Anda di halaman 1dari 2

INFEKSI NOSOKOMIAL

I. PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial, menurut Greek berasal dari kata nosokomeion yang berarti
rumah sakit (nosos = penyakit, komeo = perawatan). Jadi dengan kata lain infeksi yang
didapat pasien ketika pasien tersebut dirawat di rumah sakit disebut dengan infeksi
nosokomial. Dikatakan infeksi nosokomial bila pada saat masuk rumah sakit pasien
tidak menunjukkan gejala-gejala klinis infeksi, tidak dalam masa inkubasi dari infeksi
dan terjadi 3 x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit, infeksi tersebut bukan
merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya. Umumnya infeksi nosokomial
mengenai saluran kemih dan berbagai macam pneumonia.(1,2)
Di Amerika Serikat, tahun 1995, sekitar 2 juta pasien setiap tahunnya mendapat
infeksi nosokomial, menghabiskan dana sekitar $4,5 milyar–$11 milyar setiap
tahunnya. Dan menyebabkan 88.000 kematian–setiap 6 menit, satu pasien meninggal
akibat infeksi nosokomial. (2,3,4)
Di Indonesia, angka infeksi nosokomial belumlah banyak. Angka yang ada
hanya muncul dari beberapa penelitian yang sporadis di beberapa bagian seperti bagian
anak, ICU, bedah dan bagian penyakit dalam. Dalam penelitian tahun 1988-1989 di
rumah sakit Bandung, insidensi infeksi nosokomial 9,1% di ICU dan 8,8% di ruang
neonatus. (5)
Infeksi oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seorang pasien yang memang
sudah lemah fisiknya tidaklah terhindarkan. Lingkungan rumah sakit harus diusahakan
agar sebersih dan sesteril mungkin. Setiap langkah yang tampaknya mungkin, harus
dikerjakan untuk menekan resiko terjadinya infeksi nosokomial. Yang paling penting
adalah kembali kepada kaedah sepsis dan antisepsis dan perbaikan sikap personil rumah
sakit (dokter, tenaga medis).
(6)
Ada 2 kondisi yang mendukung terjadinya infeksi nosokomial antara lain :
1. Karena orang sakit ada di rumah sakit, di tempat inilah kemungkinan terbesar
didapatkan organisme virulen yang menimbulkan penyakit.
2. Banyak pasien rumah sakit khususnya yang rentan terhadap infeksi, sebagai akibat
prosedur rumah sakit yang menghilangkan penghalang anatomi normal terhadap
infeksi dan sebab daya tahan tubuh terganggu oleh pengobatan, keganasan atau usia yang
ekstrem ( bayi atau usia lanjut).
Infeksi nosokomial ini dapat dicegah dengan penggunaan teknik isolasi agar tidak terjadi
penyebaran baik penyebaran secara kontak langsung antar sesama pasien atau antara pasien
dengan tenaga medis dan antara pasien dengan pengunjung, kontak tidak

langsung melalui instrument medis yang kurang / tidak steril atau tindakan medis yang dapat
merusak barrier alamiah tubuh, penyebaran melalui droplet misalnya penularan
penyakit mumps, rubella, difteri, pertusis, influenza, kemudian penyebaran melalui udara
misalnya penyebaran mycobacterium tuberculosa, cacar air, campak dan penyebaran yang dibawa
oleh vektor misalnya lalat atau nyamuk.
Infeksi nosokomial dapat terjadi pada sesama pasien, tenaga medis ataupun pengunjung
(6)
rumah sakit. Terjadinya infeksi nosokomial karena beberapa faktor antara lain :
1. Agen penyakit

Dapat berupa bakteri, jamur, virus, parasit.


2. Reservoir / sumber
Apabila reservoirnya manusia, maka infeksi dapat berasal dari traktus respiratorius, traktus
digestivus, traktus urogenitalis, kulit (variola) atau darah (hepatitis B).
3. Lingkungan
Keadaan udara sangat mempengaruhi, seperti kelembaban udara, suhu dan pergerakan udara
atau tekanan udara.
4. Penularan
Penularan adalah perjalanan kuman pathogen dari sumber ke hospes. Ada 5 jalan yang dapat
ditempuh antara lain : Kontak, baik langsung maupun tidak langsung, melalui udara, droplet,
vehicles (zat pembawa) dan vector.
5. Hospes
Tergantung port d’entrée (tempat masuknya kuman penyakit) misalnya :
 Melalui kulit seperti Leptospira atau Staphylococcus.
 Melalui traktus digestivus seperti Escherichia coli, Shigella, Salmonella.
 Melalui traktus respiratorius bagian atas partikel > 5 µm. Melalui traktus
respiratorius bagian bawah partikel < 5µ

 Melalui traktus uinarius seperti Klebsiella.

Anda mungkin juga menyukai