Anda di halaman 1dari 11

Selain Saham, Kenali Produk Investasi Lain di Pasar Modal

 Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Modal merupakan tempat memperjual-belikan surat


berharga yang bersifat jangka panjang, sekaligus sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat
Indonesia untuk mengembangkan harta atau asetnya. Umumnya, masyarakat sudah familiar
dengan instrumen investasi seperti saham maupun reksa dana. Namun, pasar modal sebenarnya
tidak hanya memperjual-belikan produk investasi itu saja, beberapa instrumen investasi seperti
obligasi,etf, dan waran juga patut dipertimbangkan.

Berikut instrumen-instrumen investasi di pasar modal selain saham di di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang patut dipertimbangkan investor:

A. Surat Utang (Obligasi)

Surat Utang atau obligasi merupakan instrumen investasi atas dasar janji dari penerbit surat
utang untuk membayar bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan
kepada para pemegang obligasi tersebut. Obligasi merupakan instrumen investasi yang sifatnya
menengah panjang dan dapat diperjualbelikan maupun dipindahtangankan, karena itu harga
sebuah obligasi bisa naik turun. Sebenarnya bursa menyediakan sistem khusus yang dikenal
dengan nama FITS (Fixed Income Trading System), namun hingga kini pelaku pasar lebih
memilih OTC karena menginginkan harga wajar dibentuk antar dealer.

Adapun acuan transaksi obligasi antar counter umumnya yang digunakan


adalah yield   dibandingkan harga, karena yield mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam
satu angka. Meski diperdagangkan, risiko pada obligasi lebih rendah jika dibandingkan investasi
saham karena volatilitas pergerakannya yang lebih rendah. 

Keuntungan Membeli Efek Bersifat Utang

Berikut adalah keuntungan membeli Efek Bersifat Utang, antara lain:


 Mendapatkan kupon/fee/nisbah secara periodik dari efek bersifat utang yang dibeli. Pada
umumnya tingkat kupon/fee/nisbah berada di atas bunga Bank Indonesia (BI rate).
 Memperoleh capital gain dari penjualan efek bersifat utang di pasar sekunder.
 Memiliki risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti saham,
dimana pergerakan harga saham lebih berfluktuatif dibandingkan harga efek bersifat
utang. Pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh pemerintah dapat dikatakan sebagai
instrumen yang bebas risiko.
 Banyak pilihan seri efek bersifat utang yang dapat dipilih oleh investor di pasar sekunder.

Sebagai perbandingan Obligasi dengan Saham maupun Instrumen Keuangan lainnya, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Obligas
Keterangan Sukuk Saham Deposito RD Terproteksi
i
Jatuh Tempo v v x v v
Kupon/Bunga v x x v x
Imbal hasil/Nisbah x v x x x
Dividen x x v x x
Potensi Capital Gain v v v x v
Jaminan (Negara) v v x v x
Bisa diperdagangkan kembali
v v v x v
(pasar sekunde)
Stand by buyer di pasar sekunder v v x x x

Kupon
Kupon adalah imbal hasil atau tingkat bunga yang akan diterima oleh seorang investor
(bunganya dihitung secara tahunan/annual).
Pembayaran kupon tersebut ada yang bersifat tetap (fixed) sampai dengan jatuh tempo, bunga
kupon yang bervariasi mengikuti instrumen lain (Contoh: SBI+3%, Jibor+2,5%), dan tidak
mempunyai bunga kupon namun diterbitkan dengan diskon.
Contoh perhitungan obligasi dengan kupon bersifat tetap (fixed income)
* Investor membeli obligasi X:
   - Nominal Rp. 1 Milyar
   - Kupon tetap: 10% per tahun
   - Jatuh tempo 5 tahun
* Maka pendapatan yang diterima:
   - Kupon, 10% X Rp 1 miliar = Rp 100 juta/tahun (diterima setiap tahun selama 5 tahun)
   - Pokok: Diterima pada tahun ke-5 atau ketika jatuh tempo sebesar Rp 1 miliar.

Dasar-dasar yang dapat mempengaruhi harga wajar efek bersifat utang


Setelah suatu obligasi diterbitkan, investor dapat memperdagangkan surat utang atau obligasi
tersebut. Harganya akan terbentuk berdasarkan permintaan dan penawaran yang terjadi.
Adapun yang menjadi dasar yang dapat mempengaruhi harga wajar efek tersebut, yakni:

1. Interest Rate atau suku bunga Bank Sentral


Besarnya suku bunga menjadi acuan bagi pembeli efek bersifat utang sebagai perbandingan
dasar tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini dapat
berupa BI rate. Ketika suku bunga pasar berubah, maka akan mempengaruhi harga efek bersifat
utang.
Pada saat tingkat suku bunga pasar mengalami kenaikan, sementara besarnya tingkat
pengembalian atas efek bersifat utang adalah tetap, maka return riil dari investor dianggap
menjadi relatif lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan terjadi aksi jual efek bersifat utang,
sehingga harga efek tersebut menjadi turun. Begitu pula sebaliknya.

2. Faktor Risiko
Risiko kredit merupakan kemampuan penerbit obligasi dalam melakukan pembayaran
bunga maupun pelunasan pokok secara tepat waktu sesuai jatuh temponya. Pada umumnya, efek
bersifat utang diperingkat secara berkala oleh Lembaga Pemeringkatan Efek. Investor dapat
memanfaatkan informasi pemeringkatan efek bersifat utang dari Lembaga Pemeringat Efek
untuk mengukur risiko investasi pada suatu efek bersifat utang dan menilai tingkat kredibilitas
suatu perusahaan, serta juga dapat memperlihatkan kinerja/prospek perusahaan.
Ketika peringkat efek bersifat utang mengalami penurunan, mengindikasikan tingkat risiko
Penerbit dalam memenuhi kewajibannya menjadi lebih rendah yang pada akhirnya dapat
berpotensi gagal bayar.
Kondisi tersebut akan menyebabkan harga efek bersifat utang tersebut mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan permintaan atas efek bersifat utang juga mengalami penurunan karena efek
bersifat utang tersebut dianggap tidak menarik bagi investor.

3. Waktu Jatuh Tempo


Efek bersifat utang yang tercatat di Bursa memiliki periode jatuh tempo yang berbeda-beda. Pada
saat jatuh tempo, Penerbit memiliki kewajiban untuk mengembalikan seluruh pokok efek bersifat
utang kepada Investor. Pada umumnya, harga efek bersifat utang berbanding terbalik dengan
jangka waktu obligasi.
Semakin pendek jangka waktu efek bersifat utang, maka akan semakin kecil tingkat
ketidakpastian (risiko) atas efek bersifat utang tersebut. Disamping itu, semakin efek bersifat
utang tersebut mendekati tanggal jatuh temponya, maka harga efek tersebut akan semakin
mendekati nilai nominalnya (par).

Dilihat dari sisi penerbitnya, obligasi dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun Negara. Sampai
saat ini, terdapat beberapa efek bersifat utang yang tercatat di Bursa, antara lain:

 Obligasi Korporasi, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional
termasuk BUMN dan BUMD.
 Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (undivided share), atas
aset yang mendasarinya.
 Surat Berharga Negara (SBN) merupakan Surat Berharga Negara yang terdiri dari Surat
Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.

Surat Utang Negara (SUN) merupakan surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Pemerintah sesuai dengan masa berlakunya. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk
Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Adapun jenis obligasi pemerintah yang ditujukan bagi individu masyarakat adalah Saving Bond
Ritel (SBR). produk tersebut dijual melalui agen penjual bisa berupa bank,sekuritas, bahkan
perusahaan finansial teknologi (fintek/fintech) dengan pembelian minimal Rp 1 juta.
Kupon SBR tersebut bersifat mengambang (floating) mengikuti bunga Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dengan batas minimal (floating with floor), dibayar setiap bulan dan tidak dapat
diperdagangkan.
Pembelian SBR ini bisa dikatakan sangat mudah, contohnya SBR006 yang baru ditawarkan
kepada masyarakat dengan distribusi secara online melalui Mitra Distribusi yang
memiliki interface e-SBN.
Proses pemesanan SBR006 secara online dilakukan melalui 4 tahap yaitu:

1. registrasi/pendaftaran;
2. pemesanan;
3. pembayaran;
4. setelmen/konfimasi.

Sebelum melakukan pemesanan pembelian, setiap calon investor diharapkan membaca


Memorandum Informasi SBR006 yang akan dirilis.
Penerbitan SBR merupakan wujud komitmen Pemerintah untuk mempermudah akses masyarakat
berinvestasi di SUN ritel, memperluas basis investor dalam negeri serta menyediakan alternatif
investasi guna mendukung terwujudnya keuangan inklusif serta memenuhi sebagian pembiayaan
APBN.

B. Mengenal Waran & HMETD

Waran
Sering kali kita mendengar kata waran terutama saat sebuah saham dicatatkan untuk pertama kali
(listing date). Waran biasanya diterbitkan berbarengan dengan penerbitan saham baru suatu
perusahaan guna menarik para investornya agar mau membeli saham baru tersebut (sweetener).
Mengacu pada definisi Bursa Efek Indonesia (BEI), waran adalah hak untuk membeli saham atau
obligasi dari satu perusahaan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbit
waran atau emiten.
Waran merupakan efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan terbuka yang memberi hak
kepada pemegang efek baik saham maupun lainnya, untuk memesan saham dari perusahaan
tersebut pada harga tertentu untuk jangka 6 bulan atau lebih sejak diterbitkan waran tersebut.

Seperti saham, waran juga diperdagangkan di bursa, sehingga pemilik waran dapat ikut
mendapat keuntungan (capital gain) jika harganya mengalami kenaikan. Instrumen sebuah
waran pada perdagangan di pasar reguler ditambahkan huruf W pada akhir kode saham emiten:
contoh PNLF-W, POOL-W, TELE-W, dan WEHA-W.

HMETD
Hak Memesan Efek Terlebih Dahuluatau disingkat HMETD adalah hak yang diperoleh para
pemegang saham lama suatu perseroan untuk menerima penawaran terlebih dahulu apabila
perusahaan akan menerbitkan saham baru untuk meraih dana segar.
HMETD memiliki batas waktu penebusan sebelum masa berlakunya habis dan hangus. Tidak
menebus HMETD bisa menyebabkan kepemilikan atas suatu saham terdilusi.
Layaknya sebuah saham yang diperdagangkan di bursa, HMETD juga dapat diperdagangkan.
Namun, HMETD hanya dapat diperdagangkan di Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi pada Sesi I.

HMETD ditandai dengan akhiran "-R" pada akhiran kode emiten (ticker). Sebagai contoh, saham
Bank BCA memiliki kode BBCA, dan HMETD-nya adalah BBCA-R.

C. Mengenal Exchange Traded Fund (ETF)

ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif/KIK (Kontrak penerbit reksa dana
dengan bank kustodian), yang mana diterbitkan dalam bentuk unit penyertaan yang
diperdagangkan di Bursa Efek.
Setiap jenis reksa dana memiliki potensi dan risiko yang berbeda beda. Untuk risiko terendah ada
reksa dana pasar uang. Sedangkan untuk potensi return terbesar dengan risiko yang juga tidak
kalah tinggi, Ada bisa memilih reksa dana saham.
ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan
mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli. Dengan kata lain, ETF adalah reksa
dana yang diperdagangkan layaknya saham yang ada di bursa efek.

Beberapa perbedaan ETF dengan reksa dana:

Keterangan Reksa Dana Saham ETF


Via Manajer Investasi atau
Diperdagangkan melalui Dealer Partisipan & Broker
Agent Penjual Reksa Dana
Pasar primer: unit kreasi ( = 1000 lot
Minimum pembelian 1 unit
= 100.000 unit)
Pasar sekunder: 1 Lot (100 unit)
Biaya pembelian dan
Sesuai dengan biaya komisi
Biaya Transaksi penjualan kembali
broker/broker fee
(umumnya 1% hingga 3%)
Dapat dikontrol (lebih rendah) karena
Risiko Manajer Investasi dari transaksi jual/beli ETF dapat
Risiko Transaksi
pengelolaan portofolio dilakukan setiap saat selama jam
bursa berlangsung
Perhitungan NAB/UP
Nilai Aktiva Bersih per Perhitungan indikasi NAB/UP
dilakukan satu kali setelah
Unit Penyertaan (iNAV) dilakukan setiap saat selama
penutupan jam Perdagangan
(NAB/UP) jam bursa
di BEI
Harga Akhir hari Real time
Underlying Saham Indeks acuan
T 7 (tujuh hari setelah T 2 (tiga hari setelah transaksi
Settlement
transaksi dilakukan) dilakukan)
Dealer Partisipan Tidak ada ada
* Dealer Partisipan adalah sekuritas untuk melakukan penjualan atau pembelian ETF. Saat ini
di Indonesia ada tiga Dealer Partisipan yakni Bahana TCW Investment Management, Indo
Premier Investment Management dan Sinarmas Sekuritas.
Keunggulan investasi pada ETF dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya:
Sumber: IDX

Mekanisme transaksi ETF:


Setelah melewati pasar perdana, ETF akan diperdagangkan pada pasar reguler layaknya saham.
Investor dapat mencari produk ETF di aplikasi online trading yang dimiliki sekuritas.

Umumnya ETF mempunyai kode X di depan kode ticker nya, seperti produk ETF dari Indo


Premier Investment Management (XIPI,XIHD,XISB,XISC).  

Sumber: IDX

Hingga tanggal 27 Mei 2019, terdapat 28 ETF yang tercatat di BEI.

D. Mengenal Efek Beragun Aset (EBA)

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) adalah kontrak yang dibentuk
Manajer Investasi (MI) dengan Bank Kustodian. MI diberi wewenang mengelola portofolio
investasi, sedangkan Bank Kustodian berfungsi sebagai Penitipan Kolektif (custody).

EBA adalah Efek yang diterbitkan oleh KIK Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari
aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, yakni tagihan yang
timbul di kemudian hari (future receivables), pemberian kredit termasuk KPR (Kredit Pemilikan
Rumah/KPR atau apartemen), Efek bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, dll. Saat
ini underlying dari EBA di Indonesia berupa pemberian kredit termasuk KPR (Kredit Pemilikan
Rumah/KPR).

Manfaat Instrumen Investasi KIK EBA

 Menjadi alternatif investasi pada surat berharga, yang menawarkan rating terbaik, tenor
jangka panjang dan aman, meminimumkan resiko dengan cara antara lain pemilihan KPR
yang hanya berkualitas dan diversifikasi wilayah originasi KPR
 Mendapatkan imbal hasil yang menarik biasanya lebih tinggi dari obligasi
 Memiliki kontribusi langsung pada perkembangan sektor riil secara umum dan sektor
perumahan secara khusus.

Investor EBA biasanya adalah institusi dikarenakan setiap unitnya sangat besar hingga miliaran
rupiah. Kedepannya PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) akan meluncurkan EBA yang dibeli
secara individu atau ritel dengan nominal unit Rp 100.000.

E. Mengenal Efek Beragun Aset (EBA)

Dana Investasi Real Estat (DIRE) atau dalam bahasa inggris disebut REIT (Real Estate
Investment Trust) merupakan sarana investasi yang memungkinkan penghimpunan dana dari
masyarakat yang dikelola untuk diinvestasikan pada aset real estat (properti), seperti tanah,
bangunan, gedung, pusat belanja, dan lain-lain.DIRE diwajibkan menginvestasikan setidaknya
80% dari dana yang dikelolanya ke sektor properti, dimana minimal 50% harus berbentuk aset
properti langsung.
Sebagai sarana investasi, DIRE juga memiliki risiko. risiko yang bisa ditemui antara lain gagal
bayar sewa, turunnya nilai properti, maupun risiko likuiditas (karena menjual properti
membutuhkan waktu). Di Indonesia, Ciptadana merupakan manajer investasi yang pertama kali
meluncurkan DIRE, dengan underlying aset Solo Grand Mall (SGM), Jawa Tengah. DIRE
Ciptadana mulai diperdagangkan di BEI sejak 1 Agustus 2013 dengan kode XCID.

DIRE Ciptadana akan membayar dividen setiap tiga bulan sekali, minimal 90% dari laba bersih
sesudah pajak sesuai dengan Tanggal Pembagian Hasil Investasi. Produk DIRE milik Ciptadana
mengenakan management fee sebesar 0,3% per tahun dan performance fee sekitar 3% dari
property net income.
Belakangan perusahaan Manajer Investasi (MI), PT Sinarmas Asset Management mencatatkan
produk DIRE yang bernama Simas Plaza Indonesia dengan total portfolio senilai Rp 10,4 triliun.
Hadirnya produk tersebut menjadi DIRE ketiga yang ada di bursa. 

Underlying aset DIRE tersebut yakni 95,37% saham PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) dan
100% saham PT Sarana Mitra Investama, yang memiliki saham di PT Plaza Lifestyle Prima,
pengelola mall FX Sudirman.
Produk seperti DIRE ini biasanya dipasarkan kepada investor institusi (karena nilai unitnya yang
besar) yang dipasarkan oleh MI penerbit itu sendiri ataupun melalui agen penjual DIRE. 

Kesimpulan

Jadi dalam berinvestasi ada beberapa produk yang dimiliki dalam pasar modal selain saham,
seperti: Surat utang (Obligasi) ini instrumen investasinya atas dasar janji penerbit surat utang
untuk membayar bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada para
pemegang obligasi tersebut , Waran & HMETD guna menarik para investornya agar mau
membeli saham baru tersebut (sweetener) dan untuk menerima penawaran terlebih dahulu
apabila perusahaan akan menerbitkan saham baru untuk meraih dana segar, Exchange Traded
Fund (ETF) Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif/KIK, Efek Beragun Aset (EBA)
kontrak yang dibentuk Manajer Investasi (MI) dengan Bank Kustodian, Efek Beragun Aset
(EBA) penghimpunan dana dari masyarakat yang dikelola untuk diinvestasikan pada aset real
estat (properti).

Daftar Pustaka

https://www.cnbcindonesia.com/investment/20190711134804-21-84197/selain-saham-kenali-
produk-investasi-lain-di-pasar-modal

https://www.hsbc.co.id/1/PA_esf-ca-app-content/content/indonesia/personal/offers/news-and-
lifestyle/files/articles/html/201906/jenis-jenis-investasi-yang-populer-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai