KELOMPOK 6
Maghfira Selia I.
LATAR BELAKANG
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans) merupakan tumbuhan jenis sayur-
sayuran yang mudah ditemukan di tempat berair seperti kolam atau berawa. Kangkung
adalah sayuran yang sangat terkenal di beberapa negara Asia Selatan seperti India dan
juga negara-negara Asia lainnya seperti di Cina dan Hongkong. Sayuran yang tergolong
dalam familia Convolvulaceae diketahui kaya akan berbagai macam nutrisi seperti
vitamin, mineral, protein, serat, karoten dan senyawa flavonoid (Prasad dkk., 2008).
Sayuran ini memiliki nilai gizi yang cukup baik, antara lain serat, vitamin dan mineral
untuk pencegahan anemia dan osteoporosis, serta dapat menurunkan kolesterol dan gula
darah.
Kangkung merupakan salah satu tanaman yang banyak dikonsumsi masyarakat
setiap harinya. Kandungan gizi kangkung yang tinggi serta harganya yang murah
menjadikan kangkung digemari oleh masyarakat (Suroso dan Antoni, 2017).
Berdasarkan keputusan menteri pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 disebutkan
bahwa kangkung darat adalah salah satu tanaman sayuran yang diprioritaskan di
Indonesia (Fikri et al., 2015).
Benih kangkung bersifat mudah ditanam dan cepat dipanen. Untuk menghasilkan
tanaman kangkung yang cepat dengan kualitas baik, diperlukan hormon pertumbuhan.
Hormon tumbuhan adalah kelompok zat organik bersifat alami yang memengaruhi
proses fisiologis pada konsentrasi rendah. Umumnya tanaman akan menghasilkan
hormon-hormon pertumbuhan atau ZPT seperti auksin dan sitokinin selama masa
hidupnya agar dapat bertumbuh hingga waktu untuk dipanen. ZPT juga dapat
ditambahkan dari luar untuk menunjang dan merangsang pertumbuhan tanaman
(Wulandari dkk., 2019).
Penggunaan ZPT sitokinin karena hormone sitokinin ber sitokinin berfungsi
mengaktifkan morfogenesis tanaman secara endogen dan mengatur hubungan fisiologis
antara berbagai organ tanaman (Duca, 2015). Regulasi hormone sitokinin berfungsi
sebagai pemanjangan sel, meningkatkan pertumbuhan batang, membentuk akar lateral
dan menghasilkan buah. Sitokinin juga mengatur tinggi tanaman, dan mengatur
pembelahan sel (Taiz dan Zieger, 2002).
TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsentrasi hormon sitokinin yang tepat dalam menghasilkan
tanaman kangkung terbaik
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh konsentrasi hormon sitokinin yang tepat
untuk pertumbuhan tanaman kangkung
METODE
DAFTAR PUSTAKA
Fikri, M.S., Indradewa, D., Putra, E.T.S. 2015. Pengaruh Pemberian Kompos Limbah
Media Tanam Jamur Pada Pertumbuhan Dan Hasil Kangkung Darat (Ipomoea
Reptans Poir.). Vegetalika . Vol 4 (2): 79-89
Suroso,B., and Antoni, N.E.R. 2017. Respon Pertumbuhan Tanaman Kangkung
Darat(Ipomoea Reptans Poir) Terhadap Pupuk Bioboost Dan Pupuk Za. Jurnal
Ilmu Pertanian Agritrop. Vol 2: 98-108
Taiz, H., Zieger, E. 2002. Plant Physiology 3rd ed. Sunderland: Sinauer Associates Inc,
pp. 423–558.
Wulandari, Y.R.E., Hartanti, A.T., dan Atviano, B. 2019. Urban Farming Dengan
Hidroponik Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Untuk Peningkatan
Pertumbuhan Tanaman Kangkung. Jurnal Perkotaan. 11(1) : 1-13