Prognosa

Prognosis dari hepato lipidosis dipengaruhi oleh keberadaan dan karakter penyakit primer
yang mendasarinya. Kucing yang segera mendapatkan perawatan, serta mendapatkan pemberian
makan secara enteral, dengan tidak memiliki penyakit yang mendasarinya. Memiliki
kemungkinan untuk pulih hingga 88%. Kucing dengan usia yang muda dan tidak ditemukan
anemia dan hipokalsemia memiliki prognosis yang baik.
Kucing dengan obesitas memiliki kemungkinan terkena hepato lipidosis lebih tinggi. Hal
ini dikarenakan jaringan adiposa yang dimiliki lebih banyak dan peningkatan penyimpanan
cadangan lemak didalam hati. Peningkatan trigliserida pada hepatosit, berkontribusi terhadap
resistensi insulin dan kegagalan untuk menyeimbangkan lipid di dalam hati. Kucing yang
dikebiri dengan gaya hidup dan pemberian makan secara ad libitum, terutama pakan kering,
memiliki predisposisi yang besar untuk terkena penyakit ini.
Keadaan hepato lipidosis menyebabkan kucing mengalami, penurunan nafsu makan,
gangguan gastrointestinal dan penurunan berat badan. Hal ini diperparah dengan mobilisasi lipid
pada hati. Sehingga menyebabkan komplikasi seperti hepatomegaly, hipokalsemia dan defisiensi
tiamin. Komplikasi penyakit akan menyebabkan kematian kucing. Ikterus menjadi gejala yang
paling umum ditemukan, ikterus dikaitkan dengan adanya kolestasis hati, akumulasi lipid
intrahepatik, atau defisiensi taurin yang berkaitan dengan penurunan konjugasi asam empedu.
Anemia sering terjadi dari ringan hingga sedang, non-regeneratif dengan poikilositosis
dan ditemukannya badan Heinz. Anemia merupakan petunjuk dari prognosa yang negatif.
Anemia ringan (mikrositik) sering terjadi, namun tidak menyebabkan kematian. Hal ini
dikarenkan, tingginya kesadaran akibat bahaya pendarahan dan stress oksidatif. Terapi dilakukan
dengan pemberian vitamin K dan antioksidan. Pendarahan ini terjadi akibat defisiensi vitamin K
(efek sekunder akibat menurunnya penyerapan karena kolestasis), penurunan sintesis faktor
koagulasi dan koagulasi intravaskular.
Peningkatan aktifitas ALP dan hiperbilirubinemia adalah penyebab kelainan kimia serum
yang paling umum terjadi. Hal ini menandakan kolestasis intrahepatik yang berat, sedang
aktifitas GGT bersifat post hepatik. Disfungsi hati secara umum dapat menyebabkan kematian.
Hipoalbuminemi paling umum terjadi, menandakan kegagalan hati secara sistemik.
Memburuknya kondisi hipoalbuminemia menandakan efek gabungan, seperti rehidrasi,
kegagalan hati, peradangan, dan ketidakseimbangan nitrogen. Kondisi ini akan diperparah
dengan terjadinya efusi dan edema. Penurunan konsentrasi urea menandakan adanya kegagalan
siklus urea pada hati, akibatnya terjadi hiperamonia. Hipokolesterolnemia juga menandakan
disfusngsi hati. Hipokolesteronemia terjadi akibat kolestasis, menurunkan aktifitas LPL dan
mobilisasi lipid ke jaringan perifer.
Pemulihan kucing dengan hepato lipidosis berjalan secara progresif (50%). Kondisi
penurunan bilirubin akan terjadi selama 7-10 hari pertama. Setelah itu, terjadi kondisi
hiperbilirubinemia yang akan memperburuk kondisi. Karena terjadi hiperamonia yang
merupakan factor kematian. Hal ini kemungkinan besar menunjukkan adanya disfungsi hati.
 Katidakseimbangan elektrolit, terutama hipokalemia sering terjadi. Kondisi hipokalemia
terjadi karena anoreksia, vomit, akibat sekunder dari pankreatitis, kolangiohepatitis, penyakit
radang usus dan penyakit ginjal akut. Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, ileus,
dang peningkatan perubaha ammonium menjadi ammonia. Selain itu terjadi kondisi
hiponatremia dan hipokloridemia yang dapat menyebabkan kematian. Kondisi hipofosfatemia
menjadi factor yang dapat menyebabkan kematian, hal ini terkait dengan refeeding dan sekresi
insulin, dan dapat menyebabkan hemolisis. Keseimbangan elektrolit menjadi hal yang harus
diperhatikan sekali pada hepato lipidosis.

Daftar Pustaka : Kuzi S, Gilad S, Shay K, Einat Y, Itamar A. 2017. Prognostic markers in feline
hepatic lipidosis: a retrospective study of 71 cats. [Internet]. 2020/9/8. 10: 1-8.
http://veterinaryrecord.bmj.com/.