk bertahan hidup, persalinan prematur terlambat
dimungkinkan.42 Dengan demikian, logis bagi wanita yang sedang hamil pada trimester
11
ketiga, untuk menunda persalinan.32 Jika gejala ibu ringan, kehamilan dapat dipantau
bukti yang ada merekomendasikan bahwa tali pusat harus dijepit dengan cepat untuk
mengurangi risiko penularan vertikal dan bayi harus dikirim ke fasilitas resusitasi untuk
dan melalui jalan normal.45 Selain itu, penelitian dari AS menyatakan bahwa penjepitan
tali pusat tertunda (DCC) tidak meningkatkan risiko penularan vertikal, dan oleh karena
itu, harus dilakukan setidaknya selama 60 detik jika bayi kuat. Namun, di beberapa
tempat, penjepitan tali pusat lebih disukai misalnya ketika ibu menunjukkan gejala
(demam, batuk, dan gejala pernapasan lainnya), untuk meminimalkan paparan di ruang
bersalin.10
kulit antara ibu dan bayi baru lahir pada saat terinfeksi COVID-19 [ 47 ] karena mereka
12
terjadi. Secara keseluruhan, tampaknya pengambilan keputusan bersama dengan orang
tua sebelum melahirkan mengenai potensi risiko dan manfaat kontak kulit-ke-kulit
Bayi baru lahir mungkin tertular SARS-Cov-2 melalui kontak dekat dengan pasien
yang terinfeksi atau pembawa virus tanpa gejala. Penyakit ini mungkin memiliki onset
yang berbahaya dan tidak spesifik.33 Misalnya, pada bayi prematur gejala mungkin tidak
spesifik dan termasuk ketidakstabilan suhu tubuh, gejala gastrointestinal, dan masalah
pernafasan termasuk demam, batuk, pilek, mual dan muntah, diare, dan sakit
Pada bayi baru lahir yang terinfeksi, gejala awal mungkin berupa demam, batuk,
trombositopenia yang disertai dengan fungsi hati yang tidak normal, bahkan
bayi 1-3 minggu setelah lahir dan / atau keluar dari rumah sakit.10
Pada ibu yang terinfeksi, bayi harus dites pada atau lebih dari 24 jam setelah
Bayi yang terinfeksi COVID-19 cenderung memiliki gejala klinis ringan dan
temuan CT imaging-nya tidak khas seperti orang dewasa, oleh karena itu, diagnosis
13
COVID-19 harus dibuat berdasarkan tiga temuan utama yaitu CT imaging, riwayat
infeksi kongenital pada bayi baru lahir hidup akan dipastikan dalam kondisi sebagai
berikut: (i) bila terdapat deteksi virus oleh PCR dalam darah tali pusat atau darah
neonatal yang diambil dalam 12 jam pertama lahir atau cairan ketuban dikumpulkan
sebelum pecah ketuban (ii) Infeksi neonatal yang didapat dari intrapartum dapat
dikonfirmasikan bila ada deteksi virus dengan rt-PCR di usap nasofaring saat lahir dan
usia 24-48 jam (iii) infeksi neonatal yang didapat setelah melahirkan dapat dipastikan
ketika ada deteksi virus dengan rt-PCR di usap nasofaring / rektal pada ≥48 jam
kelahiran pada bayi baru lahir yang sampel pernapasannya dites negatif oleh rt-PCR saat
lahir .49
merekomendasikan pemisahan ibu dan bayi di ruang terpisah jika ibu terinfeksi atau
diduga mengalami infeksi.23,50 Pedoman sementara CDC untuk menyusui pada ibu yang
terinfeksi atau dicurigai juga menyatakan bahwa jika ibu ingin menyusui bayinya dapat
melalui payudaranya atau dia dapat menyusui bayinya dengan ASI atau menggunakan
ASI donor.52
Konsensus Ahli China percaya bahwa semua bayi yang dicurigai atau terinfeksi
(termasuk bayi yang lahir dari ibu hamil yang terinfeksi / dicurigai) harus dirawat di
14
NICU.29 Secara umum, semua bayi sebelum masuk ke NICU harus diskrining untuk
COVID-19 dengan mengumpulkan riwayat klinis dan non-klinis dari orang tua
lebih rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalannya yang masih berkembang,
sehingga kewaspadaan standar harus dilakukan dalam perawatan bayi sampai statusnya
bahwa bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi atau dicurigai mengidap COVID-19
harus diisolasi dalam unit yang dirancang untuk merawat mereka hingga 14
hari. Mereka juga menekankan bahwa ibu tidak boleh menyusui bayinya dengan ASI
Sesuai petunjuk Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Kedokteran Iran, ibu yang
dicurigai COVID-19 tidak dilarang menyusui, jika diagnosis ibu sudah pasti bayi harus
dikarantina selama 2 minggu dan ibu boleh menyusui bayinya olehnya. ASI atau susu
formula atau ASI donor, tergantung kondisi ibu.54 Menurut petunjuk sementara dari
sangat sakit maka pemisahan ibu dan bayi adalah pilihan terbaik, dan pemerasan ASI
harus dilakukan untuk menjaga produksi ASI. Jika ibu asimtomatik dan memiliki
penyakit ringan dan sedang rawat inap maka pemberian ASI dapat dilakukan dengan
bantuan ibu dan penyedia layanan kesehatan.17 RCOG memiliki pedoman yang kurang
ketat dan merekomendasikan agar ibu yang terinfeksi atau dicurigai tidak perlu
dipisahkan dari bayinya dan mereka dapat tetap bersama selama masa nifas. Ibu dapat
15
Para ahli USA mengklasifikasikan hubungan antara ibu dan bayi dan nutrisi bayi,
berdasarkan preferensi orang tua, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, dan status
orang tua dan penyedia layanan kesehatan. Pilihan ini berkisar dari susu formula dan
ASI perah hingga menyusui langsung.10 Menurut Italian Society of Neonatology (SIN)
dan Union of European Neonatal & Perinatal Societies (UENPS), jika ibu yang
terinfeksi atau dicurigai tidak bergejala saat melahirkan, rawat inap dimungkinkan dan
menyusui langsung diperbolehkan tetapi jika ibu terlalu sakit untuk melakukan
perawatan bayi baru lahir, bayi baru lahir harus dirawat secara terpisah dan tetap
diberikan ASI.55 Rincian lebih lanjut tentang pedoman ini diberikan pada Tabel 1 .
16
17
Me
mandikan Bayi
Mandi dini untuk meminimalkan pajanan dapat dipertimbangkan pada bayi baru
lahir cukup bulan yang lahir dari ibu yang dicurigai atau dipastikan terinfeksi COVID-
19.10
Jika bayi positif tetapi tanpa gejala, ia dapat dipulangkan tetapi mungkin perlu
dirawat oleh pengasuh yang tidak terinfeksi dan asimtomatik.56 Jika bayi positif dan
bergejala, suhu harus normal selama lebih dari tiga hari, gejala pernapasan dan temuan
radiografi harus menunjukkan peningkatan yang signifikan dan swab hidung, faring,
dan sputum, harus negatif untuk COVID-19 selama dua hari berturut-turut (yaitu
terpisah 24 jam).
Karena pemisahan ibu yang terinfeksi dari bayi dan kurangnya ASI dapat
menyebabkan ibu dan bayi kehilangan "ikatan", yang mengakibatkan lebih banyak stres
ibu selama masa nifas, disarankan agar penyedia layanan kesehatan, sebagai tambahan
untuk membantu kesehatan fisik ibu, juga mempertimbangkan kesehatan mental ibu dan
Kemungkinan penularan SARS-CoV-2 dari ibu ke janin saat ini menjadi konsep
tentang dampak COVID-19 pada janin dan bayi merupakan isu penting di bidang
18
untuk mendiagnosis COVID-19 adalah CT scan dada karena sejauh ini dosis radiasi
yang dipancarkan ke janin dari CT sangat rendah dan tidak memiliki efek
dengan ibu yang tidak terinfeksi. Untuk alasan ini, para peneliti percaya bahwa
konsekuensi serius pada ibu dan bayi, SARS-CoV-2 tidak dianggap tinggi. Virus
berisiko bagi ibu dan bayi dan sebagian besar bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan
infeksi SARS-CoV-2 tidak terinfeksi atau menunjukkan gejala ringan hingga sedang
saat lahir.49 Sampai tulisan ini dibuat, dalam penelitian terkait COVID-19, belum ada
laporan kematian bayi dan janin. Selain itu, cairan ketuban, darah lengkap, tali pusat,
plasenta, swab mulut, serum, urin, dan tinja bayi dilaporkan negatif untuk virus Corona.
Dalam penelitian yang dibahas, skor Apgar bayi dari ibu yang terinfeksi dilaporkan
normal setelah lahir. Namun, ada sedikit laporan gangguan pernapasan dan sindrom
gangguan pernapasan akut (ARDS) pada bayi dari ibu yang terinfeksi. Oleh karena itu,
melakukan penilaian cepat ini pada bayi pada 1 dan 5 menit setelah lahir dapat
yang lain telah berhati-hati tentang risiko ini.41 Mereka berpendapat bahwa meskipun
sampel negatif dari produk kehamilan dan bayi baru lahir membuat kemungkinan
penularan intrauterin kecil, laporan antibodi virus dalam darah bayi yang tes PCR-rt
negatif dan beberapa kasus gawat janin pada beberapa bayi dari ibu yang terinfeksi,
19
Meskipun kemungkinan penularan prenatal untuk COVID-19 telah
dikesampingkan sebelumnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nie dan rekannya
pada 26 bayi baru lahir, melaporkan penularan perinatal pada satu bayi baru
lahir. Mereka menekankan bahwa kasus ini tidak bisa menjadi kasus penularan vertikal
karena darah tali pusat dan sampel plasenta keduanya negatif untuk SARS-CoV-
2.8,34,58 Oleh karena itu, baik penularan intrauterin dan penularan perinatal virus
keduanya masih belum jelas dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk menarik
Secara bersamaan, apa yang peneliti pahami dengan lebih jelas adalah risiko
signifikan penularan virus dari ibu ke bayi setelah lahir. Ini berarti bayi yang lahir dari
ibu dengan COVID-19 terkonfirmasi dapat tertular infeksi pasca persalinan. 59 Karena
alasan ini, menyusui telah dilarang meskipun dalam ASI ibu yang terinfeksi tidak ada
virus Corona. Selain larangan menyusui, bayi dianjurkan diisolasi dan dijauhkan dari
20
Gambar 1. Diagram alir studi.
21
Karena dropletmikro dapat menularkan virus ke bayi baru lahir, menyarankan ibu
(misalnya WHO, SIN, ISOUG), setelah dua minggu diisolasi jika ibu yang terinfeksi
tidak sakit dan cenderung menyusui, ia dapat menyusui bayinya langsung dengan
ASInya. Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan memakai masker wajah selama
susu formula dapat diterapkan mengingat hampir tidak mungkin memberi makan bayi
dengan ASI. Meskipun para ilmuwan menyarankan bahwa memberi makan bayi dengan
ASI ibu bisa menjadi pilihan jika orang tua dan penyedia menerima risiko penularan,
mereka sangat menekankan bahwa di tempat yang kaya sumber daya, susu formula
lebih disukai.10
Terlepas dari pengaturan di mana ibu dirawat di rumah sakit, preferensi pemberian
susu formula mungkin agak bisa dimengerti. Karena pada ibu yang dirawat dengan obat
antivirus keamanan ASI masih belum diketahui. 10 Karena salah satu dari tiga sampel
ASI yang diuji dalam studi Wu et al. positif untuk asam nukleat Coronavirus, mereka
22
merekomendasikan bahwa keamanan ASI diselidiki dalam penelitian lebih lanjut. 38 Di
sisi lain, dalam pandemi Coronavirus, pemberian ASI diyakini harus didorong terutama
ketika ada kekurangan susu formula dan untuk mencegah trauma emosional pada bayi
yang sedang menyusui dan meningkatkan respon imun mereka oleh antibodi IgA
Menurut WHO, jika seorang wanita ingin mempertahankan suplai ASInya, dia
harus memompa dan memerah sekurang-kurangnya setiap 3 jam dan jika tampaknya
menurun setelah beberapa minggu, dia harus memerah setiap 30-60 menit dan
setidaknya setiap 3 jam selama malam. Rekomendasi penting lainnya dari WHO adalah
bahwa seorang wanita harus memerah ASInya karena payudara akan mudah sakit jika
Organisasi ini juga telah merekomendasikan bahwa pompa syringe lebih efisien
daripada pompa bola karet, dan lebih mudah untuk dibersihkan dan disterilkan
( Gambar 2).). Kerugian dari pompa bohlam karet adalah dapat dengan mudah
membawa infeksi, yang sangat berbahaya jika lebih dari satu wanita menggunakan
pompa yang sama. Untuk gelas pembersih atau peralatan lainnya, dalam kondisi normal,
menyarankan desinfektan wadah susu dengan agen viricidal yang terbuat dari natrium
hipoklorit terutama untuk melindungi dari penyebaran virus melalui permukaan wadah
ini.62 Tidak perlu mempasteurisasi ASI karena ASI dianggap aman, bukan sebagai
23
Menurut sebuah studi Cochrane inisiasi ekspresi ASI lebih cepat setelah lahir saat
tidak menyusui, relaksasi, pijat, menghangatkan payudara, ekspresi tangan, dan pompa
biaya lebih rendah mungkin sama efektif, atau lebih efektif, daripada pompa listrik
kesabaran, keterampilan, dan motivasi dari ibu. Oleh karena itu, jika ibu kurang
terampil atau kondisi ibu secara umum kurang baik untuk memeras sendiri (sesuai
rekomendasi WHO), metode gizi lain, yaitu susu formula akan dipilih. Terkait hal ini,
Davanzo menyatakan bahwa praktik pemisahan rutin bayi baru lahir dari ibunya, dapat
meyakinkan ibu bahwa ASInya aman. Menariknya, hampir satu dekade yang lalu,
beberapa virus seperti Coronavirus dalam kolostrum sapi yang tidak diimunisasi, yang
mengembangkan kekebalan pasif terhadap virus Corona pada anak sapi menyusui.65
Selain itu, Davanzo percaya bahwa mengingat bukti ilmiah yang terbatas, ASI
tidak dapat dianggap sebagai wahana infeksi Coronavirus, tetapi mengandung beberapa
antibodi spesifik yang dapat membantu bayi menjadi lebih kuat melawan
virus.54 Selama wabah SARS, pada 130 hari setelah onset penyakit, antibodi SARS-CoV
terdeteksi dalam ASI wanita hamil, tanpa bukti adanya virus.62,66 Ini menyoroti
pentingnya penelitian lebih lanjut tentang antibodi ASI yang dapat memiliki peran
protektif dan mengarah pada kekebalan pasif pada bayi dari ibu yang terinfeksi. Poin
24
penting lainnya adalah kemungkinan gangguan pernapasan pada bayi prematur atau
cukup bulan dari ibu hamil yang mengalami infeksi serius atau kritis. Oleh karena itu,
semua ibu hamil yang terinfeksi COVID-19 harus dirawat di rumah sakit yang
Rekomendasi
Menyusui dapat dilakukan pada ibu yang terinfeksi atau dicurigai COVID-
khawatir tentang keamanan susu, pemberian susu botol akan menjadi pilihan
Para orang tua harus diajarkan bahwa jika bayi berada dalam jarak dekat dengan
orang yang sakit, seperti ibunya, risiko penularannya sangat tinggi, sehingga ibu
yang terinfeksi dan orang yang dicurigai atau terinfeksi harus dijauhkan. Selain
itu, tidak ada yang boleh mengunjungi bayi kecuali orang tua dan pengasuh yang
Ibu harus dilatih tentang cara menyusuis (dengan ketiga metode tangan, jarum
harus mengamati ibu untuk memastikan bahwa ASI diperas dengan benar.
Ibu dan anggota keluarga lainnya harus disarankan untuk mendisinfeksi pompa
atau wadah susu lainnya dengan bahan yang terbuat dari natrium hipoklorit.
25
Sebelum dipulangkan, ibu harus diajari tentang kondisi yang dapat membantu
ASI keluar lebih baik selama pemerahan payudara, termasuk relaksasi, pijat, dan
menghangatkan payudara.
Jika orang tua memutuskan untuk mengonsumsi susu formula karena alasan
seperti takut keamanan susu, ajari mereka cara membersihkan botol dengan baik.
Karena bayi tidak menyusu, stasis ASI dapat menyebabkan masalah seperti
ini harus dijelaskan kepada ibu. Selain itu, interval yang sesuai antara
pemerahan payudara dan cara mendisinfeksi peralatan, seperti botol atau pompa,
Orang yang akan merawat bayi selama dua minggu isolasi harus diajari cara
menyusui bayi dan prinsip kebersihan diri harus ditekankan, termasuk mencuci
Karena gejala timbulnya infeksi pada bayi mungkin nonspesifik atau gangguan
gastrointestinal, jasi gejala ini harus diajarkan kepada pengasuh dan orang tua
dan mereka harus diperingatkan bahwa ketika mereka melihat gejala ini, bayi
Penggunaan masker yang tepat oleh orang tua dan pengasuh anak, jenis sarung
tangan, dan cara mencuci tangan yang benar harus menjadi prioritas utama.
Tindak lanjuti deteksi gejala awal infeksi setelah keluar rumah melalui
Orang tua harus diberi tahu tentang skrining nasional, vaksinasi, dan program
26
Peneliti harus memperkenalkan cara untuk membantu ibu melakukan ekspresi
payudara dengan lebih efektif dan mendorong mereka untuk terus melakukannya
27
DAFTAR PUSTAKA
28
14. Jiao J. Under the epidemic situation of COVID-19, should special attention to
pregnant women be given? J Med Virol. 2020;1–2. DOI:10.1002/jmv.25771.
22. ACOG. Novel coronavirus 2019 (COVID 19). 2020; [cited 2020 March 13].
29
27. Wang LS, Hu XJ, Zhou WH. An interpretation on perinatal and neonatal
management plan for prevention and control of SARS-CoV-2 infection (2nd
Edition). Zhongguo Dang Dai Er Ke Za Zhi. 2020;22(3):199–204.
29. Zhang L, Jiang Y, Wei M. Analysis of the pregnancy outcomes in pregnant women
with COVID-19 in Hubei Province. Am J Obstetr Gynecol. 2020;55(3):166–171.
30
39. Dong L, Tian J, He S, et al. Possible vertical transmission of SARS-CoV-2 from an
infected mother to her newborn. JAMA. 2020;323(18):1846–1848.
49. Centers for Disease Control and Prevention. 2020; [cited 2020 Jun 5].
31
52. Iranian Scientific Breastfeeding Promotion Society. Clinical guide to breastfeeding
in lactating mothers with confirmed, possible and suspected Covid-19 virus
infection. 2020; [cited 2020 Jun 5].
58. Hale T. Corona virus and breastfeeding, infant risk center, Texas Tech University
health sciences center, 19 Feb 2020.
32
64. Robertson CA, Lowther SA, Birch T, et al. SARS and pregnancy: a case report.
Emerging Infect Dis. 2004; 10(2):345–348.
33