Anda di halaman 1dari 5

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Departemen Maternitas dengan judul
“Laporan Studi Kasus Ibu Dengan Gravida Post Date Dengan Kelainan Kongenital
Janin”. Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pembimbing lahan kelompok
kami yakni bu dina ambarwati. yang telah membimbing kami dalam pengerjaan hingga
selesainya laporan ini sebagai pembelajaran profesi daring di departemen maternitas.

Semoga laporan ini dapat memberikan konstribusi terutama di bidang pengetahuan di


keperawatan maternitas. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dan keterbatasan dalam penyusunan laporan studi kasus ini

September 2020

Kelompok 2b
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu proses yang normal
dan alamiah, namun bisa terjadi komplikasi atau penyulit yang membahayakan ibu dan
bayi. Salah satu tugas pelayanan kesehatan adalah memimpin proses kehamilan,
persalinan dan nifas berjalan dengan baik tanpa komplikasi sehingga ibu dan bayi
dalam keadaan sehat, selain itu petugas kesehatan juga harus memiliki kompetensi
dalam melaksanakan asuhan pada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas sesuai dengan
standar asuhan yang berlaku (Kemenkes, 2015).
Kehamilan post date merupakan kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari
42 minggu dan merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat
terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang
dikemukakan antara lain Hormonal, Herediter, Kadar kortisol pada darah bayi yang
rendah, Kurangnya air ketuban, Insufiensi plasenta. Menurut Ratnawati dan Yusnawati
dalam penelitiannya, kehamilan postdate / postterm mempunyai resiko lebih tinggi dari
kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan
postpartum) berkaitan dengan aspirasi meconium dan asfiksia, kematian janin akibat
persalinan postterm terjadi pada 30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan
15% pascanatal.
Kelainan kongenital merupakan suatu kelainan baik struktural maupun fungsional
yang timbul pada masa gestasi, Kelainan kongenital sendiri dapat diketahui sejak saat
dalam kandungan, saat lahir, maupun setelah lahir. Kelainan kongenital merupakan
salah satu kontributor terbesar terhadap tingkat kematian dan kesakitan baik pada usia
neonatus, bayi, dan anak-anak. Sekitar 276.000 bayi diperkirakan meninggal pada usia
4 minggu setiap tahunnya di seluruh dunia karena menderita kelainan congenital
(WHO, 2015)
Bayi-bayi dengan kelainan kongenital menjadi masalah khususnya untuk negara
berkembang karena angka kejadiannya yang cukup tinggi dan membuat sumberdaya
berkurang. Bayi dengan kelainan kongenital yang bertahan hidup, saat tumbuh akan
mengalami ketergantugan terhadap orang lain, ataupun alat bantu (WHO, 2013)
Angka kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di dunia yaitu sekitar
303.000 jiwa pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap tahunnya. Kelainan
kongenital yang paling sering yaitu kelainan jantung bawaan, neural tube defect, dan
Down Syndrome (WHO, 2016). Data laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menyatakan bahwa sebesar 1,4% bayi baru lahir usia 0-6 hari pertama kelahiran dan
19% bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal disebabkan karena kelainan kongenital
(Depkes, 2016). Data World Health Organization South-East Asia Region (WHO
SEARO) tahun 2010 memperkirakan prevalensi kelainan kongenital di Indonesia 3
adalah 59,3 per 1000 kelahiran hidup. Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia,
maka akan ada sekitar 295.000 kasus kelainan bawaan pertahun.
Pada kasus ini dinyatakan jika janin mengalami kelainan kongenital dengan
suspek anenchepaly. Anencephaly sendiri merupakan kecacatan lahir bawaan
(dari kata Latin congenitus “terlahir dengan”). Anencephaly terjadi pada tahap
awal terjadinya kehidupan di dalam kandungan. Arti kata anencephaly sendiri
adalah “tanpa adanya encephalon”, encephalon merupakan kumpulan pusat
saraf otak. Pengartiannya ini tidak sepenuhnya benar. Walaupun seorang bayi
anencephaly dilahirkan tanpa kulit kepala, tempurung kepala vault of cranium,
meninges, hemisphere otak dan cerebellum, biasanya bayi terlahir dengan
sebagian batang otak cerebral trunk, brainstem
Sebab anencephaly masih belum diketahui dengan pasti. Ada
kemungkinan disebabkan oleh gabungan faktor genetis (keturunan) dan
pengaruh lingkungan (Sadler 2005).Yang telah diketahui adalah, bahwa dengan
mengkonsumsi tambahan vitamin asam folat (folic acid ) kemungkinan akan
terjadinya bayi anencephaly dapat dikurangi. Beberapa obat-obatan (pil KB,
valproic acid, obat antimetabolik dll.) dapat menurunkan kadar asam folat dalam
tubuh kita, dengan demikian dapat meningkatkan risiko akan bayi yang
dikandung menderita anencephaly (Sadler, 2005).
25% bayi anencephaly yang bertahan hidup sampai berakhirnya
kehamilan, meninggal pada saat persalinan; 50% mempunyai harapan hidup
dari beberapa menit sampai dengan 1 hari; 25% lainnya dapat bertahan hidup
sampai dengan 10 hari (Jaquier 2006).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar kehamilan post date.
2. Mengetahui konsep dasar kelainan kongenital: anenchepaly
3. Menganalisis asuhan keperawatan pada pasien gravida post date dengan
kelainan kongenital: anenchepaly
1.3 Manfaat
Diharapkan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kasus
dan intervensi yang diberikan pada pasien dengan kasus yang sama
2. Instiusi
a. Rumah sakit
Diharapkan dari studi kasus ini dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan pelayanan terutaa dalam memberikan asuhan
keperawatab pada ibud engan pos date ananchepaly
b. Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi referensi pendidikan dan pembelajaran
dalam perkuliahan terutama mengenai ananchephaly.

Data demografi pasien


Nama : Ny.X
Usia : 19 tahun
Tanggal lahir : 20-05-2001
Alamat : jl. A.Yani rt002/002 Malang
Departemen Kesehatan. Hari kelainan bawaan sedunia cegah bayi lahir cacat dengan
pola hidup sehat. 2016, URL :
http://www.depkes.go.id/article/print/16030300001/3-maret-hari-
kelainanbawaan-sedunia-cegah-bayi-lahir-cacat-dengan-pola-hidup-
sehat-.html
Gustina, E. 2016. 3 Maret: Hari Kelainan Bawaan Sedunia Cegah Bayi Lahir Cacat
dengan Pola Hidup Sehat, www.depkes.go.id/.../3-maret-harikelainan-
bawaan-sedunia-cegah-bayi-lahircacat-d
Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Sistainable Development
Goals (SDG'S). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
Jaquier M, Klein A, Boltshauser E., 2006. Spontaneous pregnancy outcome after
prenatal diagnosis of anencephaly. BJOG 2006; 113:951-953
Ratnawati, Yusnawati Nani. Hubungan Kehamilan Serotinus Dengan Kejadian Asfiksia
Pada Bayi Baru Lahir. Bantul Yogyakarta: Jurnal Kebidanan jilid 3 nomor 1
halaman 27-33.
Sadler TW. 2005. Embryology of Neural Tube Development. American Journal of
Medical Genetics Part C 135C:2-8
World Health Organization 2015; Congenital Anomalies, WHO. 2015 Tersedia di
http://www.who.int/mediacentre/factsh eets/fs370/en/
World Health Organization. Congenital Anomalies. 2016. (Diakses 08 Mei 2017) Dari
URL: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs370/en/

Anda mungkin juga menyukai