LAPORAN AKHIR
DISUSUN OLEH :
LABORATORIUM GEOLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2016
2
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Disetujui oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya “Laporan Akhir Praktikum Geologi Fisik” ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dari kegiatan praktikum
Geologi Fisik.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
BAB V STRATIGRAFI.............................................................................. 68
5.1 Pengertian Stratigrafi................................................................ 68
5.2 Hukum Dasar Stratigrafi........................................................... 68
5.3 Pemanfaatan Dasar Stratigrafi................................................... 72
5.4 Keselarasan dan Ketidakselarasan............................................ 72
5.5 Korelasi Batuan......................................................................... 75
5.6 Hasil Praktikum......................................................................... 75
BAB VI PENUTUP........................................................................................ 79
6.1 Kesimpulan............................................................................... 79
6.2 Saran.......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB I
PETA TOPOGRAFI
4. Peta garis, yaitu peta yang menyajikan data alam dan kenampakan
buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.
5. Peta foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang
dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan legenda
POLA PENGALIRAN
DASAR KARAKTERISTIK
MENGANYAM
Kipas aluvium dan delta
(DIKHOTOMIK)
DIREKSIONAL
Homoklin landai seperti beting gisik
TRALLIS
KARST Batugamping
15
16
40
A B C d
E F G h
I J K l
M N O p
25
XX
IV I
II 5019 II
1. Skala normal (nature scale) : yaitu skala vertikal diperbesar sama deng
an skalahorisontal.
26
hr = h
n
kr = k
n
Keterangan:
d = jarak datar (m)
h = ketinggian (m)
hr = beda tinggi (m)
kr = kelerengan (%)
29
indeksnya.
31
BAB II
BATUAN BEKU
Pembagian ganesa batuan beku atau tempat terjadinya batuan beku adalah
sebagai berikut.
a) Batuan Beku Luar
Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan
ke permukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut.
Meterial ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu,
atau suatu larutan yang kental dan panas cairan ini biasa disebut lava.
Ada dua tipe magma ekstrusi, yang pertama memiliki kandungan silika
yang rendah dan viskositas relatif rendah. Sebagai contoh adalah lava
basaltik yang sampai kepermukaan melalui celah dan setelah
dipermukaan mengalami pendinginan yang cepat. Biasanya lava
basaltik memiliki sifat sangat cair, sehingga bila sampai kepermukaan
akan menyebar dengan daerah yang sangat luas.
32
Tipe yang ke dua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki
kandungan silika yang tinggidan vikositas relatif tinggi. Akibat dari
vikositas ini bila sampai kepermukaan akan menjadi suatu aliran
sepanjang lembah.
b) Batuan Beku Dalam
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya
sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan
tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi
tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai
bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan
batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya
atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di
sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit,
stok, dyke, dan jenjang volkanik.
1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan
batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan
massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak
berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma
pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km
panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan
penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit
antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang
menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar
dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan
yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke
atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada
proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-
fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang
33
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan
sifat batuan secara keseluruhan.
1. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu:
a) Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari
bidang kristal.
b) Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak
terlihat lagi.
c) Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang
kristal asli.
2. Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,
yaitu:
a) Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya
sama panjang.
b) Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari
satu dimensi yang lain.
c) Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang
dari dua dimensi yang lain.
d) Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
D. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai
hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu
batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang
membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
b) Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
c) Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
39
BAB III
BATUAN SEDIMEN
Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada
(batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media
(air, angin, gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan
sedimen terjadi terus menerus sesuai dengan berjalannya waktu sehingga
endapan sedimen semakin lama semakin bertambah tebal. Beban sedimen
yang semakin tebal mengakibatkan endapan sedimen mengalami kompaksi.
Sedimen yang terkompaksi kemudian mengalami proses diagenesa,
sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi (pembatuan) menjadi batuan
sedimen.
Batuan sedimen Non-klastik
Batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal
dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme
yang telah mati.
2. Tekstur
Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur dalam
batuan sedimen:
a. Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran besar butir digunakan pedoman ukuran
berdasarkan skala Wentworth, yaitu:
Table 3.1. Skala Wentworth untuk mentukan besarnya ukuran butir
Nama Butir Besar Butir (mm)
g. Blostrome
Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm danbiostrome
merupakan struktur luar yanghanya tampak dilapangan.
h. Septaria
Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung .ciri
khasnya adanya rekahan–rekahan yang tidak teratur akibat
penyusutan bahan–bahanlempungan tersebut karena proses
dehidrasi yang kemudian celah–celah yang terbentuk terisi
olehkristal–kristal karbonat yang kasar.
i. Geode
Banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga
yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga
tersebut. Kristalbisa kalsit ataupun kuarsa.
j. Styolit
Styolit ini merupakan hubungan antar butir yang bergerigi.
2. Komposisi batuan sedimen
Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam
menentukan penamaanbatuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik
biasanyakomposisi mineralnya sederhana yaitu apabila terdiri dari
satu atau dua macam mineral. Sebagaiberikut :
Batugamping : Kalsit dolomit
Chert : Kalsedon
Gypsum : Mineral gypsum
Anhidrit : Mineral anhidrit
51
1. Jenis Praktikum
Deskripsi batuan sedimen
2. Tujuan Praktikum
Mampu mendiskripsikan batuan sedimen
3. Alat dan bahan yang digunakan
- Lembar dekripsi batuan sedimen
- Pensil
- Batuan sedimen
- Pensil warna
- Drawing pen
4. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, untuk
mendeskripsikan nama batuan sedimen, harus mengetahui struktur,
tekstur dan komposisi dari batuan sedimen tersebut. Untuk
memudahkan praktikan dalam mendeskripsikan batuan sedimen,
haruslah sesuai dengan urutan yakni meliputi warna, tekstur, struktur,
komposisi, jenis batuan, dan yang terakhir praktikan dapat mengetahui
nama dari batuan tersebut. Sebagai contoh batuan yang dipraktikumkan
adalah batulempung. Berikut pendeskripsian batu lempung. warna abu-
abu Kehijauan, tektur klastik, ukuran butir lempung (< 1/125), daerajat
pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, struktur masif
komposisi feldspar, jenis batuan batu sedimen klastik.
53
BAB IV
BATUAN METAMORF
b. Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral
plagioklas, k-felspar, piroksen.
c. Granoblastik
Terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.
d. Porfiroblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana suatau kristal besar
(fenokris) tertanam pada massa dasar yang relatif halus.
e. Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf di mana bentuk mineral-mineral
penyusunnya berbentuk euhedral.
f. Xenoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral
penyusunnya berbentuk anhedral.
2. Relict texture (tekstur sisa) atau Palimpsest
Yaitu tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur batuan
asalnya. Penamaanya biasanya diawali dengan kata blasto.
a. Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
b. Blastoopitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur apitik.
56
1. Struktur Foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral
pipih/ mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional
dan metamorfosa kataklastik.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :
1) Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang
belah batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya
disebut slate (batusabak).
2) Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan
lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika),
mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular
meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya disebut
phyllite (filit).
3) Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral
granular, mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus,
sering disebut dengan close schistosity, batuannya disebut schist
(sekis).
4) Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral
granular, mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus,
sering disebut dengan open schistosity, batuannya disebut gneis.
2. Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-
mineral yang equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-
butiran granular, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.
Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :
1) Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral
granular
2) Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-
mineral equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi,
khusus akibat metamorfosa termal, batuannya disebut hornfels.
58
BAB V
STRATIGRAFI
5. Faunal Succesion
Fosil (fauna) akan berbeda pada setiap perbedaan umur geologi, fosil
yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan
atasnya.
Fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara perlahan
mengalami perubahan kenampakan fisiknya (ekibat evolusi) dalam cara
yang teratur mengikuti waktu geologi. Demikian pula suatu kelompok
organism secara perlahan digantikan oleh kelompok organism lain.
Suatu perlapisan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil tertentu. Suatu
perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu dapat digunakan
untuk koreksi antara suatu lokasi dengan lokasi yang lain.
6. Lateral Continuity
Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara mendatar,
sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia
diendapkan. Lapisan yang diendapakna oleh air terbentuk terus-
menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan
pada masa cekungan itu terbentuk.
7. Law of Inclusion
Suatu tubuh batuan yang mengandung fragmen dari batuan yang lain
selalu lebih muda dari tubuh batuan yang menghasilkan fragmen
tersebut.
8. Komplelsitas
Kondisi tektonik yang lebih kompleks menunjukkan bahwa telah terjadi
gangguan tektonik lebih dari satu kali pada daerah tersebut.
Hal ini menunjukkan daerah tersebut berumur leih tua disbanding
lapisan batuan yang berstruktur lebih sederhana.
9. Hukum “V”
Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan
batuan dan topografi.
65
Ga
mbar 5.4. Paraconformity
Yakni ketidakselarasan antara batuan-batuan yang sama yang tidak
menimbulkan perbedaan yang mencolok.
68
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap
dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta
digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta
yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang
sama.
Penggambaran peta topografi meliputi: garis kontur, garis hachures,
pewarnaan, kombinasi dan bayangan.
Batuan baku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun
kerak bumi. yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma.
batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok
utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis)
yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain
(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan
pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu
kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan
endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
Metamorforsa terjadi dalam suatu lingkungan yang sangat berbeda
dengan lingkungan dimana batuan asalnya terbentuk. Tipe-tipe
metamorfose meliputi, metamorfose kontak, dinamik, dan regional.
Untuk tekstur yakni kristaloblastik dan palimsest, dan untuk Struktur
batuan metamorf adalah foliasi dan non-foliasi.
71
6.2 SARAN
1. Diharapkan kedepannya asisten pembimbing dapat lebih menjelaskan
secara rinci mengenai batuan yang akan didiskripsikan, agar praktikan
tidak mengalami kesulitan pada saat praktikum pendiskripsian batuan.
Caranya seperti mengambil sampel salah satu batuan dan menjelaskan
kepada praktikan mengenai warna, struktur, tekstur, komposisi jenis dan
nama.
2. Diharapkan kedepannya untuk praktikum, sebelum dilaksanakan
praktikum diharapkan dilaksanakan matrikulasi lebih mendalami dengan
harapan memudahkan
72
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. GarisKontur.
http://www.crayonpedia.org/mw/Garis_Kontur,_Sifat_dan_Interpolasiny
a. diakses pada 13 Mei 2012.
Noor, Jauhari. 2012. Struktur Batuan Beku.
http://www.scribd.com/doc/57623968/6/Struktur-Batuan-Beku. diakses
pada 13 Mei 2012.
Suhardi, M.S. 1984. Geologi Teknik, Untuk Teknik Sipil. Yogyakarta : Biro
Penerbit UGM.
Tim penyusun. 2012. Buku Panduan Geologi Fisik. Palangka Raya.