Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri kuliner saat ini sangat berkembang, bisnis kuliner

adalah jenis usaha dibidang makanan dan minuman yang akan selalu diminati

sepanjang masa, karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok

manusia yang tidak bisa lepas dari kehidupan tanpa melihat musim. Salah satu

bisnis kuliner yang sedang berkembang adalah bisnis café, perkembangan usaha

cafe sebagai lahan bisnis yang terus meningkat menyebabkan iklim persaingan

antar pelaku bisnis semakin cepat.Adanya persaingan membuat profit margin

semakin tipis, meskipun kuliner telah memiliki banyak pesaing akan tetapi bisnis

ini tetap sangat menarik untuk dijalankan. Dalam berbisnis kuliner membutuhkan

strategi yang tepat agar mampu bersaing dengan kompetitornya, lingkungan bisnis

yang kompetitif mendorong pelaku bisnis untuk dapat memberikan pelayanan dan

fasilitas yang baik kepada konsumen dalam rangka mendapatkan konsumen baru

serta mempertahankan konsumen yang sudah ada.

Saat ini banyak cafe yang bermunculan mulai dari skala kecil yang hanya

beroperasi pada malam hari saja di pinggir jalan atau taman kota dengan

bangunan yang tidak permanen, sampai skala besar, yaitu cafe yang beroperasi

dari pagi hingga malam dengan tempat yang permanen dan lebih baik. Semakin

berkembangnya usaha cafe ini sering dikaitkan dengan gaya hidup masyarakat

akan sesuatu yang praktis dalam memenuhi kebutuhannya mencari makanan dan

minuman. Selain itu juga berkembangnya usaha cafe ini juga dikaitkan dengan

1
2

gaya hidup masyarakat yang membutuhkan tempat yang nyaman dan suasana yang

menarik untuk bersosialisasi dengan teman-teman (hangout), nongkrong, bahkan

untuk mengerjakan tugasnya.

Khususnya di Kota Pekanbaru yang merupakan kota berkembang, saat ini

menjadi kota yang cukup potensial untuk berbisnis dalam segala bidang. Salah

satunya bisnis café, yang saat ini berkembang dengan pesat. Kota pekanbaru

merupakan kota yang letaknya cukup strategis yang mampu menjadi pusat

perdagangan dan industri di provinsi Riau, oleh karena itu Kota Pekanbaru menjadi

kota yang cukup berkembang dari tahun ketahun, dilihat dari semakin padatnya

penduduk di Kota Pekanbaru.

Dari tahun 2012 hingga tahun 2018 jumlah penduduk di Kota Pekanbaru

meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2012 jumlah penduduk kota Pekanbaru

berkisar di angka 95.000 – 98.000. Hingga tahun 2018 jumlah penduduk kota

Pekanbaru melebihi angka 110.000, ini menunjukkan Pekanbaru adalah salah satu

kota yang berkembang di Indonesia.

Dari peningkatan jumlah penduduk diatas dapat dilihat bahwa peningkatan

penduduk di Kota Pekanbaru mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan

tersebut menjadi salah satu peluang bisnis terutama di bidang kuliner, karena

semakin banyaknya aktivitas masyarakat yang membutuhkan tempat makan seperti

restoran dan cafe. Maka saat ini banyak bermunculan berbagai restoran dan cafe di

Kota Pekanbaru yang mampu menarik masyarakat untuk membelinya.

Sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terus

meningkat dari tahun ke tahun, maka kebutuhan penduduk Kota Pekanbaru akan

tempat makan yang praktis tentu saja mengalami peningkatan. Perkembangan usaha

food service ini seringkali dikaitkan dengan mobilitas masyarakat yang semakin
3

tinggi. Hal ini sering dihubungkan dengan pekerja atau seseorang yang sibuk

melakukan aktivitas di luar rumah, baik itu pria maupun wanita yang selalu mencari

sesuatu yang bersifat praktis dan instan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Salah satunya dengan mencari makanan dan minuman di luar rumah. Hal ini dapat

dilihat dari pertumbuhan rumah makan dan restoran yang ada. Setiap tahunnya selalu

ada restoran atau rumah makan baru berdiri di Kota Pekanbaru. Adapun

perkembangan usaha rumah makan yang ada di Kota Pekanbaru adalah sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Peningkatan Jumlah Usaha Rumah Makan dan Restoran di Kota
Pekanbaru
Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)
2014 557 0
2015 613 9.14
2016 672 8.78
2017 719 6.54
2018 741 2.97
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru, 2019

Dari table 1.1 diatas, maka dapat dilihat pertumbuhan jumlah usaha kuliner

yang ada di Kota Pekanbaru terus menunjukkan peningkatan. Banyaknya usaha

kuliner seperti restoran telah menjadikan persaingan antar usaha tersebut menjadi

semakin meningkat. Kondisi persaingan ini tentu saja dirasakan oleh setiap usaha

rumah makan atau restoran yang ada di Kota Pekanbaru. Salah satu di antaranya

adalah Dapur Dipo Pekanbaru.

Dapur Dipo berdiri pada tahun 2014 hingga saat ini dan merupakan salah satu

restoran yang berada di pusat kota, tepatnya di jalan Diponegoro no.46 Pekanbaru.

Dapur Dipo buka setiap hari dari pukul 11:00 pagi hingga pukul 23:00 malam,

Dapur Dipo berdekatan dengan berbagai kantor atau instansi pemerintah, sekolah,

Universitas Riau, Yayasan Persada bunda, dan perbankkan. Kondisi ini tentu saja

menjadi salah satu keuntungan bagi Dapur Dipo. Namun disisi lainnya, keberadaan

pusat pemerintahan, sekolah, dan juga perbankkan yang ada di sekitar jalan
4

Diponegoro ini tentu saja menarik bagi pengusaha lainnya untuk mendirikan usaha

kuliner, seperti Mr. Brewok, Karambia, Roso Lawas dan lain sebagainya. Kondisi

ini, menciptakan persaingan diantara usaha kuliner tersebut menjadi semakin kuat.

Untuk menghadapi persaingan tersebut, maka perlu adanya strategi dari Dapur Dipo

agar dapat bertahan. Berikut data jumlah omset dapur dipo selama 5 tahun terakhir.

Tabel 1.2: Jumlah Penjualan Dapur Dipo Tahun 2014-2019


Tahun Target Penjualan (Rp) Persentase
2014 Juli-Desember - 1,964,119,000 -
2015 5,000,000,000 4,669,727,000 93
2016 5,000,000,000 4,573,446,500 91
2017 5,000,000,000 4,154,953,000 83
2018 4,000,000,000 3,665,211,000 91
2019 4,000,000,000 3,144,035,000 78
Sumber: Laporan keuangan Dapur Dipo, 2019

Dari Tabel 1.2. di atas, maka dapat dilihat bahwa penjualan mengalami

penurunan dari tahun 2015 hingga tahun 2019. Pada tahun 2015 pemilik usaha

menetapkan target sebesar Rp. 5.000.000.000,- tetapi penjualan tidak mencapai

target yaitu hanya sebesar Rp. 4.669.727.000,- penurunan terbesar terjadi pada tahun

2017 yaitu hanya sebesar Rp. 4.154.953.000,-.Pada tahun 2018 Pemilik usaha

menurunkan target penjualan menjadi Rp. 4.000.000.000,- agar karyawan dapat

mencapai targetnya, namun penjualan juga tidak mencapai target hingga tahun 2019.

Jika kondisi penjualan terus menunjukkan penurunan, maka tidak menutup

kemungkinan usaha Dapur Dipo suatu saat akan tutup. Pada tahun 2017 Dapur Dipo

pernah menyusutkan menu makanan di karenakan susahnya mencari bahan baku

makanan tertentu, manajemen akhirnya tidak menjual beberapa menu western food

tetapi tetap meningkatkan menu-menu favorit seperti traditional food dan jappanese

food.

Penurunan penjualan pada Dapur Dipo ini terlihat dari beberapa responden

yang telah di wawancarai memberikan tanggapan bahwa penyediaan makanan sangat

lama, kurang tangkas dan kurang ramahnya pelayanan, sehingga orang-orang yang
5

memiliki waktu istirahat hanya satu jam akan memilih mencari makanan yang cepat

saji. Padahal Dapur Dipo buka dari pukul 11:00 hingga pukul 22:30 dengan target

pangsa pasar karyawan kantor, anak sekolahan, dan keluarga pada malam hari, dan

menyediakan catering dengan jumlah pembelian yang diinginkan konsumen.

Penjualan yang turun dapat diindikasikan bahwa tingkat keputusan pembelian

konsumen mengalami penurunan.Penurunan penjualan ini harus diantisipasi oleh

manajemen dapur dipo, ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh Dapur Dipo

diantaranya, hanya menaikan harga pada tahun 2017, namun tidak menaikan harga

pada tahun setelahnya, ini sengaja dilakukan oleh dapur dipo agar tetap

mempertahankan pelanggan untuk tetap melakukan pembelian di dapur dipo,

padahal setiap tahunnya harga bahan baku, UMR karyawan, dan tingkat inflasi terus

mengalami peningkatan. Kemudian harga yang ditetapkan sudah menyesuaikan

dengan porsi makanan yang diberikan kepada konsumen, dan memberikan varian

rasa yang lebih cocok kepada lidah konsumen, karena dapur dipo mempekerjakan

koki yang handal, namun dapur dipo masih mampu memberikan harga yang jauh

bersaing dengan restoran sejenis lainnya.

Faktor lain yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu kualitas

pelayanan, ada beberapa hal yang di lakukan Dapur Dipo untuk

meningkatkankualitas pelayanan. Pada tahun 2017 manajemen Dapur Dipo

melakukan perombakan SOP yang lebih baik, seperti pramusaji di haruskan

memahami komposisi setiap makanan serta memahami tugas dan tanggung jawab,

berpenampilan sopan dan ramah serta memberikan seragam dan nametag baru agar

terlihat professional,melakukan briefing setiap pagi agarmeningkatkan kerjasama

antar karyawan dan melakukan pelayanan yang tepat waktu sertatetap menyajikan

makanan dalam kondisi yang hangat. Kemudian manajemen Dapur Dipo


6

memperluas ruangan berAC namun tetap menyediakan ruangan nonAC atau

smoking area agar konsumen memiliki opsi, serta membuat aplikasi pengorderan

menggukanan tablet. Hal tersebut merupakan hal-hal yang dilakukan Dapur Dipo

untuk memberikan harga, kualitas pelayanan serta fasilitas terbaik kepada konsumen

dengan tujuan untuk meningkatkan keputusan pembelian. Namun beberapa

responden mengatakan bahwa sering terjadinya pelayan tidak mendengar dan cuek

terhadap panggilan konsumen atas penambahan makanan maupun minuman, apalagi

disaat konsumen sedang ramai banyak pelayan yang panik dan salah memberikan

menu yang dipesan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas yang penulis temukan pada

Dapur Dipo, kedua variabel yang detiliti yaitu variabel harga dan kualitas pelayanan

dipertimbangkan untuk diteliti pengaruhnya terhadap keputusan pembelian

konsumen, dengan ini penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh

Harga dan Kualitas PelayananTerhadap Keputusan Pembelian Konsumen

pada Dapur Dipo Pekanbaru”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada

Dapur Dipo Pekanbaru.

2. Bagaimana Pengaruh Kualitas PelayananTerhadap Keputusan Pembelian

Konsumen pada Dapur Dipo Pekanbaru.

3. Bagaimana Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen pada Dapur Dipo Pekanbaru Secara Simultan.


7

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen di Dapur Dipo Pekanbaru.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Kualitas PelayananTerhadap

Keputusan Pembelian Konsumen pada Dapur Dipo Pekanbaru.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Dapur Dipo Pekanbaru

Secara Simultan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan diberikan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai implementasi menerapkan teori yang di peroleh di

bangku kuliah dalam prkatek sebenarnya dan menambah wawasan dan

pengetahuan penulis.

2. Bagi perusahaan, sebagai informasi dan masukan dalam mengambil

keputusan dan menambah wawasan ataupun pengetahuan yang khusus

tentang arti pentingnya harga dan kualitas pelayanan dalam meraih pangsa

pasar yang ada.

3. Memberikan kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu memberikan

manfaatnya di dalam dunia pendidikan atau akademis.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran singkat mengenai sistematika penulisan

proposal, maka proposal ini dibagi menjadi tiga (III) bab, yaitu :
8

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari sub bab Latar Belakang, Rumusan Masalah. Tujuan

dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu,

Kerangka Penelitian merupakan konsep yang mendasari pemikiran

peneliti dalam melakukan penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai Tempat Penelitian, Populasi dan Sampel,

Variabel Penelitian dan Jadwal Penelitian.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Merupakan bab yang berisikan tentang gambaran umum perusahaan

yang meliputi sejarah singkat perusahaan, dan stuktur organisasi

perusahan.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini terdiri hasil penelitian dan pembahasan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan suatu bab yang berisikan kesimpulan dan saran dari

hasilpenelitian yang didapati di Jurusan Ekonomi Yayasan Persada

Bunda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Weihrich dan Koontz dalam Nyoto (2019: 34) mendefinisikan manajemen

merupakan proses pendesainan dan pemeliharaan sebuah lingkungan dimana

individu bekerja bersama kelompok menyelesaikan tujuan secara efisien. Sedangkan

menurut Follet (2007) dalam Nyoto (2019: 35) mendefinisikan bahwa manajemen

adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.

Menurut Wibowo (2012:1) manajemen merupakan suatu proses

menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi melalui

fungsi planning (perencanaan) dan decision making, organizing (perorganisasian),

leading (memimpin) dan controlling (pegendalian). Manajemen juga dikatakan

sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi

pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi yang

tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.

Menurut Hasibuan (2014:1) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif

dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Sapre dalam Usman

(2013:6) manajemen adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan langsung

penggunaan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

2.1.2 Pemasaran

Pengertian pemasaran (marketing) oleh para ahli dikemukakan berbedabeda

dalam penyajian dan penekanannya, tetapi semua itu sebenarnya mempunyai

9
10

pengertian yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Pengertian

pemasaran menurut peristilahan, berasal dari kata “pasar” yang artinya tempat

terjadinya pertemuan transaksi jual-beli atau tempat bertemunya penjual dan

pembeli.

Menurut Abdullah dan Tantri (2012:14), pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan

keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang

bernilai satu sama lain. Assauri (2012:3) selanjutnya memberikan batasan bahwa

teori pasar memiliki dua dimensi yaitu dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Dimensi

sosial yaitu terjadinya kegiatan transaksi atas dasar suka sama suka. Dan dimensi

ekonomi yaitu terjadinya keuntungan dari kegiatan transaksi yang saling

memberikan kepuasan.

Istilah pemasaran menurut Saladin (2012:166) merupakan aktivitas penjualan

suatu produk atau jasa yang dapat diterima atau dibeli oleh pembeli karena produk

atau jasa tersebut bermanfaat bagi pembeli dan menguntungkan bagi penjual.

Dikatakan bahwa pemasaran melibatkan dua unsur yang berkenaan, yaitu adanya

permintaan (demand) dan penawaran (supply). Dasar ini mengacu pada teori

permintaan dan penawaran.

Teori permintaan dan penawaran menurut Saladin (2012: 170) yaitu bahwa

permintaan meningkat apabila produksi kurang dan penawaran meningkat apabila

produksi banyak atau berlimpah. Dasar inilah yang menjadi acuan terjadinya

transaksi dalam kegiatan pemasaran. Selanjutnya Alma (2011:210) mengemukakan

bahwa pemasaran adalah proses manajemen untuk mengidentifikasikan,

mengantisipasi, dan memuaskan pelanggan secara menguntungkan.


11

Lebih lanjut Kotler (2010:201) mengemukakan bahwa pemasaran merupakan

suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan,

menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

2.1.3 Manajemen Pemasaran

Agar dapat terlaksana hubungan yang baik antara perusahaan dan pelanggan

maka perlu keterampilan khusus dari pihak manajemen yang dapat melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen pemasaran secara optimal. Manajemen pemasaran terjadi

bilamana setidak-tidaknya salah satu pihak dalam pertukaran potensial yang

mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk memperoleh tanggapan yang

diinginkan oleh pihak lain. Untuk menanggapi proses pertukaran diperlukan berbagai

usaha dan keterampilan yang biasanya terjadi dalam pembelian kebutuhan sehari-

hari. Kotler (2010:205), mengungkapkan bahwa: “Manajemen pemasaran sebagai

seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran danmeraih, mempertahankan serta

menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan,

mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”.

Ben dalam Alma (2011:130) mendefinisikan bahwa manajemen pemasaran

ialah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran

yang diakukan oleh inividu atau organisasi.

Berdasarkan kedua definisi diatas maka manajemen pemasaran adalah ilmu

dan seni yang mencakup analisis, perencanaan, implementasi, dan mengawasi segala

kegiatan pemasaran dengan penekanan pada efektifitas dan efisiensi. Efektifitas

mengandung arti memaksimalkan hasil yang hendak dicapai sesuai dengan rencana,

sedangkan efisiensi adalah meminimumkan pengeluaran atau biaya yang harus

dikeluarkan untuk mencapai hasil tersebut.


12

2.2 Harga

2.2.1 Pengertian Harga

Harga menurut Kotler dan Amstrong (2012: 67) adalah sejumlah uang yang

ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa.Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah

nilai yang pelanggan tukarkan untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau

menggunakan suatu barang atau jasa. Sementara itu, menurut William dalam

Laksana (2012:115) mendefinisikan harga sebagai jumlah uang (kemungkinan

ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi

sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.

Morissan (2010:78) yaitu mengacu pada apa yang harus diberikan pelanggan

untuk membeli suatu barang atau jasa yang biasanya menggunakan nilai uang.

Selanjutnya Menurut Buchari dan Saladin (2010:159) pengertian harga adalah

“Komponen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan yang

lainnya menghasilkan pendapatan”.

2.2.2 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Tjiptono (2015: 185) terdapat dua macam tujuan penetapan, yaitu

tujuan umum dan tujuan spesifik. Adapun masing-masing tujuan tersebut adalah:

a) Tujuan umum penetapan harga


1) Mengurangi risiko ekonomi dari percobaan produk.
2) Menawarkan nilai yang lebih baik dibandingkan bentuk/kelas produk
pesaing.
3) Meningkatkan frekuensi konsumsi.
4) Menambah aplikasi/pemakaian dalam situasi yang lebih banyak
5) Melayani segmen yang berorientasi pada harga.
6) Menawarkan versi produk yang lebih mahal.
7) Menggunakan harga untuk mengidentifikasikan kualitas tinggi.
8) Mengalahkan keunggulan harga pesaing.
9) Menaikkan penjualan produk komplementer.
b) Tujuan spesifik penetapan harga
1) Menghasilkan surplus sebesar mungkin
2) Mencapai tingkat target spesifik tetapi tidak berusaha memaksimumkan laba.
3) Menutup biaya teralokasi secara penuh termasuk biaya overhead institutional.
13

4) Menutup biaya penyediaan satu kategori jasa atau produk tertentu setelah
dikurangi biaya overhead institutional dan segala macam hibah spesifik.
5) Menutup biaya penjualan incremental kepada satu konsumen ekstra.
6) Mengubah harga sepanjang waktu untuk memastikan bahwa permintaan
sesuai dengan penawaran yang tersedia pada setiap waktu tertentu sehingga
bisa mengoptimalkan kapasitas produktif.

Menurut Sudaryono (2016: 216) Harga memiliki dua peran utama dalam

proses pengambilan keputusan pembelian, yakni peran alokasi dan peran informasi.

Peran alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk

memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan

berdasarkan kekuatan membelinya. Peran informasi dari harga adalah fungsi harga

dalam mendidik konsumen mengenai faktor produk misalnya kualitas.

2.2.3 Faktor Penetapan Harga

Menurut Kotler (2012 : 267) mengatakan bahwa ada 6 langkah dalam

menentukan penetapan harga, yaitu:

1. Memilih tujuan penetapan harga : Perusahaan memutuskan dimana ingin


memposisikan tawaran pasarnya. Makin jelas tujuan suatu perusahaan, makin
mudah menetapkan harga. Perusahaan dapat mengharapkan salah satu dari
lima tujuan utama melalui penetapan harga: kelangsungan hidup, laba
maksimum sekarang, pangsa pasar maksimum, menguasai pasar secara
maksimum, atau kepemimpinan mutu produk.
2. Menentukan permintaan :Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan
yang berbeda dan karena itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
tujuan pemasaran suatu perusahaan.
3. Memperkirakan biaya : Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang
dapat dikenakan perusahaan untuk produksinya. Biaya menentukan batas
terendahnya. Perusahaan ingin menetapkan harga yang menutupi biaya
produksi, distribusi, dan penjualan produk, termasuk laba yang lumayan untuk
upaya dan risikonya.
4. Menganalisa biaya, harga, dan tawaran pesaing :Dalam rentang kemungkinan-
kemungkinan harga yang ditentukan permintaan pasar dan biaya perusahaan,
perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga dan kemungkinan reaksi
harga pesaing. Perusahaan seharusnya pertama-tama mempertimbangkan harga
pesaing terdekat.
5. Memilih metode penetapan harga :Dengan adanya ketiga C, jadwal permintaan
pelanggan (customer’s demand schedule), fungsi biaya (cost function), dan
harga pesng (competitor’s prices) perubahaan siap memilih harga.
14

2.2.4 Indikator Harga

Menurut Tjiptono dalam buku Sebatik (2019:500), mengatakan bahwa ada

beberapa indikator dalam mengukur harga, yaitu:

1. Jangkauan harga dengan daya beli konsumen, yaitu apabila harga yang di

tetapkan oleh suatu produk masih dapat di beli atau dijangkau oleh konsumen

(tidak mahal).

2. Daya saing harga dengan produk sejenis, adalah ketika harga yang ditetapkan

oleh produk tertentu dapat bersaing di pasaran dengan produk sejenis.

3. Kesesuaian harga dengan kualitas yaitu ketika harga yang ditawarkan kepada

konsumen sesuai dengan kualitas yang di dapatkan konsumen, barang yang

akan di beli tidak mudah rusak dana wet dalam jangka waktu lama.

2.3 Kualitas Pelayanan

2.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut (Payne, 2010: 8) Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang

memiliki beberapa unsur ketidakwujudan (intangbility) yang berhubungan

dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan

properti dalam kepemilikannya dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan.

Kualitas pelayanan yaitu memberikan kesempurnaan pelayanan yang

dilakukan oleh penyedia layanan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

Kualitas pelayanan menjadi hal penting yang harus diperhatikan serta

dimaksimalkan agar mampu bertahan dan tetap dijadikan pilihan oleh

pelanggan.Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2013: 216) mengatakan bahwa

kualitas pelayanan yaitu seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan

pelanggan atas pelayanan yang mereka terima.


15

Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Sabran (2012:131)

menjelaskan bahwa “kualitas pelayanan adalah kemampuan perusahaan untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen”.

2.3.2 Prinsip-Prinsip Kualitas Pelayanan

Prinsip-prinsip kualitas pelayanan dimaksudkan agar perusahaan mampu

menciptakan, meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanannya. Prinsip-

prinsip yang terdapat dalam kualitas pelayanan dijelaskan oleh Tjiptono (2012:75)

sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Strategi perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen


dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan
untuk meningkatkan kinerja kualitasnya, tanpa adanya kepemimpinan dari
manajemen puncak maka usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan
hanya berdampak kecil terhadap perusahaan.
2. Perencanaan Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan
tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk
mencapai misinya.
3. Review Proses review merupakan satu-satunya alat yang efektif bagi
manajemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini merupakan
suatu mekanisme yang menjamin adanya perhatian yang konstan dan terus
menerus dalam mencapai tujuan kualitas.
4. Komunikasi Komunikasi harus dilakukan agar mencapai kenyamanan
konsumen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Melalui komunikasi,
perusahaan akan selalu mengetahui berbagai respon yang muncul dari
konsumen setelah mengkonsumsi jasa layanan yang diberikan, sehingga
perusahaan dapat dengan mudah untuk melakukan control dan evaluasi
kualitas pelayanan.
5. Penghargaan dan pengukuran Merupakan aspek krusial dalam implementasi
strategi kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi perlu diberi imbalan dan
prestasinya harus diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat kerja,
rasa bangga dan rasa memiliki setiap anggota organisasi dapat meningkat,
yang pada gilirannya berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan
profitabilitas.
6. Pendidikan Semua personil perusahaan mulai dari manajemen puncak sampai
karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas.
Aspek yang perlu mendapat penekanan meliputi konsep kualitas, alat teknik
dan perencanaan ekslusif dalam implementasi strategi kualitas.
16

2.3.3 Karakteristik Kualitas Pelayanan

Tjiptono (2011: 28-51) mengemukakan bahwa jasa memiliki empat

karakteristik utama yaitu:

1. Tidak berwujud (Intangibility)


Jasa adalah tidak nyata, tidak sama dengan produk fisik (barang). Jasa tidak
dapat dilihat, dirasakan, dibaui, atau didengar sebelum dibeli. Untuk
mengurangi ketidakpastian, pembeli jasa akan mencari tanda atau bukti dari
kualitas jasa, yakni dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol,
dan harga yang mereka lihat. Karena itu, tugas penyedia jasa adalah
mengelola bukti itu mewujudkan yang tidak berwujud.
2. Tidak terpisahkan (Inseparability)
Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu
bersamaan, untuk selanjutnya apabila dikehendaki oleh seorang untuk
diserahkan kepada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari
jasa tersebut.
3. Bervariasi (Variability)
Jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa, kapan dan di mana jasa
tersebut disediakan.
4. Mudah lenyap (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan. Daya tahan suatu jasa tidak akan menjadi 18
masalah bila permintaan selalu ada dan pasti, karena menghasilkan jasa di
muka adalah mudah. Bila permintaan berubah-ubah naik dan turun, maka
masalah yang sulit akan segera muncul.

2.3.4 Indikator Kualitas Pelayanan

Karakter yang paling dalam kualitas pelayanan Suchaeri (2012:4)yaitu :

1. Reliabilitas : Pelanggan menginginkan perusahaan menunjukkan layanan


yang bias diandalkan, akurat dan konsisten.
2. Responsif : Perusahaan hanya banyak membantu dan menyediakan layanan
tepat waktu misalnya menanggapi telepon secepatnya.
3. Keyakinan : Para karyawan harus berpengetahuan, sopan dan yakin dengan
layanan yang mereka berikan.
4. Nyata : Fasilitas fisik dan peralatan terlihat menarik dan pegawai
berpenampilan dengan menarik serta sopan.
5. Empati : Tiap pelanggan ingin perusahaan memberi perhatian pribadi.
Pelanggan tidak ingin disamaratakan dan ingin didengar. Mereka ingin
diperlakukan sebagai individu, dan diperhatikan secara pribadi.

2.4 Keputusan Pembelian

2.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian


17

Keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2016:170): “In the

evaluation stage, the consumers from preferences among the brands in the choice set

and may also from an intention to buy the most preferred brand”. Dapat diartikan

keputusan pembelian merupakan tahap evaluasi, konsumen dari preferensi di antara

merek di set pilihan dan mungkin juga dari niat untuk membeli merek yang paling

disukai. Sejalan dengan pengetian tersebut, Kotler dan Armstrong (2012:128)

menyatakan bahwa “Consumer buyer behavior refers to the buying behavior of final

consumers-individuals and households who buy goods and services for personal

consumption”.

Alma (2012: 63), mendefinisikan bahwa keputusan pembelian adalah suatu

keputusan yang dilakukan oleh konsumen yang dipengaruhi oleh kebudayaan, kelas

sosial, keluarga dan referensi grup yang akan membentuk suatu sikap pada diri

individu kemudian melakukan pembelian.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen

selalu melihat perilaku dari tiap individu, rumah tangga ataupun organisasi tentang

bagaimana mereka berproses sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian,

serta tindakannya setelah memperoleh dan mengkonsumsi produk, jasa atau ide.

Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian menurut Peter

dan Olson (2013:163) yaitu :

1. Pemrakarsa (initiator), orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu


produk atau jasa tertentu.
2. Pemberi Pengaruh (influencer), orang yang pandangan atau nasihatnya memberi
bobot dalam pengambilan keputusan akhir.
3. Pengambil Keputusan (decider), orang yang sangat menentukan sebagian atau
keseluruhan pengambilan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli,
kapan membeli, bagaimana cara membeli dan dimana akan membeli.
4. Pembeli (buyer), orang yang melakukan pembelian nyata.
5. Pemakai (user), orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.
18

2.4.2 Proses Keputusan Pembelian

Proses Keputusan Pembelian melalui beberapa tahap yang dilakukan oleh

konsumen. Tahap tersebut akan menghasilkan suatu keputusan baik itu membeli atau

tidak dan setelah membeli konsumen akan puas atau tidak. Kotler dan Keller yang di

alih bahasakan oleh Sumarwan (2011:361) menyatakan proses keputusan pembelian

terdiri dari lima tahap yang dapat dilihat pada gambar:

Gambar 2.1 Tahap Proses Keputusan Pembelian

(Sumber: Kotler dan Keller 2012:361)

Kotler dan Keller (2012:361) menjelaskan bahwa :

a. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau
eksternal.
b. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang terangsang akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Dalam hal ini dapat dibagi kedalam dua level
rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan
perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi
produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif untuk mencari
informasi: mencari bahan bacaan, menelepon temannya, mengunjungi toko untuk
mengetahui detail mengenai produk tertentu. Sumber informasi konsumen terdiri
atas empat kelompok, yaitu :
a. Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga atau kenalan.
b. Sumber komersial meliputi iklan, pramuniaga toko, kemasan, pajangan di
toko.
c. Sumber umum meliputi media massa dan media sosial.
d. Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan dan penggunaan
produk.
Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda beda,
tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Secara umum,
konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang produk tertentu dari
sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar.
c. Evaluasi Alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat
beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang memandang
proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu model
tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat
19

sadar dan rasional. Para konsumen memberikan perhatian besar pada atribut yang
memberikan manfaat yang dicarinya.
d. Perilaku Pasca Pembelian
Pembelian Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli oleh
konsumen, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah
pembelian produk terjadi, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap produk
akan mempengaruhi tingkah laku konsumen berikutnya.

2.4.3 Pembuatan Keputusan Pembelian

Terdapat dua keterlibatan konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian

menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (2013:165), meliputi :

1. Keterlibatan situasional hanya terjadi seketika pada situasi tertentu dan bersifat
temporer.
2. Keterlibatan tahan lama berlangsung lebih lama dan bersifat permanen. Seorang
konsumen membeli barang dengan keterlibatan yang permanen karena
menganggap bahwa jika tidak membeli produk tersebut akan merusak konsep
dirinya.

Menurut Sutisna dan Sunyoto (2013:86), ada tiga hal penting dari memahami

model keputusan pembelian konsumen yaitu :

1. Dengan adanya model, pandangan terhadap perilaku konsumen bisa dilihat

dalam perspektif yang terintegrasi.

2. Model keputusan pembelian konsumen dapat dijadikan dasar untuk

pengembangan strategi pemasaran yang efektif.

3. Model keputusan pembelian konsumen dapat dijadikan dasar untuk segmentasi

dan positioning.

2.4.4 Indikator Keputusan Pembelian

Kotler dan Amstrong (2012) dalam Priansa (2018: 89), dimensi keputusan

pembelian terdiri dari:

1. Pilihan Produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah
produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Perusahaan harus
memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli
sebuah produk serta alternative yang mereka pertimbangkan.
20

2. Pilihan Merek
Konsumen harus memutuskan merek mana yang akan dibelinya.
Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini,
perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek,
apakah berdasarkan ketertarikan, kebiasaan, atau kesesuaian.
3. Pilihan Saluran Pembelian
Konsumen mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan
dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur,
misalnya faktor-faktor lokasi, harga, persediaan barang yang lengkap,
kenyamanan berbelanja, keluasaan tempat dan lain sebagainya, merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk memilih penyalur.
4. Waktu Pembelian
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa
berbeda, misalnya: ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua
minggu sekali, tiga minggu sekali, satu bulan sekali dan sebagainya.
5. Jumlah Pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak
produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian dilakukan mungkin
lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya
produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai keputusan pembelian, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah sebuah pilihan yang dimiliki

seseorang untuk gunakan sebagai alat pemecah masalah dalam rangka memenuhi

kebutuhan dan keinginan untuk menentukan tindakan dalam melakukan pembelian.

Dengan dimensi pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian dan prilaku pasca pembelian untuk memperkuat keputusan

pembelian.

2.5 Pengaruh harga dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan


Pembelian
Hasan (dalam Sarini 2013: 12) berpendapat bahwa harga adalah segala

bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh,

memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari

suatu produk.

Menurut Wyckof, (dalam Sandy, Irvan 2015:30), kualitas layanan adalah

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan


21

tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Jika pelayanan yang diterima

melampaui harapan pelanggan, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas

yang ideal. Sebaliknya jika pelayanan yangditerima lebih rendah dari pada yang

diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan buruk.

Oleh karena itu harga dan kualitas pelayanan merupakan dua hal yang dapat

membuat konsumen memutuskan untuk melakukan keputusan pembelian.

2.6 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini tidak terlepas dari adanya penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan sebagai bahan pembanding dan bahan rujukan, antara lain

dapat dilihat seperti tertera dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Hasil Penelitian
1. Dr. Sri Aliami, Pengaruh Kualitas Kualitas produk berpengaruh terhadap
M.M. dan Ssigit Produk, Harga dan kualitas pembelian apabila terjadi kenaikan
Ratnanto, S.T, Kualitas Pelayanan kualitas produk sebesar 1 satuan maka
M.M (2018) Terhadap akan menaikkan keputusan pembelian
Keputusan dengan asumsi harga dan kualitas
ISSN: 2599-0748 Pembelian di pelayanan tetap. Harga berpengaruh
Harmoni Food And terhadap kualitas pembelian apabila terjadi
coffee Nganjuk kenaikan harga sebesar 1 satuan maka
akan menaikkan keputusan pembelian
dengan asumsi kualitas produk dan
kualitas pelayanan tetap. Kualitas
pelayanan berpengaruh terhadap kualitas
pembelian apabila terjadi kenaikan kualitas
pelayanan sebesar 1 satuan maka akan
menaikkan keputusan pembelian dengan
asumsi harga dan kualitas produk tetap.
Kualitas produk, harga dan kualitas
pelayanan berpengaruh terhadap kualitas
pembelian pada Harmoni Food and Coffee.
2. Denny Aditya Pengaruh Kualitas Kualitas layanan memiliki pengaruh kuat
Rachman (2017) Pelayanan dan terhadap keputusan pembelian sebesar
ISSN: 2252-4940 HargaTerhadap 61,4%, sedangkan harga berpengaruh
KeputusanPembelia cukup kuat terhadap keputusan pembelian
n(Studi Kasus pada sebesar 34,3%. Hal ini menunjukkan
Rumah Makan bahwa variabel kualitas layanan untuk
Wajan Mas Kudus) variabel keputusan pembelian memiliki
pengaruh lebih tinggi daripada variabel
harga.
22

3. Yumi Febiola Pengaruh Kualitas Menunjukkan bahwa kualitas produk,


Merentek, Produk, Suasana suasana toko dan kualitas pelayanan secara
Joyce Lapian, Toko Dan Kualitas simultan dan secara parsial berpengaruh
Agus Supandi Pelayanan Terhadap terhadap keputusan pembelian. Perusahaan
Soegoto (2017) Keputusan harus bisa menentukan strategi yang
Pembelian Pada tepat agar perusahaan tersebut dapat
ISSN 2303-1174 Kfc Bahu Mall bertahan dan berkembang terus
Manado menerusserta melakukan inovasi produk
sesuai dengan perkembangan zaman.
4. Nuriyanti Pengaruh Kualitas Kualitas layanan dan harga berpengaruh
Fajrin (2017) Layanan dan Harga terhadap keputusan pembelian pada Ikan
ISSN 2337-6708 Terhadap Bakar Cianjur Cabang Mayjend Sungkono
Keputusan Surabaya. Berdasar hasil uji t, diketahui
Pembelian Ikan bahwa kualitas layanan (X1) berpengaruh
Bakar Cianjur Pada positif terhadap keputusan pembelian dan
Cabang Mayjend harga (X2) berpengaruh positif terhadap
Sungkono Surabaya keputusan pembelian. Dengan
menggunakan uji F, diketahui bahwa
Variabel kualitas layanan (X1) dan harga
(X2) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
Sumber : Data Olah, 2019

2.7 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka teori tersebut maka penelitian ini memiliki dua

variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yaitu harga dan kualitas

pelayanan sedangkan variabel terikat yaitu keputusan pembelian. Variabel harga dan

kualitas pelayanan memiliki hubungan positif dengan keputusan pembelian. Artinya

jika harga dan kualitas pelayanan meningkat maka keputusan pembelian konsumen

akan meningkatkan sebaliknya jika harga dan kualitas pelayanan menurun maka

keputusan pembelian konsumen akan menurun.Model kerangka berpikir penelitian

ini adalah :

Gambar 2.2 : Kerangka Pemikiran

Harga (X1)
Keputusan Pembelian (Y)

Kualitas Pelayanan (X2)


23

2.8 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini yaitu “Harga

dan Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian pada Dapur

Dipo Pekanbaru.

1: Diduga harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Dapur Dipo

Pekanbaru.

2: Diduga kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada

Dapur Dipo Pekanbaru.

3: Diduga harga dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan

pembelian pada Dapur Dipo Pekanbaru.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Dapur Dipo yang terletak di Jl. Diponegoro no.

46 Kecamatan Pekanbaru Kota. Waktu penelitian selama tiga bulan, pada bulan

Desember 2019 – Februari 2020.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek

yang memiliki karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama, untuk

dipilih menjadi anggota sampel (Umar, 2012:77). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pelanggan Dapur Dipo Kota Pekanbaru Pekanbaru yang jumlahnya

tidak diketahui dengan pasti.Hal ini dikarenakan, Dapur Dipo tidak memiliki data

yang membedakan konsumen dan pelanggan sehingga sulit untuk menentukan

jumlah pelanggan yang akan diteliti.

Menurut Sugiyono (2014:91) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini jumlah

populasi yang ada sangat banyak sehingga sulit diketahui jumlahnya, sehingga

teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non-probability sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan kesempatan yang sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dan dengan

metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan atau kriteria tertentu, Sugiyono (2014:9).

24
25

Untuk populasi yang tidak diketahui jumlahnya, penelitian dapat

menggunakan rumus Wibisono (2003) untuk mengetahui jumlah sampel yang

digunakan yaitu :

n = (Za/2)2 (σ2) = (1,96)2. (0,25)2= 96,04 ᴝ 97.


e2 (0,05)2
Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal yang digunakan

Za = Nilai standar dari distribusi, nilai a=5%=1,96

e = Tingkat ketelitian

Berdasarakan uraian diatas jumlah sampel yang akan diambil dalam

penelitian ini adalah sebanyak 97 responden. Metode pengambilan menggunakan

accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,yaitu

konsumen yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel. Konsumen yang diberikan angket minimal berusia 17 tahun.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Berikut ini dipaparkan mengenai definisi operasional terhadap variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent variable)

Dependent variable yaitu variabel yang tergantung dan dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain,Indrianto (2010:51). Dalam penelitian ini variabel terikat yang

digunakan adalah keputusan pembelian = (Y), yaitu bahwa keputusan pembelian

adalah suatu keputusan yang dilakukan oleh konsumen yang dipengaruhi oleh

kebudayaan, kelas sosial, keluarga dan referensi grup yang akan

membentuk suatu sikap pada diri individu kemudian melakukan pembelian.Alma

(2012: 63).
26

3.3.2. Variabel bebas (Independent variable)

Independent variable yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik

secara positif atau negatif atau variabel yang tidak tergantung pada variabel lain

(Indrianto, 2010:119). Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah:

A. Harga = (X1)

Menurut Buchory dan Saladin (2010:159) pengertian harga adalah “Komponen

bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan yang lainnya

menghasilkan pendapatan”.

B. Kualitas Pelayanan = (X2)

Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2013: 216) mengatakan bahwa

kualitas pelayanan yaitu seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan

pelanggan atas pelayanan yang mereka terima.

Dari penjelasan definisi operasional variabel tersebut, maka secara ringkas

dapat di muat ke dalam suatu tabel seperti pada Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi operasional Indikator Skala Pengukuran


Harga menurut Kotler dan 1. Jangkauan harga
Amstrong (2012: 67) adalah dengan daya beli
sejumlah uang yang konsumen.
Harga ditukarkan untuk sebuah
2. Daya saing harga.
(X1) produk atau jasa.Lebih jauh
lagi, harga adalah sejumlah dengan produk sejenis Ordinal
nilai yang pelanggan tukarkan 3. Kesesuaian harga
untuk sejumlah manfaat dengan kualitas.
dengan memiliki atau
menggunakan suatu barang Sebatik (2019:500)
atau jasa
Kualitas Pelayanan merupakan suatu 1. Reliabilitas
Pelayanan kegiatan yang memiliki 2. Responsif
(X2) beberapa unsur 3. Keyakinan
ketidakwujudan (intangbility) 4. Nyata
yang berhubungan dengannya, 5. Empati Ordinal
yang melibatkan beberapa
interaksi dengan konsumen
atau dengan properti dalam Suchaeri (2012:4)
kepemilikannya dan tidak
menghasilkan transfer
27

kepemilikan.
(Adrian Payne, 2010: 8)

Suatu keputusan yang 1. Pilihan produk


dilakukan oleh konsumen 2. Pilihan merek
yang dipengaruhi oleh 3. Pilihan saluran
Keputusan kebudayaan, kelas sosial,
pembelian
Pembelian keluarga dan referensi grup
4. Waktu pembelian Ordinal
(Y) yang akan
membentuk suatu sikap pada 5. Jumlah pembelian
diri individu kemudian
melakukan pembelian. Kotler dan Amstrong (2012:
Alma (2012: 63) 161)
Sumber : Data Olah, 2019

3.4 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan penulis untuk keperluan penelitian ini

adalah data kuantitatif, menurut Arikunto, (2010:144) data kuantitatif digunakan

untuk mengolah data yang diperoleh dari jawaban angket. Data yang diperoleh dari

perusahaan yang dapat dibuktikan dengan angka-angka yang akan diolah dan

dianalisa sesuai dengan metode analisis sehingga dapat terlihat hasilnya.

3.4.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan penulis untuk keperluan penelitian ini

sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari perusahaan yang dapat dibuktikan dengan angka-angka

yang akan diolah dan dianalisa sesuai dengan metode analisis sehingga dapat

terlihat hasilnya.

b. Data Kualitatif

Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan pihak-pihak yang

berkepentingan berupa data lisan dengan penjelasan mengenai pembahasan.


28

3.4.2 Sumber Data

Adapun sumber data yang dilakukan penulis untuk keperluan penelitian ini

sebagai berikut :

a. Data Primer

Data yang diperoleh peneliti langsung dari sumbernya yang berupa kata-kata atau

tindakan yang diperoleh dengan cara mendatangi langsung objek penelitiandan

data ini diperoleh dari observasi langsung dengan Sampel dan menyebarkan

angket.

b. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari dokumentasi perusahaan yang digunakan untuk

mendukung data yang telah diperoleh melalui riset lapangan dan juga buku-buku

(literature) yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut Arikunto (2014:198) wawancara adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara (Interviewer), Interviewer digunakan oleh peneliti

untuk menilai keadaan seseorang.

2. Angket

Menurut Arikunto (2014:194) angket adalah sejumlah pertanyaan atau

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Untuk

mengetahui skor penilaian atas jawaban responden atas Pertanyaan atau pernyataan,

maka di beri skor sebagai berikut:


29

Tabel 3.2Acuan Nilai Skor Responden


Keterangan Nilai Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Cukup setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber: Arikunto (2014:194)

Menurut Silaen dan Widiyono (2013:128)dalam analisis ini ditentukan

kriteria interpretasi skor diawali dengan menentukan interval class dari setiap

gradian (alternatif jawaban yang disebut kategori) dengan rumus:

CI =Range
C
Keterangan:

CI = Class interval (interval kelas)


Range = Skor tinggi – skor terendah
C = Jumlah kelas (umumnya sama dengan jumlah alternative jawaban)

Dengan demikian interval kelas = 5-1= 0.8, sebagai berikut:


5
Tabel 3.3 Kategori Skor Pendapat Responden
No. Kategori Interval
1 Sangat Baik 4,20 – 5,00
2 Baik 3,40 – 4,19
3 Cukup Baik 2,60 – 3,39
4 Tidak Baik 1,80 – 2,59
5 Sangat tidak Baik 1,00 – 1,79
Sumber: Silaen dan Widiyono (2013:128)

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, (2014:240) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seorang. ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan

lain-lain.
30

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisia data yang diperoleh adalah

analisis deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Harga dan

Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Pada Dapur Dipo di Pekanbaru,

dengan menggunakan teknik pengukuran data model ordinal untuk keperluan

analisis kuantitatif.

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung pada correted

item correlationdengan r table untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n

adalah jumlah sampel dan ka adalah jumlah item. Jika dihitung > r tabel, maka

pernyataan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2011:45).

Kriteria pengujian analisis ini adalah, jika nilai koefisien kolerasi (rhitung) skor

tiap butir dengan skor total lebih besar dan sama dengan nilai rtabel pada taraf

signifikan (a=0,05), maka butir pernyataan instrument dinyatakan valid. Sementara,

jika nilai koefisien korelasi (rhitung) skor tiap butir dengan skor total lebih kecil dari

rtabel pada taraf signifikan (a=0,05), maka butir pernyataan instrument dinyatakan

tidak valid/gugur.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu pengukuran menunjukkan konsistensi hasil pengukuran

sekiranya alat pengukuran itu digunakan oleh orang yang sama dalam waktu yang

berlainan maupun diwaktu yang bersamaan dengan menggunakan Cronbach Alpha.

Kriteria Cronbach Alpha adalah apabila didapatkan nilai alpha lebih besar dari 0,6

maka item dinyatakanreliable.Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa

sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2014:221).


31

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda terhadap

hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian asumsi

klasik atas data yang akan diolah sebagai berikut :

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t

dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel

kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak

yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji apakah data

berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. 52

Residual berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi >0,05 (Ghozali, 2011:

160-165).

3.6.3.2 Uji Multikolinieritas

Menurut Imam Ghozali (2011: 105-106) uji multikolinieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Untuk menguji multikolinieritas dengan cara melihat nilai VIF

masing-masing variabel independen, jika nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan

data bebas dari gejala multikolinieritas.

3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji Heteroskedastisitas,

yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white. Pengujian pada penelitian ini
32

menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

(Ghozali, 2011: 139-143).

3.6.4 Analisa Regresi Linear Berganda

Sanusi (2011:103)Analisis regresi berganda pada dasarnya merupakan

perluasan dari regresi linier berganda, yaitu menambahkan jumlah variabel bebas

yang sebelumnya hanya satu atau lebih variabel bebas

Y = a + b1X1 + b2X2

Di mana :
Y = Keputusan Pembelian
X1 = Harga
X2 = Kualitas Pelayanan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi

3.6.5 Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui variabel X berpengaruh terhadap variabel

Y. Pengujian dilakukan untuk melihat keberartian dari masing – masing variabel

secara terpisah terhadap variabel terikat. Menurut Sanusi (2011:138) Uji t dilakukan

dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Pengujian dapat juga

dilakukan dengan melihat hasil signifikansi pada tabel regresi berganda yaitu:

a) Sig. >λ maka Ho Penelitian diterima, atau variabel bebas tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat

b) Sig.<λ maka Ho Penelitian ditolak, atau variabel bebas berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat (Priyatno,2013:55).


33

3.6.6 Uji f

Sanusi (2011:137) Uji-F yang signifikan menunjukkan bahwa variasi variabel

terikat dijelaskan sekian persen oleh variabel bebas secara bersama-sama adalah

benar-benar nyata dan bukan karena kebetulan. dengan menggunakan tingkat

signifikansi 0,05 dan 2 sisi dengan rumus uji hipotesis sebagai berikut :

1. Jika Fhitung >Ftabel maka H0 ditolak maka H1 diterima, berarti hipotesis diterima.

2. Jika Fhitung <Ftabel maka H0 diterima maka H1 ditolak, berarti hipotesis ditolak.

3.6.7 Koefisien Determinasi RSquare(R²)

Koefisien determinasi adalah angka yang menunjukkan proporsi variabel

dependen yang dijelaskan oleh variabel independen (Sanusi, 2011:136). AdjustR

Square mampu memberikan informasi mengenai variasi nilai variabel dependen

yang dapat dijelaskan oleh model regresi yang digunakan, apabila koefisien

determinasi (R²) mendekati satu (1) berarti terdapat hubungan yang kuat.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Dapur Dipo berdiri pada tahun 2014 hingga saat ini dan merupakan salah satu

restoran yang berada di pusat kota pekanbaru Jl. Diponegoro no. 46 Pekanbaru.

Awalnya pemilik usaha memiliki restoran Pondok Asam Pedas Baung yang berdiri

pada tahun 1999 sampai dengan 2020 yang terletak di Jl. Jendral Sudirman

Pekanbaru tepatnya di depan RS. Awal Bros Pekanbaru.

Melihat dari meningkatnya pembangunan-pembangunan serta meningkatnya

masyarakat yang berlalu lalang di lokasi Jl. Diponegoro, pemilik berinisiatif untuk

memindahkan usahanya dan merubah total konsep. Perubahan ini dilakukan pemilik

dikarenakan lokasi yang strategis seperti berdekatan dengan kampus, sekolahan dan

jalanan yang ramai. Restoran Dapur Dipo memiliki Sertifikat Izin Usaha dengan No.

1634/K.04.01/DPMPTSP/IX/2017.

Didorong dengan kemampuan pemilik dalam bidang kuliner serta anak-anak

yang memiliki pergaulan yang cukup luas mendapatkan banyak penilaian baik oleh

rekan-rekan kerja dan pelanggan-pelanggan dari restoran Asam Pedas Baung,

terbentuklah restoran dengan nama Dapur Dipo dan membuat konsep tempat makan

yang bisa digunakan oleh rekan-rekan kerjanya seperti mengadakan rapat khusus,

tempat dan fasilitas yang juga bisa digunakan oleh anak-anak remaja.

Dapur Dipo Memiliki Peluang yang cukup besar selain berlokasi yang

strategis, pemilik mempunyai banyak teman seorang pemilik perusahaan yang bisa

di ajak bekerjasama dalam bentuk penyambutan tamu dari luar negeri maupun luar

kota, rapat khusus, serta acara perusahaan yang akan menyediakan hidangan dari

restoran Dapur Dipo.

34
35

4.2 Visi dan Misi


4.2.1 Visi Dapur Dipo

Visi dari restoran Dapur Dipo adalah:

Menjadikan restoran Dapur Dipo Pekanbaru salah satu restoran yang

memiliki cita rasa makanan dan pelayanan yang terbaik.

4.2.2 Misi Dapur Dipo

Misi dari restoran Dapur Dipo adalah:

1. Menjadi restoran yang memiliki cita rasa yang berbeda dan memiliki khas

tersendiri.

2. Selalu mengutamakan kepuasan dan kenyamanan konsumen.

3. Terus mengalami perkembangan kearah yang menguntungkan sebagai sebuah

brand.

4. Selalu mengutamakan kesejahteraan karyawan.

4.3 Struktur Organisasi

Dalam menjalankan kegiatan restoran Dapur Dipo sehari-hari membentuk

beberapa bagian yang mempunyai fungsi atau tugas yang berbeda-beda, tetapi

walaupun mempunyai fungsi atau tugas yang berbeda-beda setiap bagian ini tetap

saling memberikan dukungan dan memiliki tujuan yang sama, yaitu

mengembangkan dan memberikan yang terbaik bagi restoran.

Gambar 4.2 Stuktur Organisasi Restoran Dapur Dipo

OWNER

MANAGER

CHEF Captain

Ass Cook Halper Dishwashe Kasir Waite Bartender


r r
Sumber: Dapur Dipo Pekanbaru 2020
36

Ada pun tugas-tugas dari divisi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Owner adalah pemilik modal usaha, dalam kegiatannya owner yang

mengetahui dan ikut serta dalam kegiatan penjualan dan melakukan survey

pada restoran.

2. Manajer, memberikan laporan dan melakukan penyetoran terhadap pendapatan

usaha setiap hari kepada owner.

3. Chef, menerima pesanan konsumen dari waiter dan membuat segala bentuk

yang berhubungan dengan makanan.

4. Captain, mengatur semua jadwal karyawan dari mulai masuk, istirahat, pulang

dan off serta merangkap pekerjaan seorang waiter.

5. Ass Cook, membantu segala pekerjaan yang diperintahkan oleh Chef.

6. Helper, membantu pekerjaan yang diperintahkan oleh konsumen maupun

karyawan-karyawan lainnya.

7. Dishwasher, membersihkan segala bentuk peralatan mulai dari piring, gelas

dan peralatan masak lainnya.

8. Kasir, mengatur segala administrasi di restoran dan memberikan bukti-bukti

semua transaksi yang ada di café kepada manajer.

9. Waiter, menyambut tamu pada saat konsumen datang dan memberikan salam

pada saat konsumen pulang, menawarkan tempat duduk maupun ruangan yang

masih tersedia dan yang diinginkan konsumen, menawarkan menu makanan

dan minuman, memberitahukan pesanan konsumen kepada bagian Ass Cook

dan Halper, mengantarkan dan menyajikan makanan maupun minuman, serta

mengambil piring-piring kotor yang sudah tidak digunakan konsumen lagi.

10. Bartender, menerima pesanan konsumen dari waiter dan membuat segala

bentuk yang berhubungan dengan minuman.


37

4.1 Aktivitas Perusahaan

Dapu dipo merupakan restoran atau rumah makan yang menyajikan berbagai

macam bentuk makanan mulai dari jappanese food, westren food dan tradisional

food. Adanya makanan dan minuman khas yang terdapat pada Dapur Dipo seperti

Ayam Jingkrak, Tahu kocak dan Sereh Ice Tea.

Dapur Dipo melakukan pemasaran secara langsung dan tidak langsung

seperti menawarkan brosur kepada kantor-kantor, persimpangan lampu merah dan

media sosial. Dapur Dipo buka setiap hari dari pukul 10:00 WIB sampai dengan

pukul 22:00 WIB dan tutup pada hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha dan tahun

baru.

Anda mungkin juga menyukai