Anda di halaman 1dari 13

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Oleh : Ruth Lolita Sari LIMBONG

T.A. 2018
Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau Konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan
sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara
berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena
sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia
Menurut PP No. 18 tahun 1999,yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.

Menurut RCRA (RESOURCE CONSERVATION and RECOVERY ACT ) Limbah


(Solid) atau gabungan berbagai limbah yang karena jumlah dan konsentasinya, atau karena
karakteristik fisik-kimia-dan ndaya infeksiusnya bersifat :
         Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang
tidak dapat disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan
         Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut , dibuang
atau dikelola dengan baik
Sumber Limbah Bahan berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B3 menurut sumbernya (PP.05/1999):
1. Sumber Tidak Spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 1, PP 85 /1999)
2. Sumber Spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 2, PP 85/1999)
3. Bahan kimia kadaluarsa; Tumpahan; sisa kemasan; buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi

         Limbah B3 dari sumber tidak spesifik : Limbah B3 yang berasal bukan dari
proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, inhibitor
korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll.
         Limbah B3 dari sumber spesifik : Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan tertentu.
         Limbah B3 dari sumber lain : bahan Kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan
dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Berdasarkan Karakteristik Limbah B3


Karakteristik Limbah B3 menurut PP No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6
(enam) kriteria, yaitu:
• Mudah meledak
• Mudah terbakar
• Bersifat reaktif
• Beracun
• Menyebabkan infeksi
• Bersifat korosif

Gejala Umum Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri


   
  Jangka Pendek
1.      Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna
jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan berbau busuk, sehingga tidak layak
dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi
untuk bahan baku air minum.
2.      Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul
penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa
cacat genetic pada anak cucu dan generasi berikut.
3.      Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
4.      Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di
musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang
berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5.      Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur
tertinggi di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
6.      Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan
debu.

  Jangka Panjang
Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah
cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur ulang
ekologik, seperti yang terjadi pada kasus penyakit minaimata sekitar 1956 di Jepang. terdapat
lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari
Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Bila
merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan
kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink
Disease/acrodynia, alergi kulit dan kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome.

Dampak Pencemaran Limbah Bahan berbahaya dan Beracun (B3) Industri

1.      Limbah industri pangan


Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain : tahu,
tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat
menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar
karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan
dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka
industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang menyengat dan
polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological
Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas
dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu
seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota
perairan lainnya.
2.      Limbah industri kimia dan bahan bangunan
Industri kimia seperti alkohol, parfum & minyak pelumas (oli) dalam proses
pembuatannya membutuhkan air sangat besar, mengakibatkan pula besarnya limbah cair
yang dikeluarkan ke lingkungan sekitarnya. Air limbahnya bersifat mencemari karena
didalamnya terkandung zat kimia berbahaya, senyawa organik dan anorganik baik terlarut
maupun tersuspensi serta senyawa tambahan yang terbentuk selama proses permentasi
berlangsung.
Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa
pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca SO4, gas
berupa uap alkohol. Kategori limbah industri ini adalah limbah bahan berbahaya beracun
(B3) yang mencemari air dan udara.

Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan kimia toksik:
a.       Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya dosis tertentu kedalam
tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat dengan segera, misalnya
keracunan H2S, Co dalan dosis tinggi. Dapat menimbulkan lemas dan kematian. Keracunan
Fenal dapat menimbulkan sakit perut dan sebagainya.
b.      Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam
dosis yang kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru
terasa dalam jangka panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya.
Industri fermentasi seperti alkohol disamping bisa membahayakan pekerja apabila
menghirup zat dalam udara selama bekerja apabila tidak sesuai denganThreshol Limit
Valued(TLV) gas atau uap beracun dari industri juga dapat mempengaruhi kesehatan
masyarakat sekitar.
Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri yang
menggunakan bahan baku dari barang galian seperti batako putih, genteng, batu
kapur/gamping dan kerajinan batu bata. Pencemaran timbul sebagai akibat dari penggalian
yang dilakukan terus-menerus sehingga meninggalkan kubah-kubah yang sudah tidak
mengandung hara sehingga apabila tidak direklamasi tidak dapat ditanami untuk ladang
pertanian.
3.      Limbah industri sandang kulit dan aneka
Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kulit
dapat mengakibatkan pencemaran yang beresiko tinggi terhadap lingkungan karena dalam 
kegiatannya proses pencucian terhadap bahan-bahan bakunya memerlukan air sebagai
mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan (bekas Proses)
yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak
tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi).

4.      Limbah industri logam dan elektronika


Bahan buangan yang dihasilkan dari industr besi baja seperti mesin bubut, cor logam
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa
debu, asap dan gas yang mengotori udara sekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan
buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam) mengganggu
ketenangan sekitarnya. Kadar bahan pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang
berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia baik yang bekerja dalam pabrik maupun
masyarakat sekitar.

Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri ini
mencemari air karena buangannya dapat mengandung minyak pelumas dan asam-asam yang
berasal dari prosespicklinguntuk membersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat
dapat dimanfaatkan kembali.

Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihasilkan dari proses-proses


dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan yaitu :

 Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas


 Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah, ketegangan
otot, menurunnya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja.
 Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan
napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan
penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan
yang bisa diikuti dengan kematian.
 Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala,
pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.
 Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi pada
hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm),
pembengkakan paru-paru/celah suara.
 Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem
lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan kesungai, kolam atau sawah dan
sebagainya.
 Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur
dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang membahayakan seperti
yang telah diuraikan diatas.

Pencegahan Pencemaran Limbah (B3) Industri


Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan dalam mengatasi Pencemaran limbah
B3 industri adalah sebagai berikut:
-          Mengatur sistem pembuangan industri sehingga tidak mencemari lingkungan
-          Menempatkan industri atau pabrik terpisah atau jauh dari pemukiman penduduk
-          Melakukan pengawasan atau penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida
dan bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab pencemaran
-          Melakukan penghijauan
-          Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku yang mencemari
lingkungan
-          Pengaturan pembuangan limbah dengan IPAL (Instalasi Pembuangan Air
Limbah) agar tidak mencemari lingkungan

Penanggulangan Pencemaran Limbah B3 Industri


Jenis-jenis proses pengolahan limbah secara fisik dan kimia antara lain :

1. Proses pengolahan secara kimia :


         Reduksi-Oksidasi
         Elektrolisasi
         Netralisasi
         Presipitasi / Pengendapan
         Solidifikasi / Stabilisasi
         Absorpsi
         Penukaran ion, dan
         Pirolisa
2. Proses pengolahan limbah secara fisik :
         Pembersihan gas : Elektrostatik presipitator, Penyaringan partikel, Wet scrubbing, dan
Adsorpsi dengan karnbon aktif
         Pemisahan cairan dengan padatan : Sentrifugasi, Klarifikasi, Koagulasi, Filtrasi,
Flokulasi, Floatasi, Sedimentasi, dan Thickening
         Penyisihan komponen-komponen yang spesifik : Adsorpsi, Kristalisasi, Dialisa,
Electrodialisa, e, Leaching, Reverse osmosis, Solvent extraction, dan Stripping

Penerapan Sistem Pengolahan Limbah B3


Penerapan sistem pengolahan limbah harus disesuaikan dengan jenis dan karakterisasi
dari limbah yang akan diolah dengan memperhatikan 5 hal sebagai berikut :
1. Biaya pengolahan murah,
2. Pengoperasian dan perawatan alat mudah,
3. Harga alat murah dan tersedia suku cadang,
4. Keperluan lahan relatif kecil, dan
5. Bisa mengatasi permasalahan limbah tanpa menimbulkan efek samping terhadap
lingkungan.

Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan
incineration.

a.       Chemical Conditioning


Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan
utama dari chemical conditioning ialah:
         menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
         mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
         mendestruksi organisme patogen.
         memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki
nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion.
         mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima lingkungan

Chemical Conditionig terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:


1. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan
cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini
ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan
tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya.
Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
2. Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian
secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya
proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara
fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara
pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan
ini ialahlagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite
flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.
3. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan
air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya
ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press,
centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
4. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation, dan composting. Tempat
pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atauinjection well.

b.      Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai
proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap
mempunyai arti yang sama.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6
golongan, yaitu:
         Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar
         Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
         Precipitation
         Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
         Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan
padat
         Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan


bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-
situ mixing, danplant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh
BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

c.       Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem
pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan
energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian
besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari
sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut,
rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.
Upaya yang Perlu Kita Lakukan untuk Selamatkan Lingkungan Hidup
Wajib bagi kita semua untuk mengetahui pengetahuan tentang hubungan antara jenis
lingkungan. Hal ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan
secara terpadu dan tuntas. Para aparat penegak hukum juga perlu diberi pengetahuan sebesar-
besarnya tentang permasalahan pencemaran lingkungan ini.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan pembuangan
limbahnya. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan
dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan
proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna
menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran
hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-
kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis
industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk
pencegahan masalahnya.
Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli menanggapi
masalah lingkungan yang disebabkan oleh sisa kegiatan industri. Masyarakat tidak bisa
menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah dan pelaku industri. Hal ini mutlak
perlu, terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal disekitar areal industri. Dampak dari
buangan kegiatan industri sangatlah kompleks. Pada dasarnya limbah industri akan
mencemari lingkungan udara, air, dan tanah. Udara yang kotor dan tercemar akan merusak
penciuman dan paru-paru.
Pencemaran air akan merusak biota air dan pastinya akan mengganggu keberadaan
dan ketersediaan sumber air bersih. Pencemaran tanah, selain mengganggu kesuburan tanah
itu sendiri dan apapun yang hidup dan tumbuh di atasnya pada akhirnya juga akan
mengganggu dan mencemari air tanah.

Kesimpulan :

1.      Limbah B3 industri dapat menghasilkan bahan toksik yang berbahaya bagi lingkungan
2.      Limbah industri yang mengandung bahan pencemar akan berpengaruh terhadap
lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang
3.      Limbah industri berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia
4.      Pencegahan pencemaran limbah B3 industri dapat dilakukan dengan Mengatur sistem
pembuangan industri sehingga tidak mencemari lingkungan
         Menempatkan industri atau pabrik terpisah atau jauh dari pemukiman penduduk
         Melakukan pengawasan atau penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida
dan bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab pencemaran
         Melakukan penghijauan
         Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku yang mencemari
lingkungan
         Pengaturan pembuangan limbah dengan IPAL (Instalasi Pembuangan Air
Limbah) agar tidak mencemari lingkungan
5.      Penanggulangannya dapat dilakukan dengan pengolahan limbah selain itu dalam
mengatasi pencemaran sangat di perlukannya peran pemerintah dan kesadaran masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
http://www.gc3.com/techdb/manual/cooltext.htm

http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CD8QFjAE&url=http
%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul%2Frekayasa_lingkungan
%2Fbab7_sistem_pengelolaan_limbah_b3.pdf
http://www.iaeste.ch/Trainees/Events/2007/IndustrialSightLeibstadt/

http://www.indiamart.com/maitreyaenterprises/engineered-products.html

Anda mungkin juga menyukai