Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kasus

Neurodermatitis

Oleh:

Dea Afrila

NIM. 1930912320141

Pembimbing:

dr. Sani Widjaja, Sp.KK

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FK ULM/RSUD ULIN BANJARMASIN
Juli, 2020
LAPORAN KASUS
NEURODERMATITIS

Dea Afrila /1930912320141


SMF Kulit dan Kelamin
FK ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Pendahuluan
Linen Simplek Chronicus (neurodermatitis) ialah peradangan kulit kronis, gatal,
sirkumpskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-
ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.1 Penyebab belum diketahui secara pasti,
tetapi ada berbagai faktor penyebab dari penyakit ini yaitu faktor lingkungan dan
psikologis seperti anxietas, gangguan tidur, depresi dan gangguan obsesif kompulsif.
Faktor lingkungan terkait dengan udara kering dan panas dapat menyebabkan iritasi dan
rasa gatal. Prevalensi tertinggi penyebab neurodermatitis merupakan anxietas.
Neurotransmitter yang berpengaruh pada perasaan (dopamine, serotonin) memodulasikan
persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal.1,2

Neurodermatitis atau liken simpleks kronik merupakan penyakit kulit kronik yang
sering ditemukan pada perempuan dan banyak ditemukan pada bangsa ras Asia dan
kelompok ras asli Amerika. Sekitar 12% populasi di dunia telah terkena penyakit
neurodermatitis. Beberapa literatur menyatakan bahwa neurodermatitis sering terjadi pada
usia 30-50 tahun. Pasien dengan riwayat dermatitis atopik dapat terkena penyakit ini pada
usia yang lebih muda, sekitar 19 tahun.3

Pada stimulus neurodermatitis adalah pruritus dimana dapat berhubungan dengan


gangguan kulit, proliferasi nervus, dan tekanan emosional. Pruritus memiliki peran sentral
dalam timbulnya pola reaksi pada kulit. Reaksi tersebut berupa likenifikasi dan prurigo
nodularis.1 Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma hodgkin,
hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopic, dermatitis kontak alergik, gigitan
serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi. Jumlah eosinophil akan meningkat
pada prurigo nodularis. Isi dari eosinophil ini adalah protein X dan protein katatonik.1,2
Protein-protein tersebut yang akan menyebabkan degranulasi sel mas dengan
bertambahnya jumlah sel Langerhans. Pada prurigo nodularis saraf yang mengandung
CGRP (calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P), bahan imunoreaktif akan
terjadi peningkatan jumlah di dermis sedangkan pada neurodermatitis tidak terjadi.1
Histamin yang terlepas dari sel mas akan menimbulkan pruritus. Peningkatan faktor
pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineum diduga menyebabkan
hiperplasi neural.1,4

Manifestasi klinis neurodermatitis berupa gatal bersifat paroksimal dan dirasakan


terutama jika tidak beraktivitas. Lesi yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat,
tetapi dapat juga dijumpai pada beberapa tempat. Lesi pada awalnya berupa plak
eritematosa, sedikit edematosa, seiring berjalannya waktu edema dan eritema menghilang,
bagian tengah berskuama dan menebal, ekskoriasi dank has ditandai dengan likenifikasi,
disekitarnya terdapat hiperpigmintasi batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran
klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.Letak lesi dapat timbul dimana saja,
tetapi yang biasa ditemukan ialah di scalp, tengkuk, samping lahir, lengan bagian
ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, media tungkai atas, lutut, lateral tungkai
bawah, pergelangan kaki bagian depan dan punggung kaki.5,6

Diagnosis neurodermatitis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriks aan penunjang. Pemeriksaan fisik menunjukkan plak yang eritematous, berbatas
tegas, dan terjadi likenifikasi.2 Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi. Pada
pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang
parakeratosis, ankatosis dengan pemanjangan rete ridges, hipergranulosis dan perluasan
dari papil dermis.2,7

Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah melaporkan suatu kasus neurodermatitis
dengan gambaran klinis plak hiperpigmentasi disertai skuama.

KASUS

Tn Y berumur 40 tahun, bangsa Indonesia, suku Banjar, alamat jalan teluk tiram
banjarmasin, pekerjaan kuli pasar, datang berobat ke poliklinik Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 26 Juli 2020, dengan keluhan utama gatal
pada tengkuk.
(I) ANAMNESIS

Penderita mengeluhkan gatal sejak sudah 5 tahun. Gatal dirasakan ditengkuk leher
sifatnya hilang timbul. Pada daerah gatal awalnya muncul beberapa bercak kemudian
bersisik, luka, menebal dan berkopeng. Keluhan bertambah gatal ketika pasien
mengkonsumsi makan ikan laut dan ketika sulit tidur. Riwayat alergi makanan. Tidak
diketahui riwayat penyakit keluaraga dan riwayat penyakit sebelumnya. Belum ada
upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.

(II) PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESEN

Keadaan Umum : Baik RR : 18x/menit


Kesadaran : Compos Mentis Suhu : 36,5oC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg SpO2 : 98% (tanpa suplementasi O2)
HR : 80x/menit

STATUS GENERALIS
Kepala : normosefali, alopesia (-), rambut hitam, lurus
Mata : konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), nystagmus (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas normal,
vesicular, ronki (-), wheezing (-).
Abdomen : datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/m, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: hangat + + - - edema

+ + - -
STATUS DERMATO-VENEROLOGIK
Inspeksi dan Palpasi
1) Gambaran Umum :
Warna Kulit : Sawo Matang
Turgor kulit : cepat kembali
Suhu : 36,5oC

2)Gambaran khusus
Pada bagian tengkuk leher
UKK I : plak, hiperpigmentasi
UKK II : skuama,ekskoriasi,likenifikasi

(III) D IAGNOSIS BANDING


1. Neurodermatitis
2. Psoriasis
3. Tinea cruris

(IV) D IAGNOSIS SEMENTARA


Neurodermatitis

(V) PEMERIKSAAN LAB/ USULAN PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan histopatologi (menunjukkan hiperkeratosis dengan area parakeratosis,
akantosis dengan penunjang rete redges yang irregular, hipergranulosis, perluasan
dari papil dermis)
2. Pemeriksaan uji tempel untuk memeriksa riwayat alergi
3. Pemeriksaan darah lengkap ( untuk mengetahui penyakit dasarnya)

(VI) DIAGNOSIS KERJA


Neurodermatitis

(VII) PENGOBATAN
1. Topikal krim doxepin 5% 4x1 dioles tipis-tipis di areanya, satu kali oles didiamkan
setidaknya 3-4 jam, maksimal pemakaian 8 hari, atau
2. Prednisone oral 40 mg selama 5 hari, kemudian 20 mg selama 10 hari.
3. UVB (ultra violet B) atau PUVA (psoralen ultraviolet A)
4. Konseling meliputi penanganan stress, modifikasi perilaku
5. Kembali kontrol ulang bila obat telah habis
(VIII) PROGNOSIS
1. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam)
3. Ad Functionam : dubia ad bonam

(IX) ANJURAN/SARAN
1. Pasien dillarang untuk menggaruk daerah yang gatal, baik menggunakan alat bantu
maupun jari tangan. Jika terasa gatal pasien hanya boleh menepuk-nepuk daerah
yang gatal saja.
2. Hindari gigitan serangga
3. Perlu dilakukan perawatan luka dengan cara mengompres luka atau daerah yang
terasa gatal dengan kain dan air bersih lalu bersihkan lukanya. Setelah itu, oleskan
salep yang sudah diberikan.

PEMBICARAAN
Diagnosis Neurodermatitis pada penderita ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis penderita ialah pria berumur 40 tahun. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan bahwa penyakit ini dapat terjadi pada usia 30-50 tahun.2
Penyebab belum diketahui secara pasti namun faktor penyebab dari penyakit ini yaitu
faktor lingkungan dan psikologis seperti anxietas, gangguan tidur, depresi dan gangguan
obsesif kompulsif, terkait hal ini keluhan yang dirasakan penderita sesuai dengan
kepustakaan.5 Prevalensi tertinggi penyebab neurodermatitis merupakan anxietas.
Neurotransmitter yang berpengaruh pada perasaan (dopamine, serotonin) memodulasikan
persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal. Faktor lingkungan terkait dengan udara kering
dan panas dapat menyebabkan iritasi dan rasa gatal.5,7
Penderita mengeluhkan gatal pada tengkuk leher sudah 5 tahun. Gatal dirasakan
ditengkuk leher sifatnya hilang timbul. Pada daerah gatal awalnya muncul beberapa bercak
kemudian bersisik, berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi sekitarnya terdapat
hiperpigmentasi.1 Keluhan bertambah gatal ketika pasien mengkonsumsi makan ikan laut dan
ketika sulit tidur. Pada penderita sesuai dengan kepustakaan.1,8
Diagnosis banding psoriasis dapat disingkirkan secara klinis. Faktor pencetus terjadinya
psoriasis adalah penyakit autoimun.1 Faktor genetik yang kompleks ditambah dengan faktor
lingkungan juga menjadi penyebab penyakit ini.2 Psoriasis memiliki gambaran klinis plak
eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-titik perdarahan bila skuama lepas, berukuran
dari seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya
simetris. Predileksi psoriasis dapat terjadi di kulit, kuku, mukosa, dan sendi tetapi tidak
mengganggu rambut. 2,9,10Pada penderita tidak didapatkan gambaran klinis yang dimaksud.
Diagnosis banding tinea kruris dapat disingkirkan secara klinis. Tinea kruris adalah
dermatofitosis pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus.5 Lesi kulit dapat terbatas
pada daerah genitokrural saja, atau meluas kedaerah anus, daerah gluteus dan perut bagian
bawah, atau bagian tubuh lain.1 Kelainan kulit yang tampak lesi berbatas tegas. Peradangan
pada tepi lesi lebih nayata daripada tengahnya. Terdapat eksfloresensi terdiri atas macam-
macam bentuk yang primer dan sekunder. Pada penderita tidak didapatkan gambaran klinis
tersebut.1,9,11

RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus neurodermatitis dengan gambaran klinis plak


hiperpigmentasi disertai ekskoriasi, skuama dan likenifikasi, pada seorang pria umur 40
tahun, pekerjaan kuli pasar.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pengobatan
pada penderita diberikan Topikal krim doxepin 5% 4x1 dioles tipis-tipis di areanya, satu kali
oles didiamkan setidaknya 3-4 jam, maksimal pemakaian 8 hari. Jika pasien tidak berespon
pada terapi topikal, maka dapat diberikan terapi sistemik steroid seperti prednisone 40 mg
selama 5 hari, kemudian 20 mg selama 10 hari. 1,7
Prognosis pada penderita ini baik.

Dibacakan tanggal : 29 Juli 2020

Mengetahui :
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th
ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.

2. Sari DP, Primawati I, Akbar RR. Profil Penderita Liken Simpleks Kronikus di
Puskesmas Padang Pasir Kota Padang Tahun 2017. Kota Padang. Health and
Medical Journal.2019;1(1)

3. Damayanti ID. Neurodermatitis Sirkumpskripta pada Wanita dengan Hipertensi


Grade I Terkontrol. Lampung;FK Universitas Lampung. 2014;2(3)

4. Ariyanti P, Suyoso S. Pemahaman Klinis Liken Simplek Kronikus. Surabaya: FK


Universitas Airlangga. 2014 26(2)

5. Saraswati A, Tjiptaningrum A, Karyus A. Penataklasanaan Holistik Penyakit Kulit


Neurodermatitis Sirkumpskripta pada Seorang Pria Lanjut Usia di Desa Sukaraja
V Gedong Tataan. Lampung: FK Universitas Lampung. 2016;2(1)

6. Guardiola VTA. Analisis Penyebab dan Edukasi Dokter pada Penyakit


Neurodermatitis Sirkumskripta. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.2019

7. Adnyani NMD. Penataklasaan dan Edukasi pada Pasien dengan Neurodermatitis.


Lampung: FK Universitas Lampung.2016;4(3)

8. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017

9. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
ketujuh, cetakan kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018

10. Pratiwi KD, Damyanti. Profil Psoriasis Vulgaris di RSUD Dr. Soetomo Surabaya:
Studi Retropektif. Surabaya: FK Uniersitas Airlangga.2018;30(3)

11. Yossela T. Diagnosis and Treatment of Tinea cruris. Lampung:FK Universitas


Lampung.2015;4(2)

Anda mungkin juga menyukai