Oleh:
Pembimbing:
BANJARMASIN
Juli, 2020
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL ................................................................................................... i
DAFTARISI ...............................................................................................................ii
BABI PENDAHULUAN........................................................................................... 1
BABIII PENUTUP..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
gangguan pikiran, tingkah laku dan persepsi di mana individu tidak mampu menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang
tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor
macam atau jenis gangguan jiwa yang dialami. Secara umum gangguan jiwa disebabkan
karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh adanya tekanan dari luar individu
maupun tekanan dari dalam individu. Beberapa hal yang mampu sebagai penyebab adalah
ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini, serta ada beberapa
merupakan suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada
fungsi jiwa. Mehami macam gangguan jiwa merupakan bagian yang sangat penting untuk
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan
Menurut UU.RI No.18, 2014 gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami gangguan dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Riset
adanya distorsi emosi sehingga ditentukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini
terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Gangguan jiwa adalah gangguan yang
mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Ganguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).
Gangguan jiwa ini menimbulkan stres dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya.1,2
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah sindrom
atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia . Fungsi
2
yang dimaksud adalah terkait perilaku, psikologik atau biologik. 1
Pada konsep gangguan jiwa dari PPDGJ dapat dirumuskan bahwa di dalam Konsep
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress) yang dapat berupa rasa nyeri,
perawatan diri dan kelangsungsungan hidup seperti mandi, makan, berpakaian, kebersihan
diri, dll.2
Penyebab gangguan jiwa terbagi atas dua faktor yaitu faktor predisposisi dan
a. Faktor Biologis
1) Keturunan
Keturunan merupakan peran yang pasti sebagai penyebab yang belum jelas, karena
gangguan jiwa tetapi sangat ditunjang dengan faktor lingkungan yang tidak sehat.1
2) Tempramen
Seseorang yang terlalu peka atau sensitif biasanya memiliki masalah kejiwaan dan
3
3) Penyakit atau cedera pada tubuh
dapat menyebabkan munculnya perasaan murung, sedih. Demikian pula pada seseorang yang
cacat tubuh tertentu kemungkinan merasa rendah diri. Hal itulah yang dapat menjadi salah
4) Jasmaniah
menderita psikosa manik epresif, sedang yang kurus/ectoform cenderung akan menjadi
skizofrenia.1
b. Faktor Psikologis
kebiasaan, dan sifat seseorang di kemudian hari. Faktor psikologik yang mempengaruhi yaitu
peran orang tua, interaksi oang tua dan anak, hubungan pekerjaan, hubungan di masyarakat,
dll.1
c. Faktor sosial
Faktor budaya bukan penyebab langsung yang dapat menyebabkan gangguan jiwa
1) Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak
hangat. Anak setelah dewasa akan sangat bersifat agresif, pendiam dan tidak akan suka
2) Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan sistem nilai moral antara masa
kebutuhan akan semakin meningkat dan persaingan semakin meningkat. Memacu orang
bekerja lebih keras agar memilikinya, jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar sehingga
Gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder
1. Klasifikasi
a. F00-F03 = Demensia
sekunder mempengaruhi otak, zat atau obat yang saat itu ada/ dalam waktu panjang
mempengaruhi obat.2
Etiologi primer berasal dari suatu penyakit di otak dan suatu cedera atau rudapaksa
otak atau dapat dikatakan disfungsi otak. Sedangkan etiologi sekunder berasal dari penyakit
sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.
5
Istilah organik merupakan sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan dengan gangguan
atau penyakit sistemik atau otak yang secara bebas dapat didiagnosis sedangkan istilah
sismtomatik untuk gangguan mental organik yang pengaruhnya terhadap otak merupakan
akibat sekunder dari gangguan atau penyakit ekstra serebral sistemik seperti zat toksik
1. Gangguan fungsi kognitif seperti daya ingat, daya pikir, daya belajar
- persepsi (halusinasi)
1. Sindrom psikologik
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif adalah gangguan
yang sangat bervariasi luas dan berbeda keparahannya dari intoksikasi tanpa komplikasi dan
penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi
semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan
Sistem kode pada gangguan mental ini yerbagi menjadi dua, yaitu :
- bukti lain (adanya sampel obat yang ditemukan pada pasien, tanda dan gejala klinis, atau
Selalu dianjurkan untuk mencari bukti yang menguatkan lebih dari satu sumber,
yang berkaitan dengan penggunaan zat. Analisis objektif memberikan bukti yang paling
dapat diandalkan perihal adanya penggunaan akhir-akhir ini atau saat ini, namun data ini
mempunyai keterbatasan terhadap penggunaan zat di masa lalu atau tingkat penggunaan
saat ini.2,6
Banyak pengguna obat yang menggunakan lebih dari satu jenis obat namun bila
mungkin, diagnosis gangguan harus diklasifikasi sesuai dengan zat tunggal (kategori dan zat)
yang paling penting yang digunakannya (yang menyebabkan gangguan nyata), sedangkan
kode F19 (gangguan akibat penggunaan multipel) hanya digunakan bila pola penggunaan zat
Penyalahgunaan obat lain selain zat psikoaktif, seperti pencahar atau aspirin, harus
diberi kode F55.- (penyalahgunaan zat yang tidak rnenyebabkan ketergantungan), dengan
Kasus gangguan mental (terutama delirium pada usia lanjut) akibat zat psikoaktif,
tetapi tanpa salah satu gangguan dalam blok ini (misalnya, pengunaan yang merugikan atau
sindrom ketergantungan) harus dimaksudkan dalam kode F00-F09. Bila keadaan delirium
bertumpang-tindih dengan suatu gangguan dalam blok ini, maka harus diberi kode F1x.3
7
atau F1x.4.2,6
tambahan dari Bab XX ICD-10: Y90 (ditetapkan dari kadar alkohol dalam darah) atau Y91
1. Klasifikasi
F11,F12,F14
lain/Halusinogenika = F13,F15,F16
1. Skizofrenia
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik. dan sosial budaya. Pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
kernudian.2,7
a. Pedoman Diagnostik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
8
(1) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya
berbeda, atau
- “thought insertion or withdrawal" = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.
-“thought broadcasting" = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
(2) - "delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
-“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
-“delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
-Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
(4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
(5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
(6) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan, yang berakibat inkoherensi
(7) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau
(8) Gejala-gejala "negatif', seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengkibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tatu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal) dan harus ada
suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa
aspek perilaku pribadi bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial. 2,7
2. Gangguan Skizotipal
a. Pedoman diagnostik:
Rubrik diagnostik ini tidak dianjurkan untuk digunakan secara umum karena tidak
dibatasi secara tegas dengan skizofrenia simpleks atau dengan gangguan kepribadian
schizoid paranoid. BiIa istilah ini digunakan untuk diagnosis, tiga atau empat gejala khas
berikut ini harus sudah ada, secara terus menerus atau secara episodik, sedikitnya untuk 2
10
10
tahun lamanya :
(1) afek yang tidak wajar atau yang menyempit (individu tampak dingin dan acuh tak
acuh).
(3) hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri dari pergaulan
social.
(4) kepercayaan yang aneh atau pikiran bersifat magik, yang mempengaruhi perilaku dan
(6) pikiran obsesif berulang-ulang yang tak terkendali sering dengan isi yang bersifat
"dysmorphophobic" (keyakinan tentang bentuk tubuh yang tidak normal/buruk dan tidak
(7) persepsi-persepsi pancaindera yang tidak lazim termasuk mengenai tubuh atau ilusi-
(h) pikiran yang bersifat samar-samar, berputar- putar, penuh kiasansangat terinci dan
ruwet, atau stereotipik, yang bermanifestasi dalam pembicaraan yang aneh atau cara lain
dengan ilusi, halusinasi auditorik atau lainnya yang bertubi-tubi, dan gagasan yang mirip
manapun. Suatu riwayat skizofrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekat
memberikan bobot tambahan untuk diagnosis ini, tetapi bukan merupakan suatu prasyarat.
3. Gangguan Waham
a. Pedoman Diagnistik:
11
11
- Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling
mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu sistem waham)
harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan
- Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap / "full-blown"
(F32.-) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut
- Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang- kadang saja ada dan bersifat
sementara.
4. Klasifikasi
gambaran klinis yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya kontrol emosi dan
pengendalian diri. Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada
keseluruhan tingkat aktivitas kehidupan dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder
terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut. 2
12
12
Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini berefek pada perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang
1. Klasifikasi
(Mood/Afektif) Menetap/Lainnya/YTT
Gejala yang paling menonjol pada gangguan ini adalah peningkatan atau depresi
suasana hati. Bentuk paling ekstrim dari kegembiraan (mania) atau depresi (melankolis)
dan menghasilkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Gangguan mood sering disebut
gangguan afektif, karena afek adalah tampilan eksternal dari suasana hati, emosi yang
Blok ini menguraikan gangguan afek pada semua kelompok usia, maka gangguan
yang terjadi pada masa kanak dan remaja harus diberi kode disini. Gangguan afektif
- depresi ringan, sedang, berat banpa gejala psikotik- berat dengan gejala psikotik
dikelompokkan menjadi satu dengan alasan bahwa dalam sejarahnya ada hubungan dengan
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak
ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak
untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik
dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan
depresi. Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan
pihak.2
1. Klasifikasi
Fisik
Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik
adalah meliputi gangguan makan, gangguan tidur non organik, disfugsi seksual bukan
disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik, gangguan mental dan perilaku yang
14
14
berhubungan dengan masaa nifas YTK, faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan
dengan gangguan atau penyakit YDK, penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan
ketergantungan, serta sindrom perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis
1. Klasifikasi
Perilaku Lainnya.
Blok ini rnencakup berbagai kondisi klinis yang berrnakna pola perilaku yang
cendrung menetap, dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan
cara-cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa dari kondisi dan pola
perilaku tersebut berkernbang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan yang
1. Klasifikasi
H. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa
Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan
fisik lainnya. Hendaya perilaku adaptif selalu ada, tetapi dalam lingkungan sosial
15
15
terlindung dimana sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin tidak tampak
Karakter keempat ini digunakan untuk menentukan luasnya hendaya perilaku, bila
hal ini bukan disebabkan oleh suatu gangguan lain yang menyertai:
-F7x.1 = Terdapat hendaya perilaku yang bermakna dan memerlukan perhatian atau terapi
Bila penyebab retardasi mental diketahui, maka suatu kode tambahan dari ICD-10
harus digunakan (misalnya F72 Retardasi Mental Bertambah E00 Sindrom Defisiensi
Yodium Kongenital)
harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Meskipun
ada kecenderungan umum bahwa semua keterampilan ini akan berkembang ke tingkat yang
sama pada setiap individu, namun dapat terjadi suatu ketimpangan yang besar, khususnya
tertentu (misalnya bahasa), atau mungkin mempunyai suatu area keterampilan tertentu yang
lebih tinggi (misalnya tugas visuo-spasial sederhana) yang berlawanan dengan latar belakang
adanya retardasi mental berat. Keadan ini menimbulkan kesulitan pada saat menentukan
kategori diagnosis.2
termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan dengan latar belakang
budayanya), dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti, harus ada penurunan
16
16
tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap
Gangguan jiwa dan fisik yang menyerta retardasi mental, mempunyai pengaruh
besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua keterampilannya. Penilaian
diagnostik adalah terhadap kemampuan umum bukan terhadap suatu area tertentu yang
berikut:
(2) Adanya hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat
(3) Berlangsung secara terus-menerus tanpa adanya remisi dan kekambuhan yang khas
berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun defisit yang lebih
J. Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset pada Masa Kanak dan Remaja
Secara definitif, anak dengan gangguan emosi dan perilaku (childarien with
emotional and behavior disorder) atau anak tunalaras adalah anak yang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang
1. Karakteristik
a. Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas, alat
c. Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang dibawah keadaan normal.
2. Klasifikasi
atau Fungsi Sosial Khas, Gangguan “Tic” atau Gangguan Perilaku dan Emosional Lainnya.
18
18
BAB III
PENUTUP
Macam gangguan jiwa begitu beragam dan terbagi atas jenis-jenis gangguan jiwa.
Mehami dan mempelajari macam gangguan jiwa merupakan bagian yang sangat penting
untuk mengetahui keseluruhan dari gangguan jiwa yang ada. Mempelajari pengetahuan
dan informasi mengenai macam gangguan jiwa diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan tentunya menjadi motivasi yang akan menjadi kunci sebagai alat
19
19
DAFTAR PUSTAKA
5. Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013.
6. Manullang B.S, Hutasoit H.B.K. Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
Multipel pada Pria Muda Usia 19 Tahun.Lampung: FK Universitas Lampung.2019.
10. Yumpi F. Identifikasi Kebutuhan untuk Perancangan Intervensi Anak Gangguan Emosi dan
Perilaku. Jember: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember.2017.
20