Anda di halaman 1dari 49

KELOMPOK PUSKESMAS KOYA BARAT

BAGIAN A
1. Apa Itu Definisi Sehat ?
Jawaban :
a) Sehat menurut UU No.36 Tahun (2009) adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
b) Pepkins, mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari
badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap
kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara
aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus
dipertahankan.
c) Pender (1982), sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan
tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
d) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983,
merumuskan kesehatan sebagai ketahanan ‘jasmaniah, ruhaniyah, dan sosial” yang
dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan
tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
e) Linda Ewles & Ina Simmet (1992), yang dikutip oleh A.E. Dumatubun dalam Jurnal
Antropologi Papua 2002, seperti berikut:
1) Konsep sehat dilihat dari segi jasmani, yaitu dimensi sehat yang paling nyata
karena perhatiannya pada fungsi mekanisme tubuh.
2) Konsep sehat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir dengan jernih dan
koheren. Istilah mental dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada
hubungan yang dekat di antara ketiganya.
3) Konsep sehat dilihat dari segi emosional, yaitu kemampuan untuk mengenal
emosi seperti takut, kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk
mengekspresikan emosi-emosi secara cepat.
4) Sehat dilihat dari segi sosial, berarti kemampuan untuk membuat dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
5) Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual, yaitu berkaitan dengan kepercayaan
dan praktek keagamaan, berkaitan dengan perbuatan baik secara pribadi,
prinsip-prinsip tingkah laku, dan cara mencapai kedamaian dan merasa damai
dalam kesendirian.
6) Konsep sehat dilihat dari segi societal, yaitu berkaitan dengan kesehatan pada
tingkat individual yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi
dan budaya yang melingkupi individu tersebut. Adalah tidak mungkin menjadi
sehat dalam masyarakat yang “sakit” yang tidak dapat menyediakan sumber-
sumber untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan emosional. (Djekky,2001: 8)
f) Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan,menyatakan bahwa sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan
di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
g) Menurut Neuman (1982), Sehat adalah suatu keseimbangan biopsiko – sosio –
kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan
resisten. Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek. Perwujudan
dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai
berikut:
1) Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit
atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.
Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2) Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam
fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat
dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat
spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan
semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3) Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama
atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling
toleran dan menghargai.
4) Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi
mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi
kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau
pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
h) Definisi sehat menurut who
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat adalah suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan. Definisi WHO tentang sehat tersebut mempunyai karakteristik
berikut yang dapat meningkatkankonsep sehat yang positif yaitu, pertama,
memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.Kedua,
memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. Serta
yang ketiga, penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Dan
definisi sehat menurut WHO tersebut, terdapat empat komponen penting yang
merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1) Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya,
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut
tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera
makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan
normal.
2) Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno “Dalam jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat
“(Men Sana In Corpore Sano)”.Atribut seorang insan yang memiliki mental
yang sehat adalah sebagai berikut :
• Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah
menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan
menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
• Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah
tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap
kebutuhan emosi orang lain.
• Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut,
cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah
secara cerdik dan bijaksana.
3) Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit
diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran
masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah
suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan,
sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat
hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat
umum.
4) Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO
dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap
individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan
untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti
ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan
tidak monoton. Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau
disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan
definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.
i) Definisi kesehatan menurut: winslow
Ilmu Public Health Menurut Winslow (1920) adalah ilmu atau seni yang
bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang umur, dan meningkatkan
efisiensi hidup masyarakat melalui upaya kelompok-kelompok masyarakat yang
terkoordinasi, untuk:
1) Perbaikan kesehatan lingkungan,
2) Mencegah dan memberantas penyakit menular,
3) Melakukan pendidikan kesehatan untuk masyarakat/perorangan,
4) Serta pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan
Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow (Leavel
& Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat
yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di
masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian
pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan
pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat
mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

2. Apa yang disebut dengan Agen, Host dan Lingkungan ?


Jawaban :
a) Agen adalah merupakan semua unsur atau Elemen hidup maupun tidak hidup yang
kehadirannya atau ketidakhadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan
pejamu (host) yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi
stimuli untuk menyebabkan terjadinya proses penyakit.
b) Host / Pejamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbul dan menyebabkan penyakit. Faktor resikopenyebab sakit pada
manusia sendiri seperti umur, jenis kelamin, ras, genetik, pekerjaan, nutrisi, status
kekebalan, adat istiadat, gaya hidup, dan lain-lain.
c) Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi diluar
manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit.
Merupakan faktor ekstrinsik yang cukup penting dalam menentukan terjadinya
proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam proses terjadinya
penyakit.

3. Bagaimana Menjelaskan Konsep ini Terhadap Orang Sehat dan Sakit ?


Jawaban :
Hubungan antara host (pejamu)-agent-environment (lingkungan) disebut konsep
Epidemiological Triad, yang diibaratkan sebuah timbangan (equilibrium). Orang dengan
status gizi baik adalah orang dengan kondisi tubuhnya seimbang antara pejamu, agen dan
lingkungan. Ketidakseimbangan dari 3 faktor tersebut akan mengakibatkan timbulnya
masalah gizi.
a) Pejamu
Pejamu (host) adalah faktor-faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok ini
diantaranya
• Genetik
• Umur
• Jenis kelamin
• Kelompok etnik
• Fisiologik
• Imunologik
b) Faktor Agen
Agen adalah faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati
yang terdapat dalam jumlah berlebih atau kurang. Agen antara lain dapat berupa
mikroorganisme (Virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa), fisika (cahaya, sinar radio
aktif). Sifat infeksi ditentukan oleh karakteristik khusus dari setiap agen. Faktor-
faktor yang menentukan sebagai berikut :
• Dosis infektif
• Patogenitas
• Virulensi
• Reservoir
c) Lingkungan
Lingkungan (environment) dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang.
Keadaan lingkungan dapat dibedakan dalam 3 keadaan, yaitu :
• Lingkungan fisik
• Lingkungan biologis
• Lingkungan sosial ekonomi

4. Jelaskan Tentang Masa Inkubasi Sebelum Menjadi Sakit ?


Jawaban :
a) Definisi Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi
tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai
sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit merupakan
salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif. Riwayat alamiah penyakit perlu
dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya
dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka
bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun
mengatasi problem penyakit tersebut. Perkembangan secara alamiah suatu
penyakit (tanpa intervensi/campur tangan medis) sehingga suatu penyakit
berlangsung secara natural
b) Masa Inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease) Bibit penyakit sudah masuk ke
dalam tubuh host,gejala penyakit belum nampak. Tiap penyakit mempunyai masa
inkubasi berbeda‐beda. Beberapa jam, hari, minggu, bulan sampai bertahun‐tahun.
Tahap inkubasi dimulai dari masuknya bibit penyakit sampai sesaat sebelum
timbulnya gejala.
c) Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus terjadi gangguan pada bentuk
dan fungsi tubuh, sehingga penyakit makin bertambah hebat dan timbul gejala.
Horison Klinik ialah garis yang membatasi antara tampak atau tidaknya gejala
penyakit

5. Sebutkan Upaya Pencegahan Penyakit dihubungkan dengan Agen Host dan


Environment dicontohkan Kasus Penderit Kusta dan TB Paru di Puskesmas ?
Jawaban :
a) Health Promotion atau promosi kesehatan. Promosi kesehatan ini berisi ajakan
untuk hidup sehat. Contohnya menyanyikan lagu “bangun tidur ku terus mandi”,
mengajak orang-orang desa agar mandi memakai sabun, mengajak anak-anak untuk
gosok gigi sebelum tidur, mengajak orang untuk tidak merokok, mengajak orang
untuk membuang sampah sembarangan, mengajak orang untuk memakai helm atau
masker saat berkendaraan, dll
b) Health Prevention and Health Protection atau pencegahan kesehatan dan
perlindungan kesehatan. Tahap ini merupakan penerapan dari praktek hidup sehat.
Contohnya penyemprotan got untuk membunuh nyamuk malaria, mandi pakai sabun,
pakai masker dan helm saat berkendaraan, tidak merokok, dll (menjaga kesehatan
lingkungan)
c) Medical Curration (early diagnose + prompt treathment) atau Pengobatan (deteksi
dini + pengobatan cepat tepat). Tahap ini adalah penanganan jika telah ditemukan
penyakit atau indikasi penyakit. Contohnya adalah check up ke rumah sakit, pergi ke
dokter, pergi ke puskesmas, dll
d) Disability Limitation atau pembatasan kecacatan. Tahap ini untuk membatasi cacat
atau penyakit yang sudah terlanjur menyerang atau menjangkiti seseorang.
Contohnya kontrol ke rumah sakit, dokter mengunjungi pasien untuk menanyakan
atau memeriksa keadaan pasien pasca pengobatan, dll
e) Health Rehabilitation atau pemulihan kembali. Tujuan dari rehabilitasi ini adalah
untuk mengajari pasien kembali ke masyarakat. Contohnya Rehabilitasi pecandu
narkoba, rehabilitasi penderita kusta, rehabilitasi penderita PEKAT (penyakit
masyarakat), dll
f) Imunisasi upaya peningkatan derajat imunitas seseorang terhadap patogen/toksin
tertentu.
Contoh pada kasus Kusta :
1) Pengawasan Penderita, kontak dan lingkungan
 Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah sembarangan, karena basil
bakteri masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet.
 Oleh penderita, segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin agar
bakteri yang di bawa tidak dapat lagi menularkan pada orang lain.
 Oleh masyarakat, menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka
watu yang lama, meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh dengan cara
berolaraga dan meningkatkan pemenuhan nutrisi, meningkatkan kebersihan
diri dan kebersihan lingkungan, tidak bertukar pakaian dengan penderita,
karena basil bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat.
 Oleh petugas kesehatan, melakukan penyuluhan terhadap masyarakat
mengenai mekanisme penularan kusta dan informasi tentang ketersediaan obat-
obatan yang efektif di Puskesmas.
 Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita kusta.
 Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan pengobatan.
 Upaya pencegahan cacat terdiri atas :
Upaya pencegahan cacat primer, yang meliputi :
 Pengobatan secara teratur dan adekuat
 Diagnosa dini dan penatalaksanaan neuritis
 Diagnosa dini dan penatalaksanaan reaksi
Upaya pencegahan cacat sekunder, yang meliputi :
 Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
 Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah
terjadinya kontraktur
 Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak
mendapat tekanan yang berlebihan
 Bedah plastik untuk menguragi perluasan infeksi
Contoh pada kasus Penyakit TB Paru:
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderitaan, masyarakat dan petugas
kesehatan.
Pengawasan Penderita, kontak dan lingkungan
a) Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan
membuang dahak tidak disembarangan tempat.
b) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi
harus diberikan vaksinasi BCG.
c) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB
yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
d) Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan khusus
TBC. Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat
yang memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan –
alasan sosial ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
e) Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,
pakaian) ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
f) Screening orang-orang kontak dengan pemeriksaan dahak mikroskopis dan
pemeriksaan Rontgen.
g) Penyelidikan orang–orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga
dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini negatif, perlu
diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.

6. Apa Itu PHBS ?


Jawaban :
Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment). Masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat
menerapkan cara- cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Manfaat Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu :
a) Manfaat PHBS bagi rumah tangga :
Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit. Anak
tumbuh sehat dan cerdas, Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga, maka biaya yang dialokasikan untuk
kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan
gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
b) Manfaat PHBS bagi masyarakat :
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat Masyarakat mampu
mencegah dan menanggulangi masalahmasalah kesehatan Masyarakat
memamnfaatkan pelayanan kesehatan yang ada Masyarakat mampu mengembangkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan
pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok
pemakai air, ambulan desa dan lain-lain.

7. Bagaimana Penerapan Di Puskesmas Dan Di Masyarakat, Sebutkan Contohnya?


Jawaban :
Tujuan umum program ini adalah memberdayakan individu, keluarga dan
masyarakat dalam bidang kesehatan untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri, dan
produktif. Hali ni ditempuh melalui peningkatan pengetahuan, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan budaya setempat Sasaran umum program ini adalah keberdayaan individu,
keluarga, dan masyarakat dalam bidang kesehatan yang ditandai oleh peningkatan
perilaku hidup sehat dan peran aktif dalam memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatan diri dan lingkungan sesuai sosial budaya setempat, khususnya pada masa
kehamilan, masa bayi dan kanak-kanak, remaja perempuan dan usia produktif, dan
kelompok-kelompok lain dengan kebutuhan kesehatan yang khusus. Kegiatan dan atau
pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang baik, agar tujuan tiap
kegiatan atau program itu tercapai dengan baik.
Contoh Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat di PUSKESMAS:
a) Perbaikan sanitasi lingkungan
b) Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c) Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d) Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini
dan pengobatan.
e) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
f) Untuk itu pemerintah pun dalam Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
 Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat;
 Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu ;
 Hidup dalam lingkungan sehat; dan
 Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
Masyarakat
Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat di Masyarakat :
PHBS berada di lima tatanan yakni:
1) Sembilan Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga:
 Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan.
 Memberi bayi ASI eksklusif.
 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
 Menggunakan air bersih.
 Menggunakan jamban sehat.
 Memberantas jentik di rumah.
 Makan sayur dan buah setiap hari.
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
 Tidak merokok di dalam rumah.
2) Indikator PHBS di Tatanan Sekolah :
 Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
 Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
 Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
 Olahraga yang teratur dan terukur.
 Memberantas jentik nyamuk.
 Tidak merokok.
 Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
 Membuang sampah pada tempatnya.
3) Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja :
 Kawasan tanpa asap rokok.
 Bebas jentik nyamuk.
 Jamban sehat.
 Kesehatan dan keselamatan kerja.
 Olahraga teratur.
4) Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum :
 Menggunakan jamban sehat.
 Memberantas jentik nyamuk.
 Menggunakan air bersih.
5) Indikator PHBS di Tatanan Fasilitas Kesehatan :
 Menggunakan air bersih.
 Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
 Membuang sampah pada tempatnya.
 Tidak merokok.
 Tidak meludah sembarangan.
 Memberantas jentik nyamuk
BAGIAN B
1. Apa yang dimaksud dengan DESENTRALISASI DI BIDANG KESEHATAN,
pembagiannya ada 3 tugas: Pelayanan, Keuangan dan Regulasi. Sebutkan contoh
tugas desentralisasi yang dilakukan di dinas kesehatan dan di Puskesmas.
Jawaban :
a) Definisi desentralisasi adalah Desentralisasi kesehatan merupakan bentuk pembagian
urusan pemerintahan dibidang kesehatan dari pemerintah pusat ke daerah yang
bertujuan untuk mengoptimalkan pembangunan bidang kesehatan dengan cara lebih
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan sistem desentralistik
diharapkan program pembangunan kesehatan lebih efektif dan efisien untuk
menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena sistem
desentralistik akan memperpendek rantai birokrasi. Selain itu, sistem desentralistik
juga memberi kewenangan bagi daerah untuk menentukan sendiri program serta
pengalokasian dana pembangunan kesehatan di daerahnya. Keterlibatan masyarakat
menjadi kebutuhan sistem ini untuk dapat lebih mengeksplorasi kebutuhan dan
potensi lokal.
b) 3 Tugas Pembagian Desentralisasi Pada Dinas Kesehatan dan di Puskesmas.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 10 Tahun 2008 Tanggal
20 Agustus 2008 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas
Daerah Kota Jayapura dan Peraturan Walikota Jayapura Nomor 29 Tahun 2008
Tanggal 20 Agustus 2008 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Jayapura
Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja
Dinas Daerah Kota Jayapura dengan tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan dibidang
kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kesehatan Kota Jayapura
menyelenggarakan fungsi :
1) Perumusan kebijakan tekhnis di bidang kesehatan,
2) Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
kesehatan,
3) Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas di bidang kesehatan
4) Pengaturan, pengawasan dan pemberian perizinan dibidang kesehatan
5) Pelaksanaan pelayanan tekhnis ketatausahaan Dinas
6) Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Sesuai dengan Sistem Pelayanan Kesehatan bahwa Upaya kesehatan
dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu kesehatan perorangan, kesehatan
masyarakat, dan kesehatan kewilayahan. Peran dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura
yaitu terutama pada pelayanan kesehatan masyarakat tingkat kedua dengan kegiatan :
1) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
2) Promosi Kesehatan
3) Pelayanan Kefarmasian
4) Kesehatan Lingkungan
5) Perbaikan Gizi
6) Kesehatan Ibu, anak dan keluarga berencana.

2. Dinas Kesehatan Menjalankan Pembagian Tugas dan Fungsi Untuk Melaksanakan


DESENTRALISASI Sebutkan Sesuai dengan 3 Tugas Tersebut.
Jawaban :
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 10 Tahun 2008 Tanggal 20
Agustus 2008 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah
Kota Jayapura dan Peraturan Walikota Jayapura Nomor 29 Tahun 2008 Tanggal 20
Agustus 2008 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 10 Tahun
2008 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah Kota
Jayapura dengan tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah
berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan dibidang kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kesehatan Kota Jayapura
menyelenggarakan fungsi :
1) Perumusan kebijakan tekhnis di bidang kesehatan,
2) Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
kesehatan,
3) Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas di bidang kesehatan
4) Pengaturan, pengawasan dan pemberian perizinan dibidang kesehatan
5) Pelaksanaan pelayanan tekhnis ketatausahaan Dinas
6) Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Sesuai dengan Sistem Pelayanan Kesehatan bahwa Upaya kesehatan dikategorikan
dalam 3 (tiga) kategori, yaitu kesehatan perorangan, kesehatan masyarakat, dan kesehatan
kewilayahan. Peran dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura yaitu terutama pada pelayanan
kesehatan masyarakat tingkat kedua dengan kegiatan :
1) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
2) Promosi Kesehatan
3) Pelayanan Kefarmasian
4) Kesehatan Lingkungan
5) Perbaikan Gizi
6) Kesehatan Ibu, anak dan keluarga berencana.

3. Mengapa Suatu Tempat Pelayanan Kesehatan disebut Puskesmas ?


Jawaban :
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah
kerjanya. Adapun pelayanan kesehatan yang terdapat di puskesmas, yakni :
1) Pelayanan promosi kesehatan :
Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM), Sosialisasi program kesehatan ,
survey perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penilaian strata posyandu
2) Pelayanan kesehatan lingkungan :
Pengawasan kesehatan lingkungan berupa SPAL (saluran pembuangan air
limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat
umum), institusi perkantoran, dan survey jentik nyamuk (SJN).
3) Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana :
Antenatal Care (ANC), Postnatal Care (PNC), pertolongan persalinan, rujukan
ibu hamil resiko tinggi, pelaynan neonatus, kemtraaan dukun bersalin, menajemen
terpadu balita sakit (MTBS).
4) Pelayanan gizi:
Penimbangna bayi balita, pelacakan dan perawatan gizi buruk, stimulasi dan
deteksi dini tumbuh kembang anak, dan penyuluhan gizi.
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit:
Surveilens terpadu penyakit (STP), pelacakan kasus seperti TBC, kusta, DBD,
malaria, flu burung, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, infeksi menular
seksual (IMS), penyuluhan penyakit menular.
6) Pelayanan pengobatan :
Pengobatan dalam gedung: poli umum, poli gigi, apotek, unit gawat darurat
(UGD),perwatan penyakit (rawat inap), pertolongan persalinan (kebidanan),
7) Pengobatan luar gedung:
rujukan kasus dan pelayanan puskesmas keliling (pusling).
Kesehatan Reproduksi adalah bidang multi disiplin mengenai praktek dan
penyelidikan yang berkaitan dengan keadaan fisik mental dan kesejahteraan sosial dan
bukan hanya ketidak tiadaan penyakit atau kelemahan semata, dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem kesehatan reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Pusat Kesehatan
Reproduksi berusaha untuk meninngkatkan status kesehatan Reproduksi Nasional dan
global melalui penelitian, pendidikan, dan layanan dari perspektif Kesehatan Masyarakat.

4. Apa Tugas Pokok Puskesmas (Berapa Jumlahnya)?


Jawaban :
1) Promosi Kesehatan
a) Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan
masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi,
menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan
suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untukmengenali,
menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
b) Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
c) Sasaran
 Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
 Penyuluhan Kesehatan
 Penyuluhan dalam gedung
 Penyuluhan luar gedung
 Penyuluhan kelompok :
 Kelompok posyandu
 - Penyuluhan masyarakat
 - Anak sekolah
 Penyuluhan perorangan : PHN
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
 Advokasi program kesehatan dan program prioritas
 Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A, narkoba, P2M DBD,
HIV, malaria, diare
d) Promosi kesehatan tentang narkoba
e) Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
f) Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2) Kesehatan Lingkungan
a) Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping
faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial
terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik,
kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan
upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya
kesehatan  lingkungan sangat penting.
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf
Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam
pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai
pemeliharaan.
b) Tujuan
Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya
kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari
segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan
bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang
lebih baik.
Tujuan Khusus
 Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
 Terwujudnya pemberdayaan  masyarakat dan keikut sertaan sektor lain
yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.
 Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan
dan permukiman yang berlaku.
 Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
 Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan
makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.
c) Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan
Puskesmas meliputi:
 Penyehatan air
 Penyehatan makanan dan minuman
 Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
 Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
 Penyehatan pemukiman
 Pengawasan sanitasi tempat umum
 Pengamanan polusi industri
 Pengamanan pestisida
 Klinik sanitasi

5. Bagaimana Memantau Mutu Pelayanan Gizi di Puskesmas?


Jawaban :
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada
balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih
11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat
angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan
dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa
sampai saat ini masih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai
persepsitidak benar terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1%
dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi
terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling bagi
jemaah haji.
a) Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
b) Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan,
penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
c) Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan
gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya
terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk
kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
d) Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
e) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
f) Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan
dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana
dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh
g) Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK).Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI,
dsb.Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam
waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
h) Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor  kesehatan.
Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif
terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK
i) Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi
masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
j) Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari
petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien
k) Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis  fungsional di
bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas
dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma
III Gizi
l) Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
m) Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat
jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi..
n) Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang,
atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
o) Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit ginjal, dll
p) Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung
q) Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas.

6. Bagaimana memantau mutu pelayanan P2M di puskesmas ?


Jawaban :
Di berbagai negara masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang
berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah
bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya.
Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam penularan dan
penyebaran penyakit menular, baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi
dasar maupun akibat pencemaran lingkungan. Sehingga insidens dan prevalensi penyakit
menular yang berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing Sumber Daya Manusia
Indonesia.
Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M)
Berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular, maka Dinas Kesehatan
bertugas mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan kerja
sama semua pihak yang terkait serta memfasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam
pelaksanaan manajemen program yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya(dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan dengan menyesuaikan tugas
pokok dan fungsi serta uraian kegiatan program P2M, maka strategi operasional yang
dilakukan dalam penanggulangan pemberantasanpenyakit menular  diantaranya melalui :
a) Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
dalam penanggulangan penyakit menular  dengan strategi DOTS;
b) Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta;
c) Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral,  Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), institusi pendidikan, dan lain-lain;
d) Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
mengatasi masalah TBC;
e) Penelitian dan pengembangan melalui penelitian lapangan atau kerja sama dengan
institusi pendidikan, LSM, organisasi profesi dan lain-lain dalam upaya
penanggulangan penyakit menular.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan program P2M di Dinas Kesehatan Propinsi
adalah :
a) Meningkatkan upaya penemuan penderita di RS;
b) Meningkatkan peran PKD dalam penemuan tersangka penderita;
c) Meningkatkan upaya penemuan penderita melalui pesantren;
d) Meningkatkan penemuan penderita di tempat kerja;
e) Meningkatkan peran Lapas dalam penemuan penderita; Meningkatkan peran serta
PKK, Muhammadiyah/ Aisyiah/ Fatayat/ NU dan
f)  Meningkatkan petugas PTO dan pengelola Program TBC. Seksi Yang Terkait
Dengan Program P2M
Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang
akan dimanfaatkan dalam :
a) Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan
evaluasi program pemberantasan penyakit serta programpeningkatan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit menular, penyakit
tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan program kesehatan
lainnya.
b) Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan keracunan
serta bencana.
c) Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembanganprogram Surveilans
epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya surveilans epidemiologi
infeksi nosokomial, perencanaan di rumah sakit dsb.
• Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi dapat
diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain :
d) Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko
terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan,
dan lain–lain
e) Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya
f) Untuk menentukan reservoir dari infeksi
g) Untuk memastikan keadaan–keadaan yang menyebabkan bisa  berlangsungnya
transmisi penyakit.
h) Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
i) Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara  penularannya,
distribusinya, dsb.

7. Bagaimana Memantau Mutu Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas ?


Jawaban :
Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu
pelayanan Program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat Kabupaten/
Kota. Peningkatan mutu Program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di
masing-masing wilayah kerja.Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut
dikembangkan Sistem PWS KIA (Pemantau Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak).
Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut
dapat diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau cakupan
pelayanan KIA tersebut dekembangkan sistem PWS KIA.
Dengan melakukan PWS KIA diharapkan :
a) Cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu
wilayah kerja.
b) Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi
kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran.
c) PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.
d) Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/ kota dapat digunakan
untuk menentukan puskesmas dan desa/ kelurahan yang rawan. (Depkes, 2009)
Prinsip dan strategi pengelolaan program kia
Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan efisien.
Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
a) Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik
serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
b) Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara brangsur.
c) Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaa kesehatan maupun
dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya
secara terus-menerus. (Wijoyo, Djoko. 2008).
Indikator kia
a) Pelayanan Antenatal (ANC)
1) Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan (Wijoyo, Djoko. 2008).
2) Tujuan asuhan kehamilan (antenatal care) adalah:
• Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
• Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi.
• Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
• Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
• Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan trauma
seminimal mungkin.
• Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehamilan bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Syafrudin. 2009).
b) Kunjungan KIA
Adalah kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan (Wijoyo,
Djoko. 2008).
c) Kunjungan K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih,
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan
syarat:
 Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
 Minimal satu kali kontak pada triwulan II.
 Minimal dua kali kontak pada triwulan III. (Wijoyo, Djoko. 2008)
d) Kunjungan Neonatal
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di
dalam gedung puskesmas maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa,
polindes dan kunjungan rumah). Kunjungan neonatal terdiri dari:
 KN 1 = kontak neonatal dengan tenaga profesinal pada umur 0-7 hari.
 KN 2 = kontak neonatal dengan tenaga professional pada umur 8-28 hari.
(Wijoyo, Djoko. 2008)
e) Cakupan Akses
Adalah persentasi ibu hamil disuatu wilayah, dala kurun waktu tertentu, yang
peeernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selam
kehamilan (Wijoyo, Djoko. 2008).
f) Sasaran Ibu Hamil
Adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun
(Wijoyo, Djoko. 2008).
g) Cakupan ibu hamil K4
Adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang
pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standart paling sedikit empat kali
(Wijoyo, Djoko. 2008).
h) Ibu Hamil Beresiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu
hamil normal (Wijoyo, Djoko. 2008).
i) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
 Definisi : Persentase ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu,
yang ditolong persalinannya oleh tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).
 Upaya peningkatan mutu pelayanan
 Meningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga
bidan dalam Asuhan Persalinan Normal.
 Bidan desa harus proaktif dalam pelayanan kesehatan didesanya masing-
masing.
 Menjalin kemitraan yang baik antara bidan dan dukun.
j) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat
Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh kader dan dukun
bayi, dan kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenaga kesehatan dalam kurun waktu
tertentu (Syafrudin. 2009).
k) Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Berisiko oleh Tenaga Kesehatan
Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan baik oleh tenaga
kesehatan maupun oleh kader atau dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga
kesehatan, yang kemudian ditinjak lanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani
sesuai kewenangan dan/atau dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi), dalam
kurun waktu tertentu (Syafrudin. 2009).
l) Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Adalah menemukan ibu hamil berisiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun
bayi, dan tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).
8. Bagaimana Memantau Mutu Pelayanan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan di
Puuskesmas?
Jawaban :
a) Dalam Permenkes RI: No 3 Th 2014 : tt Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
disebutkan :
1) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah
pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
2) Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut Pilar STBM
adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
3) Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan
sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh
perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat.
4) Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu
dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar
sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit.
5) Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air
bersih yang mengalir dan sabun.
6) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga adalah melakukan
kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk
memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan
untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan
dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.
7) Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan
sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai
ulang, dan mendaur ulang.
8) PengamananLimbah Cair Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan
pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan
mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutus mata rantai
penularan penyakit.
b) Permenkes RI No 13 Th 2015 tt Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
di Puskesmas
1) Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan.
2) Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Puskesmas.
3) Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan
dengan kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi
terhadap terjadinya penyakit dan/atau gangguan kesehatan.
4) Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan
minimal Diploma Tiga di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.
9. Bagaimana Memantau Penderita TB Paru, Kusta, Malaria di Puskesmas?
Jawaban :
Pemantauan penderita penyakit TB paru, kusta, filariasis pada dasarnya hampir
sama yaitu mulai dari melacak/menjaring pasien suspek atau yang telah positif TB paru,
kusta, filariasis, kemudian melakukan memantau kepatuhan minum obat serta melihat
kontak pasien dengan keluarga atau masyarakat.
a) Pengendalian Penyakit TB Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan
TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di
sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.
Strategi pengendalian penyakit tuberkulosis dengan strategi DOTS
dilaksanakan dengan melibatkan semua unit pelayanan kesehatan baik Puskesmas.
Rumah sakit, Pustu, klinik, balai pengobatan dan dokter praktek Swasta/ DPS.
Keberhasilan upaya pengendalian tuberkulosis diukur dengan melihat cakupan
penemuan penderita (minimal 83% dari perkiraan penderita baru BTA positif), angka
konversi (>80%), angka kesembuhan (>85%) serta angka kesalahan pemeriksaan
laboratorium kasus TB error rate (<5%).
b) Pengendalian Penyakit Kusta
Pelaksanaan upaya pengendalian penyakit Kusta diperkuat dengan senantiasa
meningkatkan kemampuan manajemen teknis petugas ditingkat kabupaten/kota.
Sebagian besar pengelola program sudah mendapatkan pelatihan program P2 kusta,
namun seiring dengan berjalannya waktu beberapa diantaranya dirotasi ke program
lain atau memasuki jenjang pensiun. Oleh karena itu, pelatihan bagi petugas baru dan
refreshing bagi petugas yang lama perlu untuk terus dilakukan.
Pembentukan Puskesmas rujukan Kusta serta peningkatan kapasitas petugas
dalam mengenali tanda-tanda kusta perlu dilakukan dalam rangka penguatan
program pada daerah low endemic. Selain itu penyebaran informasi kusta ke
masyarakat melalui berbagai media informasi baik media elektronik., cetak maupun
penyuluhan langsung ke masyarakat perlu untuk terus dilakukan.
Untuk mencapai keberhasilan eliminasi penyakit kusta, perlu untuk
diperhatikan keberadaan penderita kusta yang belum ditemukan, baik karena
tersembunyi atau memang bersembunyi karena takut (phobia). Para pengambil
kebijakan, petugas kesehatan diunit pelayanan kesehatan (UPK) dan masyarakat
perlu senantiasa diingatkan bahwa masih terdapat kantong-kantong penyakit kusta
yang perlu mendapat penanganan.
c) Pengendalian Penyakit Malaria
Di Indonesia malaria tersebar diberbagai daerah terutama di Indonesia bagian
Timur. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2015 tingkat prevalensi malaria
paling tinggi yaitu Papua barat (10,6%), Papua (10.1%), dan Nusa Tenggara Timur
(4.4%). Kasus penyakit malaria pada tahun 2012 terdapat 24.913 % (43%) jiwa
positif malaria, tahun 2013 terdapat 28.133 (39%) jiwa positif malaria , tahun 2014
terdapat 22.558 jiwa positif malaria, tahun 2015 terdapat 25.911 (35%) jiwa positif
malaria dan terakhir dari tahun 2016 terdapat 25.078 jiwa positif malaria. Menurut
API atau Annual Paracite Incidence Malaria Kota Jayapura masihmenjadi masalah
kesehatan yang serius dimana 5 tahun terakhir kerja dipeningkatan yang signifikan
dari API > dari 100 per 1000 penduduk menjadi 232 per 1000 penduduk di tahun
2013 kemudian pada tahun 2016 menjadi 203 per 1000 penduduk.

10. Bagaimana Dengan Surveilance Dari TB Paru, Kusta, Malaria?


Jawaban :
Pemantauan yang dilakukan petugas terhadap 3 penyakit menular ini hampir sama
yaitu selain pengawasan masyarakat (mencari orang-orang yang dianggap suspek penyakit
Tb, kusta dan malaria), kemudian melakukan pengawasan terhadap kepatuhan minum obat
kepada pasien yang telah didiagnosa penyakit tersebut mulai dari awal minum obat sampai
dinyatakan pengobatan tuntas, edukasi kepada masyarakat sekitar sehingga terbentuk
kesadaran untuk menjaga agar tidak terjadinya penularan, dan yang tak kalah pentingnya
adalah pemantauan angka prevalensi dari ketiga penyakit tersebut dari tahun ke tahun.

11. Sebutkan Tupoksi Puskesmas Sesuai Struktur Dalam Memenuhi Semua Aspek
Upaya Pelayanan Kesehatan !
Jawaban :
Dalam regulasi dan kebijakan tentang Puskesmas, ditetapkan bahwa tugas pokok dan
fungsi Puskesmas mencakup empat hal, yaitu :
a) sebagai pembina kesehatan wilayah (Peraturan Menteri Kesehatan No. 75/2014
tentang Puskesmas dan Peraturan Pemerintah No. 18/2016 tentang Perangkat
Daerah);
b) menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat atau UKM (Kepmenkes No.
128/2004 dan PMK 75/2014);
c) menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan atau UKP (Kepmenkes No.
128/2004 dan PMK 75/2014); dan
d) melaksanakan fungsi-fungsi manajemen Puskesmas (Kepmenkes No. 128/2004).

BAGIAN C
1. Bagaimana Masalah Air Bersih di Puskesmas ?
Jawaban :
Di Indonesia, terdapat 62% rumah tangga dengan akses sumber air minum yang
layak pada tahun 2007 dan hanya meningkat 4,8% menjadi 66,8% pada tahun 20133,5.
Artinya hanya 6 dari 10 rumah tangga memiliki sumber air minum layak. Demikian juga
halnya, hanya 59,8% rumah tangga di tahun 2013 memiliki fasilitas Buang Air Besar
(BAB), peningkatan dari sekitar 40,3% pada tahun 20073,5. Hal tersebut masih jauh dari
target Millennium Development Goals (MDGs) dimana sebanyak 68,87% penduduk di
tahun 2015 ini harus mendapatkan akses air minum layak dan 62,4% memiliki akses
sanitasi.
Dampak dari kekurangan air bersih dan sanitasi tersebut menyebabkan berbagai
macam penyakit yang berbasis lingkungan. Rata-rata 5000 anak setiap hari meninggal di
dunia akibat penyakit yang berhubungan dengan air dan sanitasi1. 8 dari 10 anak
meninggal akibat diare diseluruh dunia karena sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk
serta air minum yang tidak aman2. Di Indonesia, diare masih merupakan pembunuh nomor
satu untuk kematian balita. Pada tahun 2007, 3 dari 10 anak meninggal pada usia antara 1
bulan hingga satu tahun, dan 2 dua dari 10 anak meninggal pada usia antara 1-4 tahun
disebabkan karena diare3. 4 dari 10 anak meninggal usia 0-11 bulan dikarenakan diare di
tahun 20104.
Dalam menangani krisis ini, salah satu upaya pemerintah adalah dengan membentuk
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL). Pokja ini
didirikan untuk mengawal pembangunan sanitasi dan air minum yang berkelanjutan.
Program yang diinisiasi POKJA AMPL termasuk Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP), Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Penyedian Air Minum
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS), Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM), Sanitation Information System
(NAWASIS) dan Sanitasi Sekolah.

2. Bagaimana Anda Bersikap Sebagai Seorang Dokter Di Puskesmas Yang Air


Bersihnya Sulit?
Jawaban :
a) Mencari sumber mata air.
b) Bila sudah ditemukan sumbernya dilihat apakah memenuhi syarat air bersih atau
tidak dan sementara menggunakan penyaringan.
c) Buat penampungan air dan berikan kaporit
d) Melaporkan memeriksa sampel air minum yang dikonsumsi di Laboratorium
Kesehatan Daerah dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan lingkungan, petugas kesehatan di lingkungan
kerja puskesmas koya barat melakukan pemeriksaan kesehatan perumahan atau rumah
sehat. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh petugas setiap 3 bulan dengan cara
pengambilan sampel perumahan secara acak, pemeriksaan air bersih yang juga dilakukan
setiap 3 bulan dengan pemeriksaan yang dilakukan di labkesda.

BAGIAN D
1. Apa Yang Didapat Di PKR?
Jawaban :
Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) merupakan organisasi fungsional yang
menyelengarakan upaya kesehatan dalam menanggulangi HIV/AIDS dan IMS dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas dan populasi kunci di kota
jayapura (Bar, Panti pijat, LSL, Waria, PS Jalanan Dan Lokalisasi). Sehingga para pekerja
sex langsung dan tidak langsung dapat datang memeriksakan diri tanpa harus malu datang
saat memeriksakan ke RS.
Misi:
a) Memberikan informasi secara terus-menerus kepada masyarakat tentang
IMS dan HIV.
b) Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan, pengobatan dan
dukungan kepada klien yang terintegrasi.
c) Memutuskan rantai penularan IMS-HIV melalui pemakaian kondom.
d) Menjaga kesehatan reproduksi remaja.
Tupoksinya dan program:
Pusat Kesehatan Reproduksi memiliki beberapa program prioritas yang merujuk
pada Perda Kota Nomor 16 Tahun 2011 tentang pencegahan dan penanggulangan
IMS/HIV-AIDS sekota Jayapura.
Adapun program prioritas dalam pelayangn Pusat Kesehatan yaitu:
• Pelayanan pemeriksaan HIV-AIDS
• Pelayanan permeriksaan IMS
• Pelayanan kesehatan reproduksi remaja
• Upaya promosi kesehatan terapi atau pengobatan
• Terapi/Pengobatan
Selain itu juga ada beberapa pelayanan yang terintegrasi yang sudah dilaksanankan
di Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura yaitu:
1) Pelayanan KB
• Suntik
• Susuk
• Spiral
• Pil
• Kondom
2) Merima pelayanan rujukan IMS
3) Pelayanan Ibu Hamil
4) Pelayanan Kesehatan Reproduksi
5) Menerima Pelayanan Rujukan IMS
6) Pelayanan Deteksi Dini Kanker Mulut Rahim (IVA)
7) Tindik Telinga
2. Apakah Tanggapan Anda Sebagai Seorang Dokter Terhadap Adanya Pelayanan KB
Juga Di PKR, Mengapa KB Diperlukan Saat Ini dan Sebagai Bagian dari Pelayanan
Kesehatan dan Pembangunan Manusia?
Jawaban :
Perlunya KB sebagai pelayanan kesehatan dan pembangunan manusia:
 KB diperlukan untuk menekan jumlah tingkat kelahiran. Mengingat jumlah wanita
subur (WUS) di indonesia sangat tinggi.
 Untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan kesehatan reproduksi yang
berkualitas
 Menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
 Serta membangun keluarga kecil berkualitas
 Mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang

BAGIAN PUSKESMAS KOYA BARAT


1. Bagaimana siklus hidup plasmodium penyebab penyakit malaria ?
Jawaban :
Menurut CDC Malaria  tahun 2011,  terdapat tiga tahapan dalam siklus hidup
Plasmodium yaitu pertumbuhan aseksual di dalam sel hati atau di luar eritrosit
(exoerythrocytic schizogoni), pertumbuhan aseksual di dalam eritrosit (erythrocytic
schizogoni) dan pertumbuhan seksual di dalam tubuh nyamuk (sporogoni).
a) Siklus Schizogoni Exoerythrocytic
Siklus ini dimulai saat sporozoit masuk ke darah manusia lewat gigitan nyamuk
pada permukaan kulit. Setelah itu sporozoit akan menuju ke hati. Di dalam sel
parenkim hati sporozoit memulai perkembangan aseksual, P. falciparum selama 5,5
hari dan P. malariae 15 hari, kemudian terbentuk skizon hati yang akan
mengeluarkan merozoit ke sirkulasi darah. P. vivax dan P. ovale di hati membentuk
hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun dan menyebabkan terjadinya
relaps (Garcia dan Bruckner, 1996; Harijanto, 2007).
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit
yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah
selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan
menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari
10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang
berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian
tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi
bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel
hati selama berbulan-bulan sampai bertahun- tahun. Pada suatu saat bila imunitas
tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps atau kambuh
(Depkes RI.2006)
b) Siklus Schizogoni Erythrocytic
Setelah merozoit menyerang eritrosit dan masuk ke dalam eritrosit parasit akan
berubah menjadi bentuk cincin. Parasit memakan haemoglobin dan menghasilkan
pigmen yang disebut hemozoin. Eritrosit lebih elastis dan dinding berubah menjadi
lonjong. Pada P. falciparum tonjolannya disebut knob yang nantinya penting dalam
proses cytoadherence dan rosetting. Setelah 36 jam invasi, parasit berubah menjadi
skizon, dan bila skizon pecah akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap
menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada P. falciparum, P. ovale dan
P. vivax ialah 48 jam dan pada P. malariae adalah 72 jam (Garcia dan Bruckner,
1996; Harijanto, 2007).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit
tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi
skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya.
Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni
darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium
seksual yaitu gametosit jantan dan betina. (Depkes RI. 2006)
Banyak merozoit dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh, sedangkan lainnya
akan menginvasi eritrosit untuk mulai dengan siklus eritrositik yang baru. Setelah
beberapa generasi siklus eritrositik, beberapa merozoit tidak berkembang menjadi
skizon, tetapi mulai mengembangkan diri menjadi gametosit jantan dan betina. Pada
tiga spesies Plasmodium bentuk seksual dan aseksualnya beredar dalam peredaran
darah. (Garcia dan Bruckner, 1996; Harijanto, 2007).
c) Siklus Sporogoni
Menurut Harijanto (2000), apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah
yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina
melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk
ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Siklus ini dimulai pada saat gametosit yang terbentuk dalam eritrosit manusia
terhisap oleh nyamuk pada saat menggigit. Mikrogametosit yang terisap bersama
eritrosit kemudian keluar dari eritosit dan berubah menjadi 6-8 mikrogamet yang
berbentuk seperti cambuk dan bergerak aktif. Sedangkan makrogametosit akan
berdiferensiasi menjadi makrogamet yang memiliki nucleus yang besar di dekat
dinding sel. Mikrogamet bergerak dengan flagellanya mencari makrogamet dan
melakukan penetrasi untuk pembuahan sehingga menghasilkan zygot. Selanjutnya
zygot berubah menjadi fusimormis yang bergerak aktif dan masuk dalam stadium
ookinet. Ookinet membesar dan mulai memasuki sel epitel lambung nyamuk dan
diikuti pembentukan dinding tebal dan selanjutnya disebut oosista. Pembelahan inti
terjadi pada oosista yang telah masak sehingga terbentuk 1000-10.000 sporozoit yang
kemudian memasuki hemocoel nyamuk dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk
termasuk dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoit yang berada di kelenjar ludah
nyamuk siap diinfeksikan kembali ke tubuh manusia (Natadisastra dan Agoes, 2009).
Rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia
sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung
dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari
sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik. (Harijanto, 2000)
Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat masuknya gametosit ke dalam
tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogami dalam nyamuk yaitu
terbentuknya sporozoid yang kemudian masuk kedalam kelenjar liur. Masa inkubasi
Ekstrinsik untuk setiap species sebagai berikut:
1. Parasit falciparum : 10 – 12 hari
2. Parasit vivax    : 8 – 11 hari
3. Parasit malariae : 14 hari
4. Parasit ovale    : 15 hari
Masa inkubasi Intrinsik adalah waktu mulai masuknya Sprozoid darah sampai
timbulnya gejala klinis/demam atau sampai pecahnya sizon darah dalam tubuh
penderita. Masa inkubasi Intrinsik berbeda tiap species :
1. Plasmodium falciparum    : 10 – 14 hari (12)
2. Plasmodium vivax    : 12 – 17 hari (13)
3. Plasmodium malariae    : 18 – 40 hari (28)
4. Plasmodium ovale    : 16 – 18 hari (7)
2. Bagaimana memutuskan rantai penularan malaria di PKM Koya Barat ?
Jawaban :
a) Pencegahan terhadap host
Pencegahan dengan cara pengobatan kemoprofilaksis yang ditujukan pada
orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam jangka waktu yang tidak
lama, tetapi bila untuk waktu yang lama dianjurkan menggunakan personal
protection (memakai kelambu, repellent, kawat kassa dan lain-lain). Pada tahun 2018
trelah dilakukan program pembagian kelambu pada semua warga di daerah kerja
Puskesmas Koya Barat, dengan ini diharapkan angka kesakita Malar5ia dapat
diturunkan.
b) Pencegahan terhadap agent
Pencegahan agent (nyamuk Anopheles) dengan cara pencegahan sederhana
yang dapat dilakukan oleh semua masyarakat. Menghindari atau mengurangi gigitan
nyamuk malaria, yaitu antara lain dengan cara tidur di dalam kelambu, menghindari
kegiatan di luar rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan anti gigitan
nyamuk (repellent atau obat nyamuk bakar), memasang kasa pada ventilasi dan
mendekatkan kandang ternak besar dari rumah dengan jarak 200 meter.
Membersihkan tempat sarang nyamuk, yaitu membersihkan semak atau pohon
rindang di sekitar rumah, melipat kain-kain yang bergantungan dan
mengusahakanrumahtidak gelap serta mengalirkan atau menimbun genangan air di
sekitar rumah. Intervensi pemakaian kelambu sering dilakukan oleh masyarakat
sendiri dan dijadikan satu intervensi utama dalam program pengendalikan malaria.
c) Upaya Pengelolaan Lingkungan (Source Reduction)
Pengelolaan lingkungan mencakup kegiatan modifikasi dan manipulasi
lingkungan atau interaksinya dengan manusia, yang bertujuan untuk mencegah,
membatasi perkembangbiakan vektor dan mengurangi kontak nyamuk dengan
manusia. Modifikasi lingkungan merupakan suatu upaya pengelolaan lingkungan
yaitu meliputi perubahan fisik bersifat permanen terhadap air dan tanaman, yang
bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor tanpa
mengganggu kualitas lingkungan bagi kehidupan manusia. Kegiatan ini dapat berupa
pembuatan drainase dan penimbunan genangan tempat perindukan, perubahan
salinitas, pengaturan permukaan air waduk, pembersihan tanaman, peneduhan dan
pengeringan rawa

3. Bagaimana pengobatan malaria di PKM Koya Barat ?


Jawaban :
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini yaitu dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT
secara oral. Malariaberat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan
ACT oral. Di samping itu, diberikan juga Primakuin sebagai gametosidal dan
hipnozoidal (Kemenkes RI, 2017:9).
Menurut Kemenkes RI (2017:9-12), pengobatan malaria tanpa komplikasi
yang dianjurkan saat ini adalah:
1. Pengobatan malaria falciparum dan malaria vivax
Pengobatan malaria falciparum dan vivax saat ini menggunakan
ACT ditambah Primakuin. Dosis ACT untuk malaria falciparum sama
dengan malaria vivax. Primakuin untuk malaria falciparum hanya
diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0.25 mg/kgBB dan untuk
malaria vivax selama 14 hari dengan dosis 0.25 mg/kgBB. Primakuin
tidak boleh diberikan pada bayi yang berumur <6 bulan. Pengobatan
malaria falciparum dan malaria vivax adalah Dihidroartemisinin-
Piperakuin (DHP) + Primakuin.
Tabel 2. 6.Pengobatan Malaria falciparum Menurut Berat Badan (Dikutip
dari: Kemenkes RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria).

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Berat Badan (kg)
<4 4-6>6- 11- 18- 31- 41- ≥60
10 17 30 40 59
0-1 2-5 <6-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahu tahu
n n
1-3 DHP 1⁄ 1⁄ 1⁄ 1 11⁄3 2 3 4
2
3 2
1 Primakuin - - 1⁄ 1⁄ 1⁄ 3⁄ 1 1
4 4 2 4

Tabel 2. 7. Pengobatan Malaria vivax Menurut Berat Badan


(Dikutip dari: Kemenkes RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria).

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Berat Badan (kg)
<4 4-6>6- 11- 18- 31- 41- ≥60
10 17 30 40 59
0-1 2-5 <6-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahu tahu
n n
1-3 DHP 1⁄ 1⁄ 1⁄ 1 11⁄2 2 3 4
3 2
1-14 Primakuin - 2- 1 1
1⁄ 1⁄ 1⁄ 3⁄
4 4 2 4

Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila

penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat

dapat berdasarkan kelompok umur. Apabila ada ketidaksesuaian antara

umur dan berat badan (pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai

adalah berdasarkan berat badan. Apabila penderita malaria falciparum

dengan BB >80 kg datang kembali dalam waktu 2 bulan setelah

pemberian obat dan pemeriksaan sediaan darah masih positif

P.falciparum, maka dapat diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan

menjadi 5 tablet/hari selama 3hari.

Untuk anak dengan obesitas digunakan dosis berdasarkan berat

badan ideal. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Semua obat

anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena

bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih

dahulu setiap akan minum obat antimalaria.

2. Pengobatan malaria vivax yang relaps

Pengobatan kasus malaria vivax relaps (kambuh) diberikan dengan

obat regimen ACT yang sama tetapi dosis Primakuin ditingkatkan

menjadi 0.5 mg/kgBB/hari.

3. Pengobatan malaria ovale

Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP

ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya


sama dengan untuk malaria vivax.

4. Pengobatan malaria malariae

Pengobatan P.malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama

3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak

diberikan Primakuin.

5. Pengobatan infeksi campur P.falciparum +P.vivax/P.ovale

Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari

serta Primakuin dengan dosis 0.25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Tabel 2. 8. Pengobatan Infeksi Campur P.falciparum +

P.vivax/P.ovale

(Dikutip dari: Kemenkes RI. 2017. Buku SakuPenatalaksanaan Kasus


Malaria)

Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau

puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, maka

penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis

malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.

Sebelum dirujuk berikan Artesunat intramuskular dengan dosis 2,4 mg/kgBB.

Setelah sampai di puskesmas perawatan atau RS maka diberikan Artesunat

intravena (parenteral), yang merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia maka

dapat diberikan Kina drip (Kemenkes RI,2017:13).


Jika dengan pengobatan lini pertama di atas pada pemantauan penderita

ditemukan gejala klinis menetap atau memburuk atau timbul kembali yang

disertai parasit aseksual tidak berkurang maka diberikan pengobatan lini ke-dua.

Pegobatan lini kedua untuk malaria adalah dengan menggunakan kina dan

primakuin. Pada malaria falciparum ditambah doksisiklin atau tetrasiklin (untuk

anak < 8 tahun dan ibu hamil kontraindikasi sehingga diberi klindamisin).

Lini kedua pengobatan malaria falciparum : Kina +

Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin. Lini kedua Pengobatan Malaria vivax :

Kina + Primakuin Dosis Kina : 3 x 10 mg/kgBB/hari selama 7 hari Dosis

Tetrasiklin : 4 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari selama 7 hari Dosis Doksisiklin

(diberikan selama 7 hari) : - Usia > 15 tahun : 3.5 mg/kgBB/hari diberikan 2

kali sehari - Usia 8-14 tahun : 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari Dosis

Klindamisin : 10 mg/kg BB/kali diberikan 2 kali sehari selama 7 hari.

Pemberian primakuin sesuai dengan jenis infeksi malarianya (Kemenkes

RI,2018:12).

1. Kemasan dan cara pemberianArtesunat

Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk

kering Asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi Natrium

bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml larutan Sodium

artesunat. Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%

sebanyak 5 ml, sehingga didapatkankonsentrasi 60 mg/6 ml (10 mg/ml).

Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan. Artesunat diberikan dengan

dosis 2,4 mg/kgBB intravena (IV) 3 kali pada jam ke 0, 12 dan 24.
Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgBB intravena setiap 24 jam sehari

sampaipenderita mampu minum obat (Kemenkes RI,2017:13).

Contoh perhitungan pemberian dosis Artesunat parenteral,

misalnya: penderita dengan BB = 50 kg. Maka dosis yang perlu diberikan

= 2,4 mg x 50 = 120 mg. Penderita tersebut butuh 2vial Artesunatperkali

pemberian.Bila penderita sudah dapat minum obat, makapengobatan

dilanjutkan dengan regimen DHP atauACTlainnya (3 hari) + Primakuin

(sesuai dengan jenisplasmodium) (Kemenkes RI, 2017:14).

2. Kemasan dan cara pemberian Kina drip

Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat.

Obat ini diberikan pada daerah yangtidak tersedia Artesunat

intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul Kina

dihidroklorida25%. Satu ampul berisi 500 mg/2 ml. Kina tidak boleh

diberikan secara bolus intravena, karena toksik bagi jantung dan dapat

menimbulkan kematian. Dosis Kina maksimum yang diberikan untuk

dewasa adalah 2.000 mg/hari (Kemenkes RI, 2017:14).

Pemberian Kina pada orang dewasa menurut Kemenkes RI

(2017:14-15), yaitu sebagai berikut:

a. Loading dose: 20 mg garam/kgBB dilarutkan dalam 500 ml

Dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama

(perhatikan jika terjadi overload cairan).

b. 4 jam kedua hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl0,9%.

c. 4 jam berikutnya berikan Kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgBB


dalam larutan 500 ml Dextrose 5% atau NaCl 0,9% (hati-hati

overload cairan).

d. 4 jam selanjutnya, penderita hanya diberikan cairan Dextrose 5%

atau NaCl0,9%.

e. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai

penderita dapat minum Kinaper-oral.

f. Bila sudah dapat minum obat, pemberian Kina intravena diganti

dengan Kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali

diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama Doksisiklin atau

Tetrasiklin pada orang dewasa atau Klindamisin pada ibu hamil.

Dosis total Kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian Kina

perinfus yang pertama.

Pemberian kina pada anak, yaitu: Kina HCl 25% diberikan per-infus

dengan dosis 10 mg/kgBB, bila umur <2 bulan maka dosisnya adalah 6-8

mg/kgBB. Pemberian Kina yaitu diencerkan dengan Dextrose 5% atau

NaCl 0,9% sebanyak 5-10 cc/kgBB diberikan selama 4 jam dan diulang

setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat (Kemenkes RI, 2017:13).

4. Kapan pasien di rujuk ?


Jawaban :
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau
puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, misalnya jika
dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang
lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis
serta pengobatan. Gejala klinis dari malaria berat yang perlu dirujuk, yaitu ditandai
dengan :
1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik
<80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit
a. >100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%

Gambaran laboratorium :
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi,
< 7gr% untuk endemis sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau
hematokrit <15%)
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di
daerah endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)

5. Bagaimana pencegahan terhadap penderita malaria turis ?


Jawaban :
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang
yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama,
seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain Untuk kelompok atau individu
yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan
personaI protection seperti pemakaian kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis
Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb selama tidak Iebih dari 4-
6 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu
hamil. Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin dengan
dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu sebelum masuk ke
daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan
klorokuin lebih dan 3-6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai