KEBIJAKAN MONETER
Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebijakan Moneter........................................................................... 2
2.2 Tujuan Kebijakan Moneter............................................................................ 3
2.3 Jenis-Jenis Kebijakan Moneter..................................................................... 3
2.4 Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion.................................................... 5
2.5 Perdebatan: Moneterist Vs Keynesians........................................................ 5
2.6 Kerangka Kerja Kebijakan Moneter.............................................................. 6
2.6.1 Inflation Targeting Framework (ITF)................................................... 7
2.7 Instrumen Kebijakan Moneter....................................................................... 8
2.7.1 Sasaran Operasional.......................................................................... 9
2.7.2 Sasaran Antara (Intermediate Target)................................................ 9
2.7.3 Sasaran Akhir (Final Target)...............................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM)
masih merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di kalangan
akademis maupun para praktisi di bank sentral. Menariknya MTKM selalu
dikaitkan dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah kebijakan moneter dapat
mempengaruhi ekonomi riil di samping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika
jawabannya ya, maka melalui mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan
moneter terhadap ekonomi riil tersebut terjadi.
Sejatinya penelitian MTKM memberikan penjelasan mengenai bagaimana
perubahan (shock) instrument kebijakan moneter dapat mempengaruhi variabel
makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter.
Seberapa besar pengaruhnya terhadap harga dan kegiatan di sektor riil, semuanya
sangat tergantung pada perilaku atau respons perbankan dan dunia usaha lainnya
terhadap shock instrumen kebijakan moneter yaitu Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia (rSBI). Meskipun telah banyak dilakukan studi mengenai efektivitas
MTKM, baik secara parsial maupun terintegrasi, namun karena adanya faktor
ketidakpastian dan kecenderungan-kecenderungan baru yang dapat mempengaruhi
MTKM, maka penelitian lanjutan untuk masalah tersebut tetap relevan untuk
dilakukan.
Efektivitas MTKM diukur dengan dua indikator yaitu (1). Berapa besar
kecepatan atau berapa tenggat waktu (time lag) dan (2). Berapa kekuatan variabel-
variabel dalam merespons adanya shock instrument kebijakan moneter (rSBI) dan
variabel lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter. Kedua
indikator tersebut diperoleh dari hasil Uji Impulse Response Function (IRF) dan
Uji Variance Decomposition (VD). Mengacu pada uraian-uraian tersebut, maka
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul: Analisis Empiris
1
Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia Melalui Jalur
Suku Bunga Periode 1990 – 2007.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kebijakan Moneter ?
2. Tentang apa perdebatan antara Rules Vs Discreation ?
3. Apa perdebatan dari Moneterist Vs Keynesians ?
4. Bagaimana Kerangka Kerja Kebijakan Moneter ?
5. Bagaimana Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebijakan moneter
2. Untuk mengetahui tetentang perdebatan Rules Vs Keynesians
3. Untuk mengetahui perdebatan antara Moneteris Vs Keynesians
4. Untuk mengetahui bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter
5. Untuk mengetahui Koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami
kesulitan likuiditas.
4
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat).
Kebijakan ini diterapkan pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter
longgar (easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini seperti :
a. Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
b. Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya saham dan
obligasi).
c. Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
d. Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)
5
2.4 Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion
6
yang pada akhirnya memengaruhi perkembangan harga (inflasi) didalam jangka
menengah panjang.
Aliran monetarist juga berpendapat bahwa uang hanya berpengaruh pada
tingkat inflasi dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena itu,
kebijakan moneter harus diarahkan hanya untuk pengendalian inflasi dan tidak
diarahkan untuk memengaruhi kegiatan ekonomi riil.
Sebaliknya aliran Keynesians berpendapat bahwa uang berpengaruh, baik
terhadap ekonomi riil maupun terhadap inflasi. Implikasinya adalah kebijakan
moneter dapat dipergunakan secara aktif memengaruhi naik turunnya kegiatan
ekonomi riil.
7
moneter (bank sentral). Indikator (intermediate target) adalah variabel-variabel
yang ingin dikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat dicapai.
Sedangkan instrumen adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan sepenuhnya
dapat digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa
sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai. Hubungan ketiganya digambarkan
sebagai berikut.
8
mana kapal dilabuhkan. Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal masyarakat
akan membuat ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi usahanya sesuai
dengan jangkar nominal tersebut. Dengan mengumumkan sasaran inflasi dan
Bank Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan meningkatkan
kredibilitas kebijaan moneter yang pada gilirannya ekspektasi inflasi masyarakat
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.
Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar nominal dengan ITF.
o ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi secara
eksplisit masyarakat akan memahami arah inflasi. Sebaliknya dengan
sasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi tidak jelas,
masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan.
o ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan moneter
sesuai dengan mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
o ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada inflasi
yang memerlukan time lag.
o ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter
mendorong kredibilitas kebijakan moneter. Aspek transparansi dan
akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini merupakan aspek-aspek good
governance dari sebuah bank yang telah diberikan independensi.
o ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar,
output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih
komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel informasi
tentang kondisi perekonomian.
9
1. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) :
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral
untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan
dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga
di pasar modal.
10
Sasaran operasional atau sasaran kerja merupakan sasaran yang ingin
segera dicapai oleh bank sentral dalam operasi moneternya. Variabel sasaran
operasional digunakan untuk mengarahkan sasaran antara dalam upaya
mewujudkan sasaran akhir (sasaran antara hanya digunakan pada pendekatan
Kuantitas).
11
kebijakan (BI dan Pemerintah) secara rutin menggelar Rapat Koordinasi untuk
membahas perkembangan ekonomi terkini.
Mengingat bahwa laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor permintaan (demand pull) namun juga faktor penawaran (cost push), maka
agar pencapaian sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerjasaama dan
koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang
terintegrasi sangatlah diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, di tingkat
pengambil kebijakan, Bank Indonesia dan Pemerintah secara rutin menggelar
Rapat Koordinasi untuk membahas perkembangan ekonomi terkini. Di sisi lain,
Bank Indonesia juga kerap diundang dalam Rapat Kabinet yang dipimpin oleh
Presiden RI untuk memberikan pandangan terhadap perkembangan
makroekonomi dan moneter terkait dengan pencapaian sasaran inflasi. Koordinasi
kebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan dalam penyusunan bersama Asumsi
Makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibahas
bersama di DPR. Selain itu, Pemerintah juga berkoordinasi dengan Bank
Indonesia dalam melakukan pengelolaan Utang Negara.
Ditataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan BI telah diwujudkan
dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan
Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI, terdiri
dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti
Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,
Departemen Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPI
diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI
diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun
daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara
pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro.
2. Bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya bisa
menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
3. Bagi aliran klasoik bahwa kebijakan moneter harus dilaksanakan secara
ketat mengikuti aturan (rule) yang secara konsisten diikuti. Sedangkan
bagi aliran Keynesians kebijakan moneter seharusnya diarahkan untuk
menjamin keseeimbangan antara sisi permintaan dan penawaran, oleh
13
karena itu kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana
(discreation) sesuai dengan perkembangan yang ada.
4. Kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4(empat) komponen utama
yaitu:
o Instrumen-instrument kebijakan moneter
o Sasaran oprasional
o Sasaran antara
o Sasaran akhir kebijakan moneter
5. Kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
makroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan
14
Daftar Pustaka
http://meginugrahawa.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-moneter_28.html
http://www.bi.go.id/id/moneter/kerangka-kebijakan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)
https://aeyogy.wordpress.com/tag/kerangka-umum-kebijakan-moneter/ (diakses:
pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-jenis-tujuan-moneter-macam-
macam.html (diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)
15