PENDAHULUAN
Di Indonesia, tahu merupakan salah satu produk pangan yang sangat banyak
dikonsumsi masyarakat sebagai lauk yang mengandung protein tinggi. Sehingga
konsumsi tahu di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal itu terbukti
dengan adanya data dari Badan Pusat Statistika (2018) yang menyatakan bahwa
konsumsi tahu Indonesia per kapita seminggu sebesar 0,158 kg/ kapita. Hal
tersebut, karena tahu memiliki kandungan gizi yang baik. Tahu juga makanan
tradisional yang relatif pembuatannya mudah serta sederhana. Tahu terbuat dari
olahan kacang kedelai yang dibuat dengan pemekatan protein kedelai (Sally,
2019).
Selain menghasilkan tahu dengan berbagai jenis tahu putih, tahu kuning,
tahu goreng dan krupuk tahu. Produksi industri tahu ini menghasilkan 2 jenis
limbah yaitu limbah cair dan juga limbah padat. Limbah padat itu sendiri dapat
berupa ampas kedelai. Dimana limbah padat produksi tahu biasanya dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan tempe gembus.
Sedangkan limbah cair tahu tersebut dapat berupa air sisa bekas mencuci,
merendam dan merebus kedelai. Dimana limbah cair tahu ini tidak dimanfaatkan
oleh produsen tahu dengan benar dan justru malah dibuang langsung ke
lingkungan ataupun perairan sungai terdekat tanpa proses penanganan yang baik
dan benar (Said et.al, 2015). Hal tersebut, mengakibatkan adanya pencemaran
lingkungan dan pencemaran air yang akan ditandai dengan kotornya wilayah
perairan,timbulnya bau menyengat,meningkatkan pertumbuhan nyamuk dan juga
menurunkan keindahan lingkungan sekitar.
Menurut Sally (2019) limbah air tahu ini banyak mengandung bahan organik
seperti protein dan asam amino. Akan tetapi limbah cair tahu juga mengandung
Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total
Suspended Solid (TSS) dan minyak atau lemak yang sangat tinggi yang
mengakibatkan pencemaran air sehingga membuat air berubah warna dan berbau
tidak enak. Selain itu limbah air tahu memiliki kandungan lain seperti metana
(CH4), karbon dioksida (CO2), H2S dan sedikit air yang bisa dijadikan sebagai
pengganti minyak tanah dan LPG. Kandungan limbah tahu dapat dijadikan biogas
karena banyak mengandung gas metana sekitar 50-80% dari hasil proses an-
aerobik.
Adanya permasalahn limbah cair tahu ini membuat berbagai pihak atau
peneliti memanfantkan limbah cair tahu untuk diolah menjadi berbagai produk
yang berguna. Sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan sekitar akibat
limbah cair tahu. Salah satu produk dari limbah cair tahu yang dapat
dikembangkan yaitu biogas. Karena biogas merupakan gas yang dihasilkan dari
proses an-aerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik seperti kotoran
heawan atau manusia, limbah domestik dan limbah sampah biodegradeble. Biogas
ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pabrik tahu sebagai bahan bakar
yang ramah lingkungan.
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :