Anda di halaman 1dari 20

TUGAS 1

PERMASALAHAN PANTAI DI INDONESIA DAN


PERAN TEKNIK PANTAI

Disusun Oleh :

ASHAR
(D011 18 1038)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah- Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada Teknik Pantai di Fakultas
Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 27 Agustus 2020


Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..i
Daftar Isi………………………………………………………………………...ii
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………..1
1. Latar Belakang…………………………………………………………...1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………..3
3. Tujuan……………………………………………………………………3
4. Manfaat…………………………………………………………………..3
BAB 2 Tinjauan Pustaka………………………………………………………...4
1. Pengertian………………………………………………………………..5
2. Dampak…………………………………………………………………..5
BAB 3 Pembahasan……………………………………………………………...7
1. Proses Terjadinya Erosi Pantai…………………………………………..7
2. Penyebab Terjadinya Erosi Pantai……………………………………….7
3. Terjadinya Erosi Pantai di Bengkulu……………………………………10
4. Dampak Erosi Pantai Terhadap Lingkungan dan Masyarakat…………..10
5. Pencegah dan Penanggulangan Erosi Pantai……………………………12
6. Manfaat Hutan Bakau…………………………………………………...13
BAB 4 Penutup………………………………………………………………….16
1. Kesimpulan……………………………………………………………...16
2. Saran…………………………………………………………………….16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………...17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan.
Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari
berbagai aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena-
fenomena yang terjadi di daratan seperti erosi banjir dan aktivitas yang dilakukan
seperti pembangunan pemukiman, pembabatan hutan untuk persawahan,
pembangunan tambak dan sebagainya pada akhirnya memberi dampak pada
ekosistem pantai. Demikian pula fenomena fenomena di lautan seperti pasang
surut air laut, gelombang badai dan sebagainya. (Hastuti, 2012).
Selain dampak pada ekosistem ada pula perubahan konfigurasi pantai.
Supriyanto (2003) menyatakan bahwa perubahan konfigurasi pantai di wilayah
pesisir dapat disebabkan oleh kegiatan atau proses proses alami dan non alami
(kegiatan manusia) baik yang berasal dari darat maupun dari laut. Proses proses
hidrooseanografi dari laut yang dapat memberikan pengaruh antara lain,
hempasan gelombang, perubahan pola arus, serta fenomena pasang surut yang
kadang kadang diperkuat oleh pengaruh perubahan iklim. Fenomena alami dari
darat yang ikut memberikan pengaruh terjadinya perubahan garis pantai, antara
lain erosi dan sedimentasi akibat arus pasang akibat banjir serta perubahan arus
aliran sungai.
Erosi Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat
di berbagai daerah. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan
(pantai) akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini
pemadatan daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut
sehingga garis pantai berubah (Nur,2004). Pantai dikatakan mengalami abrasi bila
angkutan sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan dengan
jumlah sedimen yang terangkut ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006)
Di pantai utara Jawa Tengah, luasan abrasi sudah mencapai 5.500 hektar
yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Salah satu daerah yang mengalami abrasi

1
cukup parah adalah pantai di Kecamatan Sayung, kab. Demak. Di daerah tersebut
permasalahan yang terjadi cukup berat khususnya menyangkut penurunan fungsi
lahan dikarenakan abrasi pantai, dan penggenangan air laut di kawasan tambak
seluas 582,8 ha yang selama lima tahun ini tergenang dan kemudian hilang.
(Bappeda Demak, 2000) Ini berarti Kabupaten Demak adalah salah satu wilayah
kabupaten pesisir di jawa tengah yang terkena dampak abrasi cukup parah.
Kecamatan Sayung mengalami dampak abrasi yang mengakibatkan banyak
permasalahan seperti hilangnya lahan pemukiman, lahan pertambakan dan mata
pencaharian yang berdampak langsung pada penurunan kualitas hidup masyarakat
. Masyarakat yang hidup di wilayah pesisir seperti nelayan, petani dan petambak
kehidupannya tergantung pada sumberdaya alam. Kondisi lingkungan dan
sumberdaya alam pesisir yang rentan tersebut berdampak pada aspek sosial
ekonomi dan sosial budaya penduduk. Kegiatan kegiatan tersebut misalnya
industri (berpotensi menimbulkan pencemaran, abrasi dan akresi), reklamasi
(perubahan pola arus yang menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi), perumahan
(limbah padat) pertanian (sedimentasi, pencemaran) kegiatan transportasi laut dan
pelabuhan (pencemaran). Berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan ini
mengancam kelestarian usaha dan atau mata pencaharian penduduk. (Hadi, 2005)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang bercirikan benua maritim
dengan 176 kabupaten dan 30 kota dari sekitar 368 kabupaten dan kota, yang
mempunyai wilayah pesisir dan laut (Sulasdi, 2001; 44). Kondisi ini dapat
digunakan sebagai dasar kuat untuk mengatakan bahwa Indonesia sesungguhnya
merupakan negara maritim. Kebanyakan masyarakat yang tinggal ditepi pantai,
pantai merupakan tempat sumber perekonomian mereka. Namun, dalam hal
tertentu, terdapat gejala alam yang disebabkan oleh perluasan daerah pemukiman
yang membabibuta, yaitu terjadinya erosi pantai (abrasi). Dari sudut pandang
keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-
kekuatan asal laut, erosi pantai (abrasi) terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut
lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat. Erosi pantai (abrasi) dapat
diprediksi kejadiannya berdasarkan pada pola arah angin dan kecepatan angin
yang terdapat disuatu kawasan, orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, dan
material penyusun pantai. Erosi pantai (abrasi) saat ini sudah sering terjadi
terutama didaerah pantai yang tidak terlindungai baik oleh vegetasi maupun pola
hidup masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. Salah satu upaya yang bisa kita
lakukan sebagai pengurangan terjadinya erosi pantai yaitu dengan melestarikan
hutan bakau. Karena tanaman bakau memiliki akar yang kuat utuk menahan
material-material pantai sehingga mengurangi terjadinya erosi di pantai (abrasi).
Pada makalah ini akan membahas sedikitnya tentang erosi yang terjadi di pantai
serta hal hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan erosi pantai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa erosi pantai bisa terjadi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya erosi pantai?
3. Dimana wilayah yang telah mengalami erosi pantai?
4. Bagaimana keadaan pemukiman penduduk dan masyarakat yang berada di
daerah pantai yang mengalami abrasi tersebut?
5. Apa sajakah yang bisa dilakukan dalam mengurangi erosi pantai?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya proses erosi pantai.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya erosi pantai.
3. Untuk mengetahui tempat-tempat yang telah mengalami erosi pantai (abrasi).
4. Untuk mengetahui keadaan yang tampak pada pemukiman penduduk dan
masyarakat yang berada di daerah pantai yang mengalami abrasi.
5. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilkakukan dalam usaha pencegahan
terjadinya erosi pantai.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui pengertian erosi pantai,
dampak apa saja yang di timbulkan oleh erosi pantai dan cara penanggulangan
erosi pantai. Selain itu juga dapat menambah wawasan kita dengan hal yang
sebelumnya belum kita ketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Erosi Pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan
alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami,
namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara
untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Ada pula yang berpendapat bahwa, abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-
alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut
mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya
es di daerah kutub akibat pemanasan global.

Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air


laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan.
Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat
pemanasan global. Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh
dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es
ini merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti
yang kita ketahui,pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari
asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya
gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas
tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu
di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat
es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh
dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang
permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat
kaitannya dengan pencemaran lingkungan.
2.2 Dampak

Dampak yang ditimbulkan dari abrasi yaitu megikisnya bibir pantai,


sehingga semakin lama air naik ke permukaan, bahkan dapat merusak
daerah disekitar pantai.
Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk
yang tinggal di pinggir pantai
Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang
didorong angin kencang begitu besar.
Kehilangan tempat berkumpulnya ikan- ikan perairan pantai karena
terkikisnya hutan bakau
Menghambat pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang
secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun
pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya.
Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan
berjalannya waktu. Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini adalah
masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir di seluruh wilayah
di Indonesia. Masalah ini harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan
kerugian yang sangat besar bagi makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai menjadi semakin
menyempit, tapi bila dibiarkan begitu saja akibatnya bisa menjadi lebih
berbahaya. Seperti kita ketahui, negara kita Indonesia sangat terkenal
dengan keindahan pantainya. Setiap tahun banyak wisatawan dari
mancanegara berdatangan ke Indonesia untuk menikmati panorama
pantainya yang sangat indah. Apabila pantai sudah mengalami abrasi,
maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang untuk mengunjunginya.
Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di
Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor pariwisata akan
mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti hotel, restoran,
dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan mengalami
kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit.
Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai
tersebut. Banyak penduduk yang akan kehilangan tempat tinggalnya akibat
rumah mereka terkena dampak dari abrasi.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari abrasi sangat
berbahaya. Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan lebih lanjut mengenai
apa itu abrasi, penyebab abrasi, dan bagaimana solusi untuk
menanggulanginya. Kami harap apa yang akan kami sampaikan ini dapat
memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai abrasi dan menambah
rasa kepedulian masyarakat pada lingkungannya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Terjadinya Erosi Pantai


Erosi pantai atau sering juga disebut abrasi adalah proses pengikisan
pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan
garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk
mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Abrasi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor
manusia. Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang
bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga
mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di
pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas
dari daratan. Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia,
misalnya penambangan pasir. Penambangan pasir sangat berperan banyak
terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat penambangan pasir maupun di
daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan sangat berpengaruh terhadap
kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.
Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus
menerus sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau
keseimbangan berubah karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Dalam jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada
saat musim angin tertentu berlaku, dan berhenti ketika musim berganti.

3.2 Penyebab Terjadinya Erosi Pantai


1. Penurunan Permukaan Tanah. (Land Subsidence)
Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk keperluan industri dan air
minum di wilayah pesisir akan menyebabkan penurunan tanah terutama jika
komposisi tanah pantai sebagian besar terdiri dari lempung/lumpur karena sifat-
sifat fisik lumpur /lepung yang mudah berubah akibat perubahan kadar air. Akibat
penurunan air tanah adalah berkurangnya tekanan air pori. Hal ini mengakibatkan
penggenangan dan pada gilirannya meningkatkan erosidan abrasi pantai.
Berdasarkan peta hidrogeologi yang dikeluarkan Direktorat Geologi Tata
Lingkungan (tahun 1992) tampak pemanfaatan air tanah (bebas maupun
bertekanan) dengan sumur bor di daerah Semarang, Demak dan Kudus jumlahnya
cukup signifikan serta mampu menyebabkan penurunan elevasi air tanah yang
disertai dengan intrusi air laut hingga jauh ke daerah perkotaan. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi penurunan tanah cukup besar dan memberikan
kontribusi terhadap genangan (rob) pada saat air laut pasang. Berdasarkan
wawancara dengan penduduk Kec.Sayung, Demak diperoleh informasi bahwa
penurunan tanah telah mencapai rata-rata 40cm.

2. Kerusakan Hutan Mangrove


Hutan Mangrove merupakan sumberdaya yang dapat pulih (sustaianable
resources) dan pembentuk ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di
wilayah pesisir. Mangrove memiliki peran penting sebagai pelindung alami pantai
karena memiliki perakaran yang kokoh sehingga dapat meredam gelombang dan
menahan sedimen. Ini artinya dapat bertindak sebagai pembentuk lahan (land
cruiser)

3. Kerusakan akibat gaya-gaya hidrodinamika gelombang


Orientasi pantai demak mengarah sedemikian rupa sehigga relatif tegak
lurus atau sejajar dengan puncak gelombang dominan. Hal ini memberikan
informasi bahwa panta dalam kondisi seimbang dinamik. Kondisi gelombang
yang semula lurus akan membelok akibat proses refrksi/difraksi dan shoaling.
Pantai akan menanggai dengan mengorientasikan dirinya sedemikian rupa
sehingga tegak lurus arah gelombang atau dengan kata lain terjadi erosi dan
deposisi sedimen sampai terjadi keseimbangan dan proses selanjutnya yang terjadi
hanya angkutan tegak lurus pantai (cros shore transport)
4. Kerusakan akibat sebab alam lain
Perubahan iklim global da kejadian ekstrim misal terjadi siklon tropis.
Faktor lain adalah kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global (efek
rumah kaca) yang mengakibatkan kenaikan tinggi gelombang

5. Kerusakan akibat kegiatan manusia yang lain


Penambangan Pasir di perairan pantai
Pembuatan Bangunan yang menjorok ke arah laut
Pembukaan tambak yang tidak memperhitungkan keadaan kondisi dan
lokasi

6. Kerusakan Akibat Lingkungan


Penyebab lain dari abrasi adalaha naiknya permukaan air laut diseluruh
dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es
ini. merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini.
Seperti yang kita ketahui, pemanasan global terjadi karena gas -gas CO2 yang
berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor
menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh
bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi
dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan
meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es it u mengakibatkan
permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus
daerah yang permukaannya rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan
pencemaran lingkungan. Selain itu, pengembangan hasil produksi perikanan
maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya yang secara berlebihan juga
menjadi salah satu penyebab abrasi walaupun tidak secara langsung. Penyebab
lainnya yaitu pada saat terjadinya bencana tsunami, yang mana pada saat tsunami
berlangsung, pecahan ombak juga ikut memecah material yang ada didarat
sehingga terjadi pengikisan di daerah pantai.
3.3 Terjadinya Erosi Pantai di Bengkulu
Wilayah pesisir Kota Bengkulu berada di bagian barat pulau Sumatera,
yang berhadapan Iangsung dengan Samudera Indonesia. Keberadaan ini
menyebabkan Pantai Kota Bengkulu banyak menerima limpasan-limpasan
gelombang baik berupa gelombang karena angin, gelombang karena fluktuasi
muka air laut dan anus yang menyusur pantai. Akibatnya terjadi abrasi pada
pantai tersebut sehingga mengakibatkan adanya perubahan garis pantai.
Kerusakan lingkungan oleh proses abrasi telah berlangsung lama, sehingga
mengganggu aktivitas nelayan yang merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat di
wilayah pesisir Kota Bengkulu. Selain itu juga abrasi mengancam keberadaan
permukiman masyarakat yang berada di pantai tersebut, sehingga mengganggu
perekonomian di Kota Bengkulu.
Fenomena lain akibat dari proses abrasi adalah terjadinya proses
sedimentasi, sehingga terjadinya pendangkalan pada daerah pelabuhan yang
mengganggu proses bongkar muat di pelabuahan tersebut. Untuk mengatasi
kejadian abrasi dan sedimentasi di atas perlu dilakukan pengamanan pantai
dengan memberikan perlindungan pantai baik berupa fisik maupun alami serta
adanya pengelolaan lingkungan wilayah pesisir yang terpadu. Pengaruh dan
proses abrasi di wilayah pesisir Kota Bengkulu yang umumnya terjadi
dikarenakan oleh alam, begitu besar dan signifikan maka perlu dilakukan
perlindungan terhadap pantai dengan penelitian yang berhubungan dengan gejala
alam tersebut, seperti melakukan analisis terhadap gelombang, pasang surut, anus
menyusur pantai dan proses transpor sedimen. Dari hasil analisis tersebut akan
didapat bentuk bangunan pelindung pantai yang sesuai dengan kerusakan
lingkungan di wilayah tersebut.

3.4 Dampak Erosi Pantai Terhadap Lingkungan dan Masyarakat


Abrasi yang merupakan salah satu hasil dari kerusakan di lam memiliki
dampak negatif yaitu antara lain:

10
Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang
tinggal di pinggir pantai
Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang
didorong angin kencang begitu besar.
Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena
terkikisnya hutan bakau

Selain itu, di beberapa tempat di areal pesisir dan pertambakan yang telah
terkikis (abrasi pantai) dan rob yang lebih dalam ke daratan. Tambak-tambak
udang yang terkikis menjadi hilang dan berubah kondisinya menjadi laut dan
akibat pemanasan global menyebabkan air masuk lebih dalam. Hilangnya tambak
akibat terkikis, menghilangkan pendapatan sebagian petani tambak yang
dahulunya termasuk golongan petani ‘kaya” menjadi tidak “kaya”. Kondisi ini
akan mengubah perilaku petambak yang tadinya sebagai “juragan” berubah
menjadi “bukan juragan”.
Perubahan perilaku masyarakat dapat bersifat intern maupun ekstern dan
dapat bersifat positif maupun negatif. Intern dalam arti perilaku keseharian yang
menyangkut diri sendiri seperti rasa apatis, apriori, traumatik dan lain-lain, sedang
ekstern adalah perilaku keseharian yang menyangkut terhadap orang lain baik di
dalam keluarga maupun luar keluarga seperti kerjasama, paternalistis dan lain-
lain. Peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang
ke arah konsumtif, pemikiran yang lebih maju dan merubah perilaku sosial secara
menyeluruh. Namun sebaliknya kondisi saat ini di kawasan pertambakan Demak
mengalami pendapatan yang menurun atau dapat dikatakan kesejahteraannya
menurun, maka yang terjadi adalah munculnya kemiskinan baru, daya serap
tenaga kerja menurun dan masyarakat kawasan pesisir yang terimbas ikut
menurun. Perubahan pendapatan akan mengubah perilaku masayarakat tersebut.
Karena adanya pengurangan atau perubahan baik dari hasil pendapatan
(menurunnya perekonomian), kesehatan dan sebagainya,maka tidak sedikit
penduduk yang mengalami penurunan pendapatan akibat abrasi tambak dan rob
mengalami perubahan perilaku yang bersifat negatif yaitu apriori, apatis dan
mengalami gangguan jiwa. Selain itu, Akibat penurunan pendapatan para nelayan
dan petani tambak tidak dapat menyekolahkan anaknya lebih tinggi. Maka, ada
penduduk yang mengambil keputusan untuk mengadakan perpindahan ketempat
lain yang diperkirakan dapat memperbaiki penghasilan mereka.

3.5 Pencegahan dan Penanggulangan Erosi Pantai


Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
abrasi, diantaranya yaitu:
1. Penanaman kembali hutan bakau
2. Pelarangan penggalian pasir pantai
3. Pembuatan pemecah gelombang
4. Pelestarian terumbu karang

Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang


didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000).
Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan
berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang
tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh
proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut,
sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi
oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar
ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan
manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dalam merehabilitasi mangrove yang diperlukan adalah master plan yang
disusun berdasarkan data obyektif kondisi biofisik dan sosial. Untuk keperluan
ini, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam dapat memberikan kontribusi
dalam penyusunan master plan dan studi kelayakannya. Dalam hal rehabilitasi
mangrove, ketentuan green belt perlu dipenuhi agar ekosistem mangrove yang
terbangun dapat memberikan fungsinya secara optimal (mengantisipasi bencana
tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta penyerapan polutan
perairan). Habitat Satwa Langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis
burung hidup di sini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan
bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran,
termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).

3.6 Manfaat Hutan Bakau


1. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman
pertanian, atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang
bermuatan garam melalui proses filtrasi.
2. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses
pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan
penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut
seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air
laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
3. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan
terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur
hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal
pertanian.
4. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan
terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul
partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan
membantu proses penambatan racun secara aktif.
5. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan
atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan.
Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan
mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian
digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan
bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas
pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
6. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan
cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
7. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik
bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara
populasi kehidupan liar itu sendiri.
8. Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya
maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang
telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai
(Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali),
Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah).
Kegiatan wisata ini disamping memberikan pendapatan langsung bagi
pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu
menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan
menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka
warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
9. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian
dan pendidikan.
10. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung
berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di
dalamnya.
11. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi
karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar
ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke
atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung
sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan
bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan
sumber karbon.
12. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan
curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro
terjaga.
13. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan
pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Abrasi diakibatkan oleh maiknya permukaan air laut karena mencairnya


lapisan es yang ada di daerah kutub bumi. Es tersebut mencair akibat
terjadinya pemanasan global.
2. Masalah abrasi maupun pencemaran lingkungan ini sangat sulit untuk diatasi
karena kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Masih banyak
orang yang membuang sampah pada sembarang tempat yang nantinya dapat
mencemari lingkungan.
3. Dampak yang diakibatkanoleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan
semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah
yang permukaannya rendah akan tenggelam.
4. Dampak dari abrasi dapat dikurangi dengan membangun alat pemecah ombak
dan juga menanam pohon bakau di pinggir pantai. Alat pemecah ombak dapat
menahan laju ombak dan memecahkan gelombang air sehingga kekuatan
ombak saat mencapai bibir pantai akan berkurang. Demikian juga dengan
pohon bakau yang ditanam di pinggiran pantai. Akar-akarnya yang kokoh
dapat menahan kekuatan ombak agar tidak mengikis pantai.

4.2 Saran
1. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan
pencemaran pantai, karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti
tanpa bantuan dari masyarakat.
2. Pemerintah harus memberikan hukuman yang tagas bagi setiap orang yang
merusak lingkungan.
3. Pembangunan alat pemecah ombak dan penanaman pohon bakau harus segera
dilakukan agar abrasi yang terjadi di beberapa daerah tidak bertambah parah.
4. Bagi para pemilik pabrik maupun usaha apapun yang ada di sekitar pantai
agar tidak membuang limbah atau sampah ke laut. Mereka harus
menyediakan sarana kebersihan agar limbah atau sampah yang mereka
hasilkan tidak mencemari pantai.

DAFTAR PUSTAKA

http://jokowarino.id/pengertian-abrasi-dan-cara-menanganinya/
Diakses pada tanggal 9 September 2020 Pukul 08.00 WITA

https://id.wikipedia.org/wiki/Abrasi
Diakses pada tanggal 9 September 2020 Pukul 10.10 WITA

http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Abrasi/materi3.
html Diakses pada tanggal 9 September 2020 Pukul 12.40 WITA

http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/abrasi-pantai
Diakses pada tanggal 9 September 2020 Pukul 13.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai